PERCOBAAN I
UJI PENDAHULUAN SENYAWA OBAT
Dikerjakan untuk memenuhi tugas praktikum mata kuliah Kimia Farmasi
Dosen Pengampu: Siti Rahmah K.R, M.Si., Apt.
Disusun oleh :
Naurah Izzatul Auliya
1904277052
II B
2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN
I. TUJUAN PRAKTIKUM
Mahasiswa mampu memahami dan melaksanakan :
1. Uji pendahuluan yang meliputi uji organoleptik
2. Uji sifat fisika obat yang meliputi Tes Kelarutan
3. Uji keasaman obat
BAHAN
o Parasetamol
o Amoxicillin
o Kloramfenikol
o Tetrasiklin
o Kloroform
o Aquadest
o Aquadest panas
o Kaffein
o Alcohol
o Zinc oksida
o Asam benzoate
o Asam sitrat
o Asam askorbat
o Asam asetat
o Efedrin
o Ctm
2. PROSEDUR
Uji pendahuluan (organoleptik)
amati kelarutannya
menurut tabel
Uji
keasaman
b - tetrasiklin + -10 ml
. aquadest -Mudah larut
- tetrasiklin + -50 ml
alkohol -agak sukar larut
- tetrasiklin +
kloroform -praktis tidak
larut
- amoxicillin + -50 ml
c. aquadest
-agak sukar larut
- amoxicillin + -3 ml
alkohol
-larut
- amoxicillin +
kloroform
-praktis tidak
larut
- zink + -10 ml
d aquadest -20 ml
. - zink + alkohol -40 ml
- zink + - mudah larut
kloroform - larut
- agak sukar larut
3. 1. Asam benzoat pH 3 , tidak adanya Keruh
10ml perubahan warna.
pH 2, tidak terjadi Bening
2. asam sitrat 10ml perunahan warna.
pH 2, tidak terjadi Bening
3.asam askorbat perubahan warna
10ml pH 2, tidak terjadi Bening
perubahan warna.
4.asam asetat 5ml pH 6, tidak terjadi Keruh
perubahan warna.
5.larutan efedrin pH 6, tidak terjadi Adanya endapan
10ml perubahan warna.
6. cafein 10 ml
2. Pembahasan
Kadang-kadang suatu obat dengan struktur kimia yang sama, mempunyai efek
farmakologis yang jauh berbeda. Oleh karena itu, analisis kualitatif obat didasarkan pada
golongan obat menurut jenis senyawanya secara kimia (bukan berdasarkan efek
farmakologinya). Berbeda dengan analisis kuantitatif, untuk memudahkan mahasiswa
mempelajari bagaimana menentukan kadar obat dengan efek farmakologis yang sama, maka
beberapa literatur mengelompokkan analisis kuantitatif/kadar berdasarkan efek farmakologis
tersebut. Identifikasi obat secara sederhana (konvensional) didasarkan pada sifat-sifat bahan
baik sifat fisik maupun sifat kimianya. Metode identifikasi obat secara konvensional dapat
dilakukan melalui beberapa tahap yaitu 1) Uji Pendahuluan : rasa, kelarutan, keasaman, dan
uji unsur; 2) uji golongan; dan 3) uji penegasan. Untuk memudahkan dan mengarahkan uji
identifikasi obat, maka lakukan ke 3 langkah tersebut secara bertahap. Hasil uji pendahuluan
digunakan sebagai pengarah dalam langkah uji selanjutnya, misalnya rasa pahit, mudah larut
dalam air, pH asam, uji unsur positif mengandung unsur N. Maka pengujian selanjutnya
dapat diarahkan pada garam-garam hidroklorida alkaloid (dilakukan uji golongan alkaloid).
Kemudian dilakukan uji penegasan dengan melihat identifikasi masing-masing senyawa obat
pada monografinya dalam Farmakope Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Beale, JM. Block,JH. (2011). Wilson and Gisvold’s Textbook Of Organik Medicinal and
Pharmaceutical Industry. USA: Lippincott Williams and Wilkins
Dirjen POM. (1979). Farmakope Indonesia edisi III. Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Dirjen POM. (1995). Farmakope Indonesia edisi IV. Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Gandjar, dan
Harmita, Harahap Y, Hayun (2007), Kimia Medicinal, Departemen Farmasi FMIPA, UI,
Cipta Kreasi Bersama, Jakarta.
Sardjoko (1993), Rancangan Obat, Gajah Mada University Press, Yogyakarta. Siswandono.
Soekarjo,B. (2015) Kimia Medisinal Edisi 2. Surabaya : Airlangga University Press Sudjadi,
dan
Sunaryo, (2002). Kimia Farmasi, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC Tan,
HT. Rahardja,K. (2007). Obat-obat Penting, Edisi 5. Jakarta: PT.Elex Media Komputindo
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA
PERCOBAAN II
Disusun oleh :
Naurah Izzatul Auliya
1904277052
II B
2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN
I. Tujuan Praktikum
Antibiotika adalah senyawa kimia yang dihasilkan oleh berbagai jasadrenik bakteri, jamur
dan aktinomises, yang dapat berkhasiat menghentikan pertumbuhan atau membunuh jasad
renik lainnya (Subronto dan Tjahajati, 2001).Antibiotika yang diperoleh secara alami dari
mikroorganisme disebut antibiotikaalami, antibiotika yang disintesis di laboratorium disebut
antibiotika sintetis.Antibiotika yang dihasilkan oleh mikroorganisme dan dimodifikasi
dilaboratorium dengan menambahkan senyawa kimia disebut antibiotikasemisintetis
(Subronto dan Tjahajati, 2011).
Antibiotic digunakan untuk membasmi mikroba penyebab terjadinya infeksi. Gejala
infeksi terjadi akibat gangguan langsung oleh mikroba dan berbagai zat toksik yang
dihasilkan mikroba. Pada dasarnya suatu infeksi dapat ditangani oleh pertahanan tubuh,
namun adanya sistem ini perlu ditunjang oleh penggunaan antibiotic. Antibiotic yang
digunakan untuk membasmi mikroba penyebab infeksi pada manusia, harus memiliki sifat
toksisitas selektif. Artinya antibiotic harus bersifat toksik untuk mikroba, tetapi relative tidak
toksik untuk hospes. Toksisitas selektif tergantung kepada struktur yang dimiliki sel bakteri
dan manusia misalnya dinding sel bakteri yang tidak dimiliki oleh sel manusia, sehingga
antibiotic dengan mekanisme kegiatan pada dinding sel bakteri mempunyai toksisitas selektif
relatif tinggi (Ganiswarna, 1995).
Klroamfenikol termasuk antibiotic yang paling stabil. Larutan kloramfenikol dalam air
pada pH 6 menunjukan kecenderungan terurai yang paling rendah. Senyawa ini cepat dan
hampir sempurna diabsorpsi dari saluran cerna. Oleh karena itu pemberian kloramfenikol
dilakukan secara peroral (Wattimena, 1990).
Kloramfenikol merupakan golongan antibiotic amphenicol yang bersifat bakteriosal
dengan memiliki aktifitas spectrum luas aktif terhadap bakteri yang pathogen dengan jalan
menghambat sintesis protein dengan cara mengikat sub unit dan menghambat aktifitas enzim
peptidil transferase (Martaleni, 2007).
Kloramfenikol mempunyai rumus molekul C₁₁H₂₉N₇O₁₂ dengan berat molekul 323,1.
Kloramfenikol merupakan serbuk Kristal putih sampai putih keabuan atau putih kekuningan,
tidak berbau, sangat tidak larut dalam air, sangat larut dalam alkhol dan propilen glikol
(Ditjen POM, 1995).
Sulfametaksazol adalah obat golongan sulfanomid yang mempunyai spectrum antibakteri
yang luas. Obat ini merupakan antagonis kompetitif PABA sehingga menghambat
pembentukan asam folat yang digunakan oleh bakteri untuk sintesis purin dan asam nukleat
( Dirjen POM, 1995).
Rumus molekul dari sulfametazol C₁₀H₁₁N₃O₃S dan memiliki berat molekul 253,28.
Pemerian serbuk hablur, putih sampai hampir putih, praktis tidak berbau. Kelarutannya
praktis tidak larut dalam air, dalam eter dan dalam kloroform, mudah larut dalam aseton dan
dalam larutan natrium hidroksida encer, agak sukar dalam etanol (Gunawan dkk, 1995).
Amoxicilin adalah turunan penisilin yang sterukturnya mirip dengan ampisilin yang
strukturnya mirip dengan ampisilin, dengan perbedaan adanya gugus hidroksi pada posisi
para cincin benzena. Beberapa keuntungan amoxicillin disbanding ampisilin adalah absorpsi
obat dalam saluran cerna lebih sempurna sehingga kadar darah dalam plasma lebih tinggi.
Kadar darah maksimal dicapai dalam 1 jam setelah pemberian oral (Soekardjo et al, 2000)
BAB II
METODOLOGI
Alat
- Tabung reaksi
- Pipet tetes
- Penangas air
- Hot plate
- Gelas ukur
- Kertas perkamen
- Saringan
Bahan
- Kloramfenikol
- Etanol
- Hcl encer
- Zn
- Pereaksi Diazo
- Sulfametaksazol
- Natrium bikarbonat
- Amoxicillin
- Larutan ammonium asesat 15,4%
- Asam asetat glosial
- Amoxicillin trihidrat
II. Prosedur Kerja
I. Hasil Pengamatan
Antibiotika adalah senyawa kimia yang dihasilkan oleh berbagai jasadrenik bakteri, jamur
dan aktinomises, yang dapat berkhasiat menghentikan pertumbuhan atau membunuh jasad
renik lainnya (Subronto dan Tjahajati, 2001).Antibiotika yang diperoleh secara alami dari
mikroorganisme disebut antibiotikaalami, antibiotika yang disintesis di laboratorium disebut
antibiotika sintetis.Antibiotika yang dihasilkan oleh mikroorganisme dan dimodifikasi
dilaboratorium dengan menambahkan senyawa kimia disebut antibiotikasemisintetis
(Subronto dan Tjahajati, 2011).
Pada praktikum kali ini dilakukan uji kloramfenikol secara kualitatif, yang dilakukan
dengan cara kloramfenikol dimasukan ke dalam tabung reaksi lalu dilarutkan dengan etanol
kemudian diasamkan dengan 5 tetes HCl encer dan ditambah serbuk Zn. Campuran
kloramfenikol tersebut dipanaskan di atas penangas air selama 10 menit kemudian disaring
lalu ditambahkan pereaksi diazo untuk menguji gugus amin aromatic primer, pada percobaan
ini ditambahkan 20 tetes pereaksi diazo hingga terdapat endapan. Pada hasil percobaan ini
menghasilkan endapan sesuai dengan teori yaitu adanya senyawa gugus amin ditandai dengan
terbentuknya warna merah jingga atau endapan.
Percobaan ke dua yaitu pemeriksaan senyawa amin aromatic pada antibiotic
sulfametoksazol dilakukan dengan cara memasukan zat sulfametazol ke dalam tabung reaksi
lalu ditambahkan dengan 5ml HCl encer, kemudian ditambahkan dengan pereaksi diazo, pada
percobaan ini ditambahkan 2 ml peraksi diazo kemudian menghasilkan endapan. Pada hasil
percobaan ini menghasilkan endapan sesuai dengan teori yaitu adanya senyawa gugus amin
ditandai dengan terbentuknya warna merah jingga atau endapan.
Percobaan ke tiga yaitu identifikasi dengan uji KLT pada amoxicillin dilakukan dengan
cara memasukan amoxicillin yang sudah ditimbang sebanyak 25mg sebagai zat uji ke dalam
tabung reaksi dan larutkan dalam 10 ml natrium bikarbonat. Kemudian sebagai pembanding
masukan 25mg amoxicillin trihidrat ke dalam tabung reaksi dan larutkan dalam 10ml natrium
bikarbonat. Siapkan fase gerak terdiri dari campuran aseton dan larutan ammonium asetat
15,4% (10:90) atur pH hingga 5,0 dengan menggunakan asam asetat glasial. Lalu totolkan
secara terpisah masing masing larutan uji dan larutan pembanding pada lempeng KLT.
Lakukan evaluasi pada jarak 15 cm biarkan lempeng kering dan paparkan dengan uap iodium
hingga bercak tampak, lihat dibawah sinar UV. Amanti dan hitung nilai RF nya, setelah
dihitung nilai Rf nya larutan uji mempunyai nilai Rf 0,41 sedangkan nilai larutan pembanding
0,29.
BAB V
KESIMPULAN
Ganiswara, Sulistia G. Farmakologi dan Terapi Edisi IV. Universitas Indonesia : Jakarta.
1995.
Soekardjo B, et al, 2000. : hubungan Struktur Aktivitas Obat Antibiotika, dalam Siswandono
dan Bambang Soekardjo, Kimia Medisinal, Jilid 2, Bab 4, Airlangga University Press,
Surabaya, p. 109-162.
Gunawan, Sulistia Gan., Setiabudy, Rianto Nafrialdi. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi 5.
Jakarta : Gaya Baru.
Disusun oleh :
Naurah Izzatul Auliya
1904277052
II B
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Tujuan
- Uji pendahuluan karbohidrat
- Identifikasi karbohidrat dengan pereaksi
B. Teori
Karbohidrat merupakan senyawa organik yang paling melimpah di Bumi.
Karbohidrat memiliki berbagai fungsi dalam tubuh makhluk hidup, terutama sebagai
bahan bakar (misalnya glukosa), cadangan makanan (misalnya pati pada tumbuhan
dan glikogen pada hewan), dan materi pembangun (misalnya selulosa pada tumbuhan,
serta kitin pada hewan dan jamur). Pada proses fotosintesis, tumbuhan berklorofil dan
beberapa organisme lain mengubah karbon dioksida menjadi karbohidrat.Ahli nutrisi
membagi karbohidrat menjadi dua, yaitu karbohidrat sederhana (misalnya gula pasir
dan permen) dan karbohidrat kompleks (misalnya gandum utuh dan makanan yang
mengandung serat seperti buah-buahan) (Hutalung, H. 2004).
Karbohidrat adalah sumber energi bagi tubuh. Ketika Anda mengonsumsi
karbohidrat, tubuh akan mengubahnya menjadi glukosa yang merupakan bahan bakar
utama tubuh (Institute, T. F. 2004).
Karbohidrat dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu sederhana dan kompleks.
Kedua jenis karbohidrat ini memiliki perbedaan dalam struktur kimiawinya. Secara
umum, karbohidrat sederhana hanya mengandung gula dasar yang mudah dicerna dan
diserap oleh tubuh. Sementara, karbohidrat kompleks memiliki rantai gula yang lebih
panjang, sehingga membutuhkan waktu cukup lama untuk mencerna dan menyerap
karbohidrat jenis ini. Sumber karbohidrat alami yang mudah ditemukan, yaitu dalam
bentuk padi-padian, biji-bijian, kacang-kacangan, buah-buahan, sayuran, dan susu
(Irawan, M. A. 2007).
Jenis-jenis Karbohidrat ada tiga makronutrien, yaitu nutrisi yang sama-sama
terdapat pada sebagian makanan yang kita konsumsi. Salah satu dari ketiga
makronutrien adalah karbohidrat. Dua makronutrien lainnya adalah lemak dan
protein.
1. Pati
Pati adalah karbohidrat yang terdapat pada makanan yang berasal dari tanaman.
Contohnya, biji-bijian, sayuran, dan kacang-kacangan. Makanan bertepung,
seperti pasta dan roti, juga termasuk pati.
2. Serat
Serat juga terdapat pada makanan yang berasal dari tanaman. Roti gandum,
kacang-kacangan, dan sebagian sayuran yang dimakan bersama kulitnya adalah
sumber serat yang baik.
3. Gula
Tidak semua karbohidrat adalah gula, tetapi semua gula adalah karbohidrat. Gula
bisa didapat secara alami dari berbagai macam makanan. Gula yang terdapat pada
buah disebut fruktosa, gula pada susu disebut laktosa, dan gula pasir disebut
sukrosa. Pada proses pembuatan kue, cokelat, dan permen, biasanya ditambahkan
sukrosa sebagai pemanis (Lehninger, A. L. 1982).
Tubuh memerlukan karbohidrat karena zat ini memiliki beberapa manfaat
terpenting, antara lain:
- Sumber energi
Ketika Anda bernapas, bergerak, berjalan, berpikir, atau melakukan aktivitas lain
seperti berolahraga, tubuh membutuhkan energi. Energi ini diperoleh dari
karbohidrat yang dicerna dan diolah menjadi glukosa melalu proses glikolisis.
Setelah itu, insulin akan membantu glukosa terserap oleh sel-sel tubuh. Dari
sinilah tubuh memperoleh energi.
- Memenuhi kebutuhan kalori secara sehat
Dalam memenuhi kebutuhan kalori, Anda harus memperhatikan porsi makan agar
tidak makan berlebihan hingga membuat tubuh kelebihan kalori. Kalori yang
berasal dari sejumlah karbohidrat lebih sedikit dibandingkan lemak dengan jumlah
berat yang sama. Konsumsi kalori tubuh Anda akan semakin baik jika sumber
karbohidrat yang Anda pilih memiliki kadar serat yang tinggi, seperti beras merah,
roti gandum, dan kacang-kacangan. 45-65 persen kalori tubuh dianjurkan berasal
dari karbohidrat.
- Mengurangi risiko penyakit
Manfaat mengonsumsi karbohidrat yang bersumber dari kacang-kacangan dan
sayuran, dapat mengurangi risiko penyakit. Serat pada karbohidrat tersebut dapat
mengurangi risiko sembelit. Kesehatan usus pun dapat meningkat berkat manfaat
karbohidrat. Bahkan, penelitian telah membuktikan bahwa beberapa jenis serat
dapat mengurangi kadar kolesterol dalam darah. Selain itu, walau belum terbukti
sepenuhnya, beberapa penelitian menunjukkan penurunan risiko obesitas dan
diabetes dengan mengonsumsi biji-bijian dan karbohidrat tinggi serat
(Bartholomew, E. F. 2004).
BAB II
METODOLOGI
Bahan :
- Glukosa, sukrosa, laktosa, amilum
- Pereaksi molish
- Pereaksi fehling A dan B
- Pereaksi benedict’s
- Pereaksi tollen’s
- Larutan iodin
Alat :
- Pipet
- Tabung reaksi
- Beaker glass
- Spatel
- Kertas perkamen
- Timbangan
B. Prosedur Kerja
Ambil sedikit zat uji karbohidrat (glukosa, laktosa, sukrosa, dan amilum) masing - masing
masukkan ke dalam tabung reaksi A,B,C dan D
Masukan masing- masing 5 tetes pereaksi molish ke dalam tabung reaksi A,B,C, dan D
Tabung reaksi A dan B akan mereduksi ion tembaga dari pereaksi molish terjadi
perubahan warna merah bata
Ambil sedikit zat uji, masukkan ke dalam tabung reaksi, tambahkan 5 tetes
pereaksi fehling A dan 5 tetes pereaksi fehling B
Glukosa dan laktosa akan berwarna merah, sedangkan sukrosa dan amilum
berwarna biru
Identifikasi karbohidrat dengan pereaksi benedict’s
Ambil sedikit zat uji karbohidrat (glukosa, laktosa, sukrosa, dan amilum) masing - masing
masukkan ke dalam tabung reaksi A,B,C dan D
Masukan masing- masing 5 tetes pereaksi benedict's ke dalam tabung reaksi A,B,C, dan
D
Tabung reaksi A dan B akan mereduksi ion tembaga dari pereaksi benedict's terjadi
perubahan warna merah bata
Ambil sedikit zat uji karbohidrat (glukosa, laktosa, sukrosa, dan amilum) masing - masing
masukkan ke dalam tabung reaksi A,B,C dan D
Masukan masing- masing 5 tetes pereaksi tollen's ke dalam tabung reaksi A,B,C, dan D
Tabung reaksi A dan B akan mereduksi ion tembaga dari pereaksi tollen's terjadi
perubahan warna silver
Identifikasi karbohidrat dengan pereaksi iodin
Ambil sedikit zat uji karbohidrat (glukosa, laktosa, sukrosa, dan amilum) masing - masing
masukkan ke dalam tabung reaksi A,B,C dan D
Masukan masing- masing 5 tetes pereaksi iodin ke dalam tabung reaksi A,B,C, dan D
Tabung reaksi A dan B akan mereduksi ion tembaga dari pereaksi iodin terjadi
perubahan warna biru
BAB III
A. Hasil
Organoleptic
Amilum
Warna Putih tulang
Bau Tidak berbau
Rasa Hambar
Glukosa
Warna Putih
Bau Bau manis gula
Rasa Manis
Laktosa
Warna Krem
Bau Manis menyengat
Rasa Manis
Sukrosa
Warna Putih
Bau Tidak berbau
Rasa Manis
Kelarutan
Pereaksi
iodin
Glukosa = larutan kuning pekat
Amilum = larutan biru
Laktosa = larutan kuning
Sukrosa = larutan putih
B. Pembahasan
Pada praktikum kali ini yaitu tentang identifikasi karbohidrat. Karbohidrat
adalah nutrisi utama yang dibutuhkan tubuh bersama protein dan lemak. Manfaat
karbohidat bagi tubuh ada banyak. Fungsi utamanya adalah sebagai sumber energi
bagi tubuh. Sebagaian dari karbohidrat diubah langsung menjadi energi untuk
aktivitas tubuh, dan sebagian lagi disimpan dalam bentuk glikogen di hati dan otot.
Glukosa, suatu gula monosakarida, adalah salah satu karbohidrat terpenting yang
digunakan sebagai sumber tenaga bagi hewan dan tumbuhan. Glukosa merupakan
salah satu hasil utama fotosintesis dan awal bagi respirasi. Bentuk alami disebut juga
dekstrosa, terutama pada industri pangan. Sukrosa merupakan suatu disakarida yang
dibentuk dari monomer-monomernya yang berupa unit glukosa dan fruktosa, dengan
rumus molekul C₁₂H₂₂O₁₁. Pati atau amilum adalah karbohidrat kompleks yang
tidak larut dalam air, berwujud bubuk putih, tawar dan tidak berbau. Pati merupakan
bahan utama yang dihasilkan oleh tumbuhan untuk menyimpan kelebihan glukosa
dalam jangka panjang. Hewan dan manusia juga menjadikan pati sebagai sumber
energi yang penting. Laktosa adalah bentuk disakarida dari karbohidrat yang dapat
dipecah menjadi bentuk lebih sederhana yaitu galaktosa dan glukosa. Laktosa ada di
dalam kandungan susu, dan merupakan 2-8 persen bobot susu keseluruhan.
Mempunyai rumus kimia C₁₂H₂₂O₁₁.
Untuk mekanisme kerjanya yaitu ada uji organoleptic dengan cara mengamati
bau, rasa, dan warna pada glukosa, sukrosa, laktosa, dan amilum. Selanjutnya uji
kelarutan mekanisme kerjanya dengan cara memasukan karbohidrat 1 gram ke dalam
tabung reaksi, lalu ditambahkan 5 ml aquades dingin dan panas, kemudian kocok.
Dan amati kelarutanya pada glukosa,sukrosa, laktosa, amilum yang dipanaskan. Dan
juga glukosa, sukosa, laktosa, amilum dingin. Selanjutnya identifikasi karbohidrat
dengan pereaksi molish, fehling, benedict’s, tollen’s, dan iodin. Mekanisme kerjanya
pereaksi molish yaitu ambil sedikit zat uji karbohidrat (glukosa,sukrosa,laktosa, dan
amilum) masing – masing masukan ke dalam tabung reaksi A,B,C,D. Lalu tambahkan
5ml aquades kocok sampai larut, masukan masing – masing 5 tetes pereaksi molish ke
dalam tabung A,B,C,D. Setelah itu, panaskan di dalam waterbath mendidih. Tabung
reaksi A dan B akan mereduksi ion tembaga dari pereaksi iodin terjadi perubahan
warna bata. Untuk mekanisme kerjanya sama hanya beda pereaksinya.
Dalam pratikum ini didapatkan hasil untuk uji organoleptic amilum warna
putih tulang, baunya tidak berbau, rasa hambar. Glukosa warna putih, baunya manis
gula, rasa manis. laktosa warna krem, baunya manis menyengat, rasa manis. sukrosa
warna putih, baunya tidak berbau, rasa manis. Untuk kelarutan didapatkan hasil
aquades panas pada glukosa (larut) sukrosa, laktosa, amilum (endapan putih), aquades
dingin juga sama hasilnya dengan aquades panas. Untuk pereaksi molish didapatkan
hasil glukosa (bening), sukrosa (keruh, endapan putih), laktosa (endapan putih),
amilum (gelling coklat). Untuk pereaksi fehling didapatkan hasil glukosa (larutan
coklat), sukrosa (larutan coklat), laktosa (larutan kuning bening), amilum (biru,
membentuk gel). Untuk pereaksi benedict’s didapatkan hasil glukosa (larutan coklat),
sukrosa (larutan merah bata, membentuk gelling), laktosa (larutan coklat), amilum
(larutan merah bata). Untuk pereaksi tollen’s didapatkan hasil glukosa (larutan kuning
bening), sukrosa (larutan putih, endapan putih), laktosa (larutan kuning), amilum
(larutan merah bata). Untuk pereaksi iodin didapatkan hasil glukosa (larutan kuning
pekat), sukrosa (larutan putih keruh), laktosa (larutan kuning), amilum (larutan biru).
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
- Untuk hasil organoleptic rata – rata warna putih, rasa manis, bau manis
- Untuk hasil kelarutan aquades panas dan dingin hasilnya sama yaitu glukosa
(larut), sedangkan sukrosa, laktosa, amilum (endapan putih)
- Untuk hasil pereaksi molish, fehling, benedict’s, tollen’s, dan iodin perubahan
warna yang terjadi tidak sama dengan warna yang harusnya timbul pada buku
panduan bisa disebabkan karena alat alat yang digunakan belum bersih atau masih
terdapat partikel kotoran.
DAFTAR PUSTAKA
Irawan, M. A. 2007. Karbohidrat. Polton Sports Sience & Perfomance Lab. Diambil
kembali dari http://www.pssplab.com/journal/03.pdf
Martini, F., Nath, J. L., & Bartholomew, E. F. 2004. Fundamentals of Anatomy &
Physilogy 6 ed. San Fransisco: Benjamin Cummings.