Anda di halaman 1dari 4

“KEBAL ANTIBIOTIK MENGANCAM NYAWAMU”

A. LATAR BELAKANG
Antibiotika adalah segolongan molekul, baik alami maupun sintetik, yang
mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia pada organisme,
khususnya dalam proses infeksi oleh bakteri. Antibiotika bekerja seperti pestisida dengan
menekan atau memutus satu mata rantai metabolisme, hanya saja targetnya adalah molekul
bakteri. Antibiotika berbeda dengan desinfektan dalam hal cara kerjanya, yaitu desinfektan
membunuh kuman dengan menciptakan lingkungan yang tidak wajar bagi kuman untuk
hidup (Cindy wijaya,2015).

Tidak seperti pengobatan infeksi sebelumnya, yang menggunakan racun seperti


strychnine, antibiotika dijuluki "peluru ajaib": obat yang membidik penyakit tanpa melukai
inangnya. Antibiotik tidak efektif menangani infeksi akibat virus, jamur, atau nonbakteri
lainnya, dan setiap antibiotika sangat beragam keefektifannya dalam melawan berbagai jenis
bakteri. Ada antibiotika yang membidik bakteri gram negatif atau gram positif, jika ditinjau
berdasarkan spectrum kerjanya ada antibiotik spectrum luas dan spectrum
sempit.Keefektifannya juga bergantung pada lokasi infeksi dan kemampuan antibiotik
mencapai lokasi tersebut.

Antibiotika dapat digolongkan berdasarkan mekanisme kerja senyawa tersebut dan


struktur kimiawinya. Ada enam kelompok antibiotika dilihat dari target atau mekanisme
kerjanya:

1. Inhibitor sintesis dinding sel bakteri, mencakup golongan penisilin, polipeptida, dan
sefalosporin, misalnya ampisilin, penisilin G;
2. Inhibitor transkripsi dan replikasi, mencakup golongan kuinolon, misalnya rifampisin,
aktinomisin D, asam nalidiksat;
3. Inhibitor sintesis protein, mencakup banyak jenis antibiotik, terutama dari golongan
makrolida, aminoglikosida, dan tetrasiklin, misalnya gentamisin, kloramfenikol,
kanamisin, streptomisin, tetrasiklin, oksitetrasiklin, eritromisin, azitromisin;
4. Inhibitor fungsi membran sel, misalnya ionomisin, valinomisin;
5. Inhibitor fungsi sel lainnya, seperti golongan sulfa atau sulfonamida, misalnya
oligomisin, tunikamisin; dan
6. Antimetabolit, misalnya azaserin.
Golongan Antibiotik dalam dunia kedokteran dikenal ada lebih dari 100 antibiotik,
tapi kebanyakan darinya dapat dikelompokkan menjadi beberapa golongan saja. Berikut
adalah beberapa golongan antibiotik yang utama.

1. Penisilin, misalnya amoksisilin dan ampisilin


2. Cephalosporin, seperti cephalexin
3. Macrolides, seperti eritromisin, klaritromisin, dan azitromisin
4. Fluoroquinolones, contohnya ciprofolxacin, levofloxacin, dan ofloxacin
5. Sulfonamida, misalnya kotrimoksazol dan trimetoprim
6. Tetrasiklin, seperti tetrasiklin dan doksisiklin
7. Aminoglikosida, contohnya gentamisin dan tobramycin
Setiap golongan antibiotik efektif hanya untuk jenis-jenis infeksi tertentu, dan dokter
harus mampu mempertimbangkan mana yang paling dibutuhkan pasiennya. Dan juga harus
mempertimbangkan alergi yang dimiliki pasiennya terhadap golongan antibiotik tertentu.
Misalnya pasien yang alergi penisilin tidak boleh diresepkan amoksisilin atau ampisilin.

Bagaimana cara supaya terhindar dari resistensi antibiotik?

Kunci utama agar terhindar dari resistensi antibiotik adalah dengan mencegah
infeksinya itu sendiri. Hal ini bisa dilakukan dengan cara:

1. Menjaga kesehatan dengan memenuhi asupan nutrisi agar daya tahan tubuh Anda
semakin kuat sehingga tidak mudah sakit.
2. Siapkan makanan Anda secara higienis.
3. Rajin cuci tangan sampai bersih, terutama setelah bersin atau batuk serta sebelum makan
dan menyetuh hal lainnya.
4. Memerhatikan ventilasi di rumah agar sinar matahari bisa masuk ke dalam rumah dan
sirkulasi udara lancar.
5. Melakukan vaksinasi sesuai yang dianjurkan dokter untuk mencegah penyakit tertentu.
Selain itu setiap orang harus mengetahui aturan minum obat antibiotik yang benar.
Berikut beberapa aturan minum antibiotik yang harus diperhatikan:
1. Selalu minum antibiotik sesuai dengan anjuran dokter.
2. Selalu membeli jumlah antibiotik sesuai yang diresepkan dokter.
3. Selalu menghabiskan antibiotik yang diberikan dokter, bahkan jika kondisi Anda sudah
membaik.
4. Selalu minum obat dengan dosis yang tepat dan pada waktu yang tepat.
5. Jangan pernah mengulang resep obat antibiotik.
6. Jangan pernah minum antibiotik yang diresepkan untuk orang lain atau memberikan
antibiotik yang Anda miliki ke orang lain, karena kebutuhannya mungkin saja tidak sama.
7. Selalu beri tahu dokter jika Anda mengonsumsi obat lain, suplemen, dan herbal

B. ANALISA
Antibiotika umumnya bekerja sangat spesifik pada suatu proses pada bakteri,
sehingga jika terjadi mutasi pada bakteri memungkinkan munculnya strain bakteri yang
'kebal'. Itulah sebabnya, pemberian antibiotika biasanya diberikan dalam dosis yang
menyebabkan bakteri segera mati dan dalam jangka waktu tertentu sesuai petunjuk dokter,
agar mutasi tidak terjadi penggunaan antibiotika yang 'tidak lengkap' dapat membuka
peluang munculnya tipe bakteri yang 'kebal'. Oleh karena itu, seseorang diarahkan untuk
menghabiskan satu dosis lengkap antibiotik walaupun kondisi sudah tampak membaik meski
baru menghabiskan setengah pengobatan. Bakteri tertentu pada orang tertentu kadang-kadang
sulit disembuhkan, karena bakteri tersebut bisa jadi sudah mengalami resistensi terhadap
beberapa antibiotika tertentu.
Beberapa hal yang selalu dilangggar oleh pasien antara lain:
1. Pasien meminum obat antibiok tidak sesuai dengan petunjuk dari dokter, yang seharusnya
sesuai dengan aturan minum yaitu 3xsehari, pasien hanya meminum 2xsehari karena alasan
lupa atau terlalu sibuk dengan pekerjaan atau aktivitas padat yang menyebabkan kondisi
pasien tidak segera membaik.
2. Pasien tidak patuh dalam meminum obat antibiotik yang sebenarnya harus dihabiskan,
penggunaan antibiotik yang kurang teratur atau tak dihabiskan selama jangka waktu tertentu
dapat memicu resistensi antibiotik, banyak pasien yang merasa gejalanya sudah membaik
sehingga tidak mengonsumsi antibiotik sampai tuntas. Minum obat antibiotik yang
seharusnya dikonsumsi 5 hari hanya digunakan selama 2 hari.
3. Pasien selalu menganggap obat antibiotik dapat menyebuhkan segala macam penyakit,
sehingga pasien dengan mudahnya membeli antibiotik di apotek tanpa resep dokter dan tidak
melihat kondisi diri sendiri.

C. Tujuan
1. Supaya pasien mengerti bahwa meminum obat antibiotik harus sesuai dengaan anjuran dari
dokter, sehingga pasien dapat mencapai efek terapi yang di inginkan.
2. Supaya pasien dapat mengetahui bahaya antibiotik apabila tidak di minum secara teratur dan
dapat menimbulkan efek samping berbaya yang dapat mengakibatkan resisten.
3. Agar pasien tidak meremehkan penggunaan antibiotik sehingga dapat menggunakan dengan
bijak dan sesuai dengan ketepatan indikasinya.

Anda mungkin juga menyukai