Disusn oleh :
NIM : 31117181
Kelas : 3D Farmasi
TASIKMALAYA
2019
No Praktikum :5
A. Tujuan Praktikum
Mahasiswa mampu menganalisis dan mengidentifikasi golongan senyawa
vitamin, golongan antihistamin dan golongan steroid.
B. Tinjauan Pustaka
Vitamin
Vitamin merupakan gabungan kata vita yang berarti hidup dan amina yang
berarti gugus organik yang mengandung unsur N. Pada awalnya vitamin pasti
mengandung gugus N nanum pada perkembangannya hal tersebut tidak berlaku
lagi. Vitamin adalah molekul organik bermassa molekul kecil yang umumnya
harus diperoleh melalui diet, diperlukan dan esensial dalam jumlah relatif kecil.
Vitamin merupakan senyawa essensial karena senyawasenyawa ini tidak dapat
diproduksi dalam tubuh manusia sama sekali atau dalam jumlah yang tidak
mencukupi pada kondisi normal. Umumnya tumbuhan adalah sumber vitamin
dalam diet makanan kita, karena vitamin disintesa, baik langsung maupun tidak
langsung, pada tumbuhan. Pengecualian adalah vitamin D yang dapat diproduksi
oleh tubuh dalam jumlah cukup dengan bantuan sinar matahari dan vitamin B12
yang merupakan produk dari fungi dan actinomycetes (mikroorganisme tanah).
Vitamin memiliki banyak fungsi, diantaranya yaitu :
1. Kelompok vitamin B, bekerja sebagai koenzim pada proses metabolism dan
pembentukan energy. Beberapa jenis vitamin yang tergolong dalam vitamin
B berperan dalam pembentukan sel darah merah.
2. Vitamin A bekerja sebagai bahan dasar untuk pembentukan rodopsin, yang
esensial bagi proses melihat pada keadaan kurang cahaya.
3. Vitamin C bekerja dalam system reduksi-oksidasi (redoks) yang memegang
peranan penting pada banyak reaksi redoks di dalam tubuh.
4. Vitamin D dalam bentuk aktif penting bagi regulasi Ca dan P dalam jaringan
tubuh.
Salah satu cara pengelompokkan vitamin adalah berdasarkan kelarutannya.
Kelarutan vitamin ini penting, bukan hanya dalam kaitan dengan
pengelompokkannya saja tetapi juga mempengaruhi aksi, penyimpanan dalam
tubuh dan toksisitasnya. Vitamin dikelompokkan menjadi 2 kelas :
1. Vitamim larut dalam air (water soluble vitamin).
2. Vitamin larut dalam minyak (fat soluble vitamin).
Antihistamin
Pada orang yang alergi, terjadi ketidakseimbangan sehingga tubuh bereaksi
secara berlebihan atau hipersensitif. Allergen (penyebab alergi) yang masuk ke
dalam tubuh akan memicu tubuh membuat Immunoglobulin E (IgE) yang
kemudian akan terikat pada sel mast yang banyak tersebar dibagian tubuh,
utamanya pada tempat-tempat yang sering kontak dengan lingkungan seperti
selaput lender hidung, saluran nafas/bronkus, kulit, mata, mukosa usus, dan lain-
lain. Sel mast ini kemudian akan melepaskan histamin Antihistamin merupakan
zat-zat yang dapat mengurangi atau menghalangi efek histamin dalam tubuh.
Pengobatan terhadap alergi umumnya menggunakan obat-obat antihistamin,
meski demikian penyebab utama alergi harus terlebih dahulu dihindari.
Antihistamin adalah obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan kerja
histamin dalam tubuh melalui mekanisme penghambatan bersaing pada sisi
reseptor H1, H2 dan H3. Efek antihistamin bukanlah suatu reaksi antigen-
antibodi karena tidak dapat menetralkan atau mengubah efek histamin yang
sudah terjadi. Antihistamin pada umumnya tidak dapat mencegah produksi
histamin. Antihistamin bekerja terutama dengan menghambat secara kompetitif
(bersaing) interaksi histamin dengan reseptor histaminrgik. Berdasarkan
hambatan pada reseptor khas histaminrgik, antihistamin dibagi menjadi yakni:
1. Antagonis H1 digunakan untuk pengobatan gejala-gejala akibat reaksi alergi.
2. Antagonis H2 digunakan untuk mengurangi sekresi asam lambung pada
pengobatan penderita tukak lambung.
3. Antagonis H3 belum digunakan untuk pengobatan, masih dalam proses
penelitian lebih lanjut.
Gambar 1.1 Rumus Umun Antihistamin
Steroid
Bila dilihat dari struktur kimia hormon, hormon memiliki struktur kimia
yang bervariasi seperti steroid, peptide, asam lemak dan turunan asam amino
aromatik. Adanya modifikasi pada struktur inti steroid seperti perubahan
ataupun pemasukan gugus fungsional pada inti steroid akan menyebabkan
perubahan pada aktivitas biologis steroid. Hampir semua steroid dinamakan
berdasarkan rumus inti turunannya seperti cholestane, androstane, pregnane atau
estrane.
C. Prosedur Kerja
+HCl panaskan
E. Pembahasan
Sampel no 82 memiliki karakteristik berupa
serbuk kasar dengan warna merah sedikit pink.
Sampel ini dapat larut ketika ditambahkan etanol,
sehingga analitnya dapat tertarik. Analit yang
tertarik kemudian diambil dan dimasukkan
kedalam tabung reaksi, kemudian analit
direaksikan dengan penambahan HNO3 pekat.
Hasil yang terbentuk berupa larutan menjadi
berwrna kuning yang menunjukkan bahwa
Gambar 1.2 Struktur Vitamin B12 senyawa tersebut merupakan vitamin B12.
Gambar 1.3 Struktur Betametason
Sedangkan sampel no 210
memiliki karakteristik berupa krim
berwarna putih dan dapat sedikit melarut
ketika ditambahkan air secara berlebih,
namun penarikan analit dilakukan
dengan menambahkan etanol. Analit
yang tertarik ditambahkan dengan α-
naftol kemudian ditambah H2SO4 pekat dan warna analit berubah menjadi warna
hijau pada lapisan bawah analit, setelah disentrifugasi warna hijau semakin
terlihat jelas. Sampel ini dinyatakan positif sebagai senyawa golongan steroid
yakni Betametason.
F. Kesimpulan
Setelah dianalisis dapat disimpulkan bahwa sampel no 82 merupakan
golongan vitamin yakni vitamin B12 sedangakan sampel no 210 merupakan
golongan senyawa steroid yakni Betametason.
G. Daftar Pustaka
Patrick, Graham. (1995). An Introduction To Medicinal Chemistry. New York:
Oxford University Press.
Siswandono. Soekarjo,B. (2000) Kimia Medisinal Edisi 2. Surabaya : Airlangga
University Press Beale, JM. Block,JH. (2011). Wilson and Gisvold’s
Textbook Of Organic Medicinal and Pharmaceutical Industry. USA:
Lippincott Williams and Wilkins
Tan, HT. Rahardja,K. (2007). Obat-obat Penting, Edisi 5. Jakarta: PT.Elex
Media Komputindo
H. Lampiran