Anda di halaman 1dari 2

FARMASI VS BUDAYA

PENINGKATAN KESEHATAN

Andika Permana (2905031), Deno Faizal (2905032) dan Annisa Amalanda (2905033)
Program Studi Profesi Apoteker STIFI Perintis Padang

Farmasi bagi Masyarakat sekarang bukanlah sesuatu yang tidak diketahui lagi,
kebanyakan masyarakat mengartikannya sebagai seseorang yang berjualan obat, penjaga toko
obat, tukang racik obat dan lain sebagainya. Namun, arti farmasi sesungguhnya itu bukan
hanya itu tapi lebih luas lagi. Farmasi memiliki pengertian yang berupa salah satu bidang
kesehatan yang profesional/ahli terhadap obat-obatan yang berawal dari proses
perancarangan formula (kalau bahasa dapurnya itu resep) sampai ke obat itu diterima
masyarakat/pasien hingga ke obat itu bagaimana jalannya didalam tubuh dan bagaimana
caranya menghasilkan efek terhadap tubuh. Misalnya nih obat Paracetamol, pasti semua
orang taukan sama obat ini bapak, ibu, tante, om sampai ke adek-adek kelas SD pun pasti tau
sama obat ini. Nah jadi kalau kerjanya seorang farmasi itu ditentuin dulu paracetamolnya
mau dibuat apa ? tablet ? kapsul ? syrup ? atau bentuk lainnya terus ditentuin formulanya
gimana apa bahan yang mau ditambahkan untuk membuat sediaanya. Selanjutnya setelah
sediaan tersebut dibuat diuji dulu tuh secara praklinis dan klinis, dilihat gimana obat tersebut
masuk ke tubuh, dilihat berapa menit obat tersebut dapat menghasilkan efek serta dilihat juga
kapan tubuh membuang zat yang tidak diperlukan dari obat tersebut dari tubuh. Wow
pokoknya lengkap banget dehh kealihannya seorang farmasi.

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang, dan dimiliki bersama oleh sebuah
kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak
unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas,
pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak
terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan
secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda
budaya, dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, peristiwa itu membuktikan bahwa
budaya dipelajari.

Kemudian apakah hubungan antara farmasi dan budaya sehingga bisa meningkatkan
kesehatan masyarakat ?

Budaya pengobatan pada masyarakat Indonesia sangat beragam pada sebagaian


msyarakat masih mempercayai perdukunan untuk menyembuhkan penyakit yang dideritanya
dan masih menggunakan pengobatan herbal baik dari hewan maupun tumbuh-tumbuhan
seperti jahe, kunyit dan madu. Adapun lainnya yang masih menggunakan pengobatan
tradisional akupuntur dan bekam. Pada setiap daerah memiliki bahasa dan cara
pengobatannya masing-masing, serta pada setiap daerah memiliki penyebutan yang berbeda
tentang keluhan penyakitnya. Misalnya seperti penyebutan pusing pada masyarakat Kutai
menyebutnya ngalu sedangkan pada masyarakat Minang menyebutnya paniang. Nah berbeda-
bedakan ? jadi yang harus dipahami oleh setiap seorang farmasis ialah arti dari setiap
penggunaan bahasa tersebut agar dapat memastikan terapi yang diberikan kepada pasien atau
diterima oleh pasien sesuai dengan penyakit atau keluhan yang diderita.nya. Dengan
pemahaman Farmasis dengan bahasa dan budaya pasien dapat meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat karena semakin paham seorang farmasis dengan budayanya maka
semakin tinggi pula peluang untuk meningkatnkan kesehatan masyarakat pada daerah
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai