Anda di halaman 1dari 30

PENGATURAN

DOSIS
Bab 8 Pengaturan Dosis Ganda
PROGRAM MAGISTER
FARMASI KLINIK
UNIVERSITAS SURABAYA B-27
1. Luqman Nul Haqim NRP. 114118500
2. Gabriela Ninik M Samad NRP. 114118502
3. Sebilah Sabil Noer NRP. 114118506
4. Sukmawati Eka Bima Sahputri NRP. 114118513
OUTLINE
1. Akumulasi obat
2. Injeksi intravena
3. Obat peroral
4. Penurunan fungsi hepar dan renal
PENDAHULUAN
Memperpanjang aktivitas terapeutik, kadar obat dalam plasma dipertahankan di dalam batas
yang sempit dari rentang terapeutik untuk mencapai efektivitas klinis yang optimal.
Contoh obat
- Antibakteri
- Kardiotonika
- Antikonvulsan
- Hormon
2 parameter utama yang dapat diatur:
 Ukuran dosis obat
 Frekuensi pemberian obat (jarak waktu antar dosis)
AKUMULASI OBAT
AKUMULASI OBAT
• Untuk menghitung aturan dosis ganda pada pasien, pertama parameter
Menghit farmakokinetika diperoleh: kurva kadar plasma-waktu dari penelitian obat dosis
aturan dosis tunggal.
ganda

• Parameter tersebut + ukuran dosis + jarak waktu pemberian ()

• Dapat memprediksi kadar plasma pada setiap waktu setelah dimulainya pengaturan
dosis.
PENGATURAN DOSIS GANDA
PRINSIP SUPERPOSISI
 Memperhitungkan kurva konsentrasi plasma-waktu dari suatu obat setelah pemberian dosis
ganda yang berurutan, yang didasarkan atas kurva konsentrasi obat dalam plasma-waktu yang
diperoleh setelah pemberian suatu dosis tunggal.

 Dasar anggapannya: obat dieliminasi melalui kinetika orde kesatu dan farmakokinetika obat
yang didapat setelah pemberian suatu dosis tunggal tidak berubah setelah pemakaian obat
dosis ganda.

 Dapat digunakan untuk meramalkan konsentrasi obat setelah dosis ganda yang diberikan baik
pada interval pendosisan yang sama atau berbeda.
Obat (dosis dan Plateau ( Cp yang
jarak waktu lebih tinggi dari
Cp akan naik
pemberia tetap) pada puncak Cp
dari dosis awal )
 Bila dosis ke-2 diberikan dalam jarak waktu yang lebih pendek dari waktu eliminasi dosis
sebelumnya Akumulasi Obat, sebaliknya jarak waktu lebih panjang, akumulasi
tidak akan terjadi
 Dosis yang sama diberikan berulang pada frekuensi yang konstan, diperoleh kurva kadar
plasma-waktu plateau & suatu keadaan tunak (kadar obat dalam plasma berfluktuasi antara
C∞maks dan C∞min, konstan dan tetap tidak berubah dari dosis ke dosis).

 C∞maks penting dalam menentukan keamaan obat. C∞maks harus selalu berada di bawah
konsentrasi toksik minimum. C∞maks juga sebagai petunjuk dari akumulasi obat.

 Pada keadaan tunak:

1 ) . C∞maks = (Cn=1) maks tidak ada akumulasi obat


2 ) . C∞maks > (Cn=1) maks akumulasi
R=

o Jika jarak waktu pemberian dosis obat diubah, waktu yang diperlukan untuk mencapai
keadaan tunak adalah sama, tetapi kadar plasma keadaan tunak yang berubah secara
proporsional
PENDOSISAN YANG SAMA, KONSENTRASI OBAT
DALAM PLASMA RATA-RATA (C∞AV) SAMA,
FLUKTUASI C MAKS DAN C MIN BERBEDA
∞ ∞

Gambar 8-3. Kurva simulasi konsentrasi obat dalam plasma-waktu setelah infusi IV dan dosis
oral ganda dari suatu obat dengan waktu paruh eliminasi 4 jam dan Vd 10L. Infusi IV diberikan
pada laju 25mg/jam, dosis oral ganda 200 mg tiap 8 jam, 300 mg setiap 12 jam, dan 600 mg tiap
24 jam
 T1/2 akumulasi= t1/2)

 Dari segi klinis (tabel 8-2):

1.) t90% konsentrasi tunak= 3,3 x t1/2 eliminasi


2.) t99% konsentrasi tunak = 6,6 x t1/2 eliminasi
INTRAVENA
PEMBERIAN INTRAVENA BERULANG

Model Kompartemen satu terbuka intravaskuler


Waktu (Menit) Konsentrasi Ln Cp 1/Cp
10 96 4,56   0,010

20 89  4,48  0,011

40 73  4,29 0,013 

60 57 4,04  0,017 

90 34 3,32  0,029 

120 10 2,30  0,100 

130 2,5 0,91  0,400 

Dit : a. Jenis Kinetika ?


b. Konstanta?
c. t ½ ?
R2 YANG MENDEKATI 1

 u/ Order 0 yang harus di regresikan Cp vs t


 u/ Order 1 yang harus di regresikan Ln Cp vs t
 u/ Order 2 yang harus di regresikan 1/Cp vs t

Hasil Regresi
u/ order 0 Y = -0,78x + 104,23, r2 = 0,99
u/ order 1 Y = -0,02x + 5,21 , r2 = 0,92
u/ order 2 Y = -0,0021x + -0,063, r2 = 0,72
Penyelesaian :
a. Jenis kinetika orde 0, karena r2 mendekati 1
b. K = Y = -0,78x + 104,23
K = 0,78 jam-1
c. t ½ orde 0 = 0,5 . Ao/ K
= 0,5 . 104,23/ 0,78
= 66,8 jam
PRINSIP
 Cp = R/ Vd x Kel

 Css = R/ Vd x Kel

 Css = R/ Cl
STUDI KASUS
 Suatu obat antibiotic Css dalam plasma yg diinginkan adalah 10 μg/ml. Diketahui Vd = 20 L
dan Kel = 0,1/jam

1. Berapa laju infus yang diberikan?


2. Jika pasien mengalami uremia, tetapan laju eliminasi turun menjadi 0,05/jam. Berapa laju
infus yang harus diberikan agar Css tercapai = 10 μg/ml ?
Penyelesaian :
a. Css = R/ Vd x Kel 10 μg/ml = R/ 20L x 0,1/jam
10 μg/ml = R/ 20000 ml x 0,1/jam
R = 10 μg/ml x 20000 ml x 0,1/jam
R = 20000 μg/jam
R = 20 mg/jam

b. Css = R/ Vd x Kel 10 μg/ml = R/ 20L x 0,05/jam


R = 10 μg/ml x 20000 ml x 0,05/jam R = 10000 μg/jam
R = 10 mg/jam
Pesan diberikan infus antibakteri yang konstan pada laju infus 2 mg/jam selama 2 minggu Css
10 μg/ml. Tentukan Cl?
Penyelesaian :
Css = R/Cl 10 μg/ml = 2 mg/jam /Cl
10 μg/ml = 2000 μg/jam /Cl
Cl = 2000 μg/jam / 10 μg/ml
Cl = 200 ml/jam
OBAT PERORAL
PRINSIP
 Obat berkhasiat saat kadar dalam darah diantara MEC dan MAC
 Masa kerja obat dipengaruhi oleh keberadaan obat dalam darah
 Obat dengan model kompartemen satu memiliki volume distribusi yang nomal
 Kadar tunak obat dipengaruhi T ½ obat dan tidak dipengaruhi dosis dan interval pemakaian
PENGATURAN DOSIS ORAL
GANDA

Fluktuasi Cmax dan Cmin harus diminimalkan , terutama pada obat dengan indeks terapi sempit

Fluktuasi Cmax dan Cmin diminimalkan dengan memperbesar jumlah dosis terbagi

Input gambar 8.3


STUDI KASUS
dari dosis suatu obat 500 mg setiap 6 jam = dosis 250 mg setiap 3 jam
PENYESUAIAN
DOSIS
 Klirens hepatik obat berkurang sebesar 50% karena infeksi virus hepatitis, bagaimana klirens
tubuh total terhadap total obat yang berpengaruh ?
 Berapa dosis baru untuk pasien bila diasumsikan fe=0,4, ikatan obat-protein plasma tidak
berubah?

Anda mungkin juga menyukai