) Moench DI BALAI
BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN OBAT DAN OBAT
TRADISIONAL
Characteristics study of Echinacea purpurea(L.) Moench on Medicinal Plant and
Traditional Research and Development Center
ABSTRAK
Echinacea purpurea (L.) Moench yang dikenal dengan nama ekinase merupakan tanaman obat dari famili As-
teraceae yang potensial sebagai imunomodulator. Ekinase telah berhasil diadaptasikan dan tumbuh baik di
kebun Balai Besar Litbang Tanaman Obat dan Obat Tradisional Tawangmangu sejak tahun 2002. Ekinase men-
galami perkembangan variasi morfologi selama ditanam. Telah dilakukan kajian karakteristik aksesi ekinase
yang ditanam di Balai Besar Litbang Tanaman Obat dan Obat Tradisional guna mendapatkan aksesi sebagai ga-
lur harapan dalam rangka menghasilkan varietas unggul. Penelitian ini dilakukan dengan cara menanam tana-
man ekinase di lokasi yang sama kemudian dikarakterisasi perbedaan morfologi, pertumbuhan, produksi, dan
kandungan fenol total pada bagian tanaman. Dari penelitian yang dilakukan tersebut diketemukan 10 aksesi
E.purpurea L. yang merupakan tiga kelompok (cluster) yaitu batang hijau, batang hijau ungu, dan batang ungu.
Pertumbuhan tinggi tanaman tertinggi (87,14 cm) dihasilkan pada aksesi batang hijau 2 (BH2), bobot kering
daun yang terberat (26,25 gram) pada aksesi batang hijau 4 (BH4) namun kadar fenol pada daun tertinggi
(0,88%) dihasilkan aksesi batang hijau ungu 1 (BHU1). Aksesi ekinase batang hijau 3 (BH3) menghasilkan
bobot kering bunga (24,79gram) dan kadar fenol pada bunga (0,88%) yang merupakan hasil tertinggi.
ABSTRACT
Echinacea purpurea(L.) Moench (ekinase) known as a medicinal plant in the Asteraceae family which used as im-
munomodulators. Ekinase has been successfully adapted and grow well in the collection garden of the Center for
Medicinal Plant Research and Traditional Medicine Tawangmangu since 2002. Ekinase undergoes morphological
variation during plant development. Studies have been conducted to characterise ekinase accession planted in
R & D Center for Medicinal Plants and Traditional Medicine in order to gain promising accession for producing
superior varieties. The research was carried out by planting ekinase in the same location then characterized
differences in morphology, growth, production, and total phenol content. The result found that 10 accessions of
E.purpurea comprise three groups (clusters) such as green, purple, and green purple stems. The highest plant
height (87.14 cm) obtained from the accession of the green stem 2 (GB2), the heaviest leaf dry weight (26.25
grams) by the green stem 4 (BH4) accession, but the highest phenols levels in the leaves (0.88% ) produced by
purple green stem 1 (BHU1) accession. Green stems 3 (BH3) accession produce the highest flower dry weight
(24.79 g) and phenol content in flowers (0.88%).
morfologi (fenotip), pertumbuhan, dan saat tanam. Jarak antar blok 100 cm, sedangkan
berbunga. Menurut Allard (1992) sebagian jarak antar petak 50 cm, masing-masing petak
besar variasi tanaman merupakan hasil kerja berukuran 250 cm x 100 cm dengan tinggi 25 cm.
sama antara genotip dan faktor lingkungan. Penanaman
Variasi yang terjadi pada tanaman dapat berupa Penanaman dilakukan pada awal musim
variasi morfologi, anatomi, sitologi, kandungan hujan. Setiap lobang tanam ditanami satu bibit
kimia, dan variasi tingkat gen (genetik). Untuk dengan jarak tanam 30 cm x 30 cm. Sebelum
meningkatkan produktivitas ekinase perlu penanaman bibit pada setiap lubang tanam
diketahui komponen pertumbuhan yang dapat diberi 500 gram pupuk organik.
digunakan sebagai kriteria seleksi dengan cara Pemeliharaan
memilih karakter yang memberikan kontribusi Pemeliharaan tanaman ekinase meliputi
besar terhadap produksi biomassa dan penyiangan agar gulma tidak mengganggu,
kandungan bioaktif. penyiangan dilakukan dengan menggunakan
METODE PENELITIAN cangkul. Setelah penyiangan langsung dilakukan
Penelitian dilakukan di kebun percobaan pendangiran agar memperbaiki drainase dan
dan laboratorium Balai Besar Litbang Tanaman airase disekitar perakaran.
Obat dan Obat Tradisional pada bulan Juli- Pemanenan
Desember 2010. Bahan yang digunakan Panen ekinase dilakukan setelah tanaman
adalah bibit ekinase, pupuk kandang, asam berumur 4 bulan setelah tanam atau sekitar
galat, metanol, reagen folin-ciocalteau, Na2CO3 75% populasi yang ditanam sudah berbunga.
anhidrat, dan etil asetat. Pemanenan dilakukan dengan cara memotong
Penelitian menggunakan rancangan pangkal batang dengan menggunakan gunting
kelompok lengkap (RAKL) dengan cara menanam tanaman. Perakaran tanaman dibongkar
masing-masing aksesi ekinase pada lahan yang dengan menggunakan cangkul kemudian akar
sama. Penetapan kadar fenol dilakukan dengan dibersihkan dari tanah dan kotoran dengan hati-
metode TLC densitometri. Pengamatan meliputi hati
pertumbuhan, produksi, dan kadar fenol total. Pascapanen
Data yang diperoleh dianalisis dengan uji F dan Ekinase hasil panen dibersihkan dari
dilanjutkan Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) kotoran dan bahan asing, dipisahkan bagian-
pada taraf 5%. Pengamatan morfologi aksesis E. bagian tanaman daun, batang, bunga, dan akar.
purpurea dilakukan secara deskriptif. Bagian-bagian ekinase tersebut dicuci dengan
Pelaksanaan penelitian air bersih yang mengalir lalu dikeringkan
Penyiapan dan pengolahan lahan. menggunakan oven pada temperatur 45°C
Lahan dibersihkan dari gulma lalu sampai mencapai kadar air 11%.
dicangkul sedalam 30 cm dan diratakan, dibuat
3 blok yang masing-masing blok berisi 9 petak
Tabel 1. Karakteristik pertumbuhan dan produksi 10 aksesi Echinacea purpurea (L.) Moench.
Jumlah daun lebih banyak dihasilkan hanya berbeda nyata dengan aksesi BHU.4, BH.3,
kelompok (cluster) ekinase batang hijau. Aksesi dan BH.2.
batang hijau 2 (BH2) juga menghasilkan jumlah Bobot kering bagian tanaman merupakan
daun terbanyak (239,63 helai) serta berbeda komponen hasil yang penting karena sebagai
nyata dibandingkan dengan sebagian besar bahan simplisia obat. Bobot kering tanaman selain
kelompok batang hijau ungu dan kelompok dipengaruhi faktor lingkungan juga dipengaruhi
batang ungu. Aksesi batang ungu 1 (BU.1) oleh faktor genetik tanaman. Perbedaan aksesi
menghasilkan jumlah daun terendah yaitu 80,69 ekinase berpengaruh nyata terhadap bobot
helai. Jumlah daun yang dihasilkan aksesi batang kering daun, batang, dan bunga (Tabel 2). Aksesi
ungu 1 tersebut tidak berbeda nyata dibanding batang hijau 4 (BH.4) mempunyai bobot kering
sebagian besar kelompok ekinase batang hijau daun (26,25 gram) dan batang (35,00 gram)
ungu. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang tertinggi. Berdasarkan analisis satistik tidak
dilakukan Oktavidiati et al., (2011) perlakuan berbedanyata dengan bobot kering daun dan
aksesi berpengaruh nyata terhadap tinggi batang pada aksesi batang hijau 2 (BH.2). Bobot
tanaman dan jumlah daun majemuk tanaman kering bunga tertinggi dihasilkan aksesi batang
Phyllanthus sp. Daun merupakan elemen penting hijau 3 (BH.3) dan yang terendah adalah aksesi
pada tanaman yang dapat menggambarkan batang hijau ungu 5 (BHU.5). Perbedaan aksesi
proses pertumbuhan. Daun berfungsi sebagai dapat mempengaruhi bobot kering tanaman
organ produsen fotosintesis utama, perubahan juga telah dibuktikan dengan hasil penelitian
sifat daun mengakibatkan terjadi perubahan yang dilakukan Oktavidiati et al., (2011) pada
dalam kemampuan menghasilkan fotosintat. tanaman meniran.
Aksesi batang hijau ungu 4 (BHU.4) Kualitas tanaman obat ditentukan oleh
menghasilkan jumlah bunga 86,67 kuntum metabolit sekunder tanaman yaitu senyawa yang
merupakan hasil yang tertinggi. Berdasarkan dihasilkan tanaman melalui reaksi metabolit
hasil analisis data jumlah bunga berbedanyata sekunder dari bahan organik primer (karbohidrat,
dengan sebagian besar aksesi ekinase yang protein dan lemak). Fenol merupakan bagian
lainnya. Jumlah bunga terendah dihasilkan dari substansi metabolit sekunder (Verpoorte,
aksesi batang hijau ungu 2 (BHU.2), namun 2000).
Tabel 2. Karakteristik kadar fenol 10 aksesi Echinacea purpurea L. Moench.
Aksesis Kadar fenol Kadar fenol Kadar fenol
pada daun (%) pada bunga (%) pada akar (%)
Batang Hijau 1 (BH.1) 0,83 e 0,75d 0,68a
Batang Hijau 2 (BH.2) 0,60 b 0,58 c 0,62a
Batang Hijau 3 (BH.3) 0,77 d 0,88f 0,60a
Batang Hijau 4 (BH.4) 0,40 a 0,36 a 0,69a
Batang Hijau Ungu 1 (BHU.1) 0,88 f 0,82e 0,62a