Anda di halaman 1dari 4

Pembahasan

Pada praktikum Kimia Farmasi II kali ini, dilakukan praktikum membuat deret baku,
operating time dan penentuan panjang gelombang maksimal dengan menggunakan alat
spektrofotometri UV-Vis, dimana spektrofotometri UV-Vis adalah teknik analisa
spektrofotopik yang menggunakan sumber radiasi elektromagnetik UV dekat (190-380
nm) dan sinar tampak (380-780 nm) dengan menggunakan instrumen spektrofotometer.
Tujuan dilakukan praktikum ini adalah agar mahasiswa mampu membuat larutan deret
baku sesuai dengan operating time dan panjang gelombang maksimum yang diperoleh.
Prinsip dilakukannya praktikum ini adalah asam salisilat bereaksi dengan FeCl 3
membentuk senyawa komplek warna ungu. Serapannya dibaca pada spektrofotometri UVVis pada panjang gelombang yang telah ditetapkan.
Adapun alat yang digunakan adalah spektrofotometri UV-Vis, kuvet, labu takar
100mL, gelas ukur, pipet volum 5mL, pipet ukur 10mL, beaker glass 250mL, tabung
reaksi dan filler. Untuk bahannya digunakan asam salisilat, etanol, FeCl 3 5%, dan quadest.
Spektrofotometri UV-Visible merupakan metode spektrofotometri yang didasarkan pada
adanya serapan sinar pada daerah ultraviolet (UV) dan sinar tampak (Visibel) dari suatu
senyawa. Langkah yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
1. Hal pertama yang dilakukan adalah membuat deret baku. Deret baku tersebut
dibuat dengan menggunakan larutan induk dengan konsentrasi 1000 ppm (100
mg/0,1 L) dibuat deret baku menjadi 50 ppm, 60 ppm, 70 ppm, 80 ppm, dan 90
ppm. Masing-masing deret baku diambil dari larutan induk, kemudian diencerkan
dengan aquadest. Sebagai larutan induk digunakan asam salisilat merupakan hablur
jarum berwarna putih dimana pelarutannya harus dengan etanol terlebih dahulu,
setelah larut barulah di encerkan dengan aquadest sampai 100 mL. Larutan asam
salisilat tidak berwarna atau transparan, namun karena praktikum kali ini
menggunakan spektrofotomter UV-Vis maka larutan yang akan dianalisa haruslah
berwarna sehingga dapat di baca serapannya. Sebagai pewarna pada praktikum kali
ini digunakan larutan FeCl3 5% dalam 100 mL air. Asam salisilat akan membentuk
kompleks warna ungu dengan penambahan FeCl3 5%. Hal ini terjadi karena atom
O yang ada digugus OH dalam asam salisilat akan menyerang atom Fe dengan
melepaskan atom H-nya untuk membentuk ikatan O-FeCl 3 yang berwarna ungu.
Larutan pewarna tersebut nantinya akan dicampurkan pada larutan deret baku
sebelum dimasukkan pada spektrofotometer.

2. Setelah deret baku selesai disiapkan, berikutnya dibuat operating time. Operating
time/waktu operasional merupakan waktu yang dibutuhkan suatu senyawa produk
yang stabil. Kestabilan senyawa produk diketahui dengan mengamati absorbansi
mulai dari saat direaksikan hingga tercapainya serapan yang stabil. Tujuannya
adalah untuk mengetahui waktu pengukuran yang stabil pada suatu pengukuran
yang membutuhkan suatu reaksi membentuk warna. Sebelum dilakukan operating
time, maka harus menyiapkan blangko. Blangko adalah larutan yang mempunyai
perlakuan yang sama dengan larutan yang dianalisis tetapi tidak mengandung
komponen larutan yang dianalisis. Tujuan pembuatan larutan blangko ini adalah
untuk mengetahui besarnya serapan oleh zat yang bukan larutan yang dianalisis.
larutan blangko dibuat dengan FeCl3 5% 2 mL ditambah 10 mL aquadest. Langkahlangkah pada alat spektrofotometri untuk menentukan operating time adalah
sebagai berikut :
1. Disiapkan larutan deret baku dengan konsentrasi 70 ppm (konsentrasi tengah).
2. Disiapkan larutan blangko, kemudian dimasukkan kedalam spektrofotometer,
ditekan auto zero ditunggu sampai berbunyi (bip..bip..) sampai terlihat angka
0,000 nm pada layar monitor spektrofotometer.
3. Diambil 10 mL larutan deret baku 70 ppm, ditambah dengan 2 mL larutan
FeCl3 5% .
4. Dimasukkan kedalam tabung reaksi dihomogenkan, dan dituang kedalam
kuvet.
5. Kemudian pada alat spektrometer ditekan tombol return, tekan tombol Go to
WL, dituliskan 525 nm lalu tekan enter, pilih sample match lalu tekan F3.
6. Kuvet dimasukkan kedalam spektrofotometer, lalu ditekan tombol start/stop
diulang sampai 10 menit. Pada praktikum ini diperoleh hasil absorbansi :
Menit ke-1= 0,845

Menit ke-6 = 0,845

Menit ke-2= 0,845

Menit ke-7 = 0,844

Menit ke-3= 0,845

Menit ke-8 = 0,847

Menit ke-4= 0,845

Menit ke-9 = 0,844

Menit ke-5= 0,845

Menit ke-10 = 0,844

Dikarenakan pada menit ke-0 sampai menit ke-6 absorbansinya sama, sehingga
Operating Time pada praktikum kali ini adalah mulai dari menit ke-0 menit
ke-6

3. Setelah diperoleh OT, selanjutnya mencari panjang gelombang maksimal larutan


deret baku. Panjang gelombang maksimal digunakan untuk analisis kuantitatif yang
memiliki panjang gelombang yang mempunyai absorbans maksimum. Adapun
langkah-langkah yang dilakukan dalam mencari panjang gelombang maksimal :
1. Disiapkan larutan blangko dan larutan deret baku dengan konsentrasi 70 ppm.
2. Larutan blangko dimasukkan kedalam kuvet, lalu pada layar spektrofotometer
dipilih nomor 2, lalu tekan F1 sampai terdengan (bip..bip..) kemudian larutan
blangko dikeluarkan.
3. Dimasukkan larutan deret baku 10 mL 70 ppm ditambahkan 2 mL larutan FeCl3
5% dimasukkan kedalam tabung reaksi, dikarenakan OT 0-6 maka diambil OT
pada menit ke-0, sehingga larutan 70 ppm + FeCl3 5% dapat langsung
dimasukkan kedalam kuvet dan dimasukkan kedalam spektrofotometri.
Kemudian tekan tombol start, ditekan tombol peak, sehingga akan diperoleh
panjang gelombang maksimal 529, kemudian ditekan tombol return, dan delet
dala kemudian ok.
Setelah

panjang

gelombang

maksimal

diperoleh,

maka

pada

alat

spektrofotometri, ditulis pada sample match 529 kemudian ditekan tombol enter.
Setelah diperoleh panjang gelombang maksimal, dicari absorbansi uantuk larutan
deret baku (50 ppm, 60 ppm, 70 ppm, 80 ppm, dan 90 ppm). Absorban yang terbaca pada
spektrofotometer hendaknya antara 0,2 - 0,8 atau 15% - 70% jika dibaca sebagai
transmittan. Hal tersebut berdasarkan bahwa kesalahan intermidiet dalam pembacaan T
adalah 0,005 (0,5%) kesalahan fotometrik. Nilai 0,005 adalah nilai rata-rata dimana
kesalahan fotometrik adalah kesalahan analisis dalam nilai konsentrasi itu paling kecil jika
pembacaan resapan 0,2 0,8 atau 15% - 70%.
Berikut merupakan lanagkah-langkah untuk mencari absorbsi pada larutan deret
baku :
1. Pada layar monitor spektrometer tampilan normal, dipilih no.1
2. Ditekan tombol Goto WL, kemudian diketik panjang gelombang maksimal yang
diperoleh yaitu 529 nm, kemudian tekan enter
3. Disiapkan deret baku (50 ppm, 60 ppm, 70 ppm, 80 ppm, dan 90 ppm) masingmasing diambil 10 mL, ditambah dengan FeCl3 5% 2 mL, dimasukan kedalam
tabung reaksi ditunggu sampai OT kemudian dimasukkan dimasukkan kedalam
tabung reaksi ditunggu sampai OT, kemudian dimasukkan kedalam kuvet, kuvet

dimasukkan kedalam spektrometer kemudian tekan tombol start, diperoleh hasil


absorbansi sebegai berikut :
50 ppm 0,704
60 ppm 0,677
70 ppm 0,856
80 ppm 0,862
90 ppm 1,039
Dari hasil tersebut, yang termasuk kedalam rentang absorbansi (0,2 0,8) adalah
konsentrasi 50 ppm dan 60 ppm. Pada hasil absorbansi larutan deret baku konsentrasi 60
ppm terjadi penurunan yaitu dari 0,704 kemudian 0,677 hal ini terjadi mungkin
dikarenakan larutan FeCl3 5% yang digunakan telah rusak. FeCl3 sudah mengendap, dan
warna yang terbentuk menjadi coklat kehitaman bukannya ungu, hal ini mungkin
disebabkan karena larutan FeCl3 5% telah teroksidasi. Mungkin hal tersebut dapat
mempengaruhi kesetabilan absorbansi. Ada faktor lain yang mempengaruhi kestabilan
absorbansi, selain karena larutan FeCl3 5% telah rusak, mungkin dikarenakan adanya zat
pengotor dari larutan yang di baca absorbannya. Beberapa variabel yang memepengaruhi
absorban yaitu : jenis larutan, ph larutan, suhu, konsentrasi tinggi dan zat-zat pengganggu.

Anda mungkin juga menyukai