Anda di halaman 1dari 31

FARMAKOKINETIKA

ABSORBSI ORAL
Kelompok
Anggota
Luas area
saluran
cerna

Faktor yang
Aliran darah Laju
mempengaruhi
ke site aksi pengosongan
Laju Absorsi
obat lambung
Obat Oral

Motilitas
saluran
cerna
Model Absorsi dan Eliminasi Obat

Model absorbsi dan eliminasi obat


Laju perubahan jumlah obat dalam tubuh bergantung pada laju absorbsi dan
eliminasi obat. Laju akumulasi obat dalam tubuh pada berbagai waktu sama
dengan laju absorbsi obat dikurangi laju eliminasi obat, tanpa memperhatikan
apakah absorbsi merupakan orde nol atau orde kesatu.

𝑑𝐷𝐵 𝑑𝐷𝐺𝐼 𝑑 𝐷𝐸
= - Keterangan
𝑑𝑡 𝑑𝑡 𝑑𝑡
DB = Jumlah obat dalam tubuh
DGI = Jumlah obat dalam saluran cerna
DE = Jumlah obat yang dieliminasi
Suatu kurva kadar plasma-waktu
yang menunjukkan proses laju
absorbsi dan eliminasi. Selama fase
absorbsi dari kurva kadar plasma-
waktu. Laju absorbsi obat lebih besar
daripada laju eliminasi obat.

Kurva kadar plasma-waktu dalam


dosis oral
Model Absorpsi Orde Nol
Absorpsi obat order nol dari site pemberian kedalam plasma biasanya terjadi bila
absorbsi obat diabsorpsi dengan suatu proses yang dapat jenuh atau digunakan suatu
sistem penghantaran pelepasan terkendali order nol.
Lanjutan
Pada model ini, obat dalam saluran cerna (DGI) diabsopsi secara sistemik pada suatu
laju yang konstan, k0. Obat secara simultan dan segera dieliminasi dari tubuh dengan
proses order kesatu yang ditentukan oleh suatu tetapan laju order ke satu, (k).

Laju eliminasi order kesatu pada setiap waktu


sama dengan DBk . Laju masukan obat adalah
k0. Oleh karena itu, perubahan per satuan waktu
dalam tubuh dapat dinyatakan sebagai :

Integrasi persamaan ini


dengan substitusi VDCP
untuk DB menghasilkan :
Model Absorpsi Order kesatu
Walau absorbsi order nol dapat terjadi, absorbsi biasanya dianggap merupakan
proses order kesatu. Model menganggap suatu masukan melintasi dinding usus
order kesatu dan eliminasi dari tubuh juga order kesatu. Model ini menerapkan
absorpsi oral obat dalam larutan atau bentuk sediaan melarut dengan cepat
(perlepasan segera) seperti tablet, kapsul dan suppositoria.

Disamping itu obat-obat yang diberikan dengan injeksi aqueous intramuscular


dan subkutan juga dapat digambarkan dengan menggunakan suatu proses order
kesatu.
Pada kasus suatu obat diberikan secara
oral, bentuk sediaan pertama
mengalami disintegrasi jika sebagai
sediaan padat, kemudian obat melarut
kedalam cairan saluran cerna . Hanya
obat dalam larutan yang diabsorpsi
kedalam tubuh. Laju hilangnya obat
dari saluran cerna digambarkan oleh

Integrasi persamaan diferesial


ka = Tetapan laju absorspsi order kesatu dari
saluran cerna
F = fraksi terabsorbsi
DGI = jumlah obat dalam larutan
Laju eliminasi obat digambarkan
oleh suatu proses laju order kesatu
untuk sebgaian besar obat dan
sama dengan –kDB

obat dalam saluran cerna megikuti


proses penurunan order kesatu
(yakni diabsorbsi melintasi dinding
saluran cerna), jumlah obat dalam
saluran cerna sama dengan D0e-kal
Persamaan tersebut dapat diintegerasikan untuk memberi persamaan
absorbsi oral untuk perhitungan konsentrasi obat dalam plasma Cp pada
berbagai waktu, seperti ditunjukkan dibawah
Kurva kadar plasma-waktu untuk suatu obat yang diberikan
dalam dosis oral tunggal
• Konsentrasi plasma maksimum
adalah Cmaks dan waktu yang
diperlukan mencapai
konsentrasi maksimum adalah
tmaks bergantung pada tetapan
laju absorbsi dan eliminasi

• Cmaks disebut konsentrasi


puncak, laju absorbsi obat
sama dengan laju eliminasi
obat. Oleh karena itu, laju
perubahan konsentrasi sama
dengan nol.
Pada jarak waktu, ketika absorbsi obat
telah sempurna

Dengan memakai logaritma natural dari persamaan


inti :

Dibuat grafik Log Cp versus waktu,


menghasilkan garis lurus dengan slop –k/2,3.
Laju ekresi obat setelah dosis oral:
Keterangan :
A = Konsentrasi
obat dalam plasma
vs waktu

B = Laju ekresi
obat lewat urin vs
waktu
Ekskresi obat
kumulatif dalam urine
versus waktu, dosis
oral tungal.
Lag Time
Pada beberapa individu, absorbsi obat setelah
tidak segera terjadi, karena faktor-faktor
fisiologis seperti waktu pengosongan lambung
dan pergerakan usus. Penundaan waktu absorbsi
sebelum permulaan absorbsi obat order kesatu
terjadi dikenal sebagai lag time.
Lag time suatu obat diamati
jika dua garis residual yang
diperoleh dengan cara
feathering kurva kadar
plasma absorbsi obat-waktu
berpotongan pada titik › 0
Flip Flop Ka dan K
Dalam menggunakan metode residual untuk meperoleh perkiraan harga ka
dan k, fase akhir dari suatu kurva absorbsi oral biasanya dinyatakan oleh k dan
ka dinyatakan oleh slop yang lebih curam.

Flip flop ka dan k. Oleh karena k > ka gambar sebelah kanan dan slop
menyatakan harga ka dan k yang benar.
Penentuan Ka dengan Menggambar Persen Obat Tidak
Terabsorbsi versus Waktu (Metoda Wagner-Nelson)
Setelah suatu dosis oral tunggal, total dosis obat yang ada dalam tubuh, dalam
urin dan dalam dinding usus hendaknya dihitung dengan lengkap. Oleh karena
itu dosis dinyatakan :

D0 = DGI + DB + Du

Jumlah obat yang diekresi pada berbagai waktu t dapat dihitung sebagai
berikut :
DU = k VD [AUC]0t

Fraksi obat terabsorbsi pada setiap waktu


Fraksi obat tak terabsorbsi pada setiap waktu t adalah

Karena obat yang tinggal dalam dinding usus pada setiap waktu adalah

Dengan demikian, fraksi obat yang tertinggal

Grafik semilog dari data menggambarkan fraksi obat


tak terabsorbsi versus waktu dengan menggunakan
metode Wagner-Nelson
Estimasi Ka dari Data Urine
Tetapan laju absorbsi juga dapat diperkirakan dari data
eksresi urine dengan menggunakan gambar dari persen obat
tak terabsorbsi versus waktu untuk model kompartemen satu.

Dengan anggapan kinetik eliminasi order kesatu dengan


tetapan eiminasi renal, Ke :

Dengan anggapan model kompartemen satu,

Dengan substitusi kedalam persamaan


Dan penyusunan kembali persamaan

Substitusi dCp/dt kedalam persamaan

Bila diintegrasikan :
Fraksi obat terabsorbsi pada setiap waktu t sama dengan jumlah obat terabsorbsi pada
waktu ini, 𝐴𝑏𝑡 dibagi dengan jumlah total obat yang diabsorbsi 𝐴𝑏°°

Saat pengumpulan cuplikan obat dalam urine untuk penentuan parameter


farmakokinetika, seseorang hendaknya mendapatkan suatu pengumpulan urine yang
sahih. Jika obat diabsorbsi secara cepat menjadi sulit untuk memperoleh sampel urine
awal. Obat –obat dengan absorbsi yang sangat ambat akan membpunyai konsentrasi
yang rendah, yang dapat menyebabkan masalah analitik.
Penentuan Ka dari data Absorbsi Oral Kompartemen Dua
(Metode Loo-Riegelmann)

Dengan menggambarkan persen obat tak terabsorbsi versus


waktu, Ka untuk suatu obat yang menunjukkan model
kompartemen dua dapat dihitung. Tetapi dengan metode ini
diperlukan pemberian obat baik secara intravena maupun secara
oral untuk mendapatkan seluruh tetapan kinetik yang diperlukan.
Pengaruh perubahan tetapan laju
Pengaruh perubahan tetapan laju
eliminasi k, pada kurva konsentrasi
absorbsi, Ka, pada kurva konsentrasi
obat dalam plasma-waktu. Dosis obat
obat dalam plasma-waktu. Dosis obat
100 mg Vd 10 L dan Ka 1/jam
100 mg. Vd 10 L dan k 0,1/jam
Setelah pemberian dosis oral suatu obat yang menunjukkan kinetik model
kompartemen dua, jumlah obat terabsorbsi dihitung sebagai jumlah dari obat dalam
kompartemen sentral (Dp) dan dalam kompartemen jaringan (Dt) dan jumlah obat yang
dieliminasi lewat semua rute (Du)

Model farmakokinetika kompartemen dua. Absorbsi


dan eliminasi obat terjadi kompartemen sentral
Harga Relatif Kumulatif dari Fraksi
Terabsorbsi
Fraksi obat terabsorbsi pada setiap waktu dapat
dijumlah atau diakumulatifkan untuk tiap waktu
dimana suatu cuplikan plasma diperoleh.
Fraksi obat terabsorbsi Mean fraksi relatif kumulatif tolazamid
(Metode Wagner-Nelson) terabsorbsi sebagai fungsi waktu
Makna Tetapan Laju Absorbsi
Keseluruhan laju absorbsi sistemik obat dari
suatu bentuk sediaan padat yang diberikan secara
per oral mencakup sejumlah proses :
 Pelarutan obat
 Motilitas saluran cerna
 Aliran darah
 Transpor obat melewati membran kapiler kedalam
sirkulasi sistemik.
Lanjutan
Proses absorbsi obat sesungguhnya dapat merupakan order
nol, order kesatu atau merupakan suatu proses kombinasi
proses laju yang tidak mudah dikuantitasi.

Perhitungan Ka berguna dalam


merancang suatu aturan dosis ganda.

Produk obat sering diberikan dalam dosis yang


ekuivalen secara kimia (yakni akivalen farmasetik) dan
laju absorbsi sistemik masing-masing produk tidak
berbeda.

t maks atau waktu konsentrasi puncak obat dapat


berguna dalam membandingkan laju absorbsi suatu obat
dari produk-produk obat yang ekuivalen secara kimia.

Anda mungkin juga menyukai