Anda di halaman 1dari 14

ASISTENSI ANALISIS OBAT

TRADISIONAL

FARMAKOGNOSI ANALITIK
TUJUAN PRAKTIKUM
1. melakukan evaluasi keseragaman bobot terhadap sediaan obat tradisional
2. mengidentifikasi kandungan bko dalam sediaan obat tradisional

Bahan dan Alat


Bahan : produk jamu pegal linu, rematik atau penambah nafsu makan, petroleum eter, eter, etanol, n-Bu-
tanol kloroform, asam asetat 20%, antalgin,tablet siproheptadin HCl, NaOH 1 N, Plat silika Gel GF 254,
kertas saring, pH universal
Alat : Timbangan analitik, erlenmeyer, Lampu UV 254 & 366 nm , tangas air, pipa penotol, corong pisah,
lumpang dan alu
Cara Kerja
 Pengamatan sediaan obat tradisional

lakukan pengamatan terhadap sampel obtra yang meliputi : Nama Produk,Bentuk sediaan, uji organolep-
tik, (bau, warna,rasa) komposisi, klaim khasiat,cara pemakaian, nama produsen, alamat produsen, kode
registrasi, tanggal kadaluarsa, golongan sediaan obat tradisional (Jamu, OHT, atau fitofarmaka), bobot isi
dan lain-lain yang dianggap perlu.
 Pengujiuan keseragaman bobot sediaan

a. UNTUK SEDIAAN TABLET


1. timbang 20 tablet satu persatu, lalu hitung bobot rata-ratanya
2. Dihitung keseragaman bobotnya dengan ketentuan : tidak boleh lebih dari dua tablet yang
menyimpang dari bobot rata-rata lebih besar dari harga yang ditetapkan dalam kolom A dan tidak

boleh satu tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata lebih besar dari harga yang

ditetapkan a kolom B, yang tertera pada tabel berikut :


PERSYARATAN KESERAGAMAN BOBOT TABLET
LANJUTAN
b. Untuk Sediaan Serbuk
1. Ditimbang isi tiap bungkus serbuk,ditimbang isi dari seluruh 20 bungkus serbuk lalu hitung bobot isi
serbuk rata-ratanya
2. Dihitung keseragaman bobotnya dengan ketentuan : tidak boleh lebih dari 2 bungkus serbuk, yang
masing-masing bobot isinya menyimpang dari bobot isi rata-rata lebih besar dari harga yang
ditetapkan dalam kolom A dan tidak boleh satu bungkus pun bobot isinya menyimpang dari bobot isi
rata-rata lebih besar dari harga yang ditetapkan dalam kolom B yang tertera pada tabel berikut :

Bobot rata-rata isi serbuk Penyimpangan terhadap bobot isi rata-rata (%)
A B
5 g sampai 10 g 8 10
Lanjutan
c. Untuk Sediaan Kapsul
1. Ditimbang satu kapsul ,dikeluarkan isi kapsul , ditimbang bagian cangkangnya, dihitung bobot isi
kapsul
2. Dilakukan penimbangan terhadap 19 kapsul lainnya dengan cara yang sama, dan dihitung bobot
rata-rata isi 20 kapsul
3. Dihitung keseragaman bobotnya dengan ketentuan : tidak lebih dari 2 kapsul yang masing-masing
bobot isinya menyimpang dari bobot isi rata-rata lebih besar dari harga yang ditetapkan dalam
kolom A dan tidak satu kapsul pun yang bobot isinya menyimpang dari bobot isi rata-rata lebih
besar dari harga yang ditetapkan dalam kolom B, yang tertera pada tabel berikut :

Bobot rata-rata isi kapsul Penyimpangan terhadap bobot isi rata-rata (%)

120 mg atau kurang lebih A B


dari 120 mg
+10 +20
+7,5 +15
IDENTIFIKASI BKO
1. Identifikasi Antalgin Untuk Jamu Pegal Linu dan Rematik
Larutan A

Sebanyak 5 g serbuk jamu


Lanjutan…..

Larutan B Dimasukkan ke
Sebanyak 5 g ser- dalam erlenmeyer,
buk jamu ditambah 25 mg
Antalgin,

Disari dengan 50
mL petroleum eter,
lalu disaring

Ampasnya disari Filtrate diuapkan


dengan 50 mL pada penangan air
4cm

Larutan C Jarak tempuh eluen


A B C

Baku antalgin 0,1% b/v dalam etanol


8cm 10cm
Cara kromatografi lapis tipis (KLT)
Larutan A, B, dan C di totol terpisah
Fase diam: silika gel GF 254
Fase gerak: methanol : kloroform : asam asetat 20% (3:7:0,5)
Penampak bercak: cahaya UV 254 dan 366 nm
2. Identifikasi Siproheptadin HCl untuk jamu penambah nafsu
makan
Larutan A
Sebanyak 5 g serbuk Dimasukkan ke dalam
jamu Erlenmeyer

Ditambahkan 30 mL
methanol, dikocok
sekitar 30 menit, lalu
disaring

Filtrat ditampung
dalam corong pisah
Filtrat dieksrtraksi
Lanjutan…..

Larutan B
Dimasukkan ke
Sebanyak 5 g
dalam Erlen-
serbuk jamu
meyer

Ditambahkan
Dikocok sekitar
100 mg sipro-
30 menit, lalu
heptadin dan 30
disarng
mL methanol

Filtrat diuapkan
Dikocok 30
hingga kering,
menit, lalu dis-
ditambahkan 50
aring
mL air
Filtrat ditam-
pung dalam
Filtrat dieksr-
corong pisah
traksi dengan
Lanjutan…..
Larutan C

Sebanyak 1 g serbuk siproheptadine, dilarutkan dalam 20 mL metanol


kemudian disaring dan dibiarkan menguap hingga menjadi pekat

Cara kromatografi lapis tipis (KLT)


Larutan A, B, dan C di totol terpisah
Fase diam: silika gel GF 254
Fase gerak: methanol : n-butanol (60:40)
Penampak bercak: cahaya UV 254 dan 366 nm
Alasan Penambahan Bahan

1. Petroleum eter
sebagai pelarut non polar yang berfungsi menarik kandungan lipid pada sampel, karena
adanya lipid bisa mengganggu identifikasi bahan kimia obat dalam sampel yang mau
diuji
2. Etanol 70%
sebagai pelarut polar yang digunakan untuk menyari senyawa pada sampel antalgin.
Dipilih etanol 70% karena lebih efektif dalam menarik bahan senyawa dalam sampel.
3. Eter
sebagai pelarut polar yang digunakan untuk menyari senyawa pada sampel siproheptadin
4. Metanol
sebagai pelarut polar yang digunakan dalam fase gerak atau pembuatan eluen
5. Kloroform
sebagai pelarut semi polar yang digunakan dalam fase gerak atau pembuatan eluen
6. n-Butanol
Sebagai pelarut semi polar yang digunakan dalam fase gerak atau pembuatan eluen
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai