Anda di halaman 1dari 17

Deodorant dan Antiperspirant

Nisrina Hasna M 260110160013


Annis Chumaedah 260110160014
Anisa Marieta 260110160015
Erlin Elisabeth 260110160016
Nadya Galuh K 260110160017
Outline

Pengertian

Jenis-Jenis Sediaan Deodorant dan Antupersipant

Formula Deodoran dan Antipersipant

Evaluasi Deodoran dan Antipersipant


Pengertian

Deodoran adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk menyerap keringat,


menutupi bau badan dan mengurangi bau badan. Deodoran dapat juga
diaplikasikan pada ketiak, kaki, tangan dan seluruh tubuh biasanya dalam bentuk
spray. (Egbuobi, et al., 2013).
Jenis-Jenis Sediaan Deodorant dan
Antipersipant (1/5)

Jenis deodoran berdasarkan mekanisme dalam mengurangi bau badan ada


dua, deodoran dan antiprespirant. Perbedaannya yaitu, antiperspirant
diklasifikasikan sebagai kosmetik medisinal/obat karena mempengaruhi fisiologi
tubuh yaitu fungsi kelenjar keringat ekrin dan apokrin dengan mengurangi laju
pengeluaran keringat sedangkan deodoran membiarkan pengeluaran keringat,
tetapi mengurangi bau badan dengan mencegah penguraian keringat oleh
bakteri (efek antibakteri) dan menutupi bau dengan parfum. Penggunaan
deodoran bukan hanya pada ketiak saja, tetapi bisa juga pada seluruh bagian
tubuh. Deodoran tidak mengontrol termoregulasi, sehingga deodoran digolongkan
sebagai sediaan kosmetik (Egbuobi, et al., 2013).
Jenis-Jenis Sediaan Deodorant dan
Antipersipant (2/5)

Sediaan deodoran bukanlah sediaan antiperspirant tetapi


sediaan antiperspirant secara otomatis adalah sediaan deodoran.
Hal ini karena sediaan antiperspirant dapat mengurangi populasi
bakteri ketika pengeluaran keringat dihambat sehingga bau badan
berkurang, sedangkan deodoran hanya dapat mencegah atau
mengurangi bau badan tetapi tidak dapat menghambat keluarnya
keringat. (Butler, 2000; Rahayu, et al., 2009).
Jenis-Jenis Sediaan Deodorant dan
Antipersipant (3/5)

Jenis Deodorant Berdasarkan Fungsi


1. Deodorant
Hanya digunakan untuk menghilangkan bau, atau untuk anti bakteri saja.
2. Deodorant + Antiperspirant
Dapat menghilangkan baru, sekaligus mengurangi kelembaban dan menghambat
timbulnya keringat.
(Klepak, et al, 2000).
Jenis-Jenis Sediaan Deodorant dan
Antipersipant (4/5)

Jenis Deodorant berdasarkan bentuk


1. Deodorant berbentuk stick, roll-on, dan gel.
Deodoran stick mengandung natrium stearat sebagai thickening/ gelling agent,
terkandung juga zat antimikroba, humektan, dan parfum. Ada pula yang ditambahkan
emollient untuk memberikan rasa halus dan meningkatkan kelinciran. Ada dua kategori stick,
yaitu stick berbasis etanol dan stick berbasis propilen glikol. Deodorant stick berbasis propilen
glikol cenderung lebih tahan terhadap penyusutan dan kelarutan beberapa zat aktif.
(Klepak, et al, 2000).
Jenis-Jenis Sediaan Deodorant dan
Antipersipant (5/5)

2. Deodoran Aerosol
Produk deodoran yang disemprotkan. Mengandung larutan antimikroba dalam pembawa
etanol dan/ propilen glikol dengan propelan khusus untuk deodoran aerosol. Sensasi yang
diberikan adalah sensasi kering pada kulit karena formulasi secara anhidrat.
3. Deodorant Pump Spray terdapat 3 ;
a. Hydroalcoholic Pump Spray
b. PIT-Emulsion Pump Spray
c. Microemulsion Pump Spray
(Klepak, et al, 2000).
Formula Deodorant Berupa Krim (1/3)

R/ Zat Aktif
Basis
Emulgator
Pengawet
Pembasah
Omolien
Humektan
Formula Deodorant Berupa Larutan (2/3)

R/ Zat aktif
Pelarut / pembawa
Pengental
Anti cap-locking agent
Pengawet
Pembasah jika perlu
Solubilizer jika perlu
Antioksidan jika perlu
Pengatur pH (dapar) jika perlu
Flavouring agent (pewangi / perasa)
Formula Deodorant Berupa Gel (2/3)

R/ Zat Aktif
Basis
Gelling agent
Chelating agent
Pengawet
Humektan
Pelarut
Pengemulsi atau pensuspensi
(untuk aerosol)
Evaluasi Sediaan Deodorant dan
Antiperspirant (1/5)

1. Organoleptis
Kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui rasa dan bau (kadang-kadang termasuk
penampakan) dari suatu produk makanan, minuman, obat dan produk lain. Hasil uji
organoleptis deodorant yang baik adalah jika sampel sediaan mempunyai bentuk, warna
dan bau yang baik (Endarti dkk, 2004).
Deodorant roll-on dilakukan terhadap homogenitas, antara 3,6 ( agak homogen)- 4,07 (
sangat homogen)
Kelembutan, antara 3,9 (agak lembut)-4 (sangat lembut).
Kesan lengket dikulit dan penerimaan panels terhadap produk 3,07 (agak lengket)- 3,53
(tidak lengket).
Nilai rata-rata penerimaan panelis terhadap produk berkisar 3,33 (biasa netral)-3,5 (suka)
(Endarti dkk, 2004).
Evaluasi Sediaan Deodorant dan
Antiperspirant (2/5)

2. Homogenitas
Uji yang dilakukan pada suatu sediaan dengan membandingkan keseragaman zat yang
tersebar merata ke seluruh sediaan. Biasanya digunakan preparat dan diamati dengan
mikroskop untuk melihat tingkat kehomogenan sediaan tersebut. Semakin homogen maka
sediaan tersebut semakin baik (Endarti dkk, 2004).
3. . Uji stabilitas
Dilakukan terhadap pH, pH deodorant yang dianjurkan oleh literatur yaitu berkisar
diangka 7 8
Viskoasitas dengan pengamatan setiap tujuh hari sekali selama 35 hari (Endarti dkk, 2004).
Evaluasi Sediaan Deodorant dan
Antiperspirant (3/5)

4. Uji iritasi
Iritasi kulit
Ketebalan pada kulit
5. Uji pengawetan
Bahan pengawet yang digunakan
Ketahanan dari pengawet.
Reaksi pengawet apabila dicampur dengan bahan lain
(Hamdiyati dkk, 2008)
Evaluasi Sediaan Deodorant dan
Antiperspirant (4/5)

6. Uji kosmomikrobiologi.
Kosmetika peka terhadap mikroba.
Rusak, berubah warna dan encer.
Kontaminasi selama proses pembuatan.
Kontaminasi selama proses penyimpanan
Kontaminasi saat pemakaian
Nilai batas cemaran
(Hamdiyati dkk, 2008)
Evaluasi Sediaan Deodorant dan
Antiperspirant (5/5)

7. Evaluasi efektifitas.
Penilaian intensitas bau (penggunaan osmometer), lalu hasil evaluasi secara statistic di
bandingkan dengan pembanding.
Penentuan angka mikroba sebelum dan sesudah penggunaan deodorant, hasil tes kultur
pada media agar.
(Jungerman,1974).
Terdapat 2 metode yaitu :
1. Metode Noda (Semi kuantitatif terbaik)
2. Metode Pencatatan Kontinyu dan Gravitasi.

(Jungerman,1974).
Daftar Pustaka

Butler, H. 2000. Poucher's Perfumes, Cosmetics and Soaps, 10th. London: Kluwer Academic Publishers.
Egbuobi, R. C., Ojiegbe, G. C., Dike-ndudim, J. N., dan Enwun, P. C. 2013. Antibacterial Activities of different
brands of deodorants marketed in owerrri, imo state, Nigeria. African Journal of clinical and
experimental microbiologi. 14 (1): 14-16.
Endarti, Elin Yulinah Sukandar, .Iwang Soediro, 2004, Kajian Aktivitas Asam Usnat Terhadap Bakteri Penyebab
Bau Badan, Jurnal Bahan Alam Indonesia, ISSN 1412-2855 Vol. 3, No. 1, Januari 2004, Depatemen
Farmasi FMIPA ITB
Hamdiyati Yanti, Kusnadi, Irman Rahadian, 2008, Aktivitas Antibakteri Ekstrak Saun Patikan Kebo (Euphorbia
hirta) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus epidermidis, Jurusan Biologi FPMIPA UPI :
Bandung.
Jungerman, Eric, 1974, Antiperspirant: Ne w Trends in Formulation and Testing Technology, Jurnal , Journal
Soc. Cosmet. Chem., 25, 621-638 (November 1974) : New York.
Klepak, Philip dan Jack Walkey. 2000. Antiperspitant and Deodorant. Britain: Kluwer Academic Publisher.
Rahayu, S., Sherley, dan Indrawati S.2009.Deodoran-antiperspirant. Naturakos IV(12). BPOM RI.

Anda mungkin juga menyukai