Anda di halaman 1dari 12

TUGAS ANALISIS FARMASI

PENGANTAR ANALISIS FARMASI & TEKNIK SAMPLING

OLEH :
KELOMPOK 1
STIFA A 2020

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI MAKASSAR
MAKASSAR
2022
Disusun oleh:
Ketua: Christian Gilbert Purek_20013017
Wakil ketua: Marinus Steven Worabay_20013014
Sekretaris: Elsy Konda_20013001
Moderator: Eka Cristina Palembangan_20013035
Pemateri: Rani Wulandari_1701186, Nur Halisah_20013007, Destin
Thedy_20013041 & Jonatan Julyando Yakub_20013038
Menjawab Pertanyaan: Khadijah Muthmainnah_20013026 & Riventio
Junior_20013023
Notulen: Nur Rahma Tawakkal_20013004
Beranggotakan:
 Vanessa Priscyllia Meko_20013020
 Putri Salsabilla_20013044
 Siti Raafi’a Jamal_20013029
 Hekklesia Yoel Kalalo_20013032
 Cindy Mey Resky Puntu_20013047
 Nurul Ayu Julia_20013010

Adapun tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:


Ketua: Mengkoordinir dan bertanggung jawab penuh atas keberhasilan
presentasi kelompok.
Wakil ketua: Membantu ketua kelompok dalam menjalankan tugasnya
Sekretaris: Membantu ketua dalam melaksanakan rumusan rencana
program kegiatan, urusan administrasi umum serta evaluasi dan
pelaporan.
Moderator: Mengatur, memandu, menengahi, dan mengawasi jalannya
diskusi agar diskusi dapat berjalan dengan baik dan benar sesuai dengan
topiknya serta berlangsung secara kondusif.
Pemateri: Sebagai penyampai materi (topik) yang dibahas.
Menjawab pertanyaan: Menjawab pertanyaan dari peserta diskusi.
Notulen: Mencatat poin-poin penting seputar informasi yang sedang
dibahas, serta mencatat setiap pertanyaan yang dihasilkan dari
presentasi.
BAB I
PENDAHULUAN
1. Definisi Analisis Farmasi
Di dalam industri farmasi diperlukan analisis farmasi, dimana analisis
farmasi merupakan ilmu kimia yang mempelajari bahan-bahan yang
digunakan sebagai obat untuk memahami dan menjelaskan mekanisme
kerja obat, mengembangkan hubungan struktur kimia dan aktivitas
biologis melalui sifat kimia, fisika, interaksi obat dan reseptor, struktur
kimia serta kaitannya dengan gugus fungsi. (BPPSDMK Kemenkes,
2017).
Pada analisis farmasi, sediaan yang akan dianalisis adalah zat
aktif atau zat tambahan (eksipien) dari suatu sediaan farmasi (obat).
Analisis farmasi berkaitan erat dengan kimia analisis, karena zat
yang akan dianalisis merupakan suatu zat kimia, sehingga secara
umum lebih dikenal sebagai kimia farmasi analisis. (BPPSDMK
Kemenkes, 2018).
Analisis farmasi adalah ilmu yang mempelajari penemuan,
pengembangan, identifikasi dan interpretasi cara kerja senyawa biologis
aktif (obat) pada tingkat molekul. Analisis farmasi melibatkan studi
identifikasi, sintesis produk, metabolism obat serta senyawa yang
berhubungan. (IUPAC, 1974)
Pada analisis sediaan farmasi dapat didefinisikan sebagai penerapan
berbagai Teknik, metode, dan prosedur kimia analisis untuk menganalisis
bahan atau sediaan farmasi. Bahan dan sediaan farmasi yang berkualitas
atau bermutu dapat digunakan dengan aman serta memberikan efek
farmakologis atau terapi sebagaimana yang diharapkan. Sediaan farmasi
disebut bermutu apabila hasil analisis terhadap bahan tersebut
menunjukkan kesesuaian dengan spesifikasi yang ditetapkan dan
didasarkan pada tujuan penggunaannya. (David G. Watson, 2009).

2. Tujuan Analisis Farmasi


Tujuannya adalah menentukan kualitas atau mutu :
a. Bahan berupa bahan aktif atau bahan tambahan meliputi identitas,
kadar, dan kemurnian.
b. Sediaan farmasi atau obat meliputi identitas bahan aktif, kadar, dan
kemurnian, serta karakteristik kerjanya. Mengenai kemurnian
sediaan farmasi, perlu dianalisis karena,pada dasarnya terkait
dengan stabilitasnya dapat menyebabkan hasil urai sehingga untuk
dianalisis kemurniannya. (David G. Watson, 2009).
A. Metode-Metode Analisis Farmasi
Pada dasarnya metode analisis dibagi menjadi 2, yakni metode
klasik atau metode konvensional dan metode modern. Metode
konvensional terdiri atas metode gravimetri dan metode volumetri.
Sementara metode analisis modern lebih mengarah pada penggunaan
alat/instrumen yang canggih.
1. Metode Klasik
Analisis klasik berdasarkan pada reaksi kimia dengan stoikiometri yang
telah diketahui dengan pasti. Cara ini disebut juga cara absolut karena
penentuan suatu komponen di dalam suatu sampel diperhitungkan
berdasarkan perhitungan kimia pada reaksi yang digunakan. Contoh
analisis klasik yaitu volumetri dan gravimetri.
a. Volumetri
Analisa volumetri adalah analisis kuantitatif dengan mereaksikan suatu
zat yang dianalisis dengan larutan baku (standar) yang telah diketahui
konsentrasinya secara teliti, dan reaksi antara zat yang dianalisis dan
larutan standar tersebut berlangsung secara kuantitatif. Larutan baku
(standar) adalah larutan yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti,
dan konsentrasinya biasa dinyatakan dalam satuan N (normalitas) atau M
(molaritas).
b. Gravimetri
Analisis gravimetri merupakan salah satu metode analisis kuantitatif
dengan penimbangan. Tahap awal analisis gravimetri adalah pemisahan
komponen yang ingin diketahui dari komponen-komponen lain yang
terdapat dalam suatu sampel kemudian dilakukan pengendapan.
Pengukuran dalam metode gravimetri adalah dengan penimbangan,
banyaknya komponen yang dianalisis ditentukan dari hubungan antara
berat sampel yang hendak dianalisis, massa atom relatif, massa molekul
relatif dan berat endapan hasil reaksi. (Bahan ajar kimia analisis, 2013).
2. Metode Modern (instrumental)
Metode analisis instrumental atau analisis modern berdasarkan sifat
fisika-kimia zat untuk keperluan analisisnya. Misalnya interaksi radiasi
elektromagnetik dengan zat menimbulkan fenomena absorpsi, emisi,
hamburan yang kemudian dimanfaatkan untuk teknik analisis
spektroskopi. Sifat fisika-kimia lain seperti pemutaran rotasi optik,
hantaran listrik dan panas, benda partisi dan absorpsi diantara dua fase
dan resonansi magnet inti melahirkan teknik analisis modern yang lain.
Dalam analisisnya teknik ini menggunakan alat-alat yang modern
sehingga disebut juga dengan analisis modern.
dapun metode-metodenya, antara lain :
a. Spektroskopi
Spektroskopi adalah ilmu yang mempelajari materi dan atributnya
berdasarkan cahaya, suara atau partikel yang dipancarkan, diserap atau
dipantulkan oleh materi tersebut. Spektroskopi juga dapat didefinisikan
sebagai ilmu yang mempelajari interaksi antara cahaya dan materi.
Spektroskopi umumnya digunakan dalam kimia fisik dan kimia analisis
untuk mengidentifikasi suatu substansi melalui spektrum yang
dipancarkan atau yang diserap.
b. Kromatografi
Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan molekul berdasarkan
perbedaan pola pergerakan antara fase gerak dan fase diam untuk
memisahkan komponen (berupa molekul) yang berada pada larutan.
Molekul yang terlarut dalam fase gerak, akan melewati kolom yang
merupakan fase diam. Molekul yang memiliki ikatan yang kuat dengan
kolom akan cenderung bergerak lebih lambat dibanding molekul yang
berikatan lemah. Dengan ini,berbagai macam tipe molekul dapat
dipisahkan berdasarkan pergerakan pada kolom.
Setelah komponen terelusi dari kolom, komponen tersebut dapat
dianalisa dengan menggunakan detektor atau dapat dikumpulkan untuk
analisa lebih lanjut. Adapun jenis-jenis kromatografi adalah Kromatografi
Cair (Liquid Chromatography), Reverse phase chromatography, High
performance liquid chromatography, Size exclusion chromatography, dan
Kromatografi Pertukaran Ion (Ion-Exchange Chromatography).
(Cochtan. W.G,1965)
BAB II
TEKNIK SAMPLING

1. Pengertian Teknik Sampling


Kegiatan pengambilan sampel dalam kajian ilmu kimia disebut juga
sebagai sampling. Pengambilan sampel merupakan masalah yang
sangat penting dalam analisis kimia sebab untuk mengetahui kadar
atau konsentrasi suatu senyawa tertentu dalam sampel hanya dilakukan
terhadap sejumlah kecil sampel. Sampel yang diambil dalam tahapan
ini harus mewakili keseluruhan materi yang nantinya akan dianalisis.
Masalah pengambilan sampel merupakan hal yang tidak boleh dipandang
ringan karena dari cara kita mengambil sampel itulah diperoleh hasil
analisis. Oleh karena itu, cara pengambilan sampel yang salah meskipun
metode analisisnya tepat dan teliti, hasilnya tidak akan
memberikan petunjuk yang benar mengenai sifat (dalam hal ini
kadar) yang akan diselidiki. Persoalannya adalah apakah sampel
yang dianalisis itu representatif, artinya mewakili semua barang
(populasi) yang akan dianalisis.
Teknik sampling adalah cara untuk menentukan sampel yang
jumlahnya sesuai dengan ukuran sampel yang dijadikan sumber data
sebenarnya, dengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi
agar diperoleh sampel yang representatif. (Margono, 2004)
Sediaan obat tidak dapat dianalisis secara langsung dengan metode
kromatografi tanpa didahului dengan tahap perlakuan/penyiapan sampel.
Tahap ini pada umumnya dikelompokkan menjadi tahap pengambilan
sampel (sampling) dan tahap pembersihan sampel (clean up). Tujuan
akhir pengambilan sampel adalah untuk memperoleh sampel yang
representatif (mewakili) dari suatu batch sediaan farmasi. (Adamovics,
1997)
Cara pengambilan sampel (sampling) merupakan masalah yang
sangat penting dalam analisis kimia sebab untuk mengetahui kadar atau
konsentrasi suatu senyawa tertentu dalam sampel hanya dilakukan
terhadap sejumlah kecil sampel. Oleh karena itu, cara pengambilan
sampel yang salah meskipun metode analisisnya tepat dan teliti hasilnya
tidak akan memberikan petunjuk yang benar mengenai sifat (dalam hal ini
kadar) yang akan diselidiki. Meskipun demikian, masalah ini seringkali
kurang mendapat perhatian dari seorang analis disebabkan para analis
sudah terbiasa menerima sampel yang langsung dianalisis (Achmad,
2006).
Aturan umum yang pasti mengenai cara pengambilan sampel dan
berapa besarnya sampel yang harus diambil tidak dapat dirumuskan
secara umum sebab cara pengambilan sampel sangat tergantung pada
sifat dan jumlah bahan yang dianalisis. Cara pengambilan sampel zat
padat akan berbeda dengan cara pengambilan zat cair, dan akan berbeda
pula dengan gas. Namun, pada prinsipnya sampel yang dianalisis harus
bersifat representatif, artinya sampel yang akan dianalisis benar-benar
mewakili populasinya (Achmad, 2006).
2. Prinsip Pengambilan Sampel
Berdasarkan prinsip ini dikenal dua macam cara pengambilan sampel
dalam analisis kimia yaitu:
a. Pengambilan sampel random (cuplikan random, cuplikan acak)
Cara pengambilan sampel ini dilakukan terhadap bahan yang serba
sama (homogen) atau dianggap serba sama. Setiap unit dosis mempunyai
kesempatan yang sama untuk terpilih dan diambil secara acak. Misalnya
larutan sejati, batch tablet, ampul dan sebagainya.
Serbuk sampel yang diterima analis untuk dianalisis harus dianggap
bukan sampel yang homogen. Untuk dapat disampel secara random,
harus terlebih dahulu digerus secara homogen. Begitu pula
larutan/suspensi harus dikocok sampai homogen, baru dilakukan
pengambilan sampel secara random.
b. Pengambilan sampel representatif
Sampel yang dikirim ke laboratorium analisis untuk dilakukan pngujian
harus representatif untuk menghindari resiko adanya hasil analisis yang
keluar dari spesifikasi yang ditentukan. Cara ini dilakukan jika bahan yang
akan dianalisis tidak homogen. Dalam hal ini, sampel harus diambil dari
bagian-bagian yang berbeda-beda dari setiap wadah (bagian atas,
tengah, bawah, saling, dan sebagainya). Masing-masing sampel harus
dicampur homogen kemudian sampel diambil secara random untuk
dianalisis (Achmad, 2006).
c. Systematic Sampling
Sampel diambil pada interval yang sama pada batch. Contohnya
mengambil 10 tablet setiap setengah jam atau setiap 1000 tablet. Cara
sampling ini biasa digunakan in process control sediaan farmasi
(Margono, 2004).
d. Composite Sampling
Cara sampling ini dengan mengumpulkan sub-sampel (increment) ke
dalam satu sampel yang homogen untuk analisis. Hasil pengukuran
sampel composite digunakan untuk estimasi nilai (kadar) pada campuran.
Keuntungan dari sampling ini adalah pengurangan beban analisis, karena
hanya menganalisis satu sampel saja (Margono, 2004).
1. Pengambilan Sample Sediaan Obat
a. Sediaan-sediaan parenteral
Pada dasarnya sediaan parenteral sudah homogen. Untuk lot yang
kecil (biasanya 3000 dos) dilakukan analisis 2 unit sediaan obat secara
duplikat(1).
b. Tablet dan Bentuk sediaan sejenis
Pencampuran suatu formulasi yang mengandung bahan aktif dengan
bahan tambahan seringkali dilakukan dalam suatu ukuran lot yang mana
proporsi kandungan bahan aktif terhadap massa total adalah kecil.
Sampel-sampel bentuk sediaan padat dapat diambil dengan melakukan
pengujian unit individual atau suatu sample komposit dari unit-unit
individual. Pengambilan sample pada suatu unit individual dilakukan ketika
kisaran nilai dalam unit-unit terpisah adalah besar dan atau ketika
diperlukan suatu keberagaman unit. Pengambilan sample komposit
dilakukan ketika homogenitas bukalah suatu masalah yang berarti atau
ketika keberagaman unit bukanlah sesuatu yang penting         
c. Sediaan-sediaan yang lain
Sediaan-sediaan seperti gel, lotion, dan suspensi sebelum dianalisis
harus dicampur secara homogen.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad , M. & R, A., 2006. Volumetri dan Gravimetri. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.

Adamovics, A. J., 1997. Chromatographic Analysis of Pharmaceuticals


2nd Edition. New York: Marcel Dekke.

Cochran, G. W., 1965. Sampling Techniques. New York: John Wiley &
Sons, Inc.

David, G. W., 2009. Analisis farmasi : Buku Ajar Untuk Mahasiswa


Farmasi dan Praktisi Kimia Farmasi, Edisi 2. Jakarta: Perpustakaan
Nasional ; Katalog Dalam Terbitan (KDT).

Dosen, T., 2013. Kimia Analisis Dasar Edisi 1. Malang: Universitas


Brawijaya Press.

Gandjar, A. R., 2015. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar.

Harpolia Cartika , M. A., 2017. Kimia Farmasi. Jakarta: BPPSDKMK


KEMENKES.

IUPAC, 1974. Information bulletin. s.l.:Technical report, number 13.

Margono, 2004. Metodologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Ciptaka.

Anda mungkin juga menyukai