Ekstravaskuler
Diah Ramadhani, M.Si., Apt.
Farmakokinetika Absorpsi Obat
• Pemodelan farmakokinetika obat setelah pemberian obat secara
intravena (iv) lebih sederhana dibanding penghantaran
ekstravaskuler
• Tidak seperti pemberian intravena yang mana obat diinjeksikan
secara langsung ke dalam plasma, pemberian obat secara
ekstravaskuler harus memperhitungkan absorpsi obat sistemik
dari site pemakaian ke dalam plasma
• Absorpsi obat sistemik dari saluran cerna atau site
ekstravaskuler lain bergantung pada sifat fisika kimia obat,
bentuk sediaan yang digunakan dan anatomi dan fisiologi dari
site absorpsi
• Laju perubahan obat dalam tubuh
bergantung pada laju absorpsi dan eliminasi
obat
• Laju akumulasi obat dalam tubuh sama
dengan laju absorpsi obat dikurangi laju
eliminasi obat
• Selama fase absorpsi, dari kurva terlihat laju
absorpsi obat lebih besar daripada laju
eliminasi obat
• Pada konsentrasi obat puncak, laju absorpsi
obat sama dengan laju elimanasi obat (tidak
ada perubahan jumlah obat dalam tubuh)
• Setelah kadar puncak obat, laju eliminasi
obat lebih cepat daripada laju absorpsi obat
(fase pascaabsorpsi)
Model absorpsi orde nol
• Absorpsi obat orde nol dari tempat pemberian ke dalam plasma
biasanya terjadi bila obat diabsorpsi dengan suatu proses yang
dapat jenuh atau digunakan suatu sistem penghantaran
pelepasan terkendali orde nol
• Obat dalam saluran cerna diabsorpsi secara sistemik dalam
suatu laju yang konstan (k0), dan dieliminasi segera dan
simultan dari tubuh dengan ketetapan laju orde kesatu (k)
• Laju absorpsi obat adalah tetap sampai jumlah obat dalam
saluran cerna habis
• Waktu untu absorpsi obat secara sempurna sama dengan DGI/k0
Model absorpsi orde kesatu
• Walau absorpsi orde nol dapat terjadi, absorpsi obat
biasanya dianggap merupakan proses orde kesatu
• Farmakokinetika dari suatu obat melintasi dinding
usus orde kesatu dan eliminasi dari tubuh juga orde
kesatu
• Contohnya absorpsi dari tablet, kapsul, suppositoria,
injeksi aqueous intramuskular dan subkutan
• Perhitungan konsentrasi obat
dalam plasma (Cp) pada berbagai
waktu:
n= jumlah dosis
τ = jarak dosis
F = fraksi dosis terabsorpsi
t = waktu pemberian setelah n dosis
Konsentrasi tunak dosis oral
• Pada keadaan tunak, konsentrasi obat dapat
ditentukan dengan memisalkan n sama dengan
tak terhingga, maka e-nkτ ≈ 0 dan persamaan 8.34
menjadi:
• Rerata kadar tunak plasma (C∞av) ditentukan dengan metode
yang sama dengan yang digunakan untuk injeksi IV berulang
• =
Dosis muatan
•
• DL =
Keterangan:
DL = loading dose atau dosis muatan
D0 = dosis maintenance atau dosis rumatan atau
dosis pertahanan
Contoh soal
•
Seorang pasien pria dewasa (46 tahun, BB 81 kg) diberi tetrasiklin
hidroklorida secara oral sebanyak 250 mg setiap 8 jam selama 2 minggu.
Berdasarkan referensi, jumlah tetrasiklin hidroklorida yang dapat berada
dalam sistemik ± 75% dan volume distibusi sebesar 1,5 L/kg. Waktu
paruh eliminasi kira-kira 10 jam. Tetapan laju absorpsi 0,9/jam.
Hitunglah:
a. Konsentrasi plasma maksimum setelah dosis pertama
b. Konsentrasi minimum setelah dosis pertama
c. Konsentrasi obat dalam plasma pada 4 jam setelah dosis ketujuh
d. Konsentrasi tunak maksimum obat dalam plasma ()
e. Konsentrasi tunak minimum obat dalam plasma ( )
f. Konsentrasi tunak rata-rata obat dalam plasma ()