Anda di halaman 1dari 39

MATERI HITUNGAN 2

Bioavailability (F)
• Bioavailabilitas adalah persentase atau fraksi dari dosis obat
yang diberikan hingga mencapai sistem sirkulasi.

• Faktor” yang mempengaruhi biovailabilitas :


1. Karakteristik absorpsi
2. Bentuk senyawa kimia (ester, garam)
3. Bentuk sediaan/dosage form (tablet,kapsul)
4. Rute pemberian
5. Stabilitas senyawa obat di saluran cerna
6. Metabolisme obat sebelum mencapai sistem sirkulasi
Rumus bioavailabilitas
Jumlah obat yang diabsorpsi/mencapai sistem sirkulasi =
(F) (Dose)

Contoh :
Berapakah obat tablet lanoxin (digoxin) yang mencapai
sistem sirkulasi jika dosis yang diberikan pada pasien adalah
250µg dan bioavailabilitasnya 0,7?
Obat yg diabsorpsi = (F) (dose)
= (0,7) (250)
= 175 µg
Dosage Form
• Bioavailabilitas dapat sangat bervariasi
tergantung formulasi bentuk sediaan obat.
• Nilai bioavailabilitas digoxin :
Sediaan F (%)
Elixir 80
Soft kapsul 100
Tablet 70
Parenteral 100
Rumus Dosage Form
• Dose of new dosage form = amount of drug absorbed
from current dosage form/F of new dosage form

• Contoh soal :
Dengan menggunakan soal yang diatas berapakah dosis
digoxin yang diberikan jika pasien tersebut mengganti
digoxin tablet menjadi elixir?
Dose elixir = (0,7) (250 µg)
0,8
= 219 µg
Chemical Form (S)
• Bentuk senyawa kimia perlu dipertimbangkan dalam
menghitung bioavailabilitas. Contoh bentuk garam atau ester
dari senyawa obat.
• Contoh : aminophylin merupakan campuran garam
etilendiamin (20%) + theophylin (80%)
• Obat yang diabsorpsi = (S) (F) (Dosis)

• Contoh soal :
Berapkah teophylin yang diabsorpsi dari tablet aminophylin dosis
200 mg jika obat tersebut diabsorpsi sempurna ?
Theofilin yg diabsorpsi = (0,8)(1)(200) = 160 mg
First-Pass Effect
• Obat yang diberikan secara oral diabsorpsi di GIT  portal
circulation  hati  mengalami metabolisme sebelum
mencapai sistem sirkulasi.
• “first-pass” adalah proses metabolisme ketika obat
melewati hati melalui vena porta hepatika sebelum
mencapai sistem sirkulasi.
• Contoh : propanolol memiliki bioavailabilitas yang rendah
jika diberikan secara oral karena mengalami “first-pass
effect”  tidak mencapai sistem sirkulasi ”F nya”
rendah.
• Dosis oral propanolol > dari pada dosis IV propanolol
Administration Rate (RA)
• Laju pemberian obat (administration rate) adalah kecepatan
rata-rata obat yang diabsorpsi mencapai sistem sirkulasi.
• RA = (S)(F)(Dose)

t = interval pemberian obat

Contoh :
Berapakah kecepatan pemberian obat theofilin yang merupakan
hasil dari infus aminofilin dengan laju 40 mg/jam ?
RA= (0,8)(1)(40mg) = 32mg/ jam atau 0,53/menit
1 jam
Desired plasma concentration (C)
• Konsentrasi obat didalam plasma menggambarkan
obat yang terikat protein plasma dan obat bebas.
• Hanya fraksi obat bebas yang terdistribusi ke semua
jaringan, reseptor dan akhirnya tereliminasi.
• Pada keadaan tertentu/penyakit tertentu dikaitkan
dengan penurunan plasma protein  obat yang
terikat kuat dengan protein plasma  persentase
obat bebas meningkat
• Obat yang bersifat asam lemah akan terikat
dengan albumin.
• Obat yang bersifat basa lemah akan terikat
dengan α1-acid glycoprotein (AAG)
• Obat-obat netral terikat oleh lipoprotein
Obat yg terikat dengan AAG secara signifikan
• Alfentanil * Haloperidol
• Alprenolol * Imipramin
• Amitriptilin * Lidokain
• Bupivakain * Meperidin
• Klorpromazin * Metadon
• Desmetilimipramin * Pindolol
• Diazepam * Kinidin
• Dipiridamol * Timolol
• Disopiramid * Triheksifenidil
• Eritromisin
• Etidokain
• Fentanil
• Flufenazin
Volume of distribution (V)
• Adalah volume dalam tubuh di mana obat
terdistribusi.
• Vd berguna untuk mengaitkan konsentrasi obat dalam
plasma (Cp) dan jumlah obat dalam tubuh (DB)
• Volume distribusi dari suatu obat tidak sama dengan
kompartemen fisiologis dalam tubuh.
• Plasma volum orang dewasa kira” 3 L
• Volume distribusi = total jumlah obat dlm
tubuh/konsentrasi obat dalam plasma
Dosis Muatan (loading dose)
• Karena volume distribusi merupakan faktor untuk jumlah seluruh
obat didalam tubuh, maka sangat penting untuk menghitung dosis
muatan yang berguna untuk secara cepat dapat memprediksi obat
mencapai konsentrasi plasma.
• Loading dose = (V)(C)
• (S)(F)

• Contoh :
• Hitung dosis muatan digoxin tablet untuk pasien bobot badan 70 kg
dengan konsentrasi plasma 1,5 µg/L, Jika S = 1 dan F =0,7 dan V =
7.3L/kg
• Loading dose = 7,3x70x1,5/1x0,7 = 1.095 µg/1,095 mg
Loading Dose
• suatu antibiotik diberikan kepada seorang laki-laki dewasa (58
th, 75 kg), melalui infus IV. Waktu paruhnya 8 jam, volume
distribusinya 1,5 L/kg. Obat diberikan dalam ampul 60 mL
dengan konsentrasi 15 mg/ml. Konsentrasi steady state yang
diinginkan adalah 20 mg/L. Berapa loading dose yang
direkomendasikan?
• a. 1000 mg
• b. 1500 mg
DL = Cp ss x Vd
• c. 2000 mg
• d. 2250 mg
• e. 2500 mg
Loading Dose
• Antibiotik dengan volume distribusi 10 L, konstanta laju
eliminasi 0,2/jam. Konsentrasi steady state yang
diinginkan adalah 10µg/ml. Berapa kecepatan infus yang
dibutuhkan untuk mencapai dan mempertahankan
keadaan tersebut?
• a. 5 mg/jam  
𝑲𝒐
• b. 10 mg/jam 𝑪𝒑𝒔𝒔=
• c. 15 mg/jam 𝒌 𝒙 𝑽𝒅
• d. 20 mg/jam
• e. 25 mg/jam
Clearance (Cl)
• Adalah kemampuan intrinsik dari tubuh atau
organ untuk mengeliminasi obat dari darah atau
plasma.
• Clearance tidak hanya sebagai indikator seberapa
banyak obat dikeluarkan dari tubuh, tetapi
menggambarkan juga volume darah/plasma yg
secara komplit dibersihkan dari obat per waktu.
• Clearance digambarkan dalam volume per satuan
waktu.
Equation Clearance
RA = Cl x Css ave
RA = Administration Rate
Cl = clearance
Css = avarage steady-state plasma drug

Jadi : Cl = (S)(F)(Dose)/T
Css ave
Contoh
Lidokain IV diberikan secara infus dengan
kecepatan dosis 2 mg/menit dan jika konsentrasi
tunak lidokain sebesar 3 mg/L berapakah
clearance obat tersebut?
Cl = (S)(F)(Dose)/T = (1)(1)(2 mg/menit)
Css ave 3 mg/L
Cl = 0,667 L/menit atau 40 L/Jam
Maintenance dose
• Jika clearance didapatkan dari literatur maka
rumus cleareance dapat digunakan untuk
menghitung maintenence dose/dosis
pemeliharaan.
• MD = (Cl)(Css ave)(T)
(S)(F)
Contoh soal
Data litelatur bahwa Cl teofilin adalah 2,8 L/jam,
pemberian iv dari teofilin hingga mencapai
konsentrasi tunak 10 mg/L. Berapakah dosis
pemeliharaan dari obat teofilin jika diberikan setiap
12 jam?
MD = (2,8 L/Jam)(10 mg/L)(1 jam)
(1)(1)
= 28 mg/jam
Jadi dosis pemeliharaannya = 336 mg setiap 12 jam
Satuan
• RA (Mass/time)
• Konsentrasi obat (Mass/volume)
• Clearance (Volume/time)

Contoh :
• RA (mg/jam)
• C (mg/L)
• Cl (L/Jam)
Faktor yang mempengaruhi “Cl”
1. Body surface area (BSA) and body weight
• Hampir semua litelatur menuliskan clearance
dalam satuan volume/kg/waktu.
• Clearance lebih baik diatur dalam luas
permukaan tubuh dibandingkan dalam berat
badan.
• BSA dalam m2 = bobot pasien dlm kg (1,73 m2)
70 kg
Rumus pengaturan nilai clearence
• Cl pasien = (Cl litelatur per m2) (BSA pasien)
• Cl pasien = (Cl litelatur per 70 kg) (BSA pasien/1,73 m2)
• Cl pasien = (Cl litelatur per 70 kg) (bobot badan pasien dlm kg/70 kg)
• Cl pasien = (Cl litelatur per kg) (bobot badan pasien dlm kg)
Faktor yang mempengaruhi “Cl”
2. Plasma protein binding
Ikatan obat dengan protein plasma tinggi  tidak
dieliminasi o/ filtrasi glomerulus  Cl rendah.

3. Renal dan hepatic function


• Obat dapat dieliminasi melalui ginjal (Clr) dan melalui
hati (Clm).
• Clt = Clm + Clr
• Disfungsi ginjal dan hati dapat mempengaruhi nilai Cl.
Elimination Rate constant (K)
• Tetapan laju eliminasi adalah fraksi atau
persentase dari jumlah obat di dalam tubuh
yang dikeluarkan per satuan waktu.
• K = Cl/V
• Satuan jam-1
• Nilai K atau slope didapatkan dengan
menggunakan regresi linear antara ln
konsentrasi obat terhadap waktu.
Half-life (t1/2)
• Adalah waktu yang diperlukan oleh obat untuk
berkurang menjadi setengahnya.
• t1/2 = 0,693/K
Aplikasi klinik tetapan laju eliminasi dan
waktu paruh
1. Untuk mengetahui waktu yang diperlukan agar
obat mencapai kadar tunak.
2. Menghitung waktu yg diperlukan untuk
mengeliminasi seluruh fraksi obat di dalam
tubuh
3. Memprediksi konsentrasi plasma pada dosis
inisiasi sediaan infus
4. Memprediksi konsentrasi plasma jika infus
dihentikan.
Contoh soal
• Tentukan klirens tubuh total untuk suatu obat pada
pasien laki-laki 70 kg. Obat mengikuti kinetika model
kompartemen satu dan mempunyai waktu paruh
eliminasi 3 jam dengan volume distribusi 100 mL/Kg.
• K = 0,693/t1/2 = 0,693/3 = 0,231 jam-1

• Clt = k xVd
• = 0,231x7000
• = 1617 mL/Jam
Contoh soal
Tentukan konsentrasi steady state dan konstanta eliminasi
teofilin yang diberikan secara infus dengan kecepatan 80
mg/jam. Infus teofilin diberikan pada pasien dgn clearance
2,8 L/jam dan waktu paruh 8 jam. Jika diasumsikan nilai S
dan F teofilin adalah 1.
Jawab :
Cl = (S)(F)(Dose)/T
Css ave
Css ave = (S)(F)(Dose)/T
Cl
Css ave = (S)(F)(dose/T) = (1)(1)(80 mg/1jam)
Cl 2,8 L/jam
Css ave = 28,6 mg/L

K = 0,693/t1/2 = 0,693/8 = 0,087 jam-1


Perhitungan Dosis Pasien GGK
1. Bapak M. telah dirawat di rumah sakit dan
diberikan ofloksasin sebanyak 160 mg 1x
sehari. Berat badan Bapak M. 55 kg, tinggi
badan 163 cm dengan usia 54 tahun. Dari
hasil laboratorium didapatkan nilai serum
kreatininya 2,98 mg/dl. Bapak M. termasuk ke
dalam gagal ginjal stage berapa? Dan apakah
dosis obat yang diberikan sudah sesuai?
(Dosis normal 400 mg 1 x sehari, Fe 0,75)
Jawab:

Pasien adalah penderita gagal ginjal kronis stage IV (ClCr 15-29 ml/menit)
 
Dosis ofloksasin pada pasien normal adalah 400 mg 1 x sehari. Dengan
fraksi obat yang dieksresikan dalam bentuk utuh 0,75.
Maka, dosis seharusnya untuk penderita gagal ginjal stage IV adalah:

Jadi, dosis obat yang diberikan sudah tepat..


2. Seorang pasien Ibu N. berusia 39 tahun datang ke
sebuah RS dengan keluhan nyeri pada bagian
perutnya dan sudah 7 tahun menderita gagal ginjal
kronis. Setelah diperiksa didapatkan berat badan 53
kg, tinggi badan 155 cm dan hasil laboratorium
berupa serum kreatinin 19,7 mg/dL. Dokter
kemudian meresepkan ranitidin IV dengan dosis 1
ampul (50 mg/2ml), 2 x sehari. Apakah dosis
tersebut sudah sesuai dengan kondisi pasien? (Dosis
normal 1 ampul (50 mg/2 ml) 3-4 x sehari, fe 0,8)
Jawab:

Pasien adalah penderita gagal ginjal kronis stage V (ClCr <15 ml/menit)
 
Dosis ranitidin pada pasien normal adalah 1 ampul (50 mg/2 ml) 3-4 x
sehari. Dengan fraksi obat yang dieksresikan dalam bentuk utuh 0,8.
Maka, dosis seharusnya untuk penderita gagal ginjal stage V adalah:

Sehingga, untuk 1x pemakaian diberikan 11,5 mg/0,46 mL ranitidin IV. Atau


intervalnya 50 mg/2 mL untuk sehari.
3. Seorang Bapak C. Berusia 56 tahun menderita
penyakit gagal ginjal kronis sejak 10 tahun
yang lalu. Bapak C. Juga memiliki penyakit
penyerta DM dan diberi metformin 500 mg, 2 x
sehari. Tinggi badan 165 cm dan berat badan
94 kg. Hasil laboratorium menunjukkan nilai
serum kreatininya 9,41 mg.dL. Apakah dosis
obat yang diberikan telah tepat? (dosis normal
500 mg, 3 kali sehari, fe 1)
Jawab:

Pasien adalah penderita gagal ginjal kronis stage V (ClCr <15 ml/menit)
 
Dosis metformin pada pasien normal adalah 500 mg, 3 kali sehari.
Dengan fraksi obat yang dieksresikan dalam bentuk utuh 1.
Maka, dosis seharusnya untuk penderita gagal ginjal stage V adalah:

Sehingga, untuk 1x pemakaian diberikan 50 mg metformin. Atau intervalnya 500mg


untuk 10 kali penggunaan (3 hari).
Obat metformin diganti
THANK YOU
SEE YOU TOMORROW
PREPARE YOUR SELF FOR THE TEST

Anda mungkin juga menyukai