Tujuan Percobaan
- Melakukan analisis kualitatif zat aktif dalam sediaan Farmasi dengan
metode spektrofotometri UV-sinar tampak
- Melakuka analisis kuantitatif zat aktif dalam sediaan Farmasi dengan
metode spektrofotometri Uv-sinar tampak
- Menyimpulkan mutu sediaan Farmasi dengan data spectrum UV-sinar
tampak dan hasil penetapan kadar zat aktif
Obat anti radang bukan steroid atau yang lazim dinamakan non
streroidal anti inflammatory drugs (NSAIDs) atau anti inflamasi non
steroid (OAINS) adalah golongan obat yang bekerja terutama di perifer
yang berfungsi sebagai analgesik (pereda nyeri), antipirektik (penurun
panas) dan antiinflamasi (anti radang). Obat asam asetil salisilat (aspirin)
ini mulai digunakan pertama kalinya untuk pengobatan simptomatis
penyakit-penyakit rematik pada tahun 1899 sebagai obat anti radang
bukan steroid sintetik dengan kerja antiradang yang kuat. (Dannhardt dan
Laufer, 2000).
Aspirin ditemukan oleh Bayer pada tahum 1893. Aspirin
merupakan obat yang ditemukan tertua dan banyak dikonsumsi sebagai
obat dan diproduksi di US sebanyak 10.000 juta kg/tahun. Aspirin disebut
juga asam asetil salisilat, sering digunakan sebagai pereda sakit
(analgesic). Aspirin adalah turunan dari asam salisilat. Berikut sifat-sifat
dari aspirin:
- Aspirin berbentuk kristal berwarna putih
- Bersifat asam lemah (pH 3,5) dengan titik lebur 135C
- Mudah larut dalam cairan ammonium asetat, karbonat, sitrat atau
hidroksida dari logam alkali.
- Stabil dalam udara kering, tetapi terhidrolisis perlahan menjadi asetat dan
asam salisilat bila kontak dengan udara lembab.
- Dalam campuran basa, proses hidrolisis ini terjadi secara cepat dan
sempurna.
- Bersifat analgesik, antipyretic (fever reducer), nti-inflammatory
(inhibition of the synthesis of prostaglandins), dan memiliki efek samping
seperti: gastric irritation dan bleeding.
III. Alat dan Bahan
Alat Bahan
Spektrofotometri Shimadzu Aspirin
UV Mini 1240/Thermo
Genesys 10 UV
Gelas kimia Asam salisilat
Labu Ukur NaOH 1 M
Pipet tetes FeCl3 0,02 M
Timbangan Aquadest
Labu Erlenmeyer
Batang pengaduk
Hot plate
IV. MSDS
1. NaOH Kelarutan : Larut
Bentuk : Padat dalam air
Warna : Putih Titik Leleh : 37 o C
pH : 13,5 Titik DIdih : 280 o C
Titik Didih : 388o C 3. Aspirin
Titik Leleh : 323 o C Bau : Tidak
Kelarutanan : Mudah berbau
larut dalam air dan Rasa : Asam
etanol Warna : Serbuk
2. FeCl3 hablur putih
Bentuk : Kuning Kelarutan : Sukar
kecoklatan larut dalam air, dalam
etanol, larut dalam Bau : Tidak
kloroform . berbau
4. Aquadest pH :7
Warna : Bening Titik Didih : 100 o C
V. Prosedur Percobaan
Pembuatan larutan standar Fe-salisilat dan kurva kalibrasi
Larutan standar
Ditimbang dengan seksama 160 mg baku pembanding asam salisilat
ke dalam labu erlenmeyer 50 ml. Dicatat jumla asam salisilat yang
ditimbang. Ditambahkan NaOH 1 N 5 ml. Bila perlu, ditempatkan labu
erlenemeyer di atas hot plate. Campuran kemudian dipanaskan selama 5
menit secara perlahan sambil diaduk dengan batang pengaduk, hingga
padatan larut sempurna. Setelah itu, dinginkan larutan..
Larutan dipindahkan ke dalam labu takar 100 ml. Lalu diencerkan
dengan aquadest hingga tanda batas. Larutan yang diperoleh adalah larutan
stok baku pembanding. (Tandai labu takar dengan kode SA). Masing-
masing larutan dipipet 0,5; 0,4; 0,3; 0,2 dan 0,1 ml larutan stok baku
pembanding ke dalam labu takar 10 ml. Lrutan diencerkan dengan FeCl3
0,02 M.
Diukur absorbansi masing-masing larutan standar tersebut pada
panjang gelombang 530 nm. Mulailah pengukuran dari larutan yang paling
encer. Kuvet dibilas terlebih dahulu sebelum diisi dengan larutan standar
selanjutnya. Digunakan larutan FeCl3 0,02 M sebagai larutan blanko.
Larutan Uji
Lima tablet aspirin diserbukkan. Ditimbang serbuk tablet aspirin setara
dengan 160 mg aspirin. Persiapkan larutan stok aspirin ASA (seperti
prosedur Larutan standar). Dibuat pengenceran larutan stok standar ASA,
yaitu dengan memipet 0,3 ml larutan stok ASA ke dalam labu takar 10 ml,
lalu diencerkan dengan larutan FeCl3 0,02 M hingga tanda batas. Diukur
dan dicatat absorbansi dari larutan pada panjang gelombang 530 nm.
Ditentukan kadar aspirin dalam tablet aspirin dengan menggunakan
persamaan regresi linier yang didapat dari kurva kalibrasi.
Larutan standar
160
= 1600 ppm
0,1
480
10. N1 = 800 N1 = = 48 ppm
10
800
N1 = 10
= 80 ppm V1. N1 = V2.N2
320
10. N1 = 640 N1 = = 32 ppm
10
640
N1 = 10
= 64 ppm V1. N1 = V2.N2
C (mL) A C (ppm)
0.5 0,955 80
0,4 0,751 64
0,3 0,597 48
0,2 0,446 32
0,1 0,177 16
0.6
0.4 y
Linear (y)
0.2
0
0 20 40 60 80 100
C (ppm)
Larutan Uji
160
Berat tablet aspirin yang ditimbang = 1500 2340 = 249,6
Konsentrasi
y =bx+a
0,255 = 0,0116 x + 0,0269
0,255 - 0,0269 = 0,0116 x
0,2281 = 0,0116 x
0,2281 / 0,0116 = x
19,6638 ppm = x
Kadar aspirin
0,255 = 3 : 10 hasil dari pengenceram sampel 1
10 10 10
x x konsentrasi
0,3 1 3
10 10 10
x x 19,6638
0,3 1 3
= 21848,667 ppm
21848,667 mg / L = 218,49 mg / 10 mL
100%
218,49
100% = 68,278 %
320
Menurut Farmakope VI kadar aspirin tidak kurang dari 99,5 % dan tidak
lebih dari 100,5 %
VII. Pembahasan
Spektrofotometri merupakan metode analisis yang didasarkan pada
absorpsi radiasi elektromagnetik yang bereaksi dengan electron pada suatu
bahan. Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau
absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang.
Spektrofotometri terdiri dari beberapa jenis berdasarkan sumber cahaya
yang digunakan, yaitu Spektofotometri UV (Ultra Violet),
spektrofotometri visible ( Sinar Tampak ), spektrofotometer UV-Vis, dan
Spektrofotometri IR (Inframerah), memiliki prinsip kerja yang sama yaitu
adanya interaksi antara materi materi dengan cahaya yang memiliki
panjang gelombang tertentu. Perbedaannya terletak pada panjang
gelombang yang digunakan. Keuntungan alat ini yaitu mempunyai
sensitivitas yang relative tinggi, pengerjaannya mudah sehingga
pengukuran yang dilakukan cepat, dan mempunyai spesifisitas yang
baik.(Sastrohamidjojo,2001)
Spektrofotometri UV-Vis dapat digunakan baik untuk sampel yang
berwarna maupun tidak berwarna. Metode spektrofotometer UV-Vis lebih
banyak dipakai untuk analisis kuantitatif dibandingkan kualitatif.
Konsentrasi dari analit di dalam larutan bisa ditentukan dengan mengukur
absorban pada panjang gelombang tertentu dengan menggunakan hukum
Lambert-Beer (Khopkar, 2002)
Prinsip kerja spektrofotometri UV-Vis yaitu suatu molekul yang
dikenai sinar dari sumber radiasi akan diteruskan menuju monokromator.
Cahaya dari monokromator di arahkan terpisah melalui sampel dengan
sebuah cermin berotasi. Detektor menerima cahaya dari sampel secara
bergantian dan berulang, sinyal listrik dari detektor diproses sehingga di
dapatkan nilai absorbansi.(Day and Underwood, 1999)
Pada percobaan kali ini dilakukan penentuaan kadar aspirin (asam
asetil salisilat) di dalam suatu sediaan farmasi dengan cara analisis
kuantitatif. Aspirin merupakan asam organik yang lemah, mengandung
gugus kromofor yaitu karboksil (asam karboksilat) dan benzen. Gugus
kromofor pada aspirin merupakan gugus yang dapat menghasilkan warna.
Pada penetapan kadar aspirin dilakukan dengan pembuatan larutan standar
dan pembuatan larutan uji. Pada pembuatan larutan standar baku
pembanding yang digunakan yaitu asam salisilat, sedangkan pada larutan
uji digunakan aspirin. Pengerjaan larutan standar dilakukan dengan
menimbang 160 mg asam salisilat. Sedangkan pada aspirin dilakukan
penimbangan 5 buah tablet aspirin yang kemudian digerus dan diambil
sebanyak 160 mg. ditambahkan 5 ml NaOH 1,0 N agar terjadi reaksi
hidrolisis dari asam salisilat menjadi asam salislat yang kehilangan atom
H.
Pada aspirin juga terjadi hidrolisis dan strukturnya akan sama dengan
asam salislat yang telah dihidrolisis karena gugus etil ada aspirin terlepas.
Lalu, dilakukan pemanasan pada larutan uji dengan maksud untuk
mempercepat kelarutan pada aspirin. Namun didapat larutan uji agak
keruh karena adanya eksipien pada tablet yang tidak larut. Larutan uji
dibuat sebanyak 2 kali untuk dilakukan perhitungan duplo agar diketahui
keakuratan kadar.
Kemudian kedua larutan diencerkan dengan aquadest. Penambahan
aquadest bertujuan untuk melarutkan sampel dan menurunkan konsentrasi
sampel. Dipipet masing masing 0,5;0,4;0,3;0,2;0,1 ml untuk larutan stok
baku pembanding ke dalam labu takar 10 ml. larutan standar dibuat
menjadi 5 konsentrasi yang berbeda agar pada saat mencari kadar aspirin,
telah diketahui kurva kalibrasi dan didapat persamaan regresi linear. Pada
larutan uji dilakukan analisis secara kualitatif yaitu dengan melihat
panjang gelombang pada konsentrasi 0,3 dan didapat hasil sebesar 530 nm
yang sesuai dengan panjang gelombang maksimum pada spektrofotometer
UV-Vis. Lalu, diukur masing-masing absorbansi pada setiap konsentasi.
Didapat hasil bahwa pada konsentrasi 0,1 didapat absorbansi sebesar
0,177 A, pada konsentrasi 0,2 didapat nilai aborbansi sebesar 0,446 A,
pada konsentasi 0,3 yaitu sebesar 0,597 A, lalu pada 0,4 yaitu sebesar
0,751 A, dan pada konsentasi 0,5 sebesar 0,955 A.
Pada larutan uji, dipipet 0,3 ml, kemudian diencerkan dengan larutan
FeCl3 0,02 M yang berfungsi untuk membentuk kompleks ungu dengan
asam salisilat yang telah dihidrolisis pada kedua larutan. Selain itu FeCl3
digunakan sebagai blanko pada saat pengukuran absorbansi larutan
standard dan larutan uji agar alat spektrofotometer UV-Visible mengenal
matriks selain sampel sebagai pengotor. Namun, pada larutan uji dengan
konsentrasi 0,3 dalam 10 mL tidak dapat terbaca, maka diencerkan
kembali dengan dipipet 1 mL dari larutan uji dalam 10 mL FeCl3, dan
didapatkan hasil sebesar 0,832 A. Menurut Hukum Beer absorbansi yang
memenuhi serapan itu antara 0,2 0,8 maka larutan uji tersebut
diencerkan kembali dengan dipipet 3 mL dari larutan uji dengan
pengenceran 1:10 dalam 10 mL FeCl3, dan didapat hasil absorbansi
sebesar 0,255. Kemudian, didapat hasil kadar aspirin sebesar 68, 278%.
Menurut FI IV (1995 : 31) Asam Asetilsalisilat mengandung tidak kurang
dari 99,5% dan tidak lebih dari 100,5% , sedangkan hasil yang kita dapat
kadar sebesar 68,278% artinya Aspirin yang kita uji tidak memenuhi
syarat sesuai dengan Farmakope. Hal ini disebabkan karena ada beberapa
faktor yang mempengaruhi menurut Hendayana (1994) yaitu meliputi
jenis pelarut, pH, suhu, konsentasi elektrolit yang tinggi dan adanya zat
penganggu.
VIII. Kesimpulan
Spektrofotometri merupakan metode analisis yang didasarkan pada
absorpsi radiasi elektromagnetik yang bereaksi dengan elektron pada
suatu bahan.
Pada larutan uji dilakukan analisis secara kualitatif dan diperoleh hasil
530nm pada konsentrasi 0,3
Pada konsentrasi 0,1 didapat nilai absorbansi sebesar 0,177 A
Pada konsentrasi 0,2 didapat nilai aborbansi sebesar 0,446 A
Pada konsentasi 0,3 didapat nilai aborbansi sebesar 0,597 A
Pada konsentrasi 0,4 didapat nilai aborbansi sebesar 0,751 A
Pada konsentasi 0,5 didapat nilai aborbansi sebesar 0,955 A.
Kadar aspirin yang diperoleh adalah sebesar 68, 278%
Aspirin yang diuji tidak memenuhi persyaratan sesuai dengan Farmakope.
IX. Daftar Pustaka
Day and Underwood. 1999. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga
Dannhardt, G., dan Laufer, S., 2000. Structural approach to explain the
selectivity of COX-2inhibitors: is there a common pharmacophore?
Curr Med Chem
Gandjar, Ibnu Gholib. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Kauffman, M. H. (2000). Relational Maintenance in Long-distance
Relationships: Staying Close. Faculty of the Virginia Polytechnic
Institute and State University.
Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta:
Universitas Indonesia.
Sastrohamidjojo, Hardjono. 2001. Kimia Dasar. Yogyakarta: UGM
Press.