Anda di halaman 1dari 41

REAKSI OBAT yang MERUGIKAN

(ROM)
atau Reaksi Obat yang tidak
Dikehendaki (ROTD)

Oleh :
Tri Yulianti
Morbiditas dan mortalitas karena penggunaan obat
merupakan masalah yang nyata

41% px yg menggunakan obat-obat yang


diresepkan pertama kali akan mengalami
reaksi efek samping obat
Epidemiologi

 Ditemukan rata-rata bahwa 5% pasien yang


masuk rumah sakit adalah karena ROTD.
 10-15% pasien yang dirawat dirumah sakit
mengalami ROTD selama masa perawatannya.
 Kejadian sebenarnya mungkin lebih besar 
ROTD sulit diperkirakan karena pendeteksian
yang susah dan sangat subjektif
Dampak dari adanya ADR salah
satunya adalah peningkatan biaya
karena :
 Memerlukan pemeriksaan lebih lanjut
untuk mengidentifikasi ADR
 Membutuhkan pengobatan lain karena
adanya ADR
 Meningkatkan lama waktu rawat inap
“disaster talidomid”, tahun 1960

 Talidomid (dipasarkan th
1956) diklaim sebagai obat
yang sangat aman.
 Lima tahun setelah itu ditarik
karena terdapat kasus lebih
dari 8000 bayi lahir dengan
kecacatan.
 Talidomid menyebabkan
pocomelia
 Memacu berdirinya lembaga
pengawas obat misal :
Medicines Control Agency
(MCA)
Definisi ADR (WHO) :
 adalah respon terhadap suatu obat yang
berbahaya dan tidak diharapkan yang
terjadi pada dosis lazim yang dipakai oleh
manusia untuk tujuan profilaksis,
diagnosis maupun terapi
 ADR adalah bagian dari ADE (Adverse
drug event)
 ADR terjadi dari penggunaan obat yang
sudah sesuai, sedangkan ADE bisa timbul
karena penggunaan yang tidak sesuai
(drug abuse), atau ada faktor lain yang
mempengaruhi terjadi dalam pemberian
terapi tetapi tidak perlu langsung
disebabkan oleh efek farmakologi obat.
 ADE bisa disebabkan oleh Medication
Error
Medication errors, which the National Coordinating
Council for Medication Error Reporting and
Prevention (NCC MERP) defines as “any
preventable event that may cause or lead to
inappropriate medication use or patient harm while
the medication is in the control of the health care
professional, patient, or consumer.”
 For example :
 Px taking warfarin for a pulmonary embolism (goal
INR 2–3) presents to the emergency department with
a major bleeding episode. patient’s INR therapeutic
goal range and no other contributing factors to
bleeding are identified  ADR  discontinued Warfarin

 Another px has supratherapeutic INR of 6 because of a


drug-drug interaction with a newly prescribed antibiotic,
the bleed is defined  ADE, and warfarin therapy is
temporarily interrupted until the INR decreases and the
bleeding resolves. The physician may then choose to
reinitiate the warfarin therapy  a lower dose to achieve a
therapeutic INR.
TYPE A (AUGMENTATION)

Extension Effects can be related to


pharmacological activity of the drug.
Examples:
 Tachycardia caused by salbutamol
 Hypoglycemia caused by oral
sulfonylureas
 Sedation caused by CNS depressants
 Hemorrhage caused by Anticoagulants
 Side
Effects are not relevant to the
pharmacological action of the drug.
Examples:
Opiates that causing constipation
ACE inhibitors causing cough
Sedation by antihistamines
Headache by nitroglycerine
A. Idiosyncrasy is a reaction basically linked and
determined through the genes of the individual.
Examples:
 Antipsychotic drugs having malignant
hyperthermia effect.
 Carbamazepine, Phenytoin and Sulfonamides
causing Stevens-Johnson Syndrome
B. Hypersensitivity Reactions are immune
responses to environmental antigens and
stimuli resulting into symptomatic reactions
upon secondary exposure to the
same antigen again. Antigen is more known to
be allergen.
C. Continuous (Chronic)
 Addiction is a condition where a person takes
the drug compulsively, despite of potential harm
that might cause to themselves, or their desire
to stop. Examples are such addiction to
marijuana or opiates.
 Dependence is a compulsion to take the drug
repeatedly and experiences unpleasant
symptoms if discontinued. Examples are
benzodiazepines, caffeine in coffee and cocaine
dependence.
 Carcinogenicity is the ability of any compound or
substance to produce or induce tumor and cancer. Ex :
 Afltoxin
 Nitrosamines
 Aromatic Hydrocarbons
 Antineoplastic agents
 Heterocyclic amines
 Teratogenicity is the ability of a substance to cause
congenital and malformations to fetus (birth defects) when
the mother is exposed it. Ex :
 Carbamazepine and Valproic Acid that cause neural tube
defects
 Phenytoin causing fetal hydantoin syndrome
 Streptomycin damaging the 8th nerve ( sense of balance)
 Tetracyclines causing discoloration and defects of teeth and
deformed bone growth
 Thalidomide causing phocomelia (penguin-like)
 Isotretinoin or Vitamin A powerful teratogen
TYPE E (END OF USE)
It is also uncommon. Most associated to
withdrawal syndromes that generally occur shortly
after stopping the drug.
Examples:
Opiates withdrawal
Rebound insomnia and excitation by
Benzodiazepines
Rebound hypertension (Clonidine)
Rebound decongestant by Nasal decongestant
Addison's disease caused by steroids
TYPE F (FAILURE OF EFFICACY)
It is unexpected failure of efficacy. It is
common and dose-related. May results
from:
Drug-drug interactions
Use of counterfeit drugs
drug resistance
patient's non-compliance
wrong route of administration
drug instability
Identifikasi ROTD
 Yang perlu diperhatikan :
 Mengidentifikasi ROTD sering kali sulit
dibuktikan karena mempunyai hubungan
penyebab dengan gejala yang dialami pasien.
 ROTD tampak seperti penyakit lain
 Banyak gejala ROTD yang muncul pada
pasien dalam kondisi sehat
 Jika ada dugaan ROTD, tidak cukup untuk
melakukan tindakan
Faktor-faktor yang
mempengaruhi ROTD

 Polifarmasi
 Jenis kelamin
 Kondisi penyakit penderita
 Usia
 Ras
 Polimorfisa genetik
Polifarmasi
 Kejadian ROTD muncul eksponensial jika
jumlah obat yang digunakan bertambah
banyak
 Peresepan ini banyak terjadi pada usia
lanjut dan penderita yang mengalami
beberapa penyakit sekaligus
 Faktor resikonya tinggi
Jenis kelamin
 ROTD lebih sering terjadi pada wanita
dibanding pria  tidak bisa dijelaskan
 Misal : lebih mudah terkena ROTD akibat
digoksin, kaptopril, dan heparin
 Misal : wanita mudah mengalami kelainan
sel darah (blood dyscrasias) akibat
pemakaian fenilbutason dan kloramfenikol
 Adanya penyakit penyerta yang dapat
mempengaruhi respons obat dan
munculnya ROTD yang bermakna, melalui
perubahan proses farmakokinetika atau
kepekaan jaringan
 Penyakit gangguan ginjal dan hati
mengalami resiko lebih tinggi
 Kondisi hamil dan melahirkan sering
mempengaruhi respon obat
 Kondisi immunocompromised (mis : HIV)

Kondisi penyakit yang diderita


 Usia lanjut lebih mudah terkena ROTD
dibanding yang muda
 Usia lanjut lebih banyak mendapatkan terapi
obat
 Pada usia lanjut ada perubahan
farmakokinetika : absorpsi, distribusi,
metabolisme dan ekskresi obat, dan faktor
lain yang berhubungan dengan organ
 Neonatus, khususnya prematur, resiko tinggi
terkena ROTD. pembentukan enzim belum
sempurna
 Obat-obat yang berbahaya bagi neonatus :
morfin, kloramfenikol, barbiturat dan
sulfonamid

Usia
 Perbedaan ras dan genetik mempengaruhi
terhadap laju metabolisme obat meskipun
obat sudah dihitung dosisnya dalam
mg/kg.
 Contoh Orang Amerika dan mediteranian
respon terjadinya hemolisis lebih tinggi
jika menggunakan obat-obat golongan
sulfon, quinolon, antimalaria dan aspirin,
karena orang dari ras ini mengalami
defisiensi enzim glukosa-6-fosfat
dehidrogenase (G6PD)

Ras dan polimorfisa genetik


Kriteria untuk identifikasi ROTD

 Waktu
 Dosis
 Sifat permasalahan
 Pengalaman
 penghentian
waktu
 Kapan kejadian ROTD timbul ?
 Apakah setelah minum obat atau lama
berselang ?
 Apakah reaksi tersebut terkait dengan
pemakaian obat ?
 ROTD bisa terjadi ketika obat dihentikan
(gejala putus obat): misal benzodiazepine with
drawal syndrome  insomnia, ansietas,
kehilangan nafsu makan, tremor, keringat
dingin.
dosis
 Apakah dosis diberikan terlalu besar ?
 Apakah pemakaian obat lain bisa
mempengaruhi kadar obat dalam darah ?
 Misal teofilin yang digunakan bersama-
sama dengan simetidine, yang merupakan
penghambat enzim.
 Apakah ciri-ciri reaksi yang diduga ROTD
tersebut sama dengan sifat farmakologis
obatnya ?
 Sehingga mengarah kepada ROTD type A

Sifat permasalahan
 Apakah reaksi yang dilaporkan mirip
dengan yang tertulis di pustaka.
 Acuan yang bisa digunakan adalah :
BNF, DIH
 Martindale : the drug complete refence
 AHFS drug information
 Yang perlu diingat, pustaka tidak
mencatat semua ROTD

Pengalaman
 Apakah terjadi apabila obat dihentikan ?
 Bagaimana jika timbul ROTD lagi jika obat
tersebut digunakan ?
 Tidak semua ROTD akan berhenti jika
pemakaian obat dihentikan dan beberapa
reaksi mungkin tidak dapat berubah
(irreversible)

Penghentian
 Farmasis sangat berperan dalam
mencegah terjadinya ROTD
 Farmasis harus mengikuti prosedur yang
sesuai untuk mencegah terjadinya ROTD
 Diskusi dengan tenaga kesehatan lain
serta partisipasi pasien

Pencegahan ROTD
Tidak
Apakah gejalanya terkait dgn Mungkin ada hubungan
waktu pemakaian obat ? penyebab
Ya
Tidak Mungkin ada hubungan
Apakah pengobatannya dihentikan ?
penyebab
Ya
Tidak Mungkin ada hubungan
Apakah gejalanya berkurang ?
penyebab
Ya

Apakah penderita terpapar Tidak Mungkin ada hubungan


kembali obat tersebut ? penyebab
Ya
Tidak
Apakah gejalanya timbul kembali ? Mungkin ada hubungan
Ya penyebab

Sangat mungkin terdpt


Hubungan penyebab ALGORITMA ROTD BY FDA
Naranjo algorithm
Mencegah ROTD (BNF)
1) Jangan menggunakan obat jika indikasinya tidak jelas.
Ex : jika pasien hamil, jangan gunakan obat kecuali
benar-benar dibutuhkan
2) Alergi dan idiosinkrasi merupakan penyebab penting
ROTD. Tanya apakah pernah terjadi alergi
3) Tanya pasien apakah sedang menggunakan obat lain
termasuk obat swamedikasi, dapat menimbulkan
interaksi
4) Usia dan penyakit hati/ginjal mengubah metabolisme
dan ekskresi obat, dosis harus dikecilkan. Faktor
genetik bisa mempengaruhi metabolisme, khususnya
isoniazid dan antidepresan trisiklik.
Mencegah ROTD (menurut BNF)
5) Resepkan obat sesedikit mungkin untuk
pasien usia lanjut dan pasien kurang
memahami petunjuk yang sulit
6) Jika memungkinkan gunakan obat yang sudah
dikenal
7) Jika kemungkinan terjadi ROTD yang serius,
pasien harus diperingatkan
Penanganan ROTD
 Keterbatasan uji klinis menyebabkan
rendahnya deteksi terhadap ROTD
 Perlu dilakukan pengawasan terhadap
obat yang beredar (post marketing
survillance).
 Metode post marketing survillance seperti
laporan kasus, penelitian co-hort dan case
control

Anda mungkin juga menyukai