0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
150 tayangan12 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang analisis farmasi dan teknik sampling. Analisis farmasi adalah ilmu yang mempelajari bahan-bahan obat untuk memahami mekanisme kerja obat, sedangkan tujuannya adalah menentukan kualitas bahan aktif dan sediaan farmasi. Teknik sampling merupakan tahap penting dalam mengambil sampel yang representatif untuk dianalisis menggunakan berbagai metode seperti kromatografi.
Dokumen tersebut membahas tentang analisis farmasi dan teknik sampling. Analisis farmasi adalah ilmu yang mempelajari bahan-bahan obat untuk memahami mekanisme kerja obat, sedangkan tujuannya adalah menentukan kualitas bahan aktif dan sediaan farmasi. Teknik sampling merupakan tahap penting dalam mengambil sampel yang representatif untuk dianalisis menggunakan berbagai metode seperti kromatografi.
Dokumen tersebut membahas tentang analisis farmasi dan teknik sampling. Analisis farmasi adalah ilmu yang mempelajari bahan-bahan obat untuk memahami mekanisme kerja obat, sedangkan tujuannya adalah menentukan kualitas bahan aktif dan sediaan farmasi. Teknik sampling merupakan tahap penting dalam mengambil sampel yang representatif untuk dianalisis menggunakan berbagai metode seperti kromatografi.
Ketua: Mengkoordinir dan bertanggung jawab penuh atas keberhasilan presentasi kelompok. Wakil ketua: Membantu ketua kelompok dalam menjalankan tugasnya Sekretaris: Membantu ketua dalam melaksanakan rumusan rencana program kegiatan, urusan administrasi umum serta evaluasi dan pelaporan. Moderator: Mengatur, memandu, menengahi, dan mengawasi jalannya diskusi agar diskusi dapat berjalan dengan baik dan benar sesuai dengan topiknya serta berlangsung secara kondusif. Pemateri: Sebagai penyampai materi (topik) yang dibahas. Menjawab pertanyaan: Menjawab pertanyaan dari peserta diskusi. Notulen: Mencatat poin-poin penting seputar informasi yang sedang dibahas, serta mencatat setiap pertanyaan yang dihasilkan dari presentasi. BAB I PENDAHULUAN 1. Definisi Analisis Farmasi Di dalam industri farmasi diperlukan analisis farmasi, dimana analisis farmasi merupakan ilmu kimia yang mempelajari bahan-bahan yang digunakan sebagai obat untuk memahami dan menjelaskan mekanisme kerja obat, mengembangkan hubungan struktur kimia dan aktivitas biologis melalui sifat kimia, fisika, interaksi obat dan reseptor, struktur kimia serta kaitannya dengan gugus fungsi. (BPPSDMK Kemenkes, 2017). Pada analisis farmasi, sediaan yang akan dianalisis adalah zat aktif atau zat tambahan (eksipien) dari suatu sediaan farmasi (obat). Analisis farmasi berkaitan erat dengan kimia analisis, karena zat yang akan dianalisis merupakan suatu zat kimia, sehingga secara umum lebih dikenal sebagai kimia farmasi analisis. (BPPSDMK Kemenkes, 2018). Analisis farmasi adalah ilmu yang mempelajari penemuan, pengembangan, identifikasi dan interpretasi cara kerja senyawa biologis aktif (obat) pada tingkat molekul. Analisis farmasi melibatkan studi identifikasi, sintesis produk, metabolism obat serta senyawa yang berhubungan. (IUPAC, 1974) Pada analisis sediaan farmasi dapat didefinisikan sebagai penerapan berbagai Teknik, metode, dan prosedur kimia analisis untuk menganalisis bahan atau sediaan farmasi. Bahan dan sediaan farmasi yang berkualitas atau bermutu dapat digunakan dengan aman serta memberikan efek farmakologis atau terapi sebagaimana yang diharapkan. Sediaan farmasi disebut bermutu apabila hasil analisis terhadap bahan tersebut menunjukkan kesesuaian dengan spesifikasi yang ditetapkan dan didasarkan pada tujuan penggunaannya. (David G. Watson, 2009).
2. Tujuan Analisis Farmasi
Tujuannya adalah menentukan kualitas atau mutu : a. Bahan berupa bahan aktif atau bahan tambahan meliputi identitas, kadar, dan kemurnian. b. Sediaan farmasi atau obat meliputi identitas bahan aktif, kadar, dan kemurnian, serta karakteristik kerjanya. Mengenai kemurnian sediaan farmasi, perlu dianalisis karena,pada dasarnya terkait dengan stabilitasnya dapat menyebabkan hasil urai sehingga untuk dianalisis kemurniannya. (David G. Watson, 2009). A. Metode-Metode Analisis Farmasi Pada dasarnya metode analisis dibagi menjadi 2, yakni metode klasik atau metode konvensional dan metode modern. Metode konvensional terdiri atas metode gravimetri dan metode volumetri. Sementara metode analisis modern lebih mengarah pada penggunaan alat/instrumen yang canggih. 1. Metode Klasik Analisis klasik berdasarkan pada reaksi kimia dengan stoikiometri yang telah diketahui dengan pasti. Cara ini disebut juga cara absolut karena penentuan suatu komponen di dalam suatu sampel diperhitungkan berdasarkan perhitungan kimia pada reaksi yang digunakan. Contoh analisis klasik yaitu volumetri dan gravimetri. a. Volumetri Analisa volumetri adalah analisis kuantitatif dengan mereaksikan suatu zat yang dianalisis dengan larutan baku (standar) yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti, dan reaksi antara zat yang dianalisis dan larutan standar tersebut berlangsung secara kuantitatif. Larutan baku (standar) adalah larutan yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti, dan konsentrasinya biasa dinyatakan dalam satuan N (normalitas) atau M (molaritas). b. Gravimetri Analisis gravimetri merupakan salah satu metode analisis kuantitatif dengan penimbangan. Tahap awal analisis gravimetri adalah pemisahan komponen yang ingin diketahui dari komponen-komponen lain yang terdapat dalam suatu sampel kemudian dilakukan pengendapan. Pengukuran dalam metode gravimetri adalah dengan penimbangan, banyaknya komponen yang dianalisis ditentukan dari hubungan antara berat sampel yang hendak dianalisis, massa atom relatif, massa molekul relatif dan berat endapan hasil reaksi. (Bahan ajar kimia analisis, 2013). 2. Metode Modern (instrumental) Metode analisis instrumental atau analisis modern berdasarkan sifat fisika-kimia zat untuk keperluan analisisnya. Misalnya interaksi radiasi elektromagnetik dengan zat menimbulkan fenomena absorpsi, emisi, hamburan yang kemudian dimanfaatkan untuk teknik analisis spektroskopi. Sifat fisika-kimia lain seperti pemutaran rotasi optik, hantaran listrik dan panas, benda partisi dan absorpsi diantara dua fase dan resonansi magnet inti melahirkan teknik analisis modern yang lain. Dalam analisisnya teknik ini menggunakan alat-alat yang modern sehingga disebut juga dengan analisis modern. dapun metode-metodenya, antara lain : a. Spektroskopi Spektroskopi adalah ilmu yang mempelajari materi dan atributnya berdasarkan cahaya, suara atau partikel yang dipancarkan, diserap atau dipantulkan oleh materi tersebut. Spektroskopi juga dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari interaksi antara cahaya dan materi. Spektroskopi umumnya digunakan dalam kimia fisik dan kimia analisis untuk mengidentifikasi suatu substansi melalui spektrum yang dipancarkan atau yang diserap. b. Kromatografi Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan molekul berdasarkan perbedaan pola pergerakan antara fase gerak dan fase diam untuk memisahkan komponen (berupa molekul) yang berada pada larutan. Molekul yang terlarut dalam fase gerak, akan melewati kolom yang merupakan fase diam. Molekul yang memiliki ikatan yang kuat dengan kolom akan cenderung bergerak lebih lambat dibanding molekul yang berikatan lemah. Dengan ini,berbagai macam tipe molekul dapat dipisahkan berdasarkan pergerakan pada kolom. Setelah komponen terelusi dari kolom, komponen tersebut dapat dianalisa dengan menggunakan detektor atau dapat dikumpulkan untuk analisa lebih lanjut. Adapun jenis-jenis kromatografi adalah Kromatografi Cair (Liquid Chromatography), Reverse phase chromatography, High performance liquid chromatography, Size exclusion chromatography, dan Kromatografi Pertukaran Ion (Ion-Exchange Chromatography). (Cochtan. W.G,1965) BAB II TEKNIK SAMPLING
1. Pengertian Teknik Sampling
Kegiatan pengambilan sampel dalam kajian ilmu kimia disebut juga sebagai sampling. Pengambilan sampel merupakan masalah yang sangat penting dalam analisis kimia sebab untuk mengetahui kadar atau konsentrasi suatu senyawa tertentu dalam sampel hanya dilakukan terhadap sejumlah kecil sampel. Sampel yang diambil dalam tahapan ini harus mewakili keseluruhan materi yang nantinya akan dianalisis. Masalah pengambilan sampel merupakan hal yang tidak boleh dipandang ringan karena dari cara kita mengambil sampel itulah diperoleh hasil analisis. Oleh karena itu, cara pengambilan sampel yang salah meskipun metode analisisnya tepat dan teliti, hasilnya tidak akan memberikan petunjuk yang benar mengenai sifat (dalam hal ini kadar) yang akan diselidiki. Persoalannya adalah apakah sampel yang dianalisis itu representatif, artinya mewakili semua barang (populasi) yang akan dianalisis. Teknik sampling adalah cara untuk menentukan sampel yang jumlahnya sesuai dengan ukuran sampel yang dijadikan sumber data sebenarnya, dengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang representatif. (Margono, 2004) Sediaan obat tidak dapat dianalisis secara langsung dengan metode kromatografi tanpa didahului dengan tahap perlakuan/penyiapan sampel. Tahap ini pada umumnya dikelompokkan menjadi tahap pengambilan sampel (sampling) dan tahap pembersihan sampel (clean up). Tujuan akhir pengambilan sampel adalah untuk memperoleh sampel yang representatif (mewakili) dari suatu batch sediaan farmasi. (Adamovics, 1997) Cara pengambilan sampel (sampling) merupakan masalah yang sangat penting dalam analisis kimia sebab untuk mengetahui kadar atau konsentrasi suatu senyawa tertentu dalam sampel hanya dilakukan terhadap sejumlah kecil sampel. Oleh karena itu, cara pengambilan sampel yang salah meskipun metode analisisnya tepat dan teliti hasilnya tidak akan memberikan petunjuk yang benar mengenai sifat (dalam hal ini kadar) yang akan diselidiki. Meskipun demikian, masalah ini seringkali kurang mendapat perhatian dari seorang analis disebabkan para analis sudah terbiasa menerima sampel yang langsung dianalisis (Achmad, 2006). Aturan umum yang pasti mengenai cara pengambilan sampel dan berapa besarnya sampel yang harus diambil tidak dapat dirumuskan secara umum sebab cara pengambilan sampel sangat tergantung pada sifat dan jumlah bahan yang dianalisis. Cara pengambilan sampel zat padat akan berbeda dengan cara pengambilan zat cair, dan akan berbeda pula dengan gas. Namun, pada prinsipnya sampel yang dianalisis harus bersifat representatif, artinya sampel yang akan dianalisis benar-benar mewakili populasinya (Achmad, 2006). 2. Prinsip Pengambilan Sampel Berdasarkan prinsip ini dikenal dua macam cara pengambilan sampel dalam analisis kimia yaitu: a. Pengambilan sampel random (cuplikan random, cuplikan acak) Cara pengambilan sampel ini dilakukan terhadap bahan yang serba sama (homogen) atau dianggap serba sama. Setiap unit dosis mempunyai kesempatan yang sama untuk terpilih dan diambil secara acak. Misalnya larutan sejati, batch tablet, ampul dan sebagainya. Serbuk sampel yang diterima analis untuk dianalisis harus dianggap bukan sampel yang homogen. Untuk dapat disampel secara random, harus terlebih dahulu digerus secara homogen. Begitu pula larutan/suspensi harus dikocok sampai homogen, baru dilakukan pengambilan sampel secara random. b. Pengambilan sampel representatif Sampel yang dikirim ke laboratorium analisis untuk dilakukan pngujian harus representatif untuk menghindari resiko adanya hasil analisis yang keluar dari spesifikasi yang ditentukan. Cara ini dilakukan jika bahan yang akan dianalisis tidak homogen. Dalam hal ini, sampel harus diambil dari bagian-bagian yang berbeda-beda dari setiap wadah (bagian atas, tengah, bawah, saling, dan sebagainya). Masing-masing sampel harus dicampur homogen kemudian sampel diambil secara random untuk dianalisis (Achmad, 2006). c. Systematic Sampling Sampel diambil pada interval yang sama pada batch. Contohnya mengambil 10 tablet setiap setengah jam atau setiap 1000 tablet. Cara sampling ini biasa digunakan in process control sediaan farmasi (Margono, 2004). d. Composite Sampling Cara sampling ini dengan mengumpulkan sub-sampel (increment) ke dalam satu sampel yang homogen untuk analisis. Hasil pengukuran sampel composite digunakan untuk estimasi nilai (kadar) pada campuran. Keuntungan dari sampling ini adalah pengurangan beban analisis, karena hanya menganalisis satu sampel saja (Margono, 2004). 1. Pengambilan Sample Sediaan Obat a. Sediaan-sediaan parenteral Pada dasarnya sediaan parenteral sudah homogen. Untuk lot yang kecil (biasanya 3000 dos) dilakukan analisis 2 unit sediaan obat secara duplikat(1). b. Tablet dan Bentuk sediaan sejenis Pencampuran suatu formulasi yang mengandung bahan aktif dengan bahan tambahan seringkali dilakukan dalam suatu ukuran lot yang mana proporsi kandungan bahan aktif terhadap massa total adalah kecil. Sampel-sampel bentuk sediaan padat dapat diambil dengan melakukan pengujian unit individual atau suatu sample komposit dari unit-unit individual. Pengambilan sample pada suatu unit individual dilakukan ketika kisaran nilai dalam unit-unit terpisah adalah besar dan atau ketika diperlukan suatu keberagaman unit. Pengambilan sample komposit dilakukan ketika homogenitas bukalah suatu masalah yang berarti atau ketika keberagaman unit bukanlah sesuatu yang penting c. Sediaan-sediaan yang lain Sediaan-sediaan seperti gel, lotion, dan suspensi sebelum dianalisis harus dicampur secara homogen. DAFTAR PUSTAKA Achmad , M. & R, A., 2006. Volumetri dan Gravimetri. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Adamovics, A. J., 1997. Chromatographic Analysis of Pharmaceuticals
2nd Edition. New York: Marcel Dekke.
Cochran, G. W., 1965. Sampling Techniques. New York: John Wiley & Sons, Inc.
David, G. W., 2009. Analisis farmasi : Buku Ajar Untuk Mahasiswa
Farmasi dan Praktisi Kimia Farmasi, Edisi 2. Jakarta: Perpustakaan Nasional ; Katalog Dalam Terbitan (KDT).
Dosen, T., 2013. Kimia Analisis Dasar Edisi 1. Malang: Universitas
Brawijaya Press.
Gandjar, A. R., 2015. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Harpolia Cartika , M. A., 2017. Kimia Farmasi. Jakarta: BPPSDKMK
KEMENKES.
IUPAC, 1974. Information bulletin. s.l.:Technical report, number 13.