SEDIAAN FARMASI
[PHARMACEUTICAL PREFORMULATION]
PREFORMULATION
FORMULATION
&
MANUFACTURING
Pasar Farmasi Dunia
Revenue of the worldwide pharmaceutical market from 2001 to 2019
(in billion U.S. dollars)
https://www.statista.com/statistics/263102/pharmaceutical-market-worldwide-revenue-since-2001/
Disain/Penemuan dan
Pengembangan obat
berbasis komputer,
teknik kimia
kombinatorial dan
Big data : perpustakaan
senyawa yang diisi
dengan molekul yang
disintesis
Namun, zat obat
tidak diberikan
kepada pasien
sebagai senyawa
murni;
Tapi harus
diformulasikan
menjadi produk
obat.
Huge
Time-
consuming
Mahal
$ 1,8
miliar
Gagal
https://cpb-us-e1.wpmucdn.com/sites.northwestern.edu/dist/8/665/files/2015/10/Drug_RD_Brochure-12e7vs6.pdf
Godaan Semua Blockbuster
asumsi produk obat keuangan
Calculate:
• The mole fraction of lidocaine hydrochloride
• The mole fraction of epinephrine
• The mole fraction of water
EVALUASI
• Midtest (UTS)
• Final Test (UAS)
• Quiz
• Tugas
• Presentasi
• Kehadiran > 80%
Konstanta Ionisasi
Taofik Rusdiana, PhD
Pengantar
Asam
(75%)
Basa
obat
(20%)
Proporis obat yang dapat terionisasi : 95% (wells 1988)
Non ionic,
ampolit, alkohol
(5%)
Manalack- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2754920/
Lenalidomide
Apixaban –anticoagulant
(alternatif WF)
ASAM LEMAH :
(garam ) = (A− ) = 10( pH − pKa )
(asam ) (HA)
(basa ) =
(RNH 2 ) = 10 ( pH − pKa )
BASA LEMAH :
(garam ) (RNH )
3
+
pH, pKa, Terionisasi atau tidak terionisasi
• Ketika pH jauh di bawah pKa (setidaknya 3 unit pH), zat obat
yang asam lemah akan benar-benar tidak terionisasi dan
• ketika pH jauh di atas pKa (setidaknya 3 unit pH) zat obat
yang bersifat asam lemah akan terionisasi sepenuhnya
• Jika pH = pKa maka zat terionisasi 50%
pKa dan Kelarutan (S)
Bentuk tak terionisasi = So = kelarutan instrinsik
bentuk terionisasi = Si
Contoh 2.1
pKa dari zat obat yang bersifat asam lemah sulphapyridine adalah 8,0.
Berapa rasio sulphapyridine yang tidak terionisasi dengan yang
terionisasi dalam plasma darah (pH 7,4)?
Kenaikan kelarutan sesuai kenaikan pH untuk obat asam
(pKa 7,4; So =10 mg.mL-1).
Basa Lemah
Data kelarutan untuk metronidazol, menunjukkan perbedaan antara data kelarutan yang diukur secara
eksperimental dan kurva yang diprediksi menggunakan Persamaan (2.18)
Pelajari !
Lihatlah data kelarutan untuk Lipitor (atorvastatin kalsium) dan Seroquel (quetiapine
fumarate) pada Tabel 2.1. Dapatkah Anda membedakan obat mana yang merupakan asam
lemah dan mana yang merupakan basa lemah?
Ringkasan 1
o Jika suatu zat obat memiliki gugus yang dapat terionisasi, maka kelarutannya
akan bervariasi sesuai dengan pH.
o Konstanta ionisasi dikenal sebagai pKa.
o Obat asam akan lebih larut bila pH>>pKa.
o Obat basa akan lebih larut bila pH<<pKa.
o Ketika pH = pKa obat terionisasi 50%.
o Persamaan Henderson-Hasselbalch memungkinkan prediksi kelarutan sebagai
fungsi pH.
Persen ionisasi
S0
PR
• Turunkan persamaan yang memungkinkan penentuan persen ionisasi
sebagai fungsi pH untuk zat obat basa
2.3 Dapar (Buffer)
• Jelas, ketika asam dimasukkan ke larutan air, pH akan turun dan ketika basa
dimasukkan ke larutan air pH akan naik (fenomena ini digunakan sebagai dasar
pengobatan terapeutik - antasida).
• Kadang-kadang, lebih disukai memiliki larutan yang tahan terhadap perubahan pH
setelah zat terlarut terdisolusi (karena kelarutan, persen ionisasi, dan beberapa laju
reaksi bergantung pada pH).
• Larutan yang dirancang untuk menahan perubahan pH setelah penambahan
asam atau basa dikenal sebagai buffer.
• Sistem penyangga biasanya terdiri dari asam atau basa lemah dan garamnya yang
sesuai.
Contoh dapar : kombinasi asam asetat dan natrium asetat:
(Asam lemah)
(garam )
• Asam asetat adalah asam lemah dan karena itu posisi kesetimbangannya terletak di
sebelah kiri.
• Natrium asetat adalah garam dan akan terdisosiasi sepenuhnya, sehingga
kesetimbangannya berada di kanan.
• Jika ion H+ ditambahkan mereka akan bereaksi dengan ion CH3COO−
menghasilkan asam asetat. Ini adalah asam lemah dan hanya terionisasi sedikit.
Jadi pH praktis tetap konstan
• Jika ion OH− ditambahkan, mereka bereaksi dengan asam asetat menghasilkan
ion air dan asetat. Maka pH hanya berubah sedikit
Kapasitas Pendaparan (buffer capacity)
• Buffer biasanya bekerja paling baik bila pH yang dipertahankan sama
atau mendekati pKa asam atau basa lemah yang digunakan.
• Kapasitas Pendaparan : jumlah mol asam atau basa yang harus
ditambahkan pada sistem buffer untuk menghasilkan penurunan atau
peningkatan 1 unit pH
• dapat ditentukan dari persamaan Henderson-Hasselbalch:
Penentuan PKa
• konduktansi (dapat diandalkan hingga ± 0,0001 unit pK atau lebih
baik)
• sel elektrokimia tanpa potensial liquid junction (dapat diandalkan
hingga ± 0,001 pK unit atau lebih baik).
• Nilai pKa farmasi biasanya ditentukan dengan metode yang
didasarkan pada hubungan antara pH larutan dan sifat fisikokimia,
contoh :
openambahan konsentrasi titran,
ospektrofotometri absorbansi ,
orotasi optik, atau
ointensitas fluoresensi
1. Penentuan pKa dengan titrasi potensiometri
• Tersedia instrumentasi otomatis modern yang dapat menentukan nilai pKa, dengan
titrasi potensiometri, dengan jumlah zat obat yang sangat kecil (<10 mg).
• Zat obat dilarutkan dalam air, membentuk larutan asam lemah atau basa lemah.
• Larutan asam atau basa (jika sesuai) dititrasi dan pH larutan dicatat.
• Plot volume larutan titran yang ditambahkan versus pH memungkinkan penentuan
pKa secara grafis, karena jika pH = pKa senyawa terionisasi 50% (Gambar 2.7).
• Keuntungan metode ini signifikan karena tidak memerlukan pengujian analit.
2. Penentuan pKa dalam pelarut bukan air
• Dalam kasus di mana kelarutan terlalu rendah untuk pKa untuk ditentukan secara
potensiometri, co-solvent organik dapat digunakan untuk meningkatkan kelarutan
• Biasanya digunakan metanol, karena dapat larut dengan air, menunjukkan efek pelarutan
yang mendekati air dan kelarutan sering mendekati idealitas.
• Hal ini pada gilirannya akan mempengaruhi disosiasi sehingga nilai pKa yang ditentukan
dalam pelarut bukan disebut pKa tampak, appearent pKa (pK’a).
• Umumnya disosiasi asam lemah lebih dipengaruhi oleh polaritas pelarut daripada
disosiasi basa lemah
Metode Yasuda dan Shedlovsky
• di mana ε adalah konstanta dielektrik dari campuran pelarut bersama dan A dan B
adalah konstan.
• Karenanya, plot pK'a + log [H2O] versus 1/ε harus berupa garis lurus dari slope A
dan intersep B.
• pKa dalam air dihitung ketika [H2O] = 55,5 molal dan ε = 78,5 (Tabel 2.4).
Gambar 2.8 Plot Yasuda-Shedlovsky untuk tiga obat
Gambar 2.7 Plot volume titran yang ditambahkan versus pH larutan
untuk titrasi potensiometri pH.
Ringkasan Kuliah-2
• Ketika suatu obat memiliki gugus fungsi yang dapat terionisasi, kelarutan
akan berubah sesuai pH.
• Obat asam akan mudah larut di media pH tinggi dan obat basa akan bebas
larut di media pH rendah.
• Ionisasi dicirikan oleh nilai pKa. Ketika pH = pKa, molekul akan terionisasi
setengah.
• Pengetahuan tentang pKa memungkinkan prediksi kelarutan dengan pH
dan juga membantu pemilihan garam, jika dianggap perlu (bab berikutnya).
• Selama skrining praformulasi, penentuan pKa secara potensiometri paling
nyaman, tetapi harus diakui bahwa nilai yang dihasilkan harus dianggap
belum pasti
Terimakasih…
PREFORMULASI 3
PAK TAUFIK
18 September 2020
KOEFISIEN PARTISI
PAK TAUFIK
25 September 2020
KELARUTAN
Jika obat memiliki gugus terionisasi maka kelarutan kesetimbangan bentuk tak terionisasi
disebut kelarutan intrinsik (So).
Penambahan buffer harus diperhatikan untuk memastikan garam tidak terbentuk secara
tidak sengaja.
Energi input yang diperlukan untuk memutuskan interaksi solut – solut harus sama dengan
energi entalpi fusi untuk memutus interaksi solut-solut
Untuk larutan non ideal ada entalpi pencampuran, untuk larutan ideal tidak ada
13. Ringkasan
- Kelarutan adalah konsentrasi maksimum zat terlarut (solut) tertentu yang dapat dicapai
dalam pelarut tertentu
- Transisi padatan menjadi larutan terjadi melalui proses disolusi
- Kelarutan termodinamika adalah posisi kesetimbangan
- Disolusi mengendalikan kecepatan dimana kelarutan tercapai
- Kelarutan dibawah 1 mg/mL
14. Kelarutan ideal
- Reaksi spontan
- Delta G besar negatifnya
- Entalpi pencampuran negatif (eksoterm) meningkatkan kelarutan sedangkan entalpi
pencampuran positif (endotermik) mengurangi kelarutan
- THF dan etanol sering digunakan untuk meningkatkan kelarutan
- Persamaan vant hoff menghubungkan titik leleh degn suhu leleh
lnX2 = -deltaH/RT + deltaH/RTm
PREFORMULASI 5
PAK TAUFIK
2 Oktober 2020
DISOLUSI
1. Disolusi = waktu yang menunjukkan proses bagaimana kelarutan dicapai, jika terlalu lama
maka artinya ketersediaan hayati nya buruk, karena proses pelepasannya lama
Kelarutan = kesetimbangan saat titik jenuh
Kategori disolusi dalam BCS:
- rapidly dissolve (cepat, terlarut 80% dalam waktu 30 menit)
- very rapidly dissolve (sangat cepat, terlarut > 80% dalam waktu 15 menit)
2. Model disolusi
- Model Noyes – Whitney = laju disolusi sebanding dengan perbedaan konsentrasi larutan
(C) relatif terhadap kelarutan
dC/dt = k(St – C)
St = kelarutan jenuh
C = kelarutan per waktu
Selisih St dan C makin besar, artinya kecepatan disolusi semakin besar
Mempercepat disolusi bisa dilakukan dengan peningkatan pengadukan
- Model NWNB
dC/dt = DA/hv (St-C)
penentu kecapatan disolusi:
D (koefisien difusi)
A (luas permukaan padatan terlarut
H (ketebalan lapisan di perbatasan), pengadukan cepat, h makin kecil
Lapisannya stagnan
- Model barir antarmuka
Lapisan h mengalami penyegaran yang cepat, gradien konsentrasinya berbeda
- Model dankwerts
Mekanismnya solvasi
3. Pengujian disolusi
Tipe 1 = rotating basket (keranjang), sediaan obat dimasukkan dalam bentuk kering baru
dicelupkan, untuk obat yang mengapung
Tipe 2 = paddle (dayung), sediaan obat ditenggelamkan, untuk obat yang mengendap
Penutup berfungsi menutup agar tidak terjadi penguapan yang mengakibatkan
berkurangnya volume. Gerakannya harus laminar. Volume dan pH harus diatur. Penempatsn
sampling harus diantara paddle dan dinding,
Tipe 3 = reciproting cylinder untuk beads dan controlled release
Tipe 4 = Flow-through cell = airnya mengalir terus, mendekati kondisi tubuh
Tipe 5 = Paddle over disc
Tipe 6 = Rotating cylinder
Tipe 7 = Reciprocating disk
4. Efek “coning: terbentuk kerucut di bagian bawah labu (obat BCS kelas 2 dan 4) sehingga
mengurangi laju disolusi unuk produk lepas cepat yang mengandung sebagian besar eksipien
yang tidak larut
Dapat diatasi dengan pengaruh RPM, semakin tinggi RPM, maka semakin besar
kemungkinan efek coning tidak terjadi
5. Potensi kelemahan dalam pengambilan alikuot
Semakin berkurang volumenya, sehingga ditambahkan medium disolusi yang segar. Agar
volumenya tetap, jadi ketika pengambilan alikuot, digantikan lagi dengan medium disolusi.
Jika tidak, maka dihitung dengan faktor koreksi
6. Kondisi sink
Terjadi apabila C < 10% St
Ketika St = C, maka disolusi tidak terjadi
Uji disolusi dilakukan ketika konsentrasi padatan terlarut tidak pernah meningkat diatas 10%
kelarutan)
7. Tujuan disolusi
- Mengukur variabilitas batch-to-batch
- Menghubungkan sifat disolusi dan pelepasannya pada in vivo
- Uji in vitro
- Uji disolusi terbanding (F2 > 50 artinya sama/ekuivalen secara in vitro)
- Uji BABE
8. Relevansi uji disolusi
a. Volume media
b. Kondisi kandungan saluran pencernaan, untuk pengujian in vivo
- Kompleks, dinamis, berfluktuasi
- Garam empedu dan fosfolipid dalam buffer disolusi, untuk menyamakan/mendekati
dengan kondisi usus
- Pelarutan senyawa yang dapat terionisasi dipengaruhi kekuatan dan komposisi ionik dari
media disolusi
- Konsentrasi zat obat meningkat seiring waktu hingga maksimum
9. Tes standar uji disolusi
Penentuan tipe alat, medium, RPM, dan cara penentuan konsentrasi
10. Laju disolusi intrinsik (IDR/KDI)
- Suatu sediaan seperti tablet akan mengalami penurunan luas permukaan (A). pada uji
disolusi intrinsik, nilai A ini dipertahankan (konstan). Uji ini menjadi parameter untuk
mengathui menghambatnya obat.
- Jika > 10, bagus
1-10, perlu dikonfirmasi
<10, buruk
- Yang menempel pada medium disolusi hanya permukaan obat saja, biasanya bagian lain
ditutupi dengan lapisan lilin
- Dua tipe alat: rotating disk system (alat dan obat gerak) , atau fixed disk method (alatnya
aja yang gerak)
11. Teori kaplan
- Jika konstanta disolusi intrinsik > 1 : tidak bermasalah
- KDI < 0,1 : mengakibatkan masalah
- 0,1 – 1 : ditinjau ulang
- KDI > 1 merupakan BCS kelas 1 dan 3
- KDI < 1 merupakan BCS kelas 2 dan 4
12. IDR sebagai fungsi dari pH
IDR = K . St
- pH mempengaruhi laju disolusi, semakin tinggi pH, laju disolusi meningkat
13. Efek ion umum
- Untuk garam hidroklorida harus diperhatikan karena dapat mengubah disolusi
PREFORMULASI 6
PAK IYAN
9 Oktober 2020
1. Lipofil = permeabilitas bagus tapi kelarutannya jelek, sehingga perlu diperbaiki dengan salah
satu caranya membentuk garam yang relatif terion = larut air. Pemilihan bentuk garam
disesuaikan dengan efek yang dihasilkan, aman untuk manusia
2. Kelarutan yang tinggi -> fraksi obat dalam sistem darah tinggi -> ketersediaan hayatit tinggi
-> efek terapuetik dan toksisitas tinggi
Modifikasinya: pembentukan garam
3. Kriteria pemilihan garam
a. Kelarutan dalam air diukur pada berbagai nilai pH yang ada di tubuh (1-6,8)
pH lambung = sangat asam (1-2), medium dapar HCl pH 1-2
pH antara lambung dan usus = medium dapar pH 4,5
pH usus = basa (6,8), medium dapar posfat pH 6,8
paling basa = kolon (pH 8)
b. Tingkat kristalinitas tinggi, agar lebih stabil dan kompaktibilitasnya tinggi dibandingkan
bentuk amorf
c. Higroskopisitas rendah agar lebih stabil, karena jika tinggi terkena udara sedikit akan
basah
d. Stabilitas bahan kimia dan solid-state yang optimal dalam kondisi yang dipercepat
e. Jumlah polimorf (banyak bentuk, struktur kimia sama tapi bentuk 3D nya beda) terbatas,
karena nanti sifat fisiknya akan berbeda (titik leleh, kelarutan, dll)
f. Kemudahan sintesis, penanganan, dan pengembangan formulasi
4. Keuntungan dan kerugian garam
a. Counter ion yang digunakan harus diperhatikan agar bisa memastikan kelarutan zat aktif
meningkat
b. Kristalitas meningkat, mengakibatkan BM naik artinya dosisnya menjadi lebih besar
artinya tidak menguntungkan
c. Meningkatkan stabilitas dengan penambahan asam kuat, tapi kerugiannya bahaya untuk
kesehatan
d. Mempermudah manufacturing, tapi harus diperhatikan pemne=bentukan anhidrat,
polimorf, dan disosiasi (pencampuran kondisi basah)
e. Mengurangi higroskopisitas, tapi tidak semua garam malah Na dan K akan meningkatkan
higroskosipitas
5. Pemilihan kriteria garam
Zat aktif kation, counter ion anion, begitupun sebaliknya
Berdasarkan pertimbangan:
a. Intended formulation
b. Dose considerations
c. Aspek kinetik pelepasan, biasanya obat dibuat dalam 2 bentuk yaitu immediate release
(Hcl dan Na) dan slow release (senyawa yang kurang larut dalam air)
d. Indikasi parmaseutikal, garam natrium tidak boleh diberikan kepada pasien hipertensi
dan diabetes
e. Regulatory considerations, peraturan perundang – undangan
6. Tahapan pembuatan garam
a. Mengetahui profil dari zat aktif yang akan kita buat garam dengan cara identifikasi gugus
fungsi mana yang bisa terion
b. Mengetahui pKa nya karena pembentukan garam sangat bergantung pKa
c. Pemilihan counter ion (beda kation/anion)
Selisih pKa zat aktif dan counter ion agar membentuk garam harus >3
Jika <3 tidak akan membentuk garam tetapi ikatan nonkovalen derivatif karena ikatan
lemah seperti van der walls, kokristal, hidrogen bonding, vv stuck, dan
d. Setelah terbentuk garam, lakukan identifikasi garam
- Uji kristalisasi, menggunakan PXRD
- Uji ada penmabahan gugus engga (unsur penyusunnya), menggunakan analisis
elementa
- Uji melting point yang berbeda dengan zat asalnya, menggunakan DSC/ dan TGA
untuk melihat BM
- Uji gugus fungsi, menggunakan FT-IR
- Uji NMR, melihat pergeseran
- Uji MS, melihat ion fragmen
e. Uji kristalin, higroskopis, stabil, ekonomis
7. Strategi pemilihan garam
a. Physical form : bentuk kristalin, jangan poliform
Chemical form : pKa, tidak higroskopitas,
b. PK, PD, and safety (terhadap pasien) : interaksi obat, pertimbangan toksisitas, distribusi
dan clearance
c. Pharmaceutical factors : aspek pembuatan
Pemilihan counter ion harus kurang korosif agar tidak merusak alat
Harus flowability
Bentuk sediaan krim dan lotion mengandung garam yang larut dalam air walaupun
sediaan topikal
Bagian kulit ada bagian nonpolar juga sehingga tetap dibutuhkan garam, selisih pKa >3
lebih polar, sehingga dipertimbangkan garamnya untuk fase air atau minyak
d. Economical factor
8. Pengaruh pH
a. Jika tujuannya lambung, maka obat harus basa lemah
b. Jika tujuannya usus, maka obat harus asam lemah
9. Pengujian bentuk fgaram
a. Kristal
b. Bentuk kristal
Timbang, masukkan ke cawan, biarkan di udra terbuka 2 jam, timbang lagi, hitung
persentase higroskopisitas
c. Humiditas/perubahan temperatur
DSC
d. Ketersediaan hayati
10. Studi kasus
Garam RPR
a. Kristal : mikrokristal lebih baik
b. Ukuran partikel lebih baik agar cepat larutan
c. Melting point tinggi lebih baik
d. Tidak ada polimorf
Hasil : sulfat dan mesilat
11. Pengaruh logP
Contoh obat : ibuprofen
logP makin besar non polar
Intestinal fluk = kemampuan menembus intestine
Untuk pemilihan topikal = trietaylamin
12. Pertimbangan farmakokinetik dan farmakodinamik