Anda di halaman 1dari 4

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Pengamatan

4.1.1 Serbuk Lengkuas

4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini, dilakukan percobaan mengenai maserasi dan evaporasi
dimana menurut Mukhriani (2014), ekstraksi adalah proses pemisahan suatu bahan dari
campurannya menggunakan pelarut yang sesuai dengan bahan sedangkan menurut
pendapat supomo (2019), eksraksi merupakan proses penarikan kandungan kimia yang
terdapat didalam suatu bahan yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak
dapat larut dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Prinsip ekstraksi adalah
melarutkan komponen yang berada dalam campuran secara selektif denga pelarut yang
sesuai.
Pada ekstraksi kali ini, digunakan metode maserasi dan evaporasi dimana menurut
Suhatro (2016), maserasi merupakan metode ekstraksi dengan proses perendaman
bahan dengan pelarut yang sesuai dengan senyawa aktif yang akan diambil dengan
pemanasan rendah atau tanpa adanya proses pemanasan sedangkan evaporasi adalah
proses penguapan sebagian dari pelarut sehingga didapatkan zat cair pekat yang
konsentrasinya lebih tinggi. ). Menurut Praptiningsih (1999), evaporasi bertujuan untuk
memekatkan larutan yang terdiri dari zat terlarut yang tak mudah menguap dan pelarut
yang mudah menguap Dilakukan metode eksraksi karena menurut Pratiwi (2010),
metode maserasi memiliki kelebihan yaitu terjaminnya zat aktif yang diekstrak tidak
akan rusak. Selain itu, Pemilihan metode ekstraksi karena mempunyai banyak
keuntungan dibandingkan dengan metode ekstraksi lainnya . Keuntungan utama metode
ekstraksi maserasi yaitu prosedur dan peralatan yang digunakan sederhana dan tidak
dipanaskan sehingga bahan alam tidak menjadi terurai. Ekstraksi dingin memungkinkan
banyak senyawa terekstraksi, meskipun beberapa senyawa memiliki kelarutan terbatas
dalam pelarut pada suhu kamar (saifudin,2011).

Adapun alat yang digunakan yaitu Batang pengaduk, gelas ukur, lap kasar, lap
halus, penangas, pot salep, spatula, sudip, toples serta wadah stainless ; serta bahan yang
digunakan yaitu aquadest, alumunium foil, akkohol 70%, kertas perkamen metanol, dan
simplisia serbuk daun paku.
Langkah pertama yang dilakukan sebelum masuk ke tahap kerja adalah
menyiapkan alat dan bahan terlebih dahulu, kemudian membersihkan alat dengan
alkohol 70%, dimana menurut Anief (2005), alkohol 70%
memilikikhasiatsebagaianiseptiksertadesinfektan yang
berfungsisebagaiantibakteripadaalat yang akandigunakan. Desinfektan adalah zat kimia
yang menghancurkan atau mengurangi pertumbuhan mikroorganisme patogen/parasit
pada permukaan benda mati sedangkan antiseptik berupa zat atau substansi yang
menghentikan atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme patogen/parasit pada
permukaan banda hidup/mahkluk hidup.
Ditimbang sampel serbuk daun lengkuas sebanyak 22 gram, dimana menurut
Atmojo (2011), penimbangan penting dilakukan karena untuk menghindari kesalahan
saat pengukuran bobot/massa suatu bahan yang akan ditimbang.
Dimasukan serbuk lengkuas yang telah ditimbang kedalam toples kaca. Menurut
Istiqomah (2013), suhu dalam wadah toples kaca tidak bercampur suhu ruang sehingga
kecil kemungkinan senyawa metablit pada sampel menjadi rusak atau terurai.
Ditambahkan metanol sebanyak 200 ml. Digunakan metanol sebagai pelarut
karena menurut Senja (2014), penggunaan metanol pada proses maserasi bertujuan
untun melarutkan senyawa-senyawa polar dan nonpolar sehingga sangat baik untuk
mengekstraksi kandungan metabolit sekunder dalam tumbuhan.
Ditutup wadah toples kaca menggunakan alumunium foil karena menurut Ani
(2008), ditutupnya toples kaca menggunakan alumunium foil bertujuan untuk
menghindari paparan oksigen, mikroorganisme dan kelembaban dari luar.
Wadah yang berisi campuran serbuk daun bandotan dan metanol kemudian
dikocok selama 30 menit hingga berubah warna. Menurut Hidayat (1968), pengocokan
bertujuan untuk mempermudah pelarut merusak dinding sel agar senyawa metabolit
sekunder yang ada didalam sel tertarik keluar sehingga mengakibatkan perubahan warna
dan memungkinkan banyak senyawa yang akan tercampur dengan konstan.
Dilakukan pengocokan selama 3 X 24 jam dimana menurut Dinda (2008),
pengocokan berulang dilakukan untuk meratakan konsentrasi larutan diluar butir serbuk
simplisia, sehingga dengan pengadukan tersebut tetap terjaga adanya derajat perbedaan
konsentrasi yang sekecil-kecilnya antara larutan didalam dengan diluar sel.
Adapun kemungkinan klesalahan dalam praktikum kali ini adalah kurang tekitinya
praktikan dalam menimbang atau menuangkan sampel kedalam wadah, sehinga
beberapa sampel terbuang dan mgurangi bobot dari sampel yang akan digunakan.
Pengocokan yang dilakukan tidak konstan dan juga waktu untuk pengocokan ditiap
harinya berbeda-beda sehingga memungkinkan senyawa tidak tertarik dengan
sempurna.

Anda mungkin juga menyukai