Pada pasien gangguan fungsi ginjal atau kondisi uremic, klirens total akan
mengalami perubahan nilai menjadi Cl uT sehingga untuk mempertahankan Cav dosis
harus diubah menjadi dosis uremic, D u0, atau mengubah interval dosis menjadi τ u
seperti pada persamaan berikut.
Jika interval dosis adalah konstan maka dosis uremic sama dengan fraksi
u N
(Cl ¿¿T ClT )¿ dari dosis normal.
Pada infus IV, untuk mempertahankan Css perlu dilakukan perubahan laju infusi.
Perhitungan Dosis
Perhitungan dosis pada pasien penyakit hepatik dapat dilakukan dengan beberapa
cara berikut:
1. Bioavailability Approach
Jika diasumsikan bioavailabilitas obat yang diperoleh pada orang dengan
hati normal adalah 100%, maka dapat dirumuskan perhitungan dosis untuk
orang dengan gangguan hati adalah sebagai berikut:
DH F
=
DN 100
Keterangan:
DH : Dosis gangguan hati
DN : Dosis normal
F : Bioavailabilitas obat yang diketahui
(Dipiro et al., 2005)
2. Child Pugh
Digunakan untuk menetapkan tingkat keparahan penyakit sirosis dan
memprediksi kemampuan pasien untuk bertahan, keadaan setelah operasi
dan resiko terjadinya perdarahan variceal. Penilaiannya berdasarkan lima
pengukuran klinis dari gangguan fungsi hati. Setiap pengukuran diberi
nilai 1-3, yang mana nilai 3mengindikasikan kerusakan yang sangat parah.
Gejala 1 poin 2 poin 3 poin Satuan
Rumus:
- Ketahanan hidup pasien sirosis hepatis dengan skor MELD ≤ 11 lebih
baik daripada pasien sirosis hati dengan skor MELD > 11.
4. Hepatic Clearance
Faktor penentuan hepatic cleareance
- Aliran darah hepatik ke hati.
- Fraksi obat menyebrangi membran dan masuk ke hati (tidak terikat
pada protein plasma)
- Instrinsik clearance – seberapa baik enzim hati memetabolisme obat
setelah memasuki hepatosit, kontribusin obat entuk empedun juga
disertikan disini.
Rowland’s Equation :
fu x Cli
ClH = Q x
Q+(fu x Cli )
ClH : Hepatic Clearance
Q : Hepatic Blood Flow
Fu : Fraction of Free Drug
Cll : Intrinsic Clearance (ability of hepatocytes to clear drug)
Obat dengan rasio ekstraksi tinggi : CLH = Q, disebut non restriktif atau
tergantung aliran darah.
Obat dengan rasio ekstraksi rendah : CLH = free fraksi x intrinsic
clearance (dipengaruhi oleh sirosis dan sindrom nefrotik), disebut restrictive atau
kapasitas terbatas.
Contoh Soal
1. Pasien perempuan (AL) berumur 61 tahun dirawat di Klass Interne
Penyakit Dalam RSAM Bukittinggi dari tanggal 21 Oktober s.d 5
November 2011, dengan gejala: perut membesar, muntah, letih, lesu, nafsu
makan menurun, mata kuning, kesadaran menurun dan merasa
kebingungan. Pasien didiagnosa mengalami sirosis hepatik.
Selama terapi diberikan obat-obatan berupa:
Ciprofloxacin 2x500 mg
Spironolakton 1x100 mg
Sistenol (PCT 500 mg dan asetilsistein 200 mg) 3x1 tab
Propanolol 3x40 mg
Curcuma 3x1 tab
Medopar (a-metildopa 250 mg) 3x1 tab
Lactulac 3x 30 cc
Penjelasan Kasus
Gejala 1 Poin 2 Poin 3 Poin Lab Hasil
Pasien Poin
Bilirubin <2.0 2.0-3.0 >3.0 11.6 3
Serum Albumin >3.5 2.8-3.5 <2.8 2.2 3
Prothtrombin Time <4 4-6 >6 22.6 3
Ascites Tidak ada Ringan Berat Parah 3
Ensefalopati Hepatik Tidak ada Tingkat I-II Tingkat III- Parah 3
(Sedang) IV (Berat)
Total 15
Nilai Child-Pugh dengan poin 8 – 9 menggambarkan penurunan yang
sedang pada dosis obat awal (~25%) untuk bahan yang dimetabolisme
pada hati (≥60%), dan pada poin 10 atau lebih mengindikasikan
penurunan yang signifikan pada pemberian dosis awal (~50%)
dibutuhkan untuk obat yang metabolisme utamanya pada hati.
Dalam hal ini obat yang dimetabolisme di hati terutama propanolol
dan paracetamol. Oleh sebab itu dosisnya diturunkan hingga 50% dari
dosis normal. Paracetamol (sistenol) menjadi 3x1/2tab (250 mg bila
demam), dan propanolol menjadi 3x20 mg.
2. Bp.Doni berusia 65 tahun, berat badan 70 kg. Memiliki riwayat CHF dan
mendapatkan terapi pengobatan dengan digoksin tablet 0,25mg/hari. Hasil
laboratorium : - total bilirubin 3,4 mg/dl - serum albumin 2,5 g/dl -
protrombine time 6,7 detik - ascites sedang - hepatic encephalopathy
sedang.
Penjelasan Kasus :
Gejala 1 Poin 2 Poin 3 Poin Lab Hasil
Pasien Poin
Bilirubin <2.0 2.0-3.0 >3.0 3.4 3
Serum Albumin >3.5 2.8-3.5 <2.8 2.5 3
Prothtrombin Time <4 4-6 >6 6.7 3
Ascites Tidak ada Ringan Berat Sedang 2
Ensefalopati Hepatik Tidak ada Tingkat I-II Tingkat III- sedang 2
(Sedang) IV (Berat)
Total 13
3. Nilai klirens hepatik (hepatic clearance) suatu obat pada seorang pasien
menurun hingga 50% dikarenakan pasien tersebut mengalami hepatitis
kronis. Bagaimanakah pengaturan dosis obat yang digunakan untuk pasien
tersebut? diasumsikan nilai fraksi obat yang diekskresikan (fe=0,4).
Penyelesaian :
Diketahui:
Fe : 0,4
RL : 0,5 (50%)
Jadi, dosis yang diberikan untuk pasien tersebut adalah 70% dari dosis
normal.
Daftar Pustaka