Cmin1 = Cmak1
Cmak1 = kadar maksimum setelah dosis pertama (Cp0)
Cmin1 = kadar obat minimum sebelum dosis kedua
Fakum =
Contoh
Jika suatu obat memiliki T1/2 eliminasi obat = 6 jam dan diberikan tiap
3 jam, maka faktor akumulasi obat di dalam tubuh menjadi lebih besar,
yaitu:
Fakum = = 3,4
Namun jika obat diberikan tiap 12 jam, faktor akumulasi obat menjadi
lebih rendah:
Fakum = = 1,33
Kesimpulannya, bahwa jika obat diberikan dgn interval pemberian yg lebih pendek dari
T1/2 obat akan terakumulasi di dalam tubuh lebih cepat jika dibandingkan dgn obat yg
diberikan dgn interval yg sama atau lebih Panjang dari T1/2-nya.
3.PEMBERIAN INFUS INTRAVENA
• Jika obat diberikan scr infus i.v dengan kec.atau dosis tetap, proses
masuknya obat ke dalam darah merupakan proses orde-nol.
• Obat-obat yg punya batas keamanan rendah (ex: obat indeks
terapeutik sempit) teknis pemberiannya tidak dilakukan
menggunakan botol infus (dalam jumlah tetes per menit) tetapi
menggunakan pompa infus yang dapat diatur besaran volume
larutan obat yg masuk ke dalam pembuluh darah per waktu
ketepatan dosisi obat yg masuk dapat diperkirakan dgn akurat.
• Kelebihan pompa infus kadar obat di dalam darah dapat diatur
sesuai dengan keperluan subjek, dgn mengubah kec.larutan obat
(dosis obat) yg masuk ke dalam p.vena dan juga obat tetap berada
di dalam kisaran terapeutik yg dikehendaki,
3.PEMBERIAN INFUS INTRAVENA
Ket:
dDb/dt = Dinf Db = jumlah obat di dalam tubuh
Dinf = dosis or kec.infus
t = lama pemberian infus
Ct =
Contoh
Suatu obat diberikan melalui infus i.v dengan kec. Tetap (50mg/jam)
kepada subjek selama 4 jam. Dari data Pustaka diketahui bahwa T1/2
eliminasi dan Volume distribusi obat berturut-turut 8 jam dan 5 L.
Berapakah kadar obat dalam darah 4 jam sejak pemberian infus (C4)?
K = = 0,0866 jam-1
C4 =
Jadi 4 jam sejak pemberian infus, kadar obat di dalam darah diperkirakan 33,81
mg/L. Jika infus tidak dilanjutkan, maka sebenarnya C4 adalah kadar puncak
(Cmaks).
Jika ingin menghitung berapa lama waktu yg diperlukan sejak
pemberian infus agar kadar obat di dalam darah mencapai kadar
efektif minimum/KEM (atau onset efek). Diketahui KEM suatu obat
sebesar 10 mg/L, maka:
10 =
t = 1 jam
Jadi, diperlukan 1 jam pemberian infus agar kadar obat di dalam darah
mencapai kadar efektif minimum dengan kata lain onset efek obat
dapat diperkirakan akan timbul 1 jam setelah dimulai infus.
Ketika Kadar tunak setelah pemberian infuse i.v tercapai (kadar steady
state = Css), harga R (
Css =
Ct =
Contoh:
Jika kliren suatu obat 4,5 L/jam (K = 0,15/jam), diberikan dengan kec.infusi 50
mg/jam, maka kadar di dalam plasma setelah jam ke-8:
Cp(8) =
Cp(8) =
Cp(8) = 7,8 mg/L
Contoh:
Penderita semula menerima dosis infusi teofilin 30 mg/jam, maka kadar tunak
sebesar 7,5 mg/L akan tercapai setelah 45 jam infusi (t1/2 = 7 jam: K =
0,099/jam). Jika kec.infusi dinaikkan menjadi 60 mg/jam, dan harga kliren tidak
berubah, maka kadar tunak akan naik menjadi 15 mg/L yg tercapai 45 jam
setelah perubahan kec.infusi.
Kadar pada jam ke-8 setelah kenaikan kec.infusi menjadi 60 mg/jam dapat
dihitung menggunakan faktor akumulasi berikut:
Faktor akumulasi =
=
= 0,547
Sehingga kadar obat di dalam plasma 8 jam setelah pemberian infusi kedua
adalah 8,20 mg/L (0,547 x 15 mg/L)
Pada kasus lain, apabila infus dihentikan setelah tercapai kadar tunak, maka
kadar obat di dalam plasma akan turun mengikuti persamaan berikut:
Ct = Css
Contoh:
Jika pada contoh diatas (K= 0,099 jam-1 dan Css = 15 mg/L infus dihentikan,
maka kadar obat di dalam plasma 12 jam setelah infus dihentikan
Fase post
absorbsi
Fase eliminasi
PENUTUP
• HARGAILAH DIRIMU
• HARGAILAH ORANG LAIN
• BERTANGGUNG JAWABLAH ATAS TINDAKANMU
PENUTUP
TERIMA KASIH
Wassalamu’alaikum
Wr.Wb