Anda di halaman 1dari 4

Praktikum kali ini yang dilakukan adalah identifikasi suatu sampel dengan menggunakan pengukuran kolorimetri.

Kolorimetri adalah suatu metoda analisis kimia yang didasarkan pada tercapainya kesamaan warna antara larutan sampel dan larutan standar, dengan menggunakan sumber cahaya polikromatis dengan detektor. Persyaratan larutan yang sesuai untuk absorbsi sinar tampak adalah larutan harus berwarna. Oleh karena itu metoda spektroskopi sinar tampak disebut juga dengan metoda kolorimetri dan alatnya disebut dengan kolorimeter. Kolorimeter didasarkan pada perubahan warna larutan yang sebanding dengan perubahan konsentrasi komponen pembentuk larutan. Sampel yang digunakan pada kali ini adalah air dengan beberapa kondisi yang akan diukur kadar besi yang ada didalamnya. Cahaya plikromatis yang digunakan adalah cahaya visible yang sering disebut juga dengan cahaya tampak. Dimaksud sebagai sinar tampak adalah sinar yang dapat dilihat oleh mata manusia. Cahaya yang dapat dilihat oleh mata manusia adalah cahaya dengan panjang gelombang 400-800 nm dan memiliki energi sebesar 299149 kJ/mol. Hal itu terjadi karena Elektron pada keadaan normal atau berada pada kulit atom dengan energi terendah disebut keadaan dasar dimana Energi yang dimiliki sinar tampak mampu membuat elektron tereksitasi dari keadaan dasar menuju kulit atom yang memiliki energi lebih tinggi atau menuju keadaan tereksitasi. Hal yang pertama dilakukan adalah membuat larutan dan zat kimia yang diperlukan pada metode pengukuran dengan kolorimetri. Larutan pertama yang harus disiapkan adalah larutan besi(II) standar yang dibuat dengan menimbang 0.072g besi amonium sulfat, kemudian dimasukkan kedalam labu ukur 1 liter lalu larutkan dengan aquadest secukupnya. Lalu ditambahkan 2,5ml asama sulfat dan add dengan aquadest hingga sesuai dengan batas dari labu. Digunakan labu ukur dalam proses pencampuran adalah karena labu ukur merupakan instrument laboratorium yang bersifat kuantitatif yang digunakan untuk melakukan proses pengenceran dikarenakan mudah dalam proses pengocokannya. Aduadest digunakan karena senyawa besi amonium sulfat larut dalam aquadest, dan digunakan aquadest untuk menggilangkan pengganggu yang akan berpengaruh dalam proses pengukuran. Selanjutnya Larutan lain yang disiapkan adalah 1,10-phenanthroline dibuat dengan cara melarutkan 100mg 1,10-phenantroline monohydrate dalam 100ml aquadest. Digunakan phenantroline monohydrate dikarenakan apabila digunakan phenantroline yang mengandung air maka komponen besi yang ada dalam air phenentroline akan menyebabkan kesalan dalam proses identifikasi. Kemudian siapkan larutan hydroxylammonium chlorida dengan cara melarutkan 10g hydroxylammonium chlorida dalam 100 ml air dalam labu ukur

dan menyiapkan larutan antrium asetat dengan menimbang 10g natrium asetat kemudian larutkan dalam 100ml air dengan cara yang sama dengan pembuatan larutan yang sebelumnya. Setelah dilakukan penyiapan larutan dan zat kimia yang digunakan, Prosedur pertama yang dilakukan adalah Pada sejumlah labu ukur 100 mL, ditambahkan sebanyak 1, 2, 5, 10, dan 25 mL larutan standar besi(II). Kemudian pada labu ukur lain ditempatkan 50 mL air destilasi sebagai blanko. Pembuatan blanko bertujuan mengetahui apakah aquadest yang kita gunakan mengandung besi(II) yang dapat mengacaukan proses pembacaan dan penentuan kadar besi(II) dalam sampel. Sampel yang akan diukur dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL lainnya. Ke dalam setiap labu ukur ditambahkan 1 mL larutan hidoksil ammonium klorida dan 5 mL larutan 1,10-fenantrolin. Larutan Hidroksilamin digunakan untuk mereduksi bentuk feri (Fe3+) menjadi bentuk fero (Fe2+) dan menjaga agar tetap pada bentuk fero. Setiap larutan juga ditambahkan buffer sebagai penyangga yang dilakukan dengan menambahkan 8 mL larutan natrium asetat untuk menghasilkan warna merah ferro dari 1,10fenantrolin. Dapar natrium asetat bekerja dengan menyangga larutan pada rentang pH dari 3.7 hingga 5.6 dimana kompleks besi (II) fenantrolin akan terbentuk pada pH antara 2 hingga 9 sehingga sesuai dengan pH dari penyangga yang digunakan. Natrium asetat juga dapat menetralisasi asam yang ada. Selanjutnya larutan didiamkan selama 15 menit pada saat setelah dilakukan penambahkan reagen, sebelum dilakukan pengukuran absorbansi untuk membiarkan kompleks berwarna seluruhnya terbentuk. Sejak kompleks terbentuk, perlahan-lahan warna akan stabil. Selanjutnya tiap larutan diencerkan tepat 100 mL pada batas labu ukur. Pengukuran pada standar, masing-masing seharusnya menghasilkan pembacaan kadar 0.1, 0.2, 0.5, 1, dan 2.5 ppm. Sebelum dilakukan pengukuran seluruh standar terlebih dahulu dilakukan pengukuran satu larutan standar yang bertujuan untuk menentukan nilai panjang gelombang pada absorbansi yang terbesar. Pengukuran tersebut dilakukan pertama-tama dengan mengaktivasi aplikasi Win ASPECT pada komputer instrument, kemudian klik initiallize device yang bertujuan untuk menentukan jenis lampu yang digunakan, pada percobaan ini digunakan lampu visible sehingga yang diaktifkan adalah lampu visible. Kemudian siapkan cuvet dan masukkan sedikit blanko kealat yang bertujuan untuk membersihkan blanko dari larutan lain yang mungkin menempel pada dinding cuvet. Kemudian masukkan blanko kedalam cuvet dengan volume sesuai untuk proses pengukuran . Cuvet harus dipengang pada bagian yang

kasar karena bagian yang halus merupakan bagian yang akan dilalui oleh sinar visible dari sumber sinar. Kemudian masukkan kedalam instrumen lalu klik set parameter pada komputer dan pilih scan mode. Pilih rentang panjang gelombang visible yang akan digunakan, dimana pada percobaan ini digunakan rentang panjang gelombang visible adalah 400-700nm, lalu klik reffrence dimana akan muncul kurva dimana blanko sebagai pembanding. Dengan cara yang sama masukkan salah satu larutan standar ke dalam cuvet. Bedasarkan pengukuran akan muncul pada komputer nilai panjang gelombang dan absorbansi, lalu pilih nilai panjang gelombang pada absorbansi terbesar agar hasil pengukuran yang diperoleh lebih sensitif dan maksimal. Diperoleh panjang gelombang pada absorbansi maksimal adalah 512nm. Setelah diperoleh panjang gelombang pada nilai absorbansi yang maksimal maka dilakukan pengukuran seluruh larutan standar kembali dan penentuan absorbansi dari masingmasing sampel dengan cara pertama-tama mengubah mode pengukuran pada aplikasi WinASPECT menjadi mode wavelength lalu kemudian masukkan panjang gelombang yang diperoleh dari proses sebelumnya yaitu 512nm. Proses selanjutnya yang dilakukan mirip seperti proses sebelumnya dalam menentukan panjang gelombang yaitu dengan memasukkan larutan standar kedalam alat dan kemudian klik start measurment setelah beberapa detik akan muncul hasil berupa panjang gelombang dan absorbansi dalam tiga kali percobaan pada komputer untuk mengurangi kesalahan dalam pengukuran. Kemudian dibuat kurva kalibrasi dengan mengukur absorbansi tiap larutan standar pada panjang gelombang dengan absorbansi maksimum yang kemudian lakukan pengukuran konsentrasi besi(II) dalam sampel . Dimana konsentrasi sebagai sumbu X dan absorbansi sebagai sumbu Y. Dalam melakukan pengukuran absorbansi digunakan spektrofotometer double beam, dimana spektrofotometer double beam merupakan spektrofotometer yang dapat langsung mengukur nilai blanko bersamaan dengan larutan yang diinginkan dalam satu kali proses yang sama dimana Prinsip pengukurannya adalah dengan adanya chopper yang akan membagi sinar menjadi dua, dimana salah satu melewati blanko (disebut juga reference beam) dan yang lainnya melewati larutan (disebut juga sample beam). Syarat analisis menggunakan visible double beam adalah larutan yang dianalisis bersifat stabil membentuk kompleks dan larutan berwarna. Oleh karena itu, dalam penetuan kadar besi dalam air, perlu ditambahakan hidroksilamin-HCl 5% untuk mereduksi Fe3+ menjadi Fe2+. Besi dalam keadaan Fe2+ akan lebih stabil dibandingkan besi Fe3+. Dalam keadaan dasar, larutan besi tidak berwarna sehingga perlu ditambahkan larutan orto-fenantrolin agar membentuk kompleks larutan berwarna. .

Anda mungkin juga menyukai