Anda di halaman 1dari 8

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil
4.1.1 Uji Organoleptik
Sampel Parameter Hasil
Bau Tidak berbau
Rasa Pahit
Antimo
Warna Merah muda
Bentuk Serbuk hablur
4.1.2 Uji Fluoresensi
Sampel Parameter Hasil

Antimo UV 366 nm

Berfluoresensi
4.1.3 Uji Kelarutan
Sampel Parameter Hasil

Aquades

Antimo Tidak Larut

Alkohol 95 %

Tidak larut
NaOH

Tidak Larut

HCl

Tidak larut
4.1.4 Reaksi Warna
Sampel Parameter Hasil

H2SO₄

(+) Warna Kuning


kecoklatan
Antimo

Marquish

(+) Warna Coklat


FeCL3

(+) Warna Merah muda


4.1.5 Uji Pengkristalan
Sampel Parameter Hasil

Antimo Bentuk kristal

Bentuk batang
4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini, dilakukan percobaan antihistamin yang bertujuan
untuk menganalisis obat-obat dari golongan antihistamin. Menurut Gan (2007),
antihistamin adalah obat yang bekerja sebagai antagonis reseptor histamin yang
ada, seperti reseptor histamin H1, H2, H3. Antagonis Reseptor H1 (AH1)
menghambat efek histamin di pembuluh darah, bronkus dan otot polos, selain itu
AH1 juga dapat mengobati reaksi hipersensitivitas.
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini antara lain
berupa, cawan porselin, corong, cover glass, gelas kimia, lumpang alu, lampu uv,
objek glass, penjepit, pipet tetes, rak tabung reaksi, spatula, sudip, dan tabung
rekasi. Dan untuk bahan yang digunakan yaitu alkohol 95%, aquades, FeCl3,
H2SO4, HCL, kloroform, NaOH, formalin, label, kertas perkamen dan tisu.
Sampel yang digunakan pada percobaan ini, yaitu antimo. Antimo adalah
obat chemical yang mengandung dimenhidrinat 50 mg. Mekanisme kerja
dimenhidrinat yang sebenarnya belum diketahui dengan jelas, namun
dimenhidrinat mempunyai efek menekan fungsi hiperstimulasi labirin. Obat ini
efektif untuk mencegah dan pengobatan mual dan muntah yang disebabkan
mabuk perjalanan.
Untuk dapat memberikan efek optimum, Antimo agar digunakan minimal 1/2 atau
1 jam sebelum melakukan perjalanan. Antimo merupakan antihistamin dan
memberikan efek rasa kantuk sehingga dapat menurangi terjadinya mual dan
muntah (PT Phapros, 2009).
Pada percobaan ini, tahapan awal yang dilakukan yaitu preparasi sampel.
Preparasi sampel diawali dengan penyiapan alat dan bahan yang akan digunakan,
selanjutnya dibersihkan alat dengan alkohol 70% agar alat-alat tersebut bersih dari
bakteri yang melengket. Hal ini sesuai dengan pernyataan Zuhri (2021), alkohol
70% akan membunuh kuman yang ada di suatu permukaan dengan cara
menghancurkan dinding sel kuman tersebut. Sehingga, bakteri maupun virus yang
menempel di permukaan benda bisa benar-benar mati dan hancur.
Sampel antimo yang telah disiapkan selanjutnya digerus untuk
memperkecil ukuran sampel. Hal ini sesuai dengan penjelasan Suryadi (2010),
bahwa proses penggerusan bertujuan untuk memperkecil ukuran zat padat yang
akan mempengaruhi luas permukaan, tingkat homogenitas, dan tingkat kerja
optimal zat aktif. Pengecilan ukuran ini akan mempermudah terjadinya reaksi
antara sampel dengan reagen, selain itu juga dapat mempermudah pengamatan.
Sampel
Pada percobaan ini, dilakukan 5 jenis uji kualitatif untuk menganalisis atau
mengidentifikasi antihistamin, yaitu uji organoleptik, uji fluoresensi, uji kelarutan,
uji reaksi warna dan pengkristalan.
4.2.1 Uji Organolpetik
Menurut Dendi Gusnadi, dkk (2021), uji organoleptik adalah sebuah uji
berdasarkan kesukaan dan keinginan pada suatu produk. Uji organoleptik biasa
disebut juga uji indera atau uji sensori merupakan cara pengujian dengan
menggunakan indera manusia sebagai alat utama untuk pengukuran daya
penerimaan terhadap produk. Pada sampel antimo, diperoleh hasil yaitu rasa
sampel yang pahit, tidak berbau, berwarna merah muda, dan berbentuk serbuk.
4.2.2 Uji Fluoresensi
Fluoresensi adalah proses pemancaran radiasi cahaya oleh suatu materi
setelah tereksitasi oleh berkas cahaya berenergi tinggi. Fluoresensi terjadi karena
proses absorpsi cahaya oleh atom yang mengakibatkan keadaan atom tereksitasi.
Pada percobaan ini didapatkan hasil sampel antimo berfluoresensi dengan warna
pink menyala.
4.2.3 Uji Kelarutan
Pada uji ini digunakan 4 jenis pelarut, yaitu aquades, alkohol 95%, HCL,
dan NaOH. Berdasarkan percobaan yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa pada
keempat pelarut yang digunakan tidak mengalami kelarutan. Menurut Dirjen
POM (2014), kelarutan dari dimenhidrinat sendiri yaitu sukar larut dalam air,
mudah larut dalam etanol dan dalam kloroform. Dan agak sukar larut dalam eter.
4.2.4 Uji Reaksi Warna
Pada uji warna dengan tiga pereaksi yaitu H 2SO4, marquish dan FeCl3.
Berdasarkan percobaan yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa pada pereaksi
H2SO4 menghasilkan warna kuning kecoklatan. Dan pada pereaksi marquish
didapatkan hasil warna coklat. Hal ini sebanding dengan litteratur menurut Netty
(2008), bahwa golongan antihistamin yang direaksikan dengan pereaksi marquish
menghasilkan warna kuning sampai coklat. Selanjutnya hasil yang didapatkan
pada pereaksi FeCl3 yaitu, menghasilkan warna jingga. Hal ini sebanding dengan
literatur menurut Netty, 2008 bahwa senyawa golongan antihistamin yang
direaksikan dengan FeCl3 akan menghasilkan warna jingga.
4.2.5 Uji Kristal
Pada uji ini digunakan asam pikrat. Dilakukan dengan cara sampel
dimasukkan kedalam gelas kimia, kemudian dilarutkan dengan asam pikrat. Lalu
ditetesi diatas kaca objek dan diamati dengan menggunakan mikroskop.
Berdasarkan percobaan yang dilakukan, didapatkan kristal berbentuk batang
(Bacillus).
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, A.D., dan Mahdi.,2003. Penatalaksanaan Penyakit Alergi.Edisi I, Jakarta:


Fakultas Kedokteran Indonesia.

Anjarsari, P. (2014). Literasi Sains dalam Kurikulum dan Pembelajaran IPA


SMP. Prosiding Semnas Pensa VI. ISBN: 4(3): 602-607

Arwin, A.P., Zakiudin, M., Nia, K., 2008. Buku Ajar Alergi-Imunologi Anak Edisi
Kedua, Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia.

Cartika, H., 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Farmasi. Jakarta: Pusdik SDM
Kesehatan.

ChemSpider. 2022. Sulfuric Acid. 231-594-1.

Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia, Edisi III, Jakarta: Departemen


Kesehatan Republik Indonesia.

Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia, Edisi IV. Jakarta: Departemen


Kesehatan Republik Indonesia.

Dirjen POM. 2014. Farmakope Indonesia, Edisi V. Jakarta: Kementrian


Kesehatan Republik Indonesia.

Dirjen POM. 2020. Farmakope Indonesia, Edisi VI. Jakarta: Kementrian


Kesehatan Republik Indonesia.

Gan, V.S.H., dan Istiantoro, Y.H., 2007, Peisilin, Sefalosporin dan Antibiotik
Betalaktam Lainnya,dalam Gunawan, S.G., Setiabudy, R., Nafrialdi.
dan Elysabeth., Farmakologi dan Terapi, Hal 667, 678, 681,Bagian
Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

Ganiswarna, S., 1995., Farmakologi dan Terapi Edisi IV, Jakarta: Bagian
Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Goodman & Gilman. 2007. Dasar Farmakologi Terapi, diterjemahkan oleh Tim
Alih Bahasa Sekolah Farmasi ITB, Edisi X, Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC

Gusnadi, Dendi, Riza Taufiq, & Edwin Baharta. 2021. “Uji Organoleptik Dan
Daya Terima Pada Produk Mousse Berbasis Tapai Singkong Sebagai
Komoditi UMKM Di Kabupaten Bandung.” Jurnal Inovasi Penelitian
1 (12): 2883–88.
Jensen, F., 2007. Introductionto Computational Chemistry. Second Edition,
Denmark: Department of Chemistry, University of Southern Denmark.

Junaidi, I., 2012. Pedoman Praktis Obat Indonesia, Jakarta: Bhuana Ilmu Populer.

Katzung, G.B., 2012. Farmakologi Dasar dan Klinik; Penerjemah dan Editor:
Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga.Ed.10. Jakarta: Salemba Medika.

Miessler, G.A., and Tarr, D.A., 2010. Inorganic Chemistry. Pearson

Education,Inc. Neal, M.J., 2006. At a Glance Farmakologi Medis Edisi 5.

Jakarta: Penerbit
Erlangga.

Netty., 2008. Analisis Kualitatif Beberapa Senyawa Golongan Antihistamin


Melalui Reaksi Warna, Mikrokristal, dan Kromatografi Lapis Tipis.
Skripsi. Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Universitas Indonesia.

Siswandono dan Soekardjo B., 2000. Kimia Medisinal, Edisi 2, Surabaya:


Airlangga University Press.

Sudariyadi, Dodik, 2010 “Rancang Bangun Alat Penggerus Obat Dengan Metode
Pengerolan,” Program Studi Diploma III Teknik Mesin Institut
Teknologi Sepuluh November

Tjay, H.T. dan Rahardja, K., 2010. Obat-Obat Penting: Khasiat, Penggunaan dan
Efek-efek Sampingnya. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Zuhri, Fery Dona,2021. Penggunaan Alkohol untuk Kepentingan Medis Tinjauan


Istihsan. Universitas sebelas maret
8

Anda mungkin juga menyukai