Anda di halaman 1dari 6

Klasifikasi sistem penghantaran obat terkontrol secara osmosis

1. Implantable
a. Rose and Nelson Pump
Sistem osmosis ini menggunakan sistem osmosis yang menggunakan
tiga bagian yaitu bagian yang berisi obat, garam yang mengandung kelebihan
garam padat dan bagian yang berisi air. Bagian air dan bagian garam pada
sistem ini dipisahkan dengan membran semi permeabel sedangkan bagian
garam dengan obat dipisahkan dengan membran diafragma yang elastis.
Perbedaan tekanan osmosis ini mebuat air akan melewati membran
semipermeabel menuju bagian garam. Volume garam akan meningkat karena
adanya aliran air yang menuju ke daerah garam tersebut, hal ini yang bisa
menyebabkan terjadinya pengembangan membran diafragma elastis yang
memisahkan obat dengan bagian garam. Ketika terjadinya pengembangan
akan membuat obat terdorong keluar melalui lubang kecil pada bagian obat
sehingga obat dapat berpindah menuju ke sistem dan menimbulkan efek
terapi.
Laju pelepasan obat sistem ini dapat dirumuskan dengan :
dMt / dt = (dv / dt) C
Keterangan: dMt / dt = Laju pelepasan obat
dv/dt = Volume aliran air yang menuju bagian garam
C = Konsentrasi obat

Gambar 1. Rose and Nelson Pump

b. Higuchi Theuwes Pump


Pelepasan obat dengan sistem osmosis ini menggunakan
pengembangan bagian garam dan karakteristik permeabilitas diluar membran.
Pada sistem ini menggunakan membran semipermeabel untuk bagian luarnya
yang digunakan untuk menjaga tekanan pompanya ketika ada permeabilitas
dari air, hal ini digunakan untuk memperpanjang penimpanan obat dan durasi
obat dalam tubuh. Sistem ini menggunakan bentuk penghantaran obat tabung
kecil yang panjang untuk mencegah atau meminimalisir terjadinya kehilangan
obat dari proses difusi.
Pelepasan obat dikontrol oleh penggunaan garam pada salt chamber,
karakteristik luar membran dan orifice. Campuran asam sitrat dengan natrium
bikarbonat pada bagian garam akan membentuk gas karbon dioksida yang
kemudian akan terjadi penekanan oleh gas karbondioksida pada diafragma
elastis yang akan membuat obat terlepas.

Gambar 2. Higuchi Theuwes Pump

c. Implantable Mini Osmotic Pump


Pada sistem ini mengandung tiga lapis konsentrasi obat, bagian
osmosis dan membran semipermeabel untuk pengontrolan laju. Komponen
tambahan yang lebih disebut dengan moderator alir dimasukkan atau
disisipkan ke dalam bagian sistem osmosis. Kompartemen inti pada reservoir
obat yang dikelilingi oleh bagian lengan osmosis, sebuah silinder mengandung
konsentrasi tinggi pada agen osmosis.
Bagian lengan sistem ini diselubungi oleh membran semipermeabel
ketika sistem ini terjadi kontak dengan air masuk melalui membran
semipermeabel. Tekanan yang fleksibel pada resevoir obat digantikan dengan
larutan obat melewati moderator alir.
Pompa yang tersedia dengan variasi laju penghantaran antara 0.25 sampai 10
ml per jam dan durasiya antara satu hari sampai empat minggu.
Gambar 3. Implantable Mini Osmotic Pump

2. Elementary Osmotic Pump


Sistem ini mempunyai mekanisme yang sama dengan implantable pump
osmosis. Sistem EOP ini terdiri dari lapisan inti tablet yang mengandung obat yang
terlarut dalam air dengan atau tanpa agen osmosis yang lain. Membran semipermeabel
mengelilingi inti tablet, ketika sistem ini mengembang air dari sistem GIT (gastro
intestinal) masuk melalui membran membran menuju inti. Selanjutnya obat akan
terlarut, setelah obat terlarut obat akan di pompa keluar. Proses ini berlangsung terus
menerus dengan laju yang konstan sampai seluruh obat terlarut sempurna. Normalnya
laju konstan obat yang tertransport melalui sistem EOP ini antara 60 % sampai 80 %.
Laju konstan dan terdapat lag time pendek sekitar 30 sampai 60 menit seperti sistem
hidrasi sebelum pelepasan obat mengikuti orde nol.

Gambar 4. Higuchi Theuwes Pump

3. Push Pull Osmotic Pump


Sistem ini merupakan modifikasi EOP, Sistem ini memungkinkan untuk
menghantarkan obat yang mempunyai kelarutan baik dalam air bahkan obat yang
sukar larut dalam air dengan laju yang konstan. Sistem ini menggunakan lapisan
standar yang berlapis, satu lapis mengandung polimer, agen osmosis dan bahan
tambahan yang lain. Lapisan ini dibentuk dan diikat dengan kompresi tablet yang
dibentuk inti lapisan tunggal. Inti tablet kemudian dilapisi dengan membran
semipermeabel. Setelah dilapisi dibuat lubang kecil dengan menggunakan laser
melewati membran pada lapisan-lapisan obat.
4. Osmotic Pump untuk Obat Terlarut
Membran semipermeabel harus mempunyai tebal 200 sampai 300 mikro untuk
bisa menahan tekanan dari sistem. Ketebalan membran yang lebih rendah
dibandingkan permeabilitas air akan menyebabkan terjadinya kelarutan pada obat
sehingga ketebalan membran harus diperhatikan untuk sistem ini. Masalah ini dapat
diatasi dengan menggunakan lapisan bahan yang mudah ditembus oleh air seperti
penambahan plastisiser dan membran selulose asetat, hal ini dapat meningkatkan
permeabilitas membran.
Lapisan pertama pada sistem ini menggunakan film mikroporos yang tebal,
hal ini ditujukan untuk menjaga kekuatan membran dalam menjaga tekanan dari
dalam sistem. Lapisan kedua menggunakan membran semipermeabel yang tipis untuk
memproduksi fluks osmosis. Lapisan ini diformulasikan dari selulosa asetat 40
sampai 60 % dengan penambahan agen penyabun seperti sorbitol.

Gambar 5. Osmotic Pump untuk Obat Terlarut

5. Osmotic Pump untuk Obat yang Tidak Terlarut


Pada sistem ini menggunakan agen osmosis yang dilapisi dengan film
semipermeabel yang elastis. Semua partikel obat dan agen pengosmosis dicampurkan
yang kemudian dikompresi dalam bentuk tablet yang kemudian dilapisi dengan film
atau membran semipermeabel dan dibuat lubang pada membran coating. Setelah obat
kontak dengan air, air akan masuk melalui lubang tersebut dan akan membuat agen
osmosis mengembang dan akan menekan obat keluar dari sistem melalui lubang yang
ada.
Gambar 6. Osmotic Pump untuk Obat yang Tidak Terlarut

6. Osmotic Pump dengan Pengembangan Chamber


Sistem ini menggunakan chamber kedua untuk obat yang terlarut, hal ini
menguntungkan karena dibeberapa kasus obat terlepas dalam bentuk larutan jenuh
dengan resiko iritasi saluran cerna. Sistem ini mempunyai dua dua sistem dengan dua
chamber. Chamber pertama mengandung agen osmosis biologi inert seperti gula, atau
garam sederhana seperti garam klorida sedangkan chamber kedua mengandung obat.
Larutan agen osmosis dibentuk pada chamber pertama yang kemudian akan melewati
lubang yang menghubungkan menuju chamber yang berisi obat. Keduanya akan
bercampur sebelum keluar melewati membran mikro poros. Sistem ini bisa digunakan
untuk penghantaran atau pelepasan obat yang relatif sukar larut dalam air.
7. Pengontrolan Porositas Pompa Osmosis
Sistem ini menggunakan lubang mikro driven orifice. Ketika sistem ini kontak
dengan air, air masuk melalui membran dengan cara berdifusi menuju inti melalui
lubang mikroporos pada membran. Beberapa poros tersebut diformulasikan dari
NaCl, KCL dan urea. Laju pelepasan dari sistem ini dipengaruhi oleh ketebalan
membran pelapisnya, tingkat komponen pelarutnya, tingkat kelarutan obat dan
tekanan osmosis yang melewati membran.

Gambar 7. Pengontrolan Porositas Pompa Osmosis

8. Sistem Penghantaran Obat Tertunda dengan Multipartikel


Pada sistem ini menggunakan pelet yang mengandung obat dengan atau tanpa agen
osmosis yang dilapisi dengan membran semipermeabel. Pada sistem ini terdapat dua
chamber, chamber pertama berisi obat dan eksiport sedangkan chamber kedua berisi
agen pengosmosis. Lapisan dari lilin membagi atau membatasi dua chamber ini.

Gambar 8. Sistem Penghantaran Obat Tertunda dengan Multipartikel

9. Sistem Osmosis Monolitik


Pada sistem ini mengunakan dispersi obat terlarut dalam air yang dibuat
dengan polimer matriks dan kompresi tablet. Selanjutnya tablet dilapisi dengan
membran semipermeabel.
Ketika sistem ini kontak dengan air maka air akan masuk ke dalam inti obat
dan akan terjadi tekanan osmosis yang membuat rusaknya membran yang
mengelilingi atau melapisi obat pada matriks sehingga obat bisa terlepas keluar.

Anda mungkin juga menyukai