DOSEN PENGAMPU :
Disusun oleh :
Sartika Sary 22164841A
Mayang Indah Sari 22164850A
Yolanda Monica Putri 22164858A
Dewi Puspita sari 22164869A
Meaissy Claudia Sianipar 22165871A
FAKULTAS FARMASI
SURAKARTA
2020
HIPERLIPIDEMIA
1. Definisi
Hiperlipidemia merupakan kelainan metabolisme lipid yakni terjadinya
peningkatan fraksi lipid dan lipoprotein dalam plasma. Beberapa kelainan fraksi lipid yang
utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, triasilgliserol (TG), serta
penurunan kolesterol HDL (WHO 2015).
2. Patofisiologi
Hiperlipidemia dapat terjadi secara primer ataupun sekunder. Hiperlipidemia
primer disebabkan oleh faktor genetik, sedangkan hiperlipidemia sekunder disebabkan
karena penyakit lain, seperti diabetes mellitus, hipotiroid, obesitas, dan lain-lain. Dan juga
karena obat seperti diuretic, β blocker, kontrasepsi oral, dan lainlain (Purwanti 2012).
2) Hiperlipidemia Sekunder
Hiperlipidemia sekunder adalah peningkatan kadar lipid darah yang disebabkan
oleh suatu penyakit tertentu, misalnya diabetes melitus, gangguan tiroid, penyakit
hepar dan penyakit ginjal. Hiperlipidemia sekunder merupakan suatu hal yang
reversibel. Bila kelainan primernya baik, hiperlipidemia akan hilang (Arjatmo dan
Utama, 2004).
4. Manifestasi Klinik
Hiperlipidemia yang merupakan salah satu manifestasi klinis obesitas, dapat
menyebabkan beberapa kondisi ketidaknormalan dalam tubuh lainnya, yaitu :
4.1. Atherosklerosis. Ketidaknormalan kadar lemak dalam darah dapat menimbulkan
masalahmasalah lain dalam jangka panjang, salah satunya yaitu resiko aterosklerosis
(penumpukan lemak pada pembuluh darah yang menyebabkan tersumbatnya aliran
darah) dan penyakit ateri koroner atau penyakit ateri karotis meningkat pada orang
yang memiliki kadar kolesterol total yang tinggi. Kadar kolesterol total yang ideal
adalah 140-200 mg/dL atau kurang. Resiko penyakit jantung bertambah 2 kali lipat
ketika kadar kolesterol total mendekati 300 mg/dL (Dipiro dkk, 2008).
4.2. Pankreatitis. Resiko pankreatitis meningkat jika di dalam darah, kadar trigliserida
mencapai 1000-2000 mg/dL. Sedangkan, kadar trigliserida dinyatakan normal jika
dalam darah mengandung kurang dari 250 mg/dL (Kota dkk, 2012).
4.3. Xantoma. Xantoma merupakan suatu kelainan kulit berupa plak atau nodul berwarna
kuning-jingga yang disebabkan pengendapan lemak secara abnormal. Xantoma biasa
dijadikan sinyal bahwa seseorang mengalami kondisi hiperlipidemia. Xantoma terjadi
karena adanya akumulasi lipid dalam sel imun berupa makrofag pada kulit atau pada
lemak dibawah kulit (Graham-Brown dan Burns, 2005)
5. Diagnosa Hyperlipidemia
Diagnosis hiperlipidemia dapat dilihat dari klasifikasi total, LDL dan HDL
kolesterol, dan Trigliserida sebagai berikut (Dipiro, et al., 2015) :
Total Kolestrol
<200 mg/dL Diinginkan
200-239 mg/dL Sedikit tinggi (Borderline high)
≥ 240 mg/dL Tinggi
LDL kolestrol
<100 mg/dL Optimal
100-129 mg/dL Sedikit optimal
130-159 mg/dL Sedikit tinggi (Borderline high)
159-189 mg/dL Tinggi
≥190 mg/dL Sangat tinggi
HDL Kolestrol
<40 mg/dL Rendah
≥ 60 mg/dL Tinggi
Trigliserida
<150 mg/dL Normal
150-199 mg/dL Sedikit tinggi (Borderline high)
200-499 mg/dL Tinggi
≥ 500 mg/dL Sangat tinggi
6. Terapi farmakologi
6.1. Terapi Non-Farmakologi
6.1.1. Terapi Diet. Diet yang dapat dipakai untuk menurunkan kolesterol LDL adalah
diet asam lemak tidak jenuh seperti MUFA (Monounsaturated Fatty Acid) dan
PUFA (Polyunsaturated Fatty Acid) karena faktor diet yang paling berpengaruh
terhadap peningkatan konsentrasi kolesterol LDL adalah asam lemak jenuh.
Penurunan kolesterol LDL yang diakibatkan oleh diet PUFA lebih besar
dibandingkan dengan diet MUFA atau diet rendah karbohidrat. PUFA omega-
3 tidak mempunyai efek hipokolesterolemik langsung, tetapi kebiasaan
mengonsumsi ikan (mengandung banyak PUFA omega-3) berhubungan dengan
reduksi risiko kardiovaskular independen terhadap efek pada lipid 13 plasma.
Konsumsi PUFA omega-3 pada dosis farmakologis (>2 gram/hari) mempunyai
efek netral terhadap konsentrasi kolesterol LDL dan mengurangi konsentrasi
TG. Data dari penelitian klinis acak, kasus kelola dan kohor menunjukkan
bahwa konsumsi PUFA omega-6 setidaknya 5% hingga 10% dari total energi
mereduksi risiko Penyakit Jantung Koroner. Konsumsi PUFA omega-3, PUFA
omega-6 dan MUFA berhubungan dengan peningkatan konsentrasi kolesterol
HDL sampai 5% dan penurunan TG (Trigliserida) sebesar 10-15% (Erwinanto
dkk, 2013).
6.1.2. Aktivitas Fisik. Tujuan melakukan aktivitas fisik secara teratur adalah
mencapai berat badan ideal, mengurangi risiko terjadinya sindrom metabolik,
dan mengontrol faktor risiko PJK. Pengaruh aktivitas fisik terhadap parameter
lipid terutama berupa penurunan TG dan peningkatan kolesterol HDL.
Olahraga aerobik dapat menurunkan konsentrasi TG sampai 20% dan
meningkatkan konsentrasi kolesterol HDL sampai 10%. Sementara itu,
olahraga resisten hanya menurunkan TG sebesar 5% tanpa pengaruh terhadap
konsentrasi HDL. Efek penurunan TG dari aktivitas fisik sangat tergantung
pada konsentrasi TG awal, tingkat aktivitas fisik, dan penurunan berat badan.
Tanpa disertai diet dan penurunan berat badan, aktivitas fisik tidak berpengaruh
terhadap kolesterol total dan LDL. Aktivitas fisik yang dianjurkan adalah
aktivitas yang terukur seperti jalan cepat 30 menit per hari selama 5 hari per
minggu atau aktivitas lain setara dengan 4-7 kkal/menit atau 3-6 METs.
6.1.3. Menghentikan Kebiasaan Merokok. Menghentikan merokok dapat
meningkatkan konsentrasi kolesterol HDL sebesar 5-10%. Merokok
berhubungan dengan peningkatan konsentrasi TG, tetapi menghentikan
merokok diragukan menyebabkan penurunan konsentrasi TG (Erwinanto dkk,
2013).
6.1.4. Pembedahan. Pembedahan merupakan terapi yang paling efektif untuk
pengobatan obesitas. Namun, karena adanya morbiditas dan mortalitas yang
terkait, terapi ini diperuntukkan bagi mereka dengan BMI ≥40 kg/m2 atau 35
kg/m2. Prosedur bedah secara umum akan mengurangi volume lambung,
menurunkan absorbsi pada permukaan saluran pencernaan, dan sering dikaitkan
dengan beberapa malabsorpsi pada beberapa kasus. Pembedahan Grastoplasty
dan adjustable gastric bandingdidisain untuk mengurangi volume lambung dan
membatasi laju absorbsi makanan. Sedangkan metode
Roux-en–Yby pass merupakan metode yang lebih baik dalam penurunan berat
badan dibandingkan dengan dua metode lainnya. Hal ini dikarenakan metode
Roux-en-Y gastric by pass lebih mudah dilakukan dan dapat menghindari
beberapa komplikasi setelah operasi. Selain itu, anatomi tubuh pasien juga lebih
mudah kembali untuk normal.
6.2. Terapi Farmakologi
6.2.1. Statin (Inhibitor HMG-CoA Reduktase). Statin adalah obat penurun lipid
paling efektif untuk menurunkan kolesterol LDL dan terbukti aman tanpa efek
samping yang berarti. Selain berfungsi untuk menurunkan kolesterol LDL,
statin juga mempunyai efek meningkatkan kolesterol HDL dan menurunkan
TG. Berbagai jenis statin dapat menurunkan kolesterol LDL 18-55%,
meningkatkan kolesterol HDL 5-15%, dan menurunkan TG 7-30%. Cara kerja
statin adalah dengan menghambat kerja HMG-CoA reduktase. Efeknya dalam
regulasi CETP (Cholesteryl ester transfer protein) menyebabkan penurunan
konsentrasi kolesterol LDL dan VLDL. Di hepar, statin meningkatkan regulasi
reseptor kolesterol LDL sehingga meningkatkan pembersihan kolesterol LDL.
Dalam keadaan hipertrigliseridemia (tidak berlaku bagi normotrigliseridemia),
statin membersihkan kolesterol VLDL. Mekanisme yang bertanggungjawab
terhadap peningkatan konsentrasi kolesterol HDL oleh statin sampai sekarang
belum jelas. Studi awal yang menggunakan statin untuk menurunkan kolesterol
LDL menunjukkan penurunan laju PJK dan mortalitas total serta berkurangnya
infark miokard, prosedur revaskularisasi, stroke, dan penyakit vaskular perifer
(Erwinanto dkk, 2013).
6.2.2. Inhibitor Absorpsi Kolesterol. Ezetimibe merupakan obat penurun lipid
pertama yang menghambat ambilan kolesterol dari diet dan kolesterol empedu
tanpa mempengaruhi absorpsi nutrisi yang larut dalam lemak. Dosis ezetimibe
yang direkomendasikan adalah 10 mg/hari dan harus digunakan bersama statin,
kecuali pada keadaan tidak toleran terhadap statin, di mana dapat dipergunakan
secara tunggal.Tidak diperlukan penyesuaian dosis bagi pasien dengan
gangguan hati ringan atau insufisiensi ginjal berat. Kombinasi statin dengan
ezetimibe menurunkan kolesterol LDL lebih besar daripada menggandakan
dosis statin.Kombinasi ezetimibe dan simvastatin telah diujikan pada subyek
dengan stenosis aorta dan pasien gagal ginjal kronik. Sampai saat ini belum ada
laporan efek sampingyang berarti dari pemakaian ezetimibe. Sebelum ada
hasilstudi klinis yang lengkap, ezetimibe yang dikombinasikan dengan statin
direkomendasikan sebagai obat penurun kolesterol LDL lini kedua jika target
tidak tercapai dengan statin dosis maksimal.Pemakaian ezetimibe tunggal atau
kombinasinya dengan bile acid sequestrant atau asam nikotinat dapat
dipertimbangkan pada pasien yang tidak toleran terhadap statin. Penelitian yang
mengevaluasi efek kombinasi ezetimibe dengan simvastatin pada saat ini
sedang berlangsung (Erwinanto dkk, 2013).
6.2.3. Inhibitor Absorpsi Kolesterol. Ezetimibe merupakan obat penurun lipid
pertama yang menghambat ambilan kolesterol dari diet dan kolesterol empedu
tanpa mempengaruhi absorpsi nutrisi yang larut dalam lemak. Dosis ezetimibe
yang direkomendasikan adalah 10 mg/hari dan harus digunakan bersama statin,
kecuali pada keadaan tidak toleran terhadap statin, di mana dapat dipergunakan
secara tunggal.Tidak diperlukan penyesuaian dosis bagi pasien dengan
gangguan hati ringan atau insufisiensi ginjal berat. Kombinasi statin dengan
ezetimibe menurunkan kolesterol LDL lebih besar daripada menggandakan
dosis statin.Kombinasi ezetimibe dan simvastatin telah diujikan pada subyek
dengan stenosis aorta dan pasien gagal ginjal kronik. Sampai saat ini belum ada
laporan efek sampingyang berarti dari pemakaian ezetimibe. Sebelum ada
hasilstudi klinis yang lengkap, ezetimibe yang dikombinasikan dengan statin
direkomendasikan sebagai obat penurun kolesterol LDL lini kedua jika target
tidak tercapai dengan statin dosis maksimal.Pemakaian ezetimibe tunggal atau
kombinasinya dengan bile acid sequestrant atau asam nikotinat dapat
dipertimbangkan pada pasien yang tidak toleran terhadap statin. Penelitian yang
mengevaluasi efek kombinasi ezetimibe dengan simvastatin pada saat ini
sedang berlangsung (Erwinanto dkk, 2013).
6.2.4. Bile Acid Sequestrant. Terdapat 3 jenis bile acid sequestrant yaitu
kolestiramin, kolesevelam, dan kolestipol. Bile acid sequestrant mengikat asam
empedu (bukan kolesterol) di usus sehingga menghambat sirkulasi
enterohepatik dari asam empedu dan meningkatkan perubahan kolesterol
menjadi asam empedu di hati. Dosis harian kolestiramin, kolestipol, dan
kolesevelam berturutan adalah 4-24 gram, 5-30 gram, dan 3,8-4,5 gram.
Penggunaan dosis tinggi (24 g kolestiramin atau 20 g of kolestipol) menurunkan
konsentrasi kolesterol LDL sebesar 18-25%. Bile acid sequestrant tidak
mempunyai efek terhadap kolesterol HDL sementara konsentrasi TG dapat
meningkat. Walau tidak menurunkan kejadian infark miokard dan kematian
akibat PJK dalam sebuah penelitian pencegahan primer, bile acid sequestrant
direkomendasikan bagi pasien yang tidak toleran terhadap statin.Efek
sampingnya terutama berkenaan dengan sistem pencernaan seperti rasa
kenyang, terbentuknya gas, dan konstipasi. Bile acid sequestrant berinteraksi
dengan obat lain seperti digoksin, warfarin,tiroksin, atau tiazid, sehingga obat-
obatan tersebut hendaknya diminum 1 jam sebelum atau 4 jam sesudah bile acid
sequestrant. Absorpsi vitamin K dihambat oleh bile acid sequestrant dengan
akibat mudah terjadi perdarahan dan sensitisasi terhadap terapi warfarin
(Erwinanto dkk, 2013).
6.2.5. Fibrat. Fibrat adalah agonis dari PPAR-α. Melalui reseptor ini, fibrat
menurunkan regulasi gen apoC-III serta meningkatkan regulasi gen apoA-I dan
A-II. Berkurangnya sintesis apoC-III menyebabkan peningkatan katabolisme
TG oleh lipoprotein lipase, berkurangnya pembentukan kolesterol VLDL, dan
meningkatnya pembersihan kilomikron. Peningkatan regulasi apoA-I dan
apoA-II menyebabkan meningkatnya konsentrasi kolesterol HDL. Sebuah
analisis meta menunjukkan bahwa fibrat bermanfaat menurunkan kejadian
kardiovaskular terutama jika diberikan pada pasien dengan konsentrasi TG di
atas 200 mg/dL. Terapi kombinasi fibrat (fenofibrat) dengan statin pada pasien
DM tidak lebih baik dari terapi statin saja dalam menurunkan laju kejadian
kardiovaskular kecuali jika konsentrasi TG lebih dari 200 mg/dL, konsentrasi
kolesterol LDL ≤84 mg/dL, dan konsentrasi kolesterol HDL ≤34 mg/dL.
Penelitian ini memperkuat pendapat bahwa terapi penurunan konsentrasi TG
ditujukan hanya pada pasien dengan risiko kardiovaskular tinggi yang
konsentrasi kolesterol LDL-nya telah mencapai target dengan terapi statin dan
konsentrasi TG-nya masih di atas 200 mg/dL (Erwinanto dkk, 2013).
6.2.6. Asam nikotinat (niasin). Asam nikotinat menghambat mobilisasi asam lemak
bebas dari jaringan lemak perifer ke hepar sehingga sintesis TG dan sekresi
kolesterol VLDL di hepar berkurang. Asam nikotinat juga mencegah konversi
kolesterol VLDL menjadi kolesterol LDL, mengubah kolesterol LDL dari
partikel kecil (small, dense) menjadi partikel besar, dan menurunkan
konsentrasi Lp(a). Asam nikotinat meningkatkan kolesterol HDL melalui
stimulasi produksi apoA-I di hepar. Niasin yang digunakan saat ini terutama
yang berbentuk extended release yang dianjurkan diminum sebelum tidur
malam. Dosis awal yang direkomendasikan adalah 500 mg/hari selama 4
minggu dan dinaikkan setiap 4 minggu berikutnya sebesar 500 mg selama
masih dapat ditoleransi sampai konsentrasi lipid yang dikehendaki tercapai.
Dosis maksimum 2000 mg/hari menurunkan TG 2040%, kolesterol LDL 15-
18%, dan meningkatkan konsentrasi HDL 15-35% (Erwinanto dkk, 2013).
6.2.7. Inhibitor CETP. Cholesteryl ester transfer protein berfungsi membantu
transfer cholesteryl ester dari kolesterol HDL kepada VLDL dan LDL yang
selanjutnya akan dibersihkan dari sirkulasi melalui reseptor LDL di hepar.
Terapi dengan inhibitor CETP mempunyai efek ganda yaitu meningkatkan
konsentrasi kolesterol HDL dan menurunkan konsentrasi kolesterol LDL
melalui reversed cholesterol transport.nInhibitor CETP dapat bersifat
proaterogenik jika cholesteryl ester dari kolesterol VLDL atau LDL diambil
oleh makrofag. Sebaliknya, jika cholesteryl ester diambil oleh hepar melalui
reseptor LDL, inhibitor CETP bersifat antiaterogenik (Erwinanto dkk, 2013).
7. Hasil Terapi Yang Ingin Dicapai
Tujuan perawatan adalah mengurangi total kolesterol dan LDL-C untuk mencegah
terbentuknya lesi aterosklerosis pada dinding vascular, untuk menghambat perkembangan
lesi yang sudah terbentuk, dan merangsang penghilangan lesi yang sudah ada. Data dari uji
intervensi primer dan sekunder juga memberikan bukti bahwa morbiditas dan mortalitas
PJK dan juga total mortalitas bisa dikurangi dengan diet dan terapi obat (Perkeni, 2012).
Pada penderita hiperlipidemia hasil maksimal yang diinginkan adalah turunnya
kadar kolesterol total dalam darah hingga <200mg/dL, LDL <100mg/dL, HDL >40mg/dL,
dan trigliserida <150 mg/dL (Dipiro, et al., 2015). Penderita hiperlipidemia memiliki
resiko tinggi untuk terserang penyakit jantung koroner (PJK) jika tidak menerima perawat
yang benar.
8. Contoh Kasus Pemantauan Terapi
Ny.FR (55th) seorang anggota parlemen menjalani general cek up rutin. Ny.FR
rajin berjalan setiap pagi sejauh 1 km. Ayah Ny.FR meninggal pada usia 35th karena
penyakit myocardial infarction, ibunya masih hidup dan sehat-sehat saja sampai saat ini.
Ny.FR mempunyai 3 saudara kandung, saudara pertama menderita hipertensi dan saudara
keduanya menderita diabetes, dan saudara ketiga (perempuan) meninggal pada usia 45th
karena penyakit myocardial infarction, satu tahun yang lalu Ny.FR mendapatkan warfarin
5 mg untuk mengatasi kondisi VTE yang dideritanya.
Pada pemeriksaan diketahui tekanan darahnya 150/90mmHg. Tinggi badannya 150
cm, berat badannya 67 kg, random blood glucose level 6mmol/L. Hasil pemeriksaan lipid
puasa :
Total kolesterol 7.5mmol/L
LDL-cholesterol 3.9mmol/L
HDL-cholesterol 1.0mmol/L
Trigliserida 2.0mmol/L
8.1. Tujuan Penatalaksanaan Terapi : Menurunkan LDL dan meningkatkan HDL,
Menurunkan tekanan darah, mencegah terjadinya VTE.
8.2. Diskripsi Kasus dan Analisis Kasus
8.2.1. Subyektif
a. Ny. RT seorang anggota parlemen senang berjalan setiap pagi sejauh 1
km
b. Mempunyai riwayat penyakit keluarga
c. Ayah kandung meninggal mendadak usia 35 th karena penyakit MI
d. Saudara pertama menderita hypertensi
e. Saudara kedua menderita DM
f. Saudara ketiga meninggal pada usia 45 th karena penyakit MI
8.2.2. Objektif
Tekanan darah : 150/90 mmHg
Random blood glukosa : 6mmol/L
Pemeriksaan lipid puasa : Total kolesterol 7.5mmol/L
LDL-cholesterol 3.9mmol/L
HDL-cholesterol 1.0mmol/L
Trigliserida 2.0mmol/L
8.3. Analisa Kasus
PARAMETER HASIL NILAI NORMAL KETERANGAN
Blood pressure 150/90 mmHg <140/90 mmHg
Random blood glucose 6.0 mmol/L Normal desirable
Total cholesterol 7.5 mmol/L <5.18 mmol/L Hight desirable
Borderline hight = 5.18 mmol/L
Hight = >6.20 mmol/L
LDL cholesterol 3.9 mmol/L <3.36 mmol/L Borderline hight risk
Borderline hight risk = 3.36-4.11 mmol/L
Hight risk = >4.13 mmol
HDL cholesterol 1.0 mmol/L >0.91 mmol/L Normal
Trigliserida 2.0 mmol/L <1.8 mmol/L High
Kesimpulan : Hipertensi stage 1
Arjatmo, T. dan Utama, H., 2004. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I, Edisi 3, Balai Penerbit
FKUI, Jakarta.
Dipiro, J, T., Talbert R, L., Yee, G, C., Matzke, G. R., Wells, B.G., Posey, L. M. 2008.
Pharmacology, A Pathophisiologyc Approach, 7th Edition. McGrawHill USA; Medical
Publishing Division.
Dipiro, J.T., Dipiro,C.V., Wells, B.G., dan Schwinghammer, T.L. 2015.
Pharmacotherapy Handbook. 9th edition. McGraw-Hill. United States.
Erwinanto., Santoso Anwar., Putranto, Nugroho Eko., Tedjasukmana, Pradana., Suryawan, Rurus.,
Rifqi, Sodiqur., Kasiman, Sutomo. 2013. Pedoman dan Tatalaksana Dislipidemia,
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. Jakarta: Centra Communications
Graham-Brown, Robin., Burn, Tony., 2005, Lecture Notes Dermatology, Jakarta: Erlangga
Medical Series
Harikumar K, Althaf SA, Kishore B, Ramunaik M, Suvarna CH. A Review on Hyperlipidemic.
Int J Nov Trends Pharm Sci. 2013;3(4):59–70.
Kota, Sunil K., Kota, Siva K., Jammula, Sruti., Krishna, S. V. S., Modi, Kirtikumar D., 2012,
Indian Journal of Endocrinology and Metabolism :
Hyperertriglyceridemia-induced recurrent acute pancreatitis: A case-based
review, 16 : 141-143.
Purwanti, S. Rahayu, Salimar. 2012. Perencanaan Menu untuk Penderita
Kegemukan. Penebar Swadaya. Jakarta.