dosis rejimen
efektif pada
oral ganda
Husnul Azhimah
Izza Aulia Rizqika Nasution
Pengaturan
dosis ganda
Tujuan pemberian dosis ganda/
berulang untuk mempertahankan
efek terapi dengan mempertahankan
jumlah obat di dalam tubuh, termasuk
kadar obat dalam plasma agar tetap
berada pada rentang yang konstan
pada daerah terapetik.
• Gambar merupakan kurva simulasi konsentrasi obat dalam plasma-waktu
setelah infuse IV dan dosis oral ganda dari suatu obat dengan waktu paruh
eliminasi 4 jam dan 10 L. infuse IV diberikan pada laju 25 mg/jam, dosis oral
ganda 200 mg setiap 8 jam, 300 mg setiap 12 jam, dan 600 mg setiap 24 jam.
KURVA PEMBERIAN DOSIS GANDA
ORAL
PEMBERIAN DOSIS GANDA
• SYARAT:
• Pada pemberian dosis ganda, dosis berikutnya tidak mempengaruhi FARMAKOKINETIK dosis
sebelumnya
• PRINSIP PUPERPOSISI Terjadi overlay pada Cp, atau superimpose pada dosis ke-2, ke-3, ke-4 dst 2.
• FAKTOR YANG BERPENGARUH:
• a. Adanya perubahan pathofisiologis penderita
• b. Terjadi penjenuhan carrier obat/enzim
• c. Ada induksi enzim
• d. Ada inhibisi enzim
Dimana;
• Dengan menganggap suatu model Rerata kadar tunak plasma, dapat ditentukan dengan metode yang sama dengan yang digunakan untuk
injeksi IV berulang. Persamaan berikut dapat digunakan untuk mendapatkan untuk berbagai rute pemberian:
kompartemen-satu, dan dosis serta
jarak dosis konstan, konsentrasi
dalam plasma pada setiap waktu
selama pemberian dosis ganda
dapat ditentukan sebagai berikut:
Karena evaluasi yang tepat dari F dan Vd memerlukan data IV, maka untuk mendapatkan persamaan
berikut, AUC dari suatu jarak waktu pemberian dosis pada keadaan tunak dapat di substitusikan dalam
persamaan 8.17
• tidak memberi informasi mengenai fluktuasinya konsentrasi plasma yakni
cmaks dan cmin. Dalam pengaturan dosis ganda Cp pada setiap waktu dapat
diperoleh dengan persamaan 8.34, dimana n= dosis ke-n. pada keadaan tunak
konsentrasi obat dapat ditentukan dengan memisalkan n sama dengan tak
terhingga. Oleh karena itu, e-nkt menjadi kurang lebih sama dengan nol dan
persamaan 8.22 menjadi:
• METODE RESIDUAL
Dengan menganggap ka >> k menjadi kecil tidak bermakna terhadap
waktu yaitu (e-kt = 0),oleh karena itu dapat dihilangkan. Pada keadaan
tersebut,absorpsi obat telah sempurna
Cp= FkaD0 e-kt
Vd (ka-k)
METODE RESIDUAL
METODE RESIDUAL
A= FkaD0
Vd (ka-k)
A adalah suatu tetapan, sehingga persamaan :
Cp= Ae-kt
Persamaan ini mengikuti orde ke 1,dengan slop= k/2,3 dapat
diperoleh dengan metode residual/teknik feathering.
LAG TIME
Seorang pasien pria dewasa (46 tahun, 81 kg) diberi secara oral 250 mg tetrasiklin hidroklorida, setiap 8
jam selama 2 minggu. Dari kepustakaan, tetrasiklin hidroklorida kira-kira 75% dapat berada dalam
sistemik dan mempunyai volume distribusi 1.5 L/kg. waktu paruh eliminasi kira-kira 10 jam. Tetapan laju
absorpsi 0.9 . Dari informasi ini, hitung
1. setelah dosis pertama
2. setelas dosis pertama
3. konsentrasi obat dalam plasma pada 4 jam setelah dosis ketujuh
4. konsentrasi tunak obat dalam plasma
5. konsentrasi tunak minimum obat dalam plasma
6. konsentrasi tunak rata-rata obat dalam plasma
Penyelesaian:
1. Cmaks setelah dosis pertama. Cmaks terjadi pada tmaks. Oleh karena itu, dengan
menggunakan persamaan 8.40,
• tmaks = log tmaks = 3,07 jam
• Kemudian substitusikan tmaks dalam persamaan untuk dosis tunggal oral (model
kopartemen satu) berikut untuk mendapatkan Cmaks.
• Cmaks =
• Cmaks =
• Cmaks = 1,28 mg/L
Penyelesaian:
2. Cmin setelah dosis pertama terjadi tepat sebelum pemberian dosis obat berikutnya.
Oleh karena itu, buat t = 8 jam, dan hitung Cmin.
• Cmin =
• Cmin = 0,95 mg/L
3. Cp pada 4 jam setelah dosis ketujuh dapat dihitung dengan persamaan 8.34 untuk
n=7, t=4, dan buat substitusi yang sesuai.
Cp=
Cp =2,86 mg/L
Penyelesaian:
• tp =
• tp= 2,05 jam
• Kemudian diperoleh dengan menggunakan persamaan berikut:
Penyelesaian:
• STUDI 1
DILAKUKAN PADA PASIEN SEHAT SECARA ACAK(4 WAYS CROSSOVER)
OBAT MONOTERAPI DAN OBAT KOMBINASI TETAP PARASETAMOL 500 MG DAN IBUPROFEN 200 MG
• TUJUAN
MENENTUKAN PERBANDINGAN PROFIL FARMAKOKINETIKA DOSIS TETAP KOMBINASI DAN
MONOTERAPI
MELIHAT EFEK ASUPAN MAKANAN TERHADAP FARMAKOKINETIK DOSIS KOMBINASI
METODE PENELITIAN
• STUDI 2
DILAKUKAN PADA PASIEN SEHAT SECARA ACAK (2 WAYS CROSSOVER) OBAT
KOMBINASI IBUPROFEN DOSIS 200 MG DAN PARASETAMOL 500 MG DOSIS
BERULANG : 2XSEHARI DAN 3X SEHARI
• TUJUAN
1. MEMBANDINGKAN FARMAKOKINETIK DOSIS TETAP KOMBINASI DENGAN
MONOTERAPI
2. MELIHAT EFEK ASUPAN MAKANAN TERHADAP FARMAKOKINETIK DOSIS
TUNGGAL DAN KOMBINASI
PEMBERIAN OBAT
STUDI PARASETAMOL IBUPROFEN Dosis kombinasi (200 KETERANGAN
IBU + 500 PCT)
I 1000 mg 400 mg 2 tablet 1X Pemberian
setelah makan dan
puasa
Aarons, L. (1981). Applied Biopharmaceutics and Pharmacokinetics, Leon Shargel and Andrew B. C. Yu. Journal of
Clinical Pharmacy and Therapeutics, 6(4), 287–288.
Frost, C., Wang, J., Schuster, A., Byon, W., Boyd, R. A., Yu, Z., Shenker, A., Barrett, Y. C., Mosqueda-garcia, R., &
Lacreta, F. (2013). Safety , pharmacokinetics and pharmacodynamics of multiple oral doses of apixaban , a factor Xa
inhibitor , in healthy subjects. https://doi.org/10.1111/bcp.12106
Tanner, T., Aspley, S., Munn, A., & Thomas, T. (2010). The pharmacokinetic profile of a novel fixed-dose combination
tablet of ibuprofen and paracetamol.
THANK
YOU.