Anda di halaman 1dari 9

Nama : Intan Wahyuni Saleh

NIM : 14330152
KELAS : A
DOSEN : Prof. Dr. Teti Indrawati, MS. Apt

I Halaman 247
1. a. dcp/dt, bila cp <<< km = laju eliminasi menjadi orde reaksi pertama
b. dcp/dt, bila cp >>> km = - terjadi kejenuhan enzim
- laju eliminasi konstan
- nilai km dapat diabaikan
2. Dik : Proses apakah dari absorbsi, distribusi, dan eliminasi obat yang dianggap
Dit : kapasitas, jenuh atau bergantung dosis?
Jawab : proses kapasitas-terbatas obat-obat meliputi :
a. absorpsi aktif
transpor aktif
metabolisme intestinal oleh mikroflora
b. distribusi
ikatan protein
c. eliminasi
eliminasi hepatik
biotransformasi
sekresi aktif bilier
d. ekskresi renal
sekresi aktif tubuler
reabsopsi aktif tubular
3. fenitoin adalah obat untuk gangguan penyakit susunan saraf pusat yang timbul
spontan dengan episoda singkat disebut dengan epilepsi. Pemberian obat epilepsi
selalu dimulai dari dosis rendah, dinaikan bertahap sampai epilepsi terkendali atau
terjadi efek kelebihan dosis, frekuensi pemberian berdasarkan waktu paruh plasma,
waktu paruh eliminasi yang tetap dan suatu klirens yang tetap pada peningkatan
dosis konsentrasi obat dan AUC sebanding dengan ukuran dosis, sedangkan
farmakokinetika nonlinier menghasilkan CL, t1/2 dan AUC yang berantung dosis.
𝜇𝑔
4. Diketahui : km = 50 𝑚𝐿

Vm = 20 𝜇𝑔/𝑚𝐿𝑗𝑎𝑚
𝐿
Vd = 20 𝑘𝑔

Ditanya : - orde reaksi pada metabolisme pada pemberian intravena


10mg(kg) ?
- waktu yang diperlukan untuk termetabolisme 50% ?
Jawab :
𝜇𝑔
Karena km = 50 𝑚𝐿 , Cp << km dan laju reaksi menunjukan orde ke satu

𝑑𝑐𝑝 𝑉𝑚𝑎𝑘𝑠 𝐶𝑝
Metabolisme rate = - = 𝑘𝑚+𝐶𝑝
𝑑𝑡

𝑣𝑚𝑎𝑘𝑠 20𝜇𝑔/𝑗𝑎𝑚
𝑘= = = 0,4 𝑗𝑎𝑚−1
𝑘𝑚 50𝜇𝑔

0,693 0,693
𝑡1 = = 0,4𝑗𝑎𝑚−1 = 1,73 𝑗𝑎𝑚
2 𝑘

Jadi waktu yang diperlukan untuk termetabolisme 50% adalah 1,73 jam

5. pasien yang menderita penyakit hepatik dapat mengalami penurunan aktivitas enzim
biotransformasi, pasien dapat mengalami kejenuhan enzim pada dosis normal karena
polimorfisme genetik, farmakokinetika menyediakan suatu cara sederhana untuk
mengidentifikasi kinetika nonlinier , untuk memperbaiki dosis yang tepat akhirnya
dipilih penggunaan obat lain secara bersamaan dapat menyebabka farmakokinetika
nonlinier pada dosis obat yang lebih redan karena inhibisi enzim.
6.

7. Diketahui : Kadar fenitoin dalam tubuh > isoniazid dalam tubuh


Ditanya : Km naik atau turun untuk mendapat kedua obat tersebut?
Jawab:
v dan Km berbanding terbalik. Suatu peningkatan Km akan disertai dengan suatu
peningkatan dalam konsentrasi obat dalam plasma. Peningkatan Km disertai dengan
peningkatan jumlah obat dalam tubuh pada setiap waktu (t). Studi pustaka
menunjukkan bahwa k meningkat beberapa kali dengan adanya INH dalam tubuh.

8. Mengapa Km sering dijumpai mempunyai satuan µM/ml dan kadang-kadang mg/L?


jawab : Km dinyatakan µM/ml karena reaksi dinyatakan dalam mol. Dalam
pendosisan, obat-obat diberikan dalam milligram dan konsentrasi obat dalam plasma
dinyatakan dalam mg/L. Terkadang, saat mensimulasikan jumlah obat
termetabolisme dalam tubuh sebagai suatu fungsi dari waktu, jumlah obat dalam
tubuh diasumsikan mengikuti kinetika Michaelis-Menten, Km mengasumsikan
satuan D0 (cth: mg). Dalam hal ini, Km memiliki makna yang berbeda.

9. Dik:
Vmaks = 10 mmol/jam
V = 5µmol/jam
k = 4 µmol
Dit:
Apakah Km = 5 µmol?
Apakah Km tidak dapat ditentukan dari informasi yang ada?
Apakah Km= 4 µmol?
Jawab:

10. Pernyataan yang benar dari “farmakokinetika diazepam (terikat protein 98%) dan
propranolol (terikat protein 87%) adalah..
Jawab:

11. Pernyataan yang menggambarkan secara benar sifat suatu obat yang mengikuti
farmakokinetika nonlinier atau terbatasi kapasitas adalah…
f. Tidak ada satupun pernyataan yang benar (a,b,c,d,e salah)

12. Dik: Klirens intrinsic hepatic dari dua obat adalah


Obat A: 1300 mL/menit
Obat B: 26 mL/menit
Dit:
Obat yang menunjukkan peningkatan klirens hepatic paling besar bila aliran
darah hepatic meningkat dari 1L/menit menjadi 1,5 L/menit?
Jawab:

II Halaman 717
1. Dik : Do = 250 mg peroral
t = 6 jam
Dit : Saran
aturan dosis untuk pasien ketika analisis laboratorium menunjukkan
fungsi ginjal memburuk dari Clcr 90 menjadi 20 mL/menit ?
𝐷𝑢 𝑘𝑢
Jwb : = 𝑘𝑁 = 40%
𝐷𝑁

Du = (250) (0,4) = 100 mg


Oleh karena itu, 10 mg harus diberikan tetrasiklin PO selama 6 jam
2. Dik : Laju alir serum = 50 mL/menit
Konsentrasi obat masuk mesin (Ca)= 5µm/mL
Konsentrasi obat dalam serum meninggalkan mesin (Cv) = 2,4µm/mL
Klirens obat = 10 mL/menit
Dit : sejauh mana hendaknya dosis ditingkatkan jika konsentrasi rata-rata
antibiotic harus dipertahankan ?
𝑄 (𝐶𝑎−𝐶1)
Jwb : 𝐶𝑙𝐷 = 𝐶𝑎
50 (5−2,4)
𝐶𝑙𝐷 = = 26 mL/menit
5

Kliren obat total = 𝐶𝑙𝑟 + 𝐶𝑙𝐷 = 10 + 26 = 36 mL/menit


Karena kliren obat ditingkatkan dari 10 menjadi 36 mL/menit, dosis
hendaknya ditingkatkan jika dialysis akan berlanjut. Karena dosis
berbanding lurus dengan klirens,
𝐷𝑢 36
= 10 = 3,6
𝐷𝑁

Dosis baru hendaknya 3,6 kali dosis yang diberikan sebelum dialysis jika
kadar antibiotika yang sama dipertahankan
3.

4. Dik : klirens urin : 1,8 L/ 24 jam


Rata rata konsentrasi kreatinin Ccr : 2,2mg/Dl
Dit : klirens kreatinin ?
Jawab :
𝐶𝑢 𝑣 X 100
Clcr = 𝐶𝑐𝑟 X 1440
(0,1)(1800)(100)
ClCr =
(2,2)(1440)
= 5,68 𝑚𝐿/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

Dengan asumsi bahwa Clcr normal pada pasien ini adalah 100 Ml/menit, dosis
uremia hendaknya 5,7% dari dosis normal, karena fungsi ginjal secara drastic
menurun :
(0,057) (20 mg/kg) = 1,14 mg/kg diberikan setiap 6 jam.
5. Dik : lincomycin 600mg /12 jam i.m
Clcr = 5 mL / menit
Dit : haruskah dosis disesuaikan ? ( jika ya )
a. sesuaikan dosis dengan mempertahankan dosis interval konstan
b. sesuaikan interval pendosisan, berikan dosis yang sama
c. apa perbedaan makna dalam metode penyesuaian
jawab :
𝑘𝑢
= 45%
𝑘𝑁

a. dosis yang diberikan : ( 0,45 ) ( 600 mg ) = 270 mg / 12 jam


𝑘𝑁 100
b. atau, dosis 600mg diberikan setiap : TN x : 12 𝑥 = 26,7 𝑗𝑎𝑚
𝑘𝑢 45
𝑂𝑂 𝐷0
c. persamaan : 𝐶𝑎𝑉 = 𝑘𝑉 𝐷 𝑟

D0 = 600mg
r = 26,7 jam
𝑂𝑂 600
𝐶𝑎𝑉 = 𝑘𝑉 𝐷 𝑋 26,7
𝑂𝑂
Untuk mempertahankan 𝐶𝑎𝑉 yang sama, hitung suatu dosis baru, DN,
dengan suatu interval pendosisan baru, TN, 24 jam
𝑂𝑂 𝐷𝑁
𝐶𝑎𝑉 = 𝑘𝑉 𝐷 24
600 𝐷𝑁 24
Jadi, = Dengan demikian : DN = 26,4 𝑋 600 = 539 𝑚𝑔
26,7 24

Obat juga dapat diberikan pada 540 mg sehari.


6. Dik : wanita usia 38 tahun
Berat badan 62 kg
Serum keratin 1,8 mg/dL
Dit : Clcr ?
Jawab :
Untuk wanita gunakan 85% nilai Clcr yang diperoleh pada laki laki.
0,85 ( 140−𝑢𝑠𝑖𝑎 )( 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 )
Clcr = 72 Clcr
0,85 ( 140−38 )( 62 )
Clcr = 41,5 𝑚𝐿/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
72 ( 1,8 )

7. Jawab :

8. Ditanya : apa asumsi yang dibuat ketika penyesuaian regimen dosis menurut klirens
kreatinin pada seorang pasien dengan gagal ginjal ?
Jawab :

ASUMSI KOMENTAR

Klirens kreatinin mengukur secara Perkiraan klirens kreatinin dapat bias. Gangguan
akurat tingkat gangguan ginjal ginjal hendaknya juga diverifikasi dengan diagnosis
fisik dan uji klinik lainnya

Obat mengikuti farmakokinetika tidak Farmakokinetika tidak bergantung dosis (nonlinear)


bergantung-dosis

Eliminasi obat non renal tetap konstan Penyakit ginjal juga dapat mempengaruhi liver dan
menyebabkan suatu perubahan dalam eliminasi obat
nonrenal (metabolisme obat)

Absorbsi obat tetap konstan Absorbs obat dari saluran cerna tidak berubah

Klirens obat, Clu menurun secara linear Klirens normal obat dapat mencakup sekresi aktif dan
dengan klirens kreatinin, Clcr filtrasi pasif dan tidak menurun secara linear
Ikatan obat protein tidak berubah Ikatan obat protein dapat berubah sehubung dengan
akumulasi urea, sisa nitrogen, dan metabolit obat

Konsentrasi obat-target tetap konstan Perubahan dalam komposisi elektrolit seperti kalium
dapat mempengaruhi kepekaan terhadap efek
digoksin. Akumulasi metabolit aktif dapat
menyebabkan respons farmakodinamika yang lebih
kuat dibandingkan obat induk sendiri

9. Diketahui :
 Dosis lazim gentamisin untuk pasien dgn fungsi ginjal normal : 1,0 mg/kg
setiap 8 jam injeksi IV bolus ganda
 Dengan menggunakan metode nomogram
 Laki-laki 55 tahun, BB 72 kg, Clcr = 20 mL/menit
Ditanya : berapa rekomendasi dosis gentamisin untuk pasien tsb ?

Jawab : dilihat dari table 21.4 di halaman 691, gentamisin tercantum dalam
kelompok K. dari no-mogram dalam gambar 21-5 di halaman 690

Clcr = 20 mL/menit Ku / KN = 25%

Dosis uremia = 25% dosis normal = (0.25) (1 mg/kg) = 0.25 mg/kg

Untuk pasien 72kg : dosis uremia = (0.25) (75) = 18.8 mg

Pasien hendaknya menerima 18.8 mg setiap 8 jam dengan injeksi IV bolus ganda

10. Diketahui :
 1 gram antibiotic diberikan scr injekssi IV bolus tunggal
 Pasien laki-laki anephric umur 68th BB 75kg
 Selama 48 jam pasca dosis, t1/2 eliminasinya 16 jam lalu menjalani
hemodialysis selama 8jam, t1/2 eliminasinya menurun menjadi 4 jam
Ditanya : a. berapa banyak obat telah dieliminasi pada akhir periode dialysis

b. dengan asumsi Vd obat = 0,5 L/kg, berapa Cp sebelum & sesudah


dialysis ?
jawab :

a. Setelah 48 jam pasca dosis, t1/2 eliminasinya 16 jam. Asumsi eliminasi orde ke
satu : DB = D0e-kt

DB = 1000e –(0,693/16)(48) = 125 mg tertinggal dalam tubuh tepat sebelum dialysis

Selama dialysis t1/2 = 4 jam, dan DB = 125e-(0,693/4)(8) = 31,3 mg sesudah dialysis

b. VD = ( 0,5 L/kg) (75kg) = 37,5 L

konsentrasi obat tepat sebelum dialysis :

Cp = 125mg / 37,5 L = 3,33 mg/L

konsentrasi obat tepat sesudah dialysis :

Cp = 31,3mg / 3,75 L = 0,83 mg/L

11. Diketahui : ada beberapa metode farmakokinetika penyesuaian aturan dosis obat
untuk pasien dengan penyakit uremia berdasarkan konsentrasi kreatinin serum
pasien tsb.
Ditanya :
a. apakah dasar dari metode ini untuk perhitungan aturan dosis obat pada pasien
uremia ?
b. apa yang dimaksud dengan validitas asumsi dimana pehitungan ini dibuat ?
jawab :

a. Nomogram : grafik yg tersedia untuk digunakan dalam memperkirakan aturan


dosis pada pasien uremia yg didasarkan pada konsentrasi kreatinin serum, data
pasien dan farmakokinetika obat.
Metode fraksi obat terekskresi tidak berubah (fe) : fraksi obat diekskresi
tidak berubah (fe) tersedia dalam pustaka. Dicantumkan berbagai obat dengan
nilai fe nya dan waktu paruh eliminasi. Metode fe untuk memperkirakan suatu
aturan dosis pada pasien uremia adalah suatu metode umum yang dapat
diterapkan untuk semua obat yang fe nya diketahui.
b. Yaitu semua asumsi bahwa volume distribusi dan fraksi obat diekskresi melalui
rute nonrenal tidak berubah. Semua informasi yang ada harus dapat dipercaya
untuk menjamin validitas asumsi tersebut, dalam praktik persamaan harus
dibuktikan andal secara statistic.

12. Diketahui : penilaian kondisi uremia pasien, aturan dosis obat dapat disesuaikan
dengan salah satu dari 2 metode :
a. Dengan menjaga dosis tetap dan memperpanjang interval pendosisan , atau
b. Dengan menurunkan dosis dan mempertahankan interval pendosisan tetap.
Ditanya : keuntungan dan kerugian dari menggunakan metode tersebut

Jawab :

Anda mungkin juga menyukai