TINGKAT 2A
DISUSUN OLEH :
NurAyutia Dupaginta
Nurhayati
Nurul Izzah Samara
Patimah Asriani
Rica Sanzani Puteri
Rina Andriyani
Puji syukur Alhamdulillah, penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahNya kepada kami sehingga penyusun dapat menyelesaikan
laporan “Analisa Kualitatif Golongan Karbohidrat”.
Penyusun menyadari bahwa penyusunan makalah ini dapat terselesaikan kerena adanya
bantuan beberapa pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini, izinkanlah penulis menyampaikan
ucapan terima kasih kepada :
Penyusun menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna dan masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran pada semua pihak
demi perbaikan dan kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini dapat berguna bagi penyusun dan pembaca.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam studi di bidang farmasi pada lazimnya praktikum identifikasi obat diarahkan pada
pengenalan senyawa obat; meliputi semua pengetahuan tentang analisis. Dalam makalah ini
kami akan membahas analisa secara kualitatif terhadap golongan karbohidrat.
Sistematika dalam analisis obat yang pertama-tama diperiksa adalah sifat fisika secara
kualitatif yaitu:
(1) Organoleptis (bentuk, bau, rasa, warna)
(2) Kelarutan (air, asam, basa, pelarut organic)
(3) Fluoresensi
(4) Pyrolisa
Kemudian percobaan dilanjutkan dengan pendahuluan kimia kualitatif meliputi:
(5) Reaksi Warna
(6) Reaksi Kristal
Identifikasi secara kualitatif dimaksudkan supaya mahasiswa mampu mengidentifikasi
senyawa obat dari suatu golongan obat berdasarkan gugus fungsi dan terapeutiknya.
1.2 TUJUAN
DASAR TEORI
Pembagian Karbohidrat
2. Disakarida (Biosa)
Karbohidrat jika dihidrolisis terdiri dari satu molekul; 2 molekul monosakarida
a. Memiliki sifat reduksi : laktosa, sukrosa
b. Tidak memiliki sifat reduksi : sakarosa / sukrosa
3. Polisakarida
a. Amylum
Komponen :
Amilosa (lurus / ikatan 1-4α glikosidik)
Amilopektin (bercabang / cabang ikatan C1-C6)
- Barfoed : Zat + CuSO4 dengan katalis asam asetat dipanaskan (dibandingkan dengan
blanko)
Inverse untuk gula tertutup : larutan gula 1% + HCl 4N aa 1 jam di water bath 1 cc
larutan NaOH 2N.
2. Molisch
3.Reaksi Osazon
1. Glukosa (Monosa)
Molisch (+)
Barfoed (+)
Fehling (+)
Luff (+)
Rx. Osazon (+) setelah 2 menit terbentuk Kristal, buktikan dengan blanko
2. Fruktosa
Molisch (+)
Barfoed (+)
Rx. Osazon (+) setelah 1 menit
3. Laktosa
Molisch (-)
Fehling (-)
Rx. Osazon (-) setelah 30 menit
Barfoed (-) biarpun terjadi lama, catat lamanya terjadi endapan
4. Sakarosa (biosa, tidak mereduksi)
Molisch (-)
Fehling (-)
Rx. Osazon (-)
Barfoed (-)
5. Gom Arab
Molisch (+)
Zat + KI + I2 → tidak biru
Zat + KI + I2 larutan + PbAc2 + spirtus → endapan
Dimasak dengan NaOH → kuning
6. Tragakan
Zat + KI + I2 → biru
Dimasak dengan KOH → kuning kenari
Dikocok dengan air → berbusa
Larutan + PbAc2 → endapan (tanpa spirtus)
7. Amylum
Molisch (+)
Larutan + PbAc2 + spirtus for aa → endapan
Larutan kanji + aq iod → biru
2.4 MONOGRAFI
2.4.1 DEXTROSUM / GLUKOSA
Dextrose adalah suatu gula yang diperoleh dari hidrolisis pati. Mengandung satu molekul
air hidrat atau anhidrat.
Pemerian : hablur tidak berwarna, serbuk hablur atau serbuk granul putih; tidak berbau;
rasa manis.
Kelarutan : mudah larut dalam air, sangat mudah larut dalam air mendidih; larut dalam
etanol mendidih; sukar larut dalam etanol.
2.4.2 LACTOSUM
Laktosa adalah gula yang diperoleh dari susu dalam bentuk anhidrat atau mengandung
satu molekul air anhidrat.
Pemerian : serbuk atau masa hablur, keras, putih atau putih krem, tidak berbau, dan
sedikit rasa manis. Stabil di udara tetapi mudah menyerap bau.
Kelarutan : Mudah (pelan-pelan) larut dalam air dan lebih mudah larut dalam air
mendidih, sangat sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam kloroform dan eter. pH 4-10.
2.4.3 CMC
Pemerian : serbuk granul putih, tidak berbau, tidak berasa, higroskopis setelah
pengeringan.
Penggunaan : sebagai zat pelapis, zat penstabil, zat penghancur, zat pengikat, zat
penambah kekentalan, zat penyerap air.
Kelarutan : praktis tidak larut dalam aseton, ethanol (95%), eter, dan toluene. Mudah
larut dalam air pada semua temperature.
Penyimpanan dan stabilitas : umumnya stabil meskipun termasuk bahan higroskopis;
pada kelembaban tinggi, CMC dapat menyerap banyak air (> 50%); dalam larutan air,
stabil pada pH 2-10 (pH optimum 7-9)
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
Alat : Tabung reaksi, Spatula, Beaker glass, Botol semprot, Cawan penguap,
Droplet plate, lampu spiritus, Water Bath
Bahan: Glukosa, Laktosa, CMC dan Pereaksi
Reaksi Warna
3.5 Pembahasan
Dalam praktikum identifikasi sample karbohidrat yang pertama dilakukan adalah dengan
melakukan reaksi warna, yaitu:
Amati waktu yang terjadi merah bata. Glukosa mempunyai waktu paling cepat untuk
membentuk endapan merah bata, selanjutnya Laktosa, sedangkan pada CMC negative ( tidak
terjadi endapan merah bata)
Pada pengamatan organoleptis, pengidentifikasian dapat dilihat dari segi rasa, dimana glukosa
mempunyai rasa yang lebih manis dibandingkan laktosa, sedangkan CMC terasa lengket di lidah.
Pada pengamatan kelarutan, semua larut, hanya pada CMC, larutan membentuk gel.
Pada reaksi khusus, terdapat 2 macam reaksi yang spesifik, yaitu ketika :
2. Reaksi Ag Amoniakal
Zat + AgNO3 + NH4OH
Glukosa membentuk cincin perak paling besar, selanjutnya laktosa, sedangkan CMC
tidak membentuk cincin perak.
3. Reaksi Asam Pikrat + NaOH ( panaskan di WB)
Glukosa membentuk larutan coklat tua – merah, Laktosa membentuk larutan orange,
CMC membentuk gel berwarna kuning.
Pada pengamatan mikroskopik, reaksi osazon memberikan perbedaan yang cukup jelas dimana
pada glukosa terlihat jarum jarum kristal yang kecil dan tipis, sedangkan pada laktosa terlihat
jarum kristal yang lebih tebal namun pendek (seperti mentol), dan pada CMC terlihat kristal
yang lebih tebal dan panjang.
LAMPIRAN
Uji Kelarutan
Uji Barfoed
Uji Luff
Uji Fehling
Uji Fluoresensi
Uji sampel + KI + I2
Uji Sampel + air+ dikocok
Uji Amoniakal
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
1. Auterhoff & Khofar, 1981, Identifikasi Obat , terbitan kelima : ITB, 2002
4. Tim Penyusun, Buku Pedoman Praktikum Kimia Farmasi , Poltekkes Kemenkes Jakarta II,
2010
5. C Rowe, Raymond, et all, Handbook of Excipient sixth edition, Pharmaceutical Press and
American Pharmacists Association, 2009