Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN LENGKAP

“SISTEM PERNAFASAN”

OLEH:
KELOMPOK 4 GOLONGAN 1
CLAUDYA DECEVA (21018005)

LABORATORIUM ANATOMI DAN FISIOLOGI MANUSIA


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI MAKASSAR
PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI
MAKASSAR
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Respirasi adalah proses mengambil oksigen dari udara dan
mengeluarkan karbondioksida ke udara. Atau respirasi adalah pertukaran
gas oksigen dari udara bebas oleh organisme hidup untuk serangkaian
proses metabolism (oksidasi) di dalam tubuh dengan mengeluarkan
karbondioksida sebagai sisa metabolisme (Joko Waluyo, 2006)
Energi yang dihasilkan dari registrasi sangat menunjang sekali
untuk melakukan beberapa aktivitas. Misalnya saja mengatur suhu tubuh,
pergerakan, pertumbuhan dan reproduksi. Oleh karena itu , kegiatan
pernapassan dan respirasi sebenarnya saling berhubungan
Sistem pernapasan manusia merupakan sistem pernapasan yang
kompleks dan ditunjang oleh alat-alat yang kompleks pula. Sebelum kita
mengetahui mekanisme pernapasan, terlebih dahulu kita pelajari organ-
organ yang berperan penting dalam proses pernapasan. (Rochmah, 2009)
Respirasi adalah proses penyediaan oksigen dan pembuangan
karbondioksida. Timbulnya penyakit pada sistem respirasi dapat
mengganggu ketersediaan oksigen bagi tubuh. Oleh sebab itu percobaan
sistem respirasi akan menjelaskan tentang anatomi dan fisiologi sistem
respirasi sehingga kedepannya dapat memberikan dasar patofisiologi
timbulnya penyakit dan Langkah-langkah penanganan penyakit seperti
pemberiann obat-obatan.

1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan


1.2.1 Maksud Percobaan
1. Mampu mengenal anatomi sistem respirasi
2. Mampu mengenal fungsi sistem respirasi serta organ-organ
penyusunnya
1.2.2 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah:
1. Untuk mengetahui organ-organ yang berperan dalam sistem
respirasi
2. Untuk mengetahui mekanisme pernafasan

1.3 Prinsip Percobaan


Respirasi merupakan gabungan aktivitas berbagai mekanisme yang
berperan dalam proses suplai oksigen ke seluruh tubuh dan pembuangan
karbondioksida dengan menggunakan beberapa organ pernapasan.
BAB II
TEORI UMUM

2.1 Sistem Respirasi


Sistem pernapasan atau sistem respirasi adalah sistem organ yang
digunakan untuk pertukaran gas. Sistem pernapasan umumnya termasuk
saluran yang digunakan untuk membawa udara ke dalam paru-paru di
mana terjadi pertukaran gas. Diafragma menarik udara masuk dan juga
mengeluarkannya. Berbagai variasi sistem pernapasan ditemukan pada
berbagai jenis makhluk hidup (Pearce, 1991)

2.2 Organ-organ Pernapasan Pada Manusia

1. Rongga Hidung (Cavum Nasalis)


Udara dari luar akan masuk lewat rongga hidung (cavum nasalis).
Rongga hidung berlapis selaput lendir, di dalamnya terdapat kelenjar
minyak (kelenjar sebasea) dan kelenjar keringat (kelenjar sudorifera).
Selaput lendir berfungsi menangkap benda asing yang masuk lewat
saluran pernapasan. Selain itu, terdapat juga rambut pendek dan tebal
yang berfungsi menyaring partikel kotoran yang masuk bersama udara.
Juga terdapat konka yang mempunyai banyak kapiler darah yang
berfungsi menghangatkan udara yang masuk (Lehninger, 1982).
2. Faring
Udara dari rongga hidung masuk ke faring. Faring merupakan
percabangan 2 saluran, yaitu saluran pernapasan (nasofarings) pada
bagian depan dan saluran pencernaan (orofarings) pada bagian belakang.
Pada bagian belakang faring (posterior) terdapat laring (tekak) tempat
terletaknya pita suara (pita vocalis). Masuknya udara melalui faring akan
menyebabkan pita suara bergetar dan terdengar sebagai suara. Makan
sambil berbicara dapat mengakibatkan makanan masuk ke saluran
pernapasan karena saluran pernapasan pada saat tersebut sedang
terbuka. Walaupun demikian, saraf kita akan mengatur agar peristiwa
menelan, bernafas, dan berbicara tidak terjadi bersamaan sehingga
mengakibatkan gangguan kesehatan (Lehninger, 1982).
3. Laring
Dari faring, udara pernapasan akan menuju pangkal tenggorokan atau
disebut juga laring. Laring tersusun atas kepingan tulang rawan yang
membentuk jakun. Jakun tersebut tersusun oleh tulang lidah, katup tulang
rawan, perisai tulang rawan, piala tulang rawan, dan gelang tulang rawan.
Pangkal tenggorokan dapat ditutup oleh katup pangkal tenggorokan
(epiglotis) (Lehninger, 1982). Jika udara menuju tenggorokan, anak tekak
melipat ke bawah, dan ketemu dengan katup pangkal tenggorokan
sehingga membuka jalan udara ke tenggorokan. Saat menelan makanan,
katup tersebut menutupi pangkal tenggorokan dan saat bernapas katup
tersebut akan membuka. Pada pangkal tenggorokan terdapat pita suara
yang bergetar bila ada udara melaluinya. Misalnya saat kita berbicara
(Lehninger, 1982).
4. Tenggorokan (Trakea)
Tenggorokan berupa pipa yang panjangnya ± 10 cm, terletak sebagian
di leher dan sebagian di rongga dada (torak). Dinding tenggorokan tipis
dan kaku, dikelilingi oleh cincin tulang rawan, dan pada bagian dalam
rongga bersilia. Siliasilia ini berfungsi menyaring benda-benda asing yang
masuk ke saluran pernapasan (Lehninger, 1982).
5. Bronkus
Bronkus tersusun atas percabangan, yaitu bronkus kanan dan kiri.
Letak bronkus kanan dan kiri agak berbeda. Bronkus kanan lebih vertikal
dari pada kiri. Karena strukturnya ini, sehingga bronkus kanan akan
mudah kemasukan benda asing. Itulah sebabnya paru-paru kanan
seseorang lebih mudah terserang penyakit bronkhitis. Pada seseorang
yang menderita asma bagian otot-otot bronkus ini berkontraksi sehingga
akan menyempit. Hal ini dilakukan untuk mencegah masuknya lebih
banyak benda asing yang menimbulkan reaksi alergi (Lehninger, 1982).
Akibatnya penderita akan mengalami sesak napas. Sedangkan pada
penderita bronkitis, bagian bronkus ini akan tersumbat oleh lendir.
Bronkus kemudian bercabang lagi sebanyak 20–25 kali percabangan
membentuk bronkiolus. Pada ujung bronkiolus inilah tersusun alveolus
yang berbentuk seperti buah anggur (Lehninger, 1982).
6. Bronkiolus (Cabang-cabang Tenggorokan)
Tenggorokan (trakea) bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus
kanan dan bronkus kiri. Struktur lapisan mukosa bronkus sama dengan
trakea, hanya tulang rawan bronkus bentuknya tidak teratur dan pada
bagian bronkus yang lebih besar cincin tulang rawannya melingkari lumen
dengan sempurna. Bronkus bercabang-cabang lagi menjadi bronkiolus
(Lehninger, 1982).
7. Paru-paru (Pulmo)
Paru-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, di bagian
samping dibatasi oleh otot dan rusuk dan di bagian bawah dibatasi oleh
diafragma yang berotot kuat. Paru-paru ada dua bagian yaitu paru-paru
kanan (pulmo dekster) yang terdiri atas 3 lobus dan paru-paru kiri (pulmo
sinister) yang terdiri atas 2 lobus. Paru-paru dibungkus oleh dua selaput
yang tipis, disebut pleura. Selaput bagian dalam yang langsung
menyelaputi paru-paru disebut pleura dalam (pleura visceralis) dan
selaput yang menyelaputi rongga dada yang bersebelahan dengan tulang
rusuk disebut pleura luar (pleura parietalis) (Lehninger, 1982).
Antara selaput luar dan selaput dalam terdapat rongga berisi cairan
pleura yang berfungsi sebagai pelumas paru-paru. Cairan pleura berasal
dari plasma darah yang masuk secara eksudasi. Dinding rongga pleura
bersifat permeabel terhadap air dan zat-zat lain. Paru-paru tersusun oleh
bronkiolus, alveolus, jaringan elastik, dan pembuluh darah. Paru-paru
berstruktur seperti spon yang elastis dengan daerah permukaan dalam
yang sangat lebar untuk pertukaran gas (Lehninger, 1982).
Di dalam paru-paru, bronkiolus bercabang-cabang halus dengan
diameter ± 1 mm, dindingnya makin menipis jika dibanding dengan
bronkus. Bronkiolus tidak mempunyi tulang rawan, tetapi rongganya masih
mempunyai silia dan di bagian ujung mempunyai epitelium berbentuk
kubus bersilia. Pada bagian distal kemungkinan tidak bersilia. Bronkiolus
berakhir pada gugus kantung udara (alveolus) (Lehninger, 1982).
Alveolus terdapat pada ujung akhir bronkiolus berupa kantong kecil
yang salah satu sisinya terbuka sehingga menyerupai busa atau mirip
sarang tawon. Oleh karena alveolus berselaput tipis dan di situ banyak
bermuara kapiler darah maka memungkinkan terjadinya difusi gas
pernapasan (Lehninger, 1982).

2.3 Mekanisme Pernapasan


Struktur jalan nafas udara melalui hidung atau mulut dan berpindah
ke faring. Faring merupakan bagian atas kerongkongan yang berada di
belakang jalan nasal dan dibelakang lidah. Udara kemudian berpindah ke
dalam laring, daerah bagian bawah kerongkongan tempat pita suara
berada. Udara harus melalui celah diantara dua pita suara untuk
memasuki trakea. Trakea adalah bagian pipa kaku (Rigid) yang terbuat
dari cincin tulang rawan. Trakea yang kaku itu berguna untuk mencegah
agar tidak kolaps akibat tekanan negatif yanf terjadi selama inspirasi
(Bresnick, 2003)
2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Frekuensi Pernapasan Pada Manusia
Faktor fisik seperti umur, jenis kelamin, suhu tubuh, posisi tubuh, dan
aktivitas tubuh. (Tabrani, 1996) :
1. Umur
Frekuensi pernapasan yang dilakukan pada anak-anak berbeda
denagn frekuensi pernapasan yang dilakukan orang dewasa. Umumnya,
frekuensi pernapasan yang terjadi pada anak-anak lebih banyak. Pada
orang dewasa, frekuensi pernapasan menjadi lebih lambat dikarenakan
aktivitas sel-sel di dalam tubuh mengalami penurunan.
2. Jenis Kelamin
Pada umumnya dalam keadaan normal, frekuensi pernapasan pada
laki-laki lebih banyak daripada perempuan. Hal ini terjadi karena laki-laki
cenderung membutuhkan energi yang lebih banyak daripada perempuan
sehingga oksigen yang diperlukan pun menjadi semakin banyak.
3. Suhu Tubuh
Suhu tubuh mempunyai hubungan yang erat dengan pernapasan.
Semakin tinggi suhu tubuh seseorang maka dia akan membutuhkan
energi yang lebih banyak sehingga kebutuhan akan oksigen pun akan
meningkat. Oleh karena itu, frekuensi pernapasan pun akan lebih sering
dilakukan.
4. Posisi Tubuh
Posisi tubuh ternyata mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap
frekuensi pernapasan. Seseorang yang sedang berdiri, frekuensi
pernapasannya akan lebih sering terjadi daripada seseorang yang posisi
tubuhnya sedang berbaring. Pada saat kita berdiri aktivitas otot di dalam
tubuh akan lebih sering mengalami kontraksi sehingga oksigen yang
dibutuhkan untuk proses oksidasi di dalm tubuh menjadi lebih banyak, hal
ini mengakibatkan frekuensi inspirasi dan ekspirasi menjadi lebih sering
dilakukan. Sementara itu pada saat berbaring, otot-otot dalam tubuh
cenderung erelaksasi sehingga kebutuhan akan oksigen pun tak
sebanyak pada saat kita berdiri.
5. Aktivitas Tubuh
Seseorang yang memiliki aktivitas tubuh cukup tinggi seperti seorang
petani atau atlet, frekuensi pernapasannya akan lebih tinggi daripada
seorang sekretaris yang cenderung melakukan aktivitas pekerjaanya
dengan duduk. Hal ini disebabkan energi yang diperlukan oleh seorang
petani atau atlet lebih banyak jika dibandingkan oleh seseorang yang
beraktivitas denagn cara duduk.
Faktor Psikologi seperti emosi, kejiwaan, perasaan, energi dan aura,
dan kestabilan rohani.
1. Emosi
Emosi seseorang berpengaruh pada tinggi rendahnya pernapasan
seseorang. seseorang yang sedang emosi seperti marah, frekuensi
pernapasannya akan cenderung tinggi dibandingkan seseorang yang
kondisi emosinya stabil atau normal.
2. Perasaan
Perasaan takut pada seseorang akan mempercepat frekuensi
pernapasannya, hal ini disebabkan aktivitas denyut jantung yang
meningkat sehingga tubuh memerlukan asupan energi yang lebih banyak.
3. Kejiwaan
Kejiwaan berkaitan erat dengan sifat atau karakter seseorang.
Seseorang yang mempunyai jiwa periang cenderung mempunyai aktivitas
yang lebih aktif dibandingkan dengan seseorang yang pemalu. Dengan
demikian frekuensi pernapasan pada orang yang periang cenderung akan
lebih tinggi dibanding dengan orang yang pemalu.
4. Kestabilan Rohani
Seseorang yang mempunyaipemahaman yang baik terhadap ilmu
agam, kondisi rohaninya cenderung akan lebih baik, hati mereka akan
diliputi rasa tenang dan tenteram sehingga jauh dari rasa cemas dan
khawatir yang berlebihan.
2.5 Kelainan Dan Penyakit Sistem Respirasi
Sistem pernapasan manusia dapat mengalami sejumlah gangguan
atau masalah yang akan di ulah berikut ini (Tabrani, 1996):
1. Asfiksi
Asfiksi adalah gangguan dalam pengangkutan jaringan toksigen ke
jaringan yang disebabkan oleh terganggunya fungsi paru-paru, pembuluh
darah, atau jaringan tubuh.
2. Hipoksia
Hipoksia yaitu gangguan pernapasan dimana kondisi sindrom
kekurangan oksigen pada pada jaringan tubuh yang terjadi akibat
pengaruh perbedaan ketinggian. Pada kasus yang fatal dapat
menyebabkan kematian pada sel-sel. Namun pada tingkat yang lebih
ringan dapat menimbulkan penekanan aktivitas mental (kadang-kadang
memuncak sampai koma), dan menurunkan kapasitas kerja otot.
3. Rinitis
Rinitis adalah radang pada rongga hidung akibat infeksi oleh virus,
missal virus influenza. Rinitis juga dapat terjadi karena reaksi alergi
terhadap perubahan cuaca, serbuk sari, dan debu. Produksi lendir
meningkat.
4. Laringitis
Laringitis adalah radang pada laring. Penderita serak atau kehilangan
suara. Penyebabnya antara lain karena infeksi, terlalu banyak merokok,
minum alkohol, dan terlalu banyak serak.
5. Tonsilitis
Tonsillitis adalah peradangan pada tonsil (amandel) sehingga tampak
membengkak, berwarna kemerahan, terasa lunak dan timbul bintik-bintik
putih pada permukaannya. Tonsilitis umumnya disebabkan oleh infeksi
virus dan bakteri.
6. Faringitis
Faringitis adalah radang pada faring karena infeksi sehingga timbul
rasa nyeri pada waktu menelan makanan ataupun kerongkongan terasa
kering. Gangguan ini disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus.
7. Asma
Asma adalah kelainan penyumbatan saluran pernapasan yang
disebabkan oleh alergi seperti debu, bulu, ataupun rambut. Asma
merupakan penyempitan saluran pernapasan utama pada paru-paru.
Kelainan ini tidak menular dan bersifat genetis atau bawaan seseorang
sejak lahir.
8. Influenza (Flu)
Penyakit influenza disebabkan oleh virus influenza. Gejala yang
ditimbulkan antara lain pilek, hidung tersumbat, bersin-bersin, dan
tenggorokan terasa gatal. Influenza merupakan suatu penyakit infeksi akut
saluran pernafasan terutama ditandai oleh demam, gigil, sakit otot, sakit
kepala dan sering disertai pilek, sakit tenggorok dan batuk yang tidak
berdahak. Lama sakit berlangsung antara 2-7 hari dan biasanya sembuh
sendiri.
9. Emfisema
Emfisema adalah penyakit pada paru-paru yang ditandai dengan
pembengkakan pada paru-paru karena pembuluh darahnya kemasukan
udara. Emfisema disebabkan hilangnya elastisitas alveolus. Emfisema
membuat penderita sulit bernafas. Penderita mengalami batuk kronis dan
sesak napas.
10. Bronkitis
Bronkitis berupa peradangan pada selaput lendir dari saluran bronkial.
Sementara itu, pleuritis adalah peradangan pada pleura, lapisan pelindung
yang membungkus paru-paru. Laringitis adalah pembengkakan di laring,
sedangkan sinusitis adalah pembengkakan pada sinus atau rongga
hidung. Peradanganperadangan tersebut dapat terjadi karena berbagai
hal, di antaranya karena infeksi oleh mikroorganisme.
11. Sinusitis
Sinusitis merupakan penyakit peradangan pada bagian atas rongga
hidung atau sinus paranasalis. Penyakit sinusitis disebabkan oleh infeksi
bakteri, jamur, virus, menurunnya kekebalan tubuh, flu, stress, kecanduan
rokok, dan infeksi pada gigi.
12. Tuberculosis (TBC)
TBC adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium
tuberculosis. Bakteri ini dapat menyerang seluruh organ tubuh manusia,
namun yang paling sering diserang adalah paru-paru (maka secara umum
sering disebut sebagai penyakit paru-paru / TB Paru-paru).
13. Pneumonia
Pneumonia atau Logensteking yaitu penyakit radang pari-paru yang
disebabkan oleh Diplococcus pneumoniae. Akibat peradangan alveolus
dipenuhi oleh nanah dan lender sehingga oksigen sulit berdifusi mencapai
darah.
14. Dipteri
Dipteri adalah infeksi pada saluran pernapasan bagian atas. Pada
umumnya, disebabkan oleh Corynebacterium diphterial. Pada tingkat
lanjut, penderitanya dapat mengalami kerusakan selaput jantung, demam,
lumpuh, bahkan meninggal dunia.
15. Renitis
Renitis merupakan peradangan pada rongga hidung sehingga hidung
menjadi bengkak dan banyak mengeluarkan lendir. Gejala-gejala yang
timbul pada seseorang yang menderita renitis antara lain bersin-bersin,
hidung gatal, hidung tersumbat, dan berair (ingus encer). Renitis bisa
timbul karena alergi atau faktor lain.
16. Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA)
Upper Respiratory tract Infection (URI) merupakan penyakit yang
menyerang sistem pernapasan manusia bagian atas, yaitu hidung, laring
(tekak), dan tenggorokan. Penyakit ini sering dijumpai pada masa
peralihan cuaca. Penyebab munculnya ISPA hampir sama dengan
influenza, yaitu karena kekebalan tubuh yang menurun.
17. Kanker Paru-Paru
Penyakit ini merupakan salah satu yang paling berbahaya. Sel-sel
kanker pada paru-paru terus tumbuh tidak terkendali. Penyakit ini lama
kelamaan dapat menyerang seluruh tubuh. Salah satu pemicu kanker
paru-paru adalah kebiasaan merokok.
18. SARS
SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) adalah sebuah penyakit
pernapasan yang disebabkan oleh virus Coronavirus dari ordo
Coronaviridae. Virus ini menginfeksi saluran pernapasan
BAB III
METODE KERJA

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
Alat bedah (gunting, pisau, pinset), Benang, Kertas, Papan bedah,
Penggaris, Toples.
3.1.2 Bahan
Alkohol, Eter, Kapas
3.1.3 Hewan Uji
Mencit

3.2 Cara Kerja


3.2.1 Anatomi dan Fisiologi Saluran Pernapasan Manusia
3.2.2 Saluran Pernapasan Mecit
 Disediakan 1 ekor mencit untuk tiap kelompok
 Dimasukkan mencit kedalam toples berisi kapas yang telah
dibasahi dengan eter
 Dilakukan pembedahan perut mencit secara vertikal.
 Dipisahkan organ-organ pernapasan mencit untuk diamati paru-
paru, laring, dan brokusnya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Anatomi dan Fisiologi Saluran Pernapasan Manusia

No Organ Fungsi
1 Hidung Berfungsi untuk menyaring partikel debu atau
kotoran yang masuk Bersama udara seperti
debu, kotoran, bakteri.
2 Faring Sebagai jalur masuk udara dan makanan, ruang
resonansi yang berpartisipasi pada reaksi
kekebalan tubuh dalam melawan benda asing
3 Laring Untuk menghubungkan faring dengan trakea. Di
dalam laring terdapat epiglottis dan pita suara.
4 Trakea Saluran yang menghubungkan laring dengan
bronkus.
5 Bronkus Sebagai penghubung trakea dengan bronkiolus
6 Jantung Untuk memompa darah ke seluruh tubuh dan
menampungnya kembali setelah dibersihkan
oleh paru-paru
7 Paru-paru Sebagai tempat pertukaran O2 dengan CO2,
kemudian masuk ke darah, dan karbondioksida
dari darah keluar ke udara.

4.1.2 Saluran Pernapasan Mencit

No Organ Fungsi
1 Faring Menghubungkan antara hidung, rongga mulut
ke laring dan terdapat klep yang disebut
epiglotis
2 Laring Untuk melingungi saluran pernapasan
dibawahnya dengan cara menutup secara cepat
stimulasi mekanik, sehingga mencegah
masuknya benda asing ke dalam saluran nafas
3 Jantung Untuk memompa darah ke seluruh tubuh dan
menampungnya kembali setelah dibersihkan
oleh paru-paru
4 Trakea Menyediakan tempat bagi udara yang dibawa
masuk ke paru-paru
5 Paru-paru Sebagai tempat pertukaran O2 dengan CO2,
kemudian masuk ke darah, dan karbondioksida
dari darah keluar ke udara.
4.2 Pembahasan
Pernapasan adalah proses ganda, yaitu terjadinya gas di dalam
jaringan atau pernapasan dalam yang terjadi pada paru-paru waktu
mengeluarkan nafas. Dengan bernafas setiap kali, sell dalam tubuh
menerima persediaan oksigen pada saat yang sama melepaskan produk
oksigennya yang bersenyawa dengan karbon dan oksigen dari jaringan
memungkinkan setiap sel sendiri melangsungkan metabolisme.
Pada percobaan ini digunakan hewan coba mencit (Mus musculus)
memiliki saluran pernapasan yang sama dengan manusia, pernapasan
pada manusia dilakukan melallui alat respirasi yang terdiri dari hidung
(nasal), faring (tenggorokan), laring (pangkal tenggotrokan), trakea
(batang tenggorokan), bronkus (cabang batang tenggorokan), bronkeolus
dan alveoli atau alveolu. Bronkus, bronkeolus dan alveoli merupakan
bagian dari paru-paru.
Dalam percobaan ini dilakukan pembedahan terhadap mencit, agar
dapat membandingkan antara organ-organ respirasi mecit yang telah
diamat pada saat percobaan dengan organ-organ respirasi pada manusia.
Adapun cara pembedahan mencit yaitu, mencit dibuat pingsan terlebih
dahulu dengan cara dimasukkan ke dalam toples berisi kapas yang sudah
dibasahi oleh eter. Dan kemudian mencit yang telah tidak sadarkan diri
diletak diatas papan bedah dan diikat keempat kakinya dengan benang
yang kemudian dililitkan ujungnya ke paku. Dengan pisau bedah, mencit
dibedah mulai dada hingga perut dengan perlahan merobek kulit mencit
secara vertikal dari atas ke bawah. Kemudian dipisahkan organ-organ
pernapasan mencit untuk diamati yaitu faring, laring, paru-paru dan
jantung.
Berdasarkan pengamatan didapatkan bahwa pada mencit struktur
sistem respirasinya mirip dengan sistem respirasi manusia diantaranya,
paru-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, terdiri dari paru-paru
kanan (pulmo dekstra) dan paru-paru kiri (pulmo sinistra). Tenggotokan
berupa pipa terletak sebagian di leher dan Sebagian di rongga dada
(thorax).
BAB V
PENUTUP

4.3 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan
bahwa:
1. Anatomi sistem respirasi terdiri dari hidung, faring, laring, trakea,
bronkus dan paru-paru, dimana susunan salurannya yaitu rongga
hidung, pangkal tenggorokan, cabang tenggorokan, dan paru-paru.
2. Jenis pernapasan ada dua yaitu pernapasan internal dan
pernapasan eksternal, pernapasan internal adalah dimana O2
dalam tubuh yang telah dihirup di atmosfer digunakan dalam sel
sebagai hasil zat pembakaran yang menghasilkan CO2 dan
sebagai hasil oksidasi dalam menghasilkan tenaga berupa ATP.
Sedangkan pernapasan eksternal adalah O2 dalam udara diserap
dalam tubuh dan difusi dalam kapiler-kapiler alvoulus.
3. Mekanisme pernyerapan gas O2 dan CO2 dimana O2 di hirup dari
luar tubuh dan dihangatkan serta dilembapkan lalu didorong oleh
silia masuk ke trakea, bronkus dan difusi dalam alveoli.
4.4 Saran
Dalam proses pembedahan sebaiknya dilakukan dengan hati-hati
agak tidak melukai praktikan itu sendiri maupun menimbulkan
kekeliruan atau kesalahan seperti pendarahan, kerusakan organ dan
jaringan pada tubuh mencit yang akan diamati.
DAFTAR PUSTAKA

Lehninger, A.L. 1982. Dasar-Dasar Biokimia. Jilid Satu. Jakarta: Erlangga.

Syaifuddin, 2006. Anatomi dan Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan.


Jakarta: EGC.

Tabrani. 1996. Ilmu Penyakit Paru. Jakarta: Hipokrates.

Pearce, Evelyn. 1991. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta:


PT Gramedia Pustaka Utama.

Rochmah, S. N, dkk. 2009. Biologi. Jakarta: Pusat Perbukuan


Departemen Pendidikan Nasional.

Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC.

Waluyo, J. 2006. Biologi Dasar. Jember: Universitas Jember.

Anda mungkin juga menyukai