Sediaan Steril
02 Analisis Fisikokimia
1 Data kualitatif
Data
Analisis
2 Data kuantitatif
a. Data Kualitatif dan Kuantitatif
Konstanta Ionisasi
Struktur dan bobot molekul. Dari struktur molekul, peneliti dapat membuat
penilaian awal menyangkut sifat potensial dan reaktivitas fungsional dari
molekul bahan aktif obat.
b. Suhu Lebur
Uraian Fisik. Uraian fisik dari suatu obat sebelum pengembangan bentuk sediaan
penting untuk dipahami, kebanyakan zat obat yang digunakan sekarang adalah
bahan padat. Kebanyakan obat tersebut merupakan senyawa kimia murni
yang berbentuk amorf atau kristal. Obat cairan digunakan dalam jumlah yang
lebih kecil, gas bahkan lebih jarang lagi. Untuk mengembangkan bentuk sediaan
maka perlu diketahui tentang uraian fisik suatu bahan agar mempermudah dalam
menentukan metode membuat sediaan.
1 2 3 4
b. Pengujian Mikroskopik LOGO
TEXT HERE
TEXT
TEXT
2019 2019
c. Ukuran Partikel LOGO
TEXT HERE
Ukuran partikel zat yang larut dalam air tidak merupakan masalah kecil,
kecuali dalam bentuk agregat besar, tetapi adakalanya diperlukan untuk
meningkatkan kecepatan pelarutan untuk mengurangi waktu proses
manufaktur. Karakterstik ukuran dan bentuk partikel dapat ditentukan
melalui evaluasi dengan mikroskop electron, optik, atau dengan alat
polarisasi yang dapat membuat foto bentuk dan ukuran partikel.
Karakteristik morfologi bahan aktif obat direkam melalui sketsa atau
yang lebih teliti melalui fotomikrograf, merupakan dokumen
permananen untuk dibandingkan dengan bets selanjutnya.
Sifat-sifat Fisika Kimia LOGO
TEXT HERE
Sifat-sifat fisika dan kimia tertentu dari zat obat dipengaruhi oleh:
Kestabilan
Keragaman Warna
2019 2019
c. Ukuran Partikel LOGO
TEXT HERE
Suatu sifat kimia fisika yang penting dari suatu zat obat adalah kelarutan,
terutama kelarutan sistem dalam air. Suatu obat harus memiliki kelarutan
dalam air agar manjur dalam terapi. Agar suatu obat masuk kedalam sistem
sirkulasi dan menghasilkan suatu efek terapeutik, obat pertama-tema harus
berada dalam bentuk larutan. Senyawa-senyawa yang relative tidak larut
seringkali menunjukkan absorpsi yang tidak sempurna atau tidak menentu.
b. Kelarutan
Ketidak stabilan kimia dari zat obat dapat mengambil banyak bentuk,
karena obat-obat yang digunakan sekarang adalah dari konstituen kimia
yang beraneka ragam.
Secara kimia, zat obat adalah alcohol, fenol, aldehid, keton, ester-ester,
asam-asam, garam-garam, alkaloid, glikosida, dan lain-lain. Masing-
masing dengan gugus kimia relative yang mempunyai kecenderungan
berbeda terhadap ketidak stabilan kimia. Secara kimia proses kerusakan
yang paling sering meliputi hidrolisis dan oksidasi.
★ Add your title
★ Add your title
★ Add your title
a. Konstanta Disosiasi LOGO
TEXT HERE
Semua sifat fisika atau kimia bahan aktif langsung atau tidak
langsung akan dipengaruhi oleh kelarutan. Dalam larutan ideal,
kelarutan bergantung pada suhu lebur. Hubungan dengan
pembuatan sediaan injeksi yaitu sediaan harus larut dalam
pembawanya sehingga ketika sediaan tersebut di suntikkan efek
terapinya bisa tercapai dengan cepat.
c. Disolusi LOGO
TEXT HERE
Purity
Stabilitas fisika dan kimia dari bahan aktif murni sangat perlu untuk
dievaluasi karena jika terdapat keberadaan pengotor dapat
menyebabkan kesimpulan yang salah.
Bebas Impurity
Hubungan dengan pembuatan injeksi karena pada sediaan injeksi
keadaan harus steril dan bebas dari keberadaan pengotor.
Daftar Pustaka
1. Ansel. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta : UI press
2. Anonim. 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Jakarta : Departemen Kesehatan RI
3. Anonim. 1995. Farmakope Indonesia ediai IV. Jakarta : Departemen Kesehatan RI
4. Pharmacopee Ned edisi V
5. Soetopo dkk. 2002. Ilmu Resep Teori. Jakarta : Departemen Kesehatan
6. Voigt. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Yogyakarta : UGM Press
7. Lachman dkk. 1994. Teori Dan Praktek Farmasi Industri. Jakarta : UI Press
8. Departemen Kesehatan RI. 1978. Formularium Nasional edisi II. Jakarta
9. Van Duin. 1947. Ilmu Resep. Jakarta : Soeroengan
10. Anonim. Farmakope Herbal
11. Departement of pharmaceutical Science. 1982. Martindale the Extra Pharmacoeia 28th edition. London: The
Pharmaceutical Press.
12. Badan Pengaeas Obat dan Makanan. ISFI. 2006. ISO Indonesia, volume IV. Jakarta: PT. Anem Kosong Anem
(AKA).
13. Departemen Kesehatan RI. 1978. Formularium Nasional, Ed II. Jakarta.
14. Wade, Ainley and Paul J Weller.Handbook of Pharmaceutical excipients.Ed II.1994.London; The Pharmaceutical
Press.
15. Hardjasaputra, S. L. Purwanto, Dr. dkk. 2002. Data Obat di Indonesia (DOI), edisi 10. Jakarta: Grafidian medi press.
(#Akfar PIM/2010)