Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kimia farmasi mempelajari tentang kimia obat yang berhubungan dengan
larutan asam maupun basah, baik untuk tujuan pengobatan, analisis atau
pemeriksaan dan pembakuan dalam kimia farmasi. Ilmu kimia merupakan suatu
dari sekian banyak cabang ilmu pengetahuan alam yang mempunyai cabang-
cabang ilmu pengetahuan yang sangat kompleks, di antaranya yaitu asidi
alkalimetri
Asidi Alkalimetri analisis kimia berupa titrasi yang menyangkut asam dan
basa atau sering di sebut titrasi asam basa, indicator asam basa adalah zat yang
dapat berubah warna apabila PH lingkunnya berubah. Reaksi di jalankan dengan
titrasi, yaitu suatu larutan di tambahkan sedikit demi sedikit sampai jumlah zat-zat
yang di reaksikan tepat menjadi eukivalen satu sama lain. Cabang ilmu kimia
lainya juga ada permanganometri
Permanganometri metode titrasi dengan menggunakan kalium
permanganat, yang merupakan oksidator kuat sebagai titran. Titrasi ini didasarkan
atas titrasi reduksi dan oksidasi atau redoks. Permanganometri juga bisa
digunakan untuk menentukan kadar belerang, nitrit, fosfit, dan sebagainya. Cara
titrasi permanganometri ini banyak digunakan dalam menganalisa zat-zat organik.
Selain aside alkalimetri dan permanganometri dalam kimia ada suatu metode yang
digunakan untuk menentuka kadar asam dan basa dari suatu larutan yang dikenal
dengan potensiometri
Potensiometri adalah suatu metode pengukuran ion dalam suatu larutan
secara kuantitatif yang berdasarkan prinsip elektrokimia. Metode potensiometri
digunakan untuk mengukur potensial sel, pH suatu larutan, titik akhir titrasi, dan
menentukan konsentrasi ion logam dan non logam dalam suatu larutan elektrolit
dengan cara titrasi.
Titrasi merupakan proses penentuan konsentrasi suatu larutan dengan
mereaksikan larutan yang sudah ditentukan konsentrasinya (larutan standar).
Titrasi asam basa adalah suatu titrasi dengan menggunakan reaksi asam basa

1
(reaksi penetralan). Pada saat terjadi perubahan warna-warna indikator, titrasi
dihentikan. Indikator berubah warna pada saat titik ekuivalen. Dalam menilai
suatu reaksi yang harus dipakai sebagai dasar titrasi, salah satu yang terpenting
adalah sampai berapa jauh reaksi berlangsung menuju kelengkapan dekat pada
titik ekuivalen.
Dalam percobaan ini menggunakan sampel larutan yang memiliki ph asam
(Floridina dan IsoPlus) dan juga basa (Fanta dan S.Tee) yang di titrasi
menggunakan HCL dan juga NaOH menggunakan metode potensiometri
berdasarkan reaksi netralisasi
1.2 Tujuan Percobaan
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan
potensiometri.
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui manfaat dari penggunaan metode
potensiometri.
3. Agar mahasiswa dapat menentukan suatu senyawa dalam sampel
Floridina, IsoPlus, Fanta, dan S.Tee dengan metode potensiometri
berdasarkan reaksi netralisasi ( asam-basa )
1.3 Manfaat Percobaan
1. Untuk Praktikan
Agar praktikan dapat memahami serta mengetahui cara pengujian metode
potensiometri pada sampel larutan asam dan basa
2. Untuk Pembaca
Agar pembaca dapat mengetahui apa yang di maksud dengan
potensiometri serta mekanisme kerja dan manfaat dari metode
potensiometri
1.4 Prinsip Percobaan
1. Mahasiswa mengetahui apa yang dimaksud dengan potensiometri
2. Mahasiswa mengetahui manfaat dari penggunaan metode potensiometri
3. Mahasiswa dapat menentukan suatu senyawa dalam sampel HCL dengan
metode potensiometri berdasarkan reaksi netralisasi ( asam basa )
BAB 2

2
TINJAUN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Pengertian potensiometri
Menurut Suyanta (2013), potensiometri merupakan suatu metode
analisis kimia, sesuai nama yang diusulkan, yang melibatkan pengukuran
potensial dari suatu sel galvani. Secara umum sel terdiri dari dua buah setengah
sel dan kita dapat menggunakan persamaan Nernst untuk menghitung nilai
potensial sel. Dalam potensiometri pada dasarnya menggunakan suatu
elektroda dengan rancangan khusus yang selektif terhadap ion tertentu yang sering
disebut elektroda selektif ion (ESI). Elektroda yang paling sering dijumpai
adalah elektroda gelas yang selektif terhadap ion H + dan atau pH. Sekarang jenis
elektroda selektif ion sangat berkembang dan perkembangan akhir-akhir ini
bahkan dapat merespon tidak hanya ion tetapi juga spesies netral. Sebagai
contoh elektroda untuk mendeteksi ion F- dalam air minum, glukosa dalam
darah, asam-asam amino dalam cairan biologi, dan berbagai penentuan yang
lain. Beberapa hal penting yang dalam pemilihan suatu elektroda untuk
analisis spesies-spesies tertentu adalah:
1. Elektroda sebaiknya dapat merespon secara Nernstian besarnya
aktivitas spesies zat yang diukur.
2. Elektroda sebaiknya tidak merespon aktivitas spesies-spesies lain zat
yang ada bersama spesies yang diukur. Maka elektroda ini sifatnya
spesifik.
3. Elektroda sebaiknya tidak bereaksi dengan spesies zat yang ada
dalam larutan. Maka elektroda ini disebut bersifat inert.
4. Permukaan elektroda sebaiknya tetap komposisinya (tidak berubah),
meskipun hanya dilewati arus yang kecil Sedikit elektroda yang
memberikan hasil yang tepat, sehingga perlu dipikirkan agar diperoleh
nilai yang dapat diterima. Problem yang umum adalah tentang
kespesifikan. Banyak elektroda merespon yang cukup tinggi dari suatu zat
tertentu, tetapi juga merespon zat lain walaupun sedikit. Keadaan ini

3
masih bisa diterima dan kebanyakan elektroda bersifat lebih selektif
daripada sifat spesifiknya.
2.1.2 Elektroda Pembanding
Menurut Suyanta (2013), pola pengukuran potensial cara di atas yang
dipakai dalam sistem potensiometri. Potensial setengah sel yang satu dijaga
konstan dan bagian setengah sel ini lebih sering disebut sebagai elektroda
pembanding (reference electrode). Seringkali jembatan garam yang
menghubungkan dua buah setengah sel ini dirancang dengan pola-pola yang
baru dan kompososi material yang tertentu.Pada bagian setengah sel yang lain
yang mengandung analit (zat yang diukur), dimasukkan suatu elektroda yang
disebut sebagai elektroda kerja. Hal-hal yang penting, terutama dalam
menyusun dan memilih suatu sistem agar dapat dipakai sebagai elektroda
pembanding antara lain:
1. Sistem tersebut mempunyai nilai potensial yang tetap (konstan).
Meskipun ada sedikit arus yang masuk, besarnya potensial tetap tidak
berubah.
2. Besarnya nilai potensial dari waktu ke waktu selalu tetap (reprodusible).
3. Elektroda ini mudah dibuat.
4. Besarnya potensial tidak berubah secara signifikan dengan adanya
perubahan temperatur.
5. Keberadaannya sangat membantu, karena pemakaian listrik yang sangat
murah. Untuk setiap setengah sel, nilai potensial elektroda
ditunjukkan sesuai dengan persamaan Nernst:

E (sel) = Eo ± S log ai

Jika mengatur aktivitas ion i konstan, maka E (sel) juga akan konstan.
Dalam kenyataan, akan mudah untuk menyiapkan elektroda pembanding
dengan menggunakan larutan standar sesuai dengan ionnya. Ada tiga buah jenis
garam yang mempunyai kelarutan yang kecil dan sering dipakai sebagai bahan
elektroda pembanding adalah raksa (I) klorida (kalomel), perak klorida dan raksa

4
(I) sulfat. Secara detail akan dibahas dari masing-masing elektroda dari tiga
jenis elektroda pembanding yang umum dipakai menurut Sudjadi (2008), yaitu:
1. Elektroda Kalomel Jenuh adalah senyawa raksa (I) klorida, Hg 2 Cl2.
Besarnya nilai potensial sel dari elektroda ini adalah +0,242 volt
dibandingkan dengan nilai potensial elektroda hidrogen standar (ehs)
pada temperatur 25oC. Pada elektroda ini terdiri dari tabung utama yang
mengandung komponen untuk reaksi elektroda, yaitu raksa, raksa(I) klorida
dan ion-ion klorida bebas yang didukung oleh garam KCl. Larutan penghubung
ini mempunyai dua fungsi. Pertama, berfungsi untuk menjaga ujung wool dari
kekeringan. Kedua, berfungsi sebagai garam penghubung antara elektroda
pembanding dengan elektroda kerja. Bagian ujung yang berbentuk porous
sebagai penghubung cairan biasanya dibuat dari bahan keramik. Hal ini karena
mampu menghantarkan listrik antar larutan tetapi dapat menjaga larutan tidak
saling berpindah (bercampur). Ada beberapa jenis bahan penghubung yang
dapat dipakai, tetapi kebanyakan kurang populer.
2. Elektroda Perak, Perak klorida
Jenis ini merupakan elektroda pembanding yang umum digunakan
dengan arus yang umum. Elektroda ini konstruksi dasarnya terdiri dari kawat
perak, yang dilapisi dengan lapisan tipis perak klorida yang dicelupkan
dalam larutan KCl, yang diberi beberapa tetes larutan perak nitrat. Larutan
yang jenuh ini kemudian akan berhubungan dengan AgCl. Larutan ini
berfungsi sebagai larutan dalam (inner solution) dan sebagai garam
penghubung.
3. Elektroda Raksa, Raksa (I) sulfat
Elektroda ini hampir sama dengan elektroda kalomel jenuh.
2.1.3 Elektroda Indikator
Elektroda indikator merupakan bagian penting dari peralatan
potensiometri, karenanya elektroda indikator harus memenuhi berbagai
persyaratan yang salah satunya adalah bahwa responnya terhadap bentuk
teroksidasi dan bentuk tereduksi harus sedekat mungkin dengan persamaan nernst.
Elektroda indikator untuk pengukuran potensiometri terdiri atas tiga jenis yaitu:

5
elektroda indikator logam, elektroda indikator lembam (inert), dan elektroda
indikator selaput atau lektroda selektif ion (Sudjadi. 2008).
Elektroda disebut inert bila ia tidak berperan serta secara langsung
dalam reaksi kimia. Contoh elektroda inert adalah platina, emas dan karbon.
sedang elektroda aktif adalah elektroda yang terbuat dari suatu unsur dan
berada dalam kesetimbangan dengan ion unsur tersebut dalam larutan. Perak, air
raksa dan hydrogen misalnya adalah elektroda aktif. Suatu elektroda gas misalnya
elektroda hydrogen merupakan suatu lempeng kawat platina penghantar listrik
yang dialiri gas hidrogen pada permukaannya. Unsur-unsur yang terlalu aktif
seperti krom dan bes jarang digunakan sebagai elektroda karena kemampuannya
melakukan interaksi kimia secara langsung. Sedangkan elektroda kalomel dan
elektroda gelas merupakan kombinasi aktif dan inert dari unsur sesuai. Sistem
elektroda tersebut dikenal sebagai separuh sel (Kopkar,2008).
2.1.4 Titrasi potensiometri
Titrasi potensiometri adalah suatu teknik analisis pengukuran konsentrasi
sebagai fungsi dari potensial dalam suatu sel elektrokimia. Metode ini sangat
berguna untuk menentukan titik ekuivalen suatu titrasi secara instrumen sebagai
pengganti indikator visual. Ketelitian titrasi potensiometri lebih tinggi
dibandingkan dengan titrasi visual yang menggunakan indikator. Titrasi
potensiometri dapat diaplikasikan pada titrasi-titrasi redoks, kompleksometri,
asam basa, dan pengendapan. Alat-alat yang diperlukan dalam titrasi
potensiometri adalah elektrode pembanding, elektrode indikator dan alat pengukur
potensial. Pengukuran potensial dapat dilakukan secara langsung dengan alat
potensiometer atau tidak langsung melalui pengukuran pH dengan alat pH meter.
Pada penggunaan alat ukur potensiometer, pembacaan potensial dilakukan pada
setiap periode penambahan titran. Penambahan titran dihentikan bila nilai
potensial terukur relatif tidak berubah pada penambahan volume titran, setelah
terjadi lompatan potensial yang tajam. Titik setara atau titik ekuivalen dapat
ditentukan dengan membuat kurva hubungan antara potensial (volt) terhadap mL
titran. Volume di mana terjadi lompatan tajam dari potensial dinyatakan sebagai
volume titik setara (Kopkar, 2008).

6
2.1.5 Titik Ekivalen
Titik ekivalen adalah titik yamg menyatakan banyaknya titran secara kimia
setara dengan banyaknya analit. Analit adalah spesies (atom, unsur, ion, gugus,
molekul) yang dianalisis atau ditentukan konsentrasinya atau strukturnya. Titik
ekivalen dari titrasi asam basa dapat ditentukan dari reaksi yang terjadi dari
jumlah asam atau basa penitrasi sehingga dapat dihitung jumlah asam atau basa
yang dititrasi (Gandjar dan Rohman, 2007).
2.1.5 Titik Akhir Titrasi
Titik akhir titrasi adalah titik dimana indikator berubah warna, dengan
memilih indikator secara seksama, titik akhir itu akan tepat berimpit dengan titikk
esetaraan (Haryadi,1990). Pada titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa
sebagai titer atau titran. Titran dimasukkan kedalam buret dan selama titrasi
berlangsung, titran ditambahkan sedikit demi sedikit melalui keran kedalam
erlenmeyer yang telah mengandung larutan pereaksi lain atau sampel sampai
seluruh reaksi selesai yang ditandai dengan perubahan warna indikator. Perubahan
warna ini menandai telah tercapainya titik akhir titrasi (GandjardanRohman,
2007).
2.1.6 Manfaat Potensiometri
Manfaat potensiometri secara umum yaitu untuk menetapkan tetapan
kesetimbangan. Potensial-potensial yang stabil sering diperoleh dengan cukup
cepat dan tegangan yang mudah dicatat sebagai fungsi waktu, sehingga
potensiometri kadang juga bermanfaat untuk pemantauan yang kontinyu dan tidak
diawasi. Sedangkan manfaat dari metode potensiometri dalam analisis farmasi
yaitu potensiometri digunakan untuk penentuan titik akhir titrasi pada titrasi asam
basa, titrasi redoks, titrasi pengendapan dan titrasi pembentukan kompleks
(Khopkar, 2003).
2.1.7 Natrium Hidroksida
Natrium hidroksida mengandung tidak kurangdari 95,0% dan tidak lebih
dari 100,5% alkali jumlah dihitung sebagai NaOH, mengandung Na CO, tidak
lebih dari 3,0%. Natrium hidroksida berbentuk pelet, serpihan atau batang atau
bentuk lain, berwarna putih atau praktis putih, massa melebur, keras, rapuh dan

7
menunjukkan pecahan hablur. Bila dibiarkan di udara akan cepat menyerap
karbon dioksida dan lembab. Mudah larut dalam air dan dalam etanol netral serta
disimpan dalam wadah tertutup rapat (Depkes RI, 1995).
2.1.8 Asam Klorida
Asam klorida mengandung tidak kurang dari 35 % dan tidak lebih dari
38% HCl Pemerian cairan antara lain tidak berwama, berasup. Mudah menguap,
bau merangsang. Jika diencerkan dengan dua bagian air asap akan hilang (Depkes
RI, 1979).
2.2 Uraian Bahan
2.2.1 Alkohol (Dirjen POM, 1979)
NamaResmi : AETHANOLUM
Nama Lain : Etanol, Etil, Alkohol
Berat molekul : 46,07 g/mol
Rumus molekul : C2H6O
Rumus Struktur :

Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan


mudah bergerak, bau khas, rasa panas, mudah
terbakar dengan memberikan nyala biru yang
tidak berasap
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P
dan dalam eter P
Khasiat : Sebagai desinfektan dan sebagai zat tambahan
Kegunaan : Sebagai pelarut dan juga sebagai larutan
mensterilisasikan alat-alat dan antiseptikum.

8
2.2.2 Aqua Destillata (Dirjen POM RI, 1979 ; 2022)
Nama resmi : AQUA DESTILATA
Nama lain : Air Suling
Berat molekul : 18,02 g/mol
Rumus molekul : H2O
Rumus struktur :

H O H

Pemerin : Cairan jernih, tidak memiliki warna


Penyimpanan :   Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan : Sebagai pelarut.
2.2.3 NaCl (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : NATRII CHLORIDUM
Nama lain : Natrium kloridA
Rumus molekul : NaCl
Berat molekul : 58, 44g/mol
Rumus struktur :

Kelarutan : Sukar larut dalam etanol (95%)


Pemerian : Tidak berbau dan rasa asin
Kegunaan : Sebagai sampel
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
2.2.4 Natrium Hidroksida (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : Natrium Hidroxidum
Nama lain : Natrium hidroksida
Berat molekul : 39,997g/mol
Rumus molekul : NaOH

9
Rumus struktur :

Pemerin : Cairan jernih, tidak memiliki warna


Penyimpanan :   Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan : Sebagai sampel
2.2.5 Asam Klorida (Dirjen POM, 1979; Pubchem, 2019)
Nama resmi : ACIDUM HYDROCHLORIDUM
Rumus molekul : HCI
Berat molekul : 36,46 g/mol
Rumus struktur :

H CI

Pemerian : Cairan tidak berwarna, berasa asam, bau jika


diencerkan dengan 2 bagian volume air
Kelarutan : Larut dalam air dan etanol 95% P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai pereaksi
2.2.6 Asam Sitrat (Ditjen POM, 1995)
Namaresmi : ACIDUM CITRICUM
Nama lain : Asam Sitrat
Rumus molekul : C6H8O7
Berat molekul : 192,12
Rumus struktur :

10
Pemerian : Hablur bening, tidak berwarna atau serbuk hablur
granul sampai halus, putih tidak berbau atau praktis
tidak berbau, rasa sangat asam, bentuk hidrat
mekar dalam udara kering.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, mudah larut dalam
etanol, agak sukar larut dalam eter.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai sampel uji
2.2.7 Vitamin C (Ditjen POM, 1995)
Nama resmi : ACIDUM ASCORBICUM
Nama lain : Asam Askorbat
Rumus Molekul : C6H8O6
Berat Molekul : 176,13g/mol
Rumus struktur :

Pemerian : Hablur atau serbuk putih agak kuning. Oleh


pengaruh cahaya lambatlaun menjadi berwarna
gelap. Dalam keadaan kering stabil di udara, dalam
larutan cepat teroksidasi.
Kelarutan : Mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam
etanol, tidak larut dalam kloroform, dalam eter dan
dalam benzene.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai sampel uji
2.2.8 Magnesium Hidroksida(Ditjen POM, 1995)
Nama resmi : MAGNESII HIDROXIDUM
Nama lain : Magnesium Hidroksida
Rumus molekul : Mg (OH)2

11
Berat molekul : 58,32 g/mol
Rumusstruktur :
MG
HO OH

Pemerian : Serbuk, putih, ruah


Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol, larut
dalam asam encer
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai sampel uji

12
BAB III
METODOLOGI PELAKSANAAN
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum potensiometri dilaksanakan pada tanggal selasa 13 maret 2022
pukul 14.00-17.00 WITA. Pelaksanaan praktikum bertempat di Laboratorium
kimia analisis Jurusan Farmasi Fakultas Olahraga dan Kesehatan Universitas
Negeri Gorontalo.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum potensiometri yaitu buret, corong,
gelas kimia, lap halus, dan lap kasar
3.2.1 Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum potensiometri yaitu alcohol 70%,
aluminium foil, aquadest, NaOH, HCl, floridina, isoplush, fanta, S-tee, dan
tisu
3.3 Prosedur Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Dibersihkan alat menggunakan alcohol 70%
3. Dihitung NaOH kedalam buret sebanyak 50 ml
4. Dimasukkan sampel floridina kedalam gelas kimia
5. Dikalibrasi pH meter pada aquadest
6. Dihitung pH awal sampel floridina
7. Dititrasi floridina dengan NaOH sebanyak 2 ml
8. Dikalibrasi kembali pH meter
9. Dihitung pH dari sampel floridina setelah penambahan NaOH
10. Dicatat perubahan pH dari sampel floridina
11. Dilakukan kembali seperti nomor 7 hingga menjadi pH netral
12. Dilakukan hal yang sama pada sampel lainnya ( untuk sampel iso plush, dan
fanta menggunakn titran HCl).

13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
4.1.1 Hasil

Sampel Sebelum Sesudah

Floridin
a

Isoplus

Fanta

S.teh

14
4.1.2 Tabel Hasil Pengamatan
a. Floridina
mL pH
0 3,3
2 5,7
4 10,3
b. fanta
mL pH
0 3,5
2 4,7
4 7,2
c. Isoplus
mL pH
0 3,3
2 4,2
4 6,1
6 10,5

d. S.Tehh
mL pH
0 8,1
2 4,9

4.1.3 Perhitungan
a. Floridina

15
v .titran × N . titran× BE
% kadar = × 100%
berat sampel ×1000
4 × 0,1× 192,124
= × 100%
50 mL × 1000
76,8496
= × 100%
50.000
= 0,00152

b. Isoplus
v .titran × N . titran× BE
% kadar = × 100%
berat sampel ×1000
6 ×0,1 ×58,44
= × 100%
50 mL ×1000
35,064
= × 100%
50.000
= 0,00070
c. Fanta
v .titran × N . titran× BE
% kadar = × 100%
berat sampel ×1000
4 × 0,1× 192,124
= × 100%
50 mL × 1000
76,8496
= × 100%
50.000
= 0,00152
d. S.teh
v .titran × N . titran× BE
% kadar = × 100%
berat sampel ×1000
2× 0,1× 180,156
= × 100%
50 mL ×1000
36,0312
= × 100%
50.000
= 0,00072
4.1.4 Kurva
a. Floridina

16
b. Isoplus

c. Fanta

d. S.teh

17
4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini akan dilakukan percobaan potensiometri.
Potensiometri adalah suatu metode pengukuran ion dalam suatu larutan secara
kuantitatif yang berdasarkan prinsip elektrokimia. Metode potensiometri
digunakan untuk mengukur potensial sel, pH, dan menentukan konsentrasi ion
logam dan non logam dalam suatu larutan elektrolit (Sumar, 1994).
Hal pertama yang dilakukan dalam percobaan kali ini yaitu menyiapkan
alat dan bahan. Adapun bahan yang digunakan seperti aluminium foil, alkohol
70%, Floridina, fanta, isoplus s.tehh, NaOH, HCl, aquadest, tisu, dan alat seperti
buret, corong, gelas kimia, lap kasar, lap halus dan pH meter.
Langkah kedua yang dilakukan yaitu membersihkan alat dengan
menggunakan alkohol 70%, Menurut Hapsari (2015), kadar 70% alkohol
dianjurkan untuk di gunakan sebagai cairan pembersih yang ampuh untuk
membunuh kuman maupun bakteri. Saat alkohol dengan konsentrasi 70%
mengenai kuman, maka secara lambat alkohol akan menembus sepenuhnya ke
dalam sel dan membuat kuman atau bakteri mati untuk mencegah terjadinya
infeksi atau pencemaran oleh mikroorganisme atau untuk membasmi kuman
penyakit. Kemudian dimasukkan NaOH ke dalam buret sebanyak 50 ml, alasan
penggunaan NaOH yaitu karena Menurut Day (1994), NaOH adalah basa kuat
yang dapat digunakan sebagai standar sekunder untuk titrasi asam basa. NaOH

18
termasuk standar sekunder karena sukar diperoleh dalam keadaan murni, mudah
berubah dalam keadaan padatnya karena higroskopis.
Langkah selanjutnya yaitu dilakukan kalibrasi pada pH meter dengan cara
merendam pH meter ke aquadest hingga pH meter menunjukkan pH yang netral.
Kemudian dimasukkan larutan floridina sebanyak 50 ml kedalam gelas kimia dan
diukur pH larutan floridina dengan menggunakan pH meter yang telah dikalibrasi.
Langkah selanjutnya di titrasi larutan floridina dengan menggunakan
larutan NaOH sebanyak 2 kali sampai pH larutan tersebut netral. Kemudian
dikalibrasi kembali pH meter dan dicelupkan ke dalam larutan yang telah dititrasi
dengan menggunakan NaOH dan catat setiap penambahan volume titran dan
perubahan pH larutan sampel. Dilakukan hal yang sama pada larutan sampel
lainnya
Hasil yang didapatkan yaitu pada larutan floridina, hanya perlu dititrasi
dengan menggunakan NaOH dapat merubah nilai pH dari larutan floridina yaitu
dengan % kadar sebesar 0,00153%, untuk sampel larutan isoplus hasil yang
didapatkan yaitu dengan penambahan 6 mL larutan NaoH dapat menaikkan pH
pada larutan isoplus dengan % kadar yaitu 0,00070% . kemudian pada sampel
fanta ditambahkan Hcl, hasil yang didapatkan yaitu terjadi perubahan pH pada
larutan fanta dengan % kadar sebsesar 0,00153% hasil selanjutnya pada sampel
larutan S.teh dengan penambahan Hcl dapat merubah pH dari larutan tersebut
dengan %kadar yang diperoleh yaitu 0,00072.
Adapun kemungkinan kesalahan yaitu salah dalam mentitrasi sampel dan
kelebihan larutan titran yang dititrasi ke sampel sehingga menyebabkan hasil yang
didapatkan tidak sesuai yang diperkirakan.

19
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan, kami dapat menarik kesimpulan
bahwa:
1. Potensiometri merupakan cara analisis berdasarkan pengukuran beda
potensial sel dari suatu sel elektrokimia. Manfaat dari penggunaan metode
potensiometri dapat menentukan titik akhir titrasi pada asam-basa, titrasi
Redners, titrasi pengendapan, dan titrasi pembentukan kompleks dengan
cara yang sederhana.
2. Penentuan komponen/senyawa yang terkandung dalam bahan dapat
dilakukan deangan proses titrasi, dimana suatu volume larutan standar
ditambahkan ke dalam larutan. Penelitian ini bertujuan untuk standarisasi
larutan dan menetapkan kadar dari vitamin C dan obat dari beberapa sampel
yang terdiri atas Floridina, IsoPlus, Fanta, dan S.Tee.
3. Penentuan persen (%) kadar dari suatu obat dapat ditentukan dengan
menggunakan rumus normalitas dari larutan asam maupun basa yang sudah
diketahui konsentrasinya serta menggunakan rumus dari % kadar tersebut.
5.2 Saran
5.2.1 Saran Kepada Jurusan

20
Di harapakan kepada jurusan agar lebih memperhatikan infrastruktur yang
ada di jurusan tepatnya di laboratorium agar proses praktikum berjalan
dengan lancar.
5.2.2 Saran Kepada Laboratorium
Di harapakan Agar kiranya dapat meningkatkan kualitas alat-alat yang ada
di dalam lab agar bisa digunakan dengan baik oleh praktikan.
5.2.3 Saran Kepada Asisten
Di harapakan Agar kiranya dapat memberikan informasi materi-materi
kepada praktikan dengan baik agar bisa di terima dengan baik oleh
praktikan.

5.2.4 Saran Kepada Praktikan


Diharapkan kepada praktikan selalu membaca materi sebelum memasuki
laboratorium agar pada saat sudah di laboratorium sudah mengetahui apa
yang akan dilakukan nanti.

21

Anda mungkin juga menyukai