Tujuan Memahami bahan penyusun formula sediaan tablet klorfeniramin maleat 4 mg Memahami perhitungan pembuatan tablet
II. Tugas Pembuatan sediaan : tablet klorfeniramin maleat 4 mg
III. Latar Belakang
Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatannya, dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa (Depkes RI, 2014). Tablet biasa dibuat dengan cara dicetak dan dikempa (kompresi) tetapi sebagian besar tablet dibuat dengan metode pengempaan atau kompresi. Tablet yang dibuat secara kompresi menggunakan mesin yang mampu menekan bahan bentuk serbuk atau granul dengan menggunakan berbagai punch dan die. Metode yang umum digunakan dalam pembuatan tablet dengan cara kompresi ada tiga metode, yaitu metode granulasi basah, granulasi kering, danm cetak langsung (Ansel, ) Pada praktikum ini, dibuat tablet klorfeniramin maleat dengan kekuatan sediaan 4 mg atau sebesar 4% dari tablet yaitu sebesar 200 mg. metode pembuatan tablet CTM yang paling menguntungkan adalah dengan metode kempa langsung. Metode ini dinilai sangat memuaskan karena hemat waktu, peralatan, energi yang digunakan dan sangat sesuai untuk zat aktif yang tidak tahan panas dan kelembaban tinggi sehingga dapat menghindari kemungkinan terjadinya perubahan zat aktif akibat pengkristalan kembali yang tidak terkendali selama proses pengeringan pada metode granulasi basah (Volght, ) Pembuatan CTM dengan metode kempa langsung karena sifat zat aktif yang termolabil atau tidak stabil dengan adanya pemanasan dan bersifat sensitif terhadap kelembaban sehingga tidak cocok jika digunakan metode granulasi basah maupun kering (Yasmeen et. al,2005). Selain itu, tablet yang dibuat dengan metode kompresi langsung menghasilkan kecepatan disolusi yang lebih tinggi dari pada tablet yang dibuat dengan metode granulasi basah karena partikel bahan aktif kontak langsung dengan cairan (Gohel, MC., 2005). Chlorpheniramin Maleat (CTM) berbentuk kristal putih atau hampir putih, larut dalam air, dan bersifat higroskopis. Dengan melihat sifat higroskopis dari CTM maka kurang menguntungkan jika dibuat granulasi basah karena pada granulasi basah diperlukan adanya air dan pengeringan. Secara granulasi kering juga kurang mendukung karena pada proses tersebut diperlukan tekanan yang relatif besar yang dapat mempengaruhi kestabilan CTM (Bolhuis dan Chovhar, 1996) Chlorpheniramin Maleat (CTM) merupakan obat antihistamin H1 reseptor yang dapat menghambat efek histamin pada pembuluh darah, bronkus, dan bermacam-macam otot polos serta bekerja dengan mengobati reaksi hipersentivitas atau keadaan lain yang disertai pelepasan histamin endogen berlebihan (Siswandono dan Soekardjo, 2008). CTM merupakan senyawa turunan alkilamin yang bekerja secara kompetitif dengan menghambat reseptor histamin H1 yang dapat menembus sawar darah otak (Gunawan, 2007). CTM digunakan untuk mengurangi gejala alergi karena musim atau cuaca denagn gejala alergi pada kulit seperti proritik, urtikaria, akzemdan dermatitis (Hardjono, 2000). Dosis oral CTM untuk dewasa yaitu 4 mg tiap 4 – 6 jam maksimal 24 mg/hari. Sementara itu, untuk anak usia 1-2 tahun sehari 2 kali 1 mg. Usia 2-5 tahun : 1 mg tiap 4- 6 jam, maksimal 6 mg/hari. Usia 6-12 tahun 2 mg tiap 4-6 jam, maksimal 12 mg/hari (Sweetman, 2009). Sehingga, untuk orang dewasa dapat mengkonsumsi CTM sehari 16- 24 mg dengan pemakaian maksimal 24 mg atau sehari 4-6 tablet maksimal 6 tablet. Chlorpheniramin Maleat (CTM) memiliki nilai Carr’s indeks dengan rata-rata sebesar 28,46% dan rata-rata hausner ratio sebesar 1,398. Hal ini menunjukan bahwa CTM memiliki sifat alir yang buruk (USP 30-NF, 2007). Namun, metode kempa langsung tetap dipilih karena dosis ctm yang kecil yaitu 4% atau , 5%. Selain itu juga dalam formula digunakan eksipien yang memiliki kompresibilitas dan sifat alir yang baik sehingga dapat menutupi sifat alir yang buruk dari zat aktif (Kottke MK., and Rudnic EM, 2002) Oleh sebab itu, kompresibilitas dan sifat alir eksipien harus dipertimbangkan saat mengembangkan formulasi tablet. Saat ini, hanya beberapa bahan yang memenuhi kriteria sebagai pengikat pada kompresi langsung (Jivraj, Martini, and Thomson, 2000) Bahan tambahan yang digunakan dalam pembuatan tablet CTM dengan metode kompresi langsung yaitu Avicel PH 102, Mg stearat dan talk. Avicel PH 102 dipilih sebagai pengikat sekaligus pengisi karena menunjukan kompresibilitas dan sifat alir yang baik. Selain itu, avicel PH 102 juga dapat memberikan kekuatan atau kekerasan pada tablet (Huma, Haris and Rabia, 2011). Selain sebagai pengikat dan pengisi, avicell PH102 juga digunakan sebagai disintegran atau penghancur (Rowe anad Raymond, 2009). Metode pembuatan tablet dengan cetak langsung bersifat sederhana tetapi bersifat kritis dalam pemilihan eksipien karena kesalahan pemilihan eksipien dapat menyebabkan kerapuhan yang berlebihan. Jadi, pemilihan eksipen sangat penting dalam formulasi tablet cetak langsung terutama bahan pengisi dan pengikat (Huma, Haris and Rabia, 2011). Selain itu, dalam formula digunakan Mg-stearat sebagai lubrikan dan antiadheren. Lubrikan adalah bahan yang berfungsi untuk mengurangi friksi antara permukaan tablet dengan die selama kompresi dan antiadheren digunakan untuk mencegah melekatnya permukaan tablet pada punch atas dan bawah. Terakhir yaitu talkum yang digunakan sebagai glidan yang dimaksudkan untuk meningkatkan fluiditas massa yang dikempa. Talkum digunakan sebagai glidan dapat meningkatkan fluiditas massa lebih baik dibanding amylum (Sulaiman, 2007).