Anda di halaman 1dari 11

ANALSIS WAKTU TUNGGU PELAYANAN RESEP RAWAT

JALAN DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM


UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA JAKARTA TAHUN 2016
Miftahudin
Fakultas Kedokteran Universitas Gunadarma,
Jl. Margonda Raya No. 100, Depok 16424, Jawa Barat
¹mifahudin@staff.gunadarma.ac,id² dr.miftahudin@gmail.com

Abstrak
Manajemen farmasi sebagai subsistem rumah sakit sangat penting karena merupakan pelayanan
penunjang sekaligus sumber pendapatan utama. Instalasi Farmasi RSU UKI Jakarta
menyelenggarakan pelayanan resep rawat jalan, mengalami peningkatan jumlah kunjungan
sehingga terjadi penumpukan resep bahkan terjadi obat tidak diambil hingga keesokan harinya.
Namun belum diketahui faktor penyebab lamanya waktu pelayanan. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui waktu tunggu pelayanan resep rawat jalan, melihat hubungan antara jenis
resep, jumlah item, jumlah resep dalam shift, dan ketersediaan obat dan faktor yang paling
dominan berhubungan dengan waktu pelayanan. dengan sampel penelitian 125 resep dan
menggunakan disain kuantitatif, observasional, pendekatan studi waktu gerak. Hasil didapatkan
waktu rata-rata pengambilan obat jadi 35 menit dan racikan 59 menit. waktu pengambilan obat
shift pagi, jumlah resep yang banyak dalam shift waktu pelayanan pegambilan obat di Instalasi
farmasi lebih lama (50,6%) sedangkan jumlah resep yang sedikit dalam shift waktu pelayanan
pengambilan obat lebih cepat (70,5%). Ananlisis bivariat menunjukan hanya variabel jumlah
resep dalam shift yang terbukti berhubungan dengan waktu pelayanan, analisis multivariate
didapat variable yang paling dominan berhubungan dengan waktu tunggu pelayanan
pengambilan obat adalah jumlah resep dalam shift.

Kata kunci: pelayanan farmasi; resep; waktu tunggu

Abstract
Pharmacy as a hospital subsystem is very important because it is a support service also the main
source of income. Pharmacy Installation at UKI Hospital Jakarta organizes outpatient
prescription services, experiencing an increase of visitor so that there was a buildup of
prescription and even the drug was not taken until the next day. But it’s not yet known why the
length of service time. The aim of the study is determine waiting time for outpatient prescription,
the relationship between types of prescription, number of items, number of prescriptions in shifts,
and availability of drugs, dominant factors related to service time. with 125 samples and using
quantitative design, observational, time motion study approach. The results were the average
time taken to take the drug 35 minutes and concoction 59 minutes. the time for taking the morning
shift drug, the number of prescriptions that are many in the time shift for taking drugs at the
pharmacy installation is longer (50.6%) while the number of prescriptions that are few in the shift
is faster (70.5%). Bivariate analysis showed number of prescriptions in shifts that were proven to
be related to time of service, multivariate analysis was found to be the most dominant related to
the waiting time services is the number of prescriptions in the shift.

Keywords: pharmacy service; prescription; waiting time

PENDAHULUAN dengan kemampuan untuk meningkatkan


Sistem manajemen rumah sakit mutu pelayanan kesehatan yang efektif,
dalam era globalisasi ini dituntut untuk efisien, profesional dan modern. Pe-
menjadi rumah sakit yang kompetitif ningkatan mutu perlu memberikan pe-

16 Informatika Kedokteran:Jurnal Ilmiah Volume 2 No.1 Juni 2019


layanan yang cepat, tepat dan rasa aman ambil obat sesuai dengan dosis yang
sesuai dengan ketentuan masyarakat yang diperbolehkan, serta etiket dan kemas
semakin meningkat dan kritis. Peningkatan membutuhkan ketelitian, khususnya pada
mutu pelayanan rumah sakit tidak terlepas obat racikan agar tepat dosisnya pada
dari pengelolaan farmasi. (Depkes RI, setiap kemasan dan terakhir; Tahap
2014) penyerahan obat kepada pasien atau
Sebagai Subsistem rumah sakit maka keluarga. (Kepmenkes RI No. 1197
manajemen farmasi sangat penting karena Menkes/S/X/2004 tentang standar pe-
farmasi merupakan pelayanan penunjang layanan kefarmasian, 2004).
dan sekaligus merupakan Sumber pen- Tahap-tahap dalam pelayanan far-
dapatan (revenue center) utama masi sangat terkait dengan resep dokter.
(Rakhmisari D, 2006). Hal tersebut Resep dokter berisi obat-obat yang harus
mengingat bahwa lebih dari 90% pe- di terima pasien sesuai formularium yang
layanan kesehatan di rumah sakit meng- tersedia di instalasi farmasi baik obat jadi
gunakan perbekalan farmasi (obat- maupun racikan, dengan jumlah item obat
obatan, bahan kimia, bahan radiologi, tergantung masalah yang dihadapi pasien.
bahan alat kesehatan habis, alat kedokter- Resep dokter diperoleh baik yang di-
an, dan gas medik), dan 50% dari seluruh peroleh dari pelayanan pasien rawat inap
pemasukan Rumah Sakit berasal dari maupun rawat jalan. Pelayanan resep
pengelolaan perbekalan farmasi. Menurut rawat inap pasien dapat langsung mem-
Trisnantoro L, (2006). Besarnya omzet peroleh obat dapat menunggu di tempat
obat dapat mencapai 50-60 % dari ruang perawatan, berbeda dengan pelayan-
anggaran pendapatan rumah sakit. Untuk an resep rawat jalan, pasien tidak dapat
itu, jika masalah perbekalan farmasi tidak menunggu lama untuk memperoleh obat
dikelola secara cermat dan penuh tang- tersebut dan dibawa pulang.
gung jawab maka dapat diprediksi bahwa Pelayanan resep di istalasi farmasi
pendapatan rumah sakit akan mengalami rumah sakit umum UKI Jakarta terbagi
penurunan. menjadi tiga titik, titik A adalah untuk
Manajer farmasi sebagai pemimpin pelayanan resep rawat inap, titik B adalah
instalasi farmasi dalam mengelola instalasi pelayanan resep rawat jalan dan titik C
farmasi tersebut dituntut mempunyai adalah untuk pelayanan resep Instalasi
kompetensi dan professional sehingga Gawat Darurat. Pelayanan Farmasi rawat
proses layanan farmasi berjalan efektif, jalan memiliki mobilitas paling tinggi
efisien. disebabakan karena adanya sebagian besar
Sub proses farmasi melaksanakan pelayanan poli spesialis, dan adanya
pelayanan resep pasien sangat panjang dan peningkatan jumlah kunjungan pasien
sangat kompleks, yang dari terdiri dari sekitar 25% seiring dengan adanya kerja
beberapa tahap yaitu: Tahap Penghargaan; sama rumah sakit dengan Badan Pe-
Tahap pambayaran (bagi pasien umum) nyelenggara Jaminan Sosial selanjutnya
dan penomoran; Tahap resep masuk dan disebut (BPJS) melalui program Jaminan
Tahap pengecekan; Tahap pengambilan Kesehatan Nasional selanjutnya disebut
obat paten, Tahap pambuatan obat racikan (JKN). Peningkatan jumlah pasien ber-
dan tahap etiket dan kemas membutuhkan pengaruh terhadap peningkataan kebutuh-
waktu agak lama jika dibandingkan an perbekalan farmasi terutama obat, yang
dengan tahap lainnya Karena dibutuhkan ada dalam formularium, dan berpengaruh
waktu untuk mencari dan mengambil obat terhadap waktu yang diperlukan untuk
paten sedangkan obat racikan diperlukan pelayanan resep mulai dari penerimaan
waktu menghitung, menimbang dan meng- resep, proses dispensing hingga penyerah-

Miftahudin, Analisis Waktu Tunggu…


17
an obat ke pasien ataupun keluarga pasien. vational) dengan pendekatan time motion
(Laporan tahunan rumah sakit umum UKI, study, dikumpulkan pada waktu bersama-
2015). an. Data variable merupakan data primer
Berdasarkan pengamatan di instalasi yang dikumpulkan dengan lembar check
farmasi RSU UKI Jakarta khususnya list. faktor-faktor jenis resep, jumlah item,
pelayanan resep rawat jalan selama jumlah resep dalam Shift dan ketersediaan
residensi di dapatkan penumpukan resep, obat. Sehingga mempengaruhi waktu
bahkan ada resep-resep ditunda peng- tunggu pelayanan resep rawat jalan.
ambilannya hingga keesokan hari karena Data yang dikumpulkan diolah se-
lamanya proses pelayanan resep. Oleh cara komputer dengan mengguanakan
karena itu penulis tertarik untuk meneliti program SPSS. Teknik analisis statistik
waktu tunggu pelayanan resep dengan yang digunakan adalah analisis Deskriptif
melihat lebih dalam dari setiap kegiatan Data (Univariat) yang menggambarkan
pelayanan farmasi dan faktor-faktor yang distribusi frekuensi masing-masing varia-
mempengaruhinya. bel penelitian, analisis bivariat yang
menggambarkan hubungan masing-
METODE PENELITIAN masing variabel independen dengan varia-
Populasi penelitian adalah semua bel dependen, analisis multivariat untuk
resep yang masuk setiap hari kerja pada melihat variabel independen yang paling
hari senin hingga sabtu di Instalasi farmasi dominan berhubungan dengan variabel
rawat jalan RSU UKI Jakarta dengan dependen yang memiliki p< 0,25 pada uji
sampel sejumlah 125 resep diterima dan Chi-Square pada uji bivariate.
dipilih secara systemic random sampling
dengan pengambilan sampel resep shift HASIL DAN PEMBAHASAN
pagi dan shift siang dan nomor resep Analisis Univariat ini menggambar-
yang/urutan yang ganjil dan genap. kan distribusi frekuensi seluruh variabel
Seluruh petugas yang bekerja menerima pada penelitian yaitu waktu pelayanan
resep sampai pasien/keluarga pasien telah pengambilan obat di depo obat, jenis resep,
menerima obat. jumlah item, Jumlah resep dalam shift.
Jenis studi menggunakan disain Dan ketersediaan obat. Hasil analisis
kuantitatif, secara pengamatan (obser- tersebut dapat di lihat pada tabel dibawah.

Tabel 1. Sebaran Dalam Detik Pelayanan Resep Di setiap Bagian Instalasi Farmasi RS UKI
No Bagian Mean SE Median Standar Skewness Minimum Maksimum
Mean Deviasi
1 Penomoran 140.27 6.038 121 67.511 0.592 30 305
2 Kasir 226.38 28.428 240 80.406 -0.158 120 300
3 Waktu 1995.75 605.514 1681.50 1211.029 1.397 900 3720
Racikan
4 Etiket 183.23 9.868 130 110.322 0.833 50 10
5 Pengecekan 102.05 7.293 65 81.534 2.907 10 600
6 Pengambilan 625.79 56.410 419.50 612.769 1.613 30 305
Obat
7 Penyerahan 876.66 67.603 600 755.826 1.231 30 2880
obat

Pada tabel 1 terlihat bahwa waktu maksimal yang diperlukan pada tahap
peracikan mengambil rata-rata waktu peracikan yaitu 3720 detik (62 menit) atau
terlama pada proses pelayanan Resep yaitu dengan kata lain lebih dari 1 jam.
1995,75 detik (33,36 menit). Waktu

18 Informatika Kedokteran:Jurnal Ilmiah Volume 2 No.1 Juni 2019


Tabel 2. Sebaran Dalam Detik Waktu Yang Digunakan Untuk Melayani Resep
No Jenis Resep Mean Median SE Standar Maksimal Minimum Skewness
Mean Deviasi
1 Obat Jadi 1890.91 1689.50 81.831 888.908 4102 542 0.470
2 Racikan 3054.43 3140 548.980 1452.466 5810 1540 1.132
3 Keseluruha 1956.06 1751 85.780 959.050 5810 542 0.796
n untuk
resep

Pada table 2 di atas terlihat bahwa (Kepmenkes RI No.129/Menkes/SK/II/


untuk rata-rata pelayanan pengambilan 2008) dilakukan pengelompokkan waktu
obat jenis racikan memerlukan waktu pelayanan untuk obat racikan kurang dari
sebanyak 3054.43 detik (50,97 menit) dan sama dengan 60 menit (≤60 menit) dan
pengambilan obat jadi 1890,91 detik untuk obat jadi kurang dari sama dengan
(31,52 menit). Dengan menggunakan SPM 30 menit (≤30 menit).

Tabel 3. Sebaran Dalam Detik Waktu Yang Digunakan Untuk Melayani Resep
No Jenis Mean Median SE Standar Maksimal Minimum Skewness
Resep Mean Deviasi
Shift Pagi
1 Obat Jadi 1788.22 1460 149.792 1048.542 3765 542 0.522
2 Racikan 1672.50 1672.5 132.5 187.383 1805 1540
Shift
Siang
1 Obat Jadi 1963.83 1829 90.927 755.293 4102 840 0.634
2 Racikan 3607.20 3465 603.141 1348.665 5810 2134 1.254

Pada tabel 3 di atas terlihat Sedangkan untuk obat jadi perbedaan rata-
perbedaan dalam rata-rata waktu peracikan rata tidak terlalu besar hanya sekitar
antara shift pagi dan shift siang yang cukup kurang lebih 100 detik (1-1,5 menit).
besar yaitu pada shift siang rata-rata waktu Berdasarkan Tabel 4, obat jadi
yang dibutuhkan untuk peracikan obat merupakan resep terbanyak yang di proses
lebih dari dua kali lipat dari shift pagi. pada instalasi farmasi yaitu sebesar 94,4%.

Tabel 4. Sebaran Resep Berdasarkan Jenis Resep


No Jenis Resep Frekuensi Persentase
1 Obat Jadi 118 94,4
2 Obat Racikan 7 5,6

Tabel 5. Sebaran Resep Berdasarkan Jumlah Item di RS UKI


No Resep Frekuensi Persentase
1 Sedikit 80 64
2 Banyak 45 36

Berdasarkan Tabel 5, item yang point dilakukan pengelompokan jumlah


diresepkan pada setiap resep yang item dalam resep, dimana nilai median
termasuk kategori sedikit merupakan dibawah median menjadi kelompok sedikit
presentase terbanyak dari resep yang (≤ 3) kelompok sedikit, dan nilai di atas
masuk ke instalasi farmasi. Dengan median (>3) kelompok banyak.
menggunakan nilai median 3 sebagai cut of

Miftahudin, Analisis Waktu Tunggu…


19
Tabel 6. Sebaran Berdasarkan Jumlah Resep Dalam Shift
No Resep Frekuensi Persentase
1 Sedikit 44 35.2
2 Banyak 81 64.8

Berdasarkan jumlah resep yang of point dilakukan pengelompokan jumlah


masuk per shift pada Tabel 6, maka hampir item dalam resep, dimana nilai median
dua pertiga dari jumlah resep yang masuk dibawah median menjadi kelompok sedikit
dikategori-kan resep banyak. Dengan (< 250) kelompok sedikit, dan nilai di atas
menggunakan nilai median 250 sebagai cut median (≥250) kelompok banyak.

Tabel 7. Sebaran Resep Berdasarkan Ketersediaan Obat di Instalasi


No Ketersediaan Obat Frekuensi Persentase
1 Terpenuhi 95 76
2 Tidak Terpenuhi 30 24

Berdasarkan Tabel 7, dari keseluruh- karena mengerjakan kegiatan lain atau


an resep yang masuk hampir seperempat- mengerjakan resep sebelumnya. Hal ini
nya tidak terpenuhi ketersediaan obat di terlihat dari hasil penelitian dimana total
instalasi farmasi yaitu sebesar 30 resep waktu komponen delay lebih besar dari
(24%) total waktu komponen tindakan baik pada
Dari analisis univariat terhadap 125 resep non racikan maupun racikan.
sampel resep diperoleh jumlah waktu Komponen delay lebih besar daripada
pelayanan untuk resep obat jadi sebesar 35 komponen tindakan menandakan proses
menit yang merupakan penjumlahan rata- pelayanan resep kurang efektif.
rata dari pemberian harga 2.33 menit, Resep racikan diperoleh jumlah
kasir 3.7 menit, pengambilan obat jadi waktu pelayanan rata-rata sebesar 59 menit
10.4 menit, Etiket /kemas 3.0 menit, yang merupakan penjumlahan rat-rata dari
pengecekan 1.7 menit dan penyerahan obat pemberian harga 2.3 menit, kasir 3.7
14.6 menit. menit, Peracikan 33 menit, Etiket /kemas
Rata-rata lamanya waktu pada 3.0 menit, pengecekan 1,7 menit,
proses pelayanan pada tiap tahap proses penyerahan obat 14.6 menit.
didapatkan yang paling lama adalah pada Rata-rata lamanya waktu pada
proses penyerahan obat karena obat yang proses pelayanan pada tiap tahap proses
telah selesai dibuat tidak langsung pelayanan resep racikan didapatkan yang
diberikan kepada pasien tapi ditunggu paling lama adalah pada proses peracikan,
sampai beberapa resep terkumpul, selain karena pada proses peracikan obat harus
itu petugas masih sibuk melakukan memperhatikan prosedur yang wajib
pekerjan pelayanan resep pasien yang lain. dilakukan untuk menghindari kesalahan
Disisi lain IFRSU UKI tidak membuat dalam pelayanan atau penyiapan obat.
petunjuk teknis tentang proses terkait Dalam pengerjaan formulasi dan
dengan waktu pemanggilan pasien yang penyiapan obat racikan memerlukan per-
sudah siap diberikan obatnya. hitungan, pengukuran volume memerlu-
Menurut Ayuningtyas menyebut- kan ketelitian. Hal ini menyebabkan
kan dalam penelitiannya, bahwa penyebab penyajian obat racikan lebih memerlukan
lamanya waktu pelayanan resep pasien waktu dibandingkan dengan obat jadi.
umum di antaranya adalah adanya kom- Menurut Erni (2009) mengataka
ponen delay yang menyebabkan proses dalam penelitiannya ada hubungan antara
menjadi lebih lama mengerjakan resep jenis resep dengan waktu pelayanan resep,

20 Informatika Kedokteran:Jurnal Ilmiah Volume 2 No.1 Juni 2019


dimana jenis resep obat racikan mem- resep dan alur kerja. Selain itu setiap
punyai waktu pelayanan yang lebih lama bagian memepunyai karakteristik ter-
yaitu sebesar 93,9 % dibandingkan dengan sendiri dan ketelitian karena waktu
jenis resep obat paten yaitu sebesar 34,6 % pelayanan pengambilan obat sangat
karena harus menghitung, menimbang, bervariasi hal ini disebabkan dengan
mengambil beberapa banyak obat yang pengalaman kerja yang sudah lama akan
diperlukan sesuai dengan dosis maksimum dapat mengerjakan bagian harga, kasir,
yang diperbolehkan serta harus memper- pengambilan obat jadi maupun racikan.
hatikan dalam mencampur sifat dan jenis Sedangkan latar belakang pendidikan
bahan obat. Jenis resep berpengaruh sangat mempengaruhi untuk menghitung
terhadap waktu tunggu seperti obat racikan dan menimbang obat racikan selain itu
akan membutuhkan waktu lebih lama sangat berpengaruh untuk menulis dan
daripada resep obat jadi. penyerahan obat kepada pasien atau
Waktu pelayanan rata-rata yang keluarganya.
tidak membedakan obat jadi dan racikan
diperoleh jumlah pelayanan rata-rata Hubungan Variabel Independen
sebesar 47 menit. dengan variabel dependen
Kepustakaan yang menyatakan Analisis bivariat menggambarkan
perbedaan beberapa waktu yang di- hubungan antar variabel dependen yaitu
butuhkan untuk menyelesaikan satu waktu pelayanan pengambilan obat di
lembar resep belum dpat ditemukan dan Instalasi Farmasi dan mesing-masing
masing-masing instansi mempunyai per- variabel independen yaitu Jenis resep,
bedaan dalam waktu pelayanan resep, Jumlah Item, Jumlah resep dalam shift dan
perbedaan tersebut disebabkan oleh be- ketersediaan obat.
berapa faktor yang mempengaruhi waktu Hasil analisis tersebut dapat dilihat
pelayanan pengambilan obat di instalasi pada Tabel 8 berikut.
farmasi adalah ketersediaan tenaga, jumlah

Tabel 8. Analisis Hubungan Variabel Independen Dengan Waktu Pelayanan Pengambilan Obat
Variabel Waktu Pelayanan Jumlah P value OR 95% CI
Sesuai Tidak
SPM Sesuai SPM
Jenis Resep
1. Obat Jadi 52 (44,1%) 66 (55,9%) 118 (100%) 0.122 4.727 0.552-40.501
2. Racikan 1 (14,3%) 6 (85,7%) 7 (100%)
Jumlah Item
1. Sedikit 34 (42,5%) 46 (57,5%) 80 (100%) 0.906 1.011 0.483-2.118
2. Lama 19 (42,2%) 26 (57,8%) 45 (100%)
Jumlah resep per
Shift
1. Sedikit 13 (29,5%) 31 (70,5%) 44 (100%) 0.032 0.43 0.197-0.938
2. Banyak 40 (49,4% 41 (50,6%) 81 (100%)
Shift
1. Pagi 35 (47,3%) 39 (52.7%) 74 (100%) 0.182 1.645 0.790-3.426
2. Sore 18 (35.3%) 33 (64.7%) 51 (100%)
Ketersediaan Obat
1. Terpenuhi 40 (42,1%) 55 (57,9%) 95 (100%) 0.906 0.951 0.415-2.179
2. Tidak Terpenuhi 13 (43,3%) 17 (56,7%) 30 (100%)

Miftahudin, Analisis Waktu Tunggu…


21
Jenis resep dengan waktu pelayanan Penelitian yang dilakukan olah Yulia
pengambilan obat (1996) di Instalasi Farmasi RSU PMI
Hasil penelitian ini menunjukan Bogor mendapatkan adanya hubungan
adanya tidak adanya hubungan yang jumlah item dengan waktu pelayanan
bermakna antara jenis resep dengan waktu pengambilan obat di Instlasi Farmasi.
pelayanan pengambilan obat di Instlasi Berdasarkan Penelitian ini terlihat
faramsi, dimanan jenis racikan memiliki tidak adanya hubungan antar jumlah item
waktu yang tidak sesuai SPM (85,7%) dengan waktu pelayanan pengambilan
terhadap waktu pelayanan obat jadi obat di Instalasi Farmasi dimana jumlah
(55,9%) dan walaupun jenis racikan item banyak memberikan waktu pelayanan
memerlukan waktu lebih lama untuk lebih sebesar (57,8%) sedangkan jumlah
menghitung dan menimbang obat serta item sedikit (57,5%). Hal ini dikarenakan
membuat obat racikan dengan memper- ada sumber daya manusia tambahan pada
hatikan sifat dan jenis dari bahan obat yang saat proses pelayanan resep mulai proses
akan dicampur. Selain itu harus meng- penyiapan obat sehingga sampai ke tangan
hitung berapa banyak obat yang di- pasien.
perlukan, membuat sediaan bungkus, Menurut Wongkar, L. (2000) di
kapsul dan larutan, memerlukan ketelitian dalam Erni Widiasari dalam penelitiannya
dalam menghitung dosisis maksimum mengatakan bahwa sejumlah faktor yang
yang kan diperbolehkan. Karena itu bagian memberikan kontribusi terhadap waktu
ini ada sumber daya manusia dari bagian tunggu pelayanan resep salah satunya
pelayanan resep rawat inap untuk mem- adalah ketersediaan sumber daya manusia
bantu proses pelayanan di rawat jalan. yang cukup dan terampil, sehingga dapat
Sumber daya manusia lain yang ikut mengurangi lamanya waktu tunggu
membantu proses pelayanan Obat di pelayanan resep.
Instalasi Farmasi terkait peracikan adalah
mahasiswa yang sedang melakukan Jumlah resep dalam shift dengan waktu
praktek, walaupun bukan merupakan pelayanan pengambilan obat
wewenangnya untuk melakukan tugas Analisis menunjukan bahwa jumlah
tersebut. Kondisi tersebut sangat mem- resep dalam shift menunjukan hubungan
bahayakan pasien dan bagi rumah sakit dengan waktu pelayanan pengambilan
sendiri selain itu juga dapat mempengaruhi obat di Instalasi Framasi ( P = 0,032)
proses penelitian yang sedang dilakukan dimana jumlah resep yang banyak dalam
sehingga dapat menyebabkan hasil pe- shift waktu pelayanan pegambilan obat di
nelitian yang bias. Instalsi farmasi lebih lama (50,6%)
Sesuai dengan pendapat Wongkar, sedangkan jumlah resep yang sedikit
L. (2000) di dalam Erni Widiasari dalam dalam shift waktu pelayanan pengambilan
penelitiannya mengatakan bahwa faktor obat di Instalasi Farmasi lebih cepat
yang memberikan kontribusi terhadap (70,5%%).
waktu tunggu pelayanan resep salah Dari hasil penelitian dapat diamati
satunya adalah ketersediaan sumber daya bahwa, waktu pelayanan obat pasien
manusia yang cukup dan terampil, umum rawat jalan yang belum sesuai
sehingga dapat mengurangi lamanya dengan SPM (Kepmenkes RI No.129
waktu tunggu pelayanan resep. /Menkes/SK/II/2008) lebih sering terlihat
pada waktu jam sibuk, yaitu waktu pada
Jumah item dengan waktu pelayanan saat kebanyakan pasien dari semua poli
pengambilan obat setelah diperiksa oleh masing-masing
dokter dan diberi resep yang kemudian

22 Informatika Kedokteran:Jurnal Ilmiah Volume 2 No.1 Juni 2019


diambil di instalasi farmasi. Karena waktu permintaan dokter atau tidak sesuai
visit dokter yang tidak sama/ berbeda, formularium Instalasi Farmasi. Biasanya
menyebabkan waktu memulai pemeriksa- petugas farmasi menghubungi dokter yang
an di setiap poli juga berbeda. bersangkutan untuk menginformasikan
Hasil penelitian ini sama dengan bahwa obat tersebut tidak / belum tersedia
yang didapat oleh Yulia (1996) ada di instalasi farmasi tersebut, agar dapat
hubungan antara jumlah resep dalam shift bernegosiasi untuk mengganti dengan obat
dengan waktu pelayaan pengambilan obat. lain yang memliki kandungan zat aktif
yang sama. Akan tetapi belum tentu dokter
Ketersediaan obat dengan waktu yang bersangkutan bisa langsung di-
pelayanan pengambilan obat hubungi, Sehingga petugas biasanya
Berdasarkan analisis menunjukan langsung membuat copi resep untuk
bahwa ketersediaan obat tidak mempunyai ditebus di apotek lain, atau obat yang tidak
hubungan dengan waktu pelayanan terpenuhi diganti dengan merk yang lain
pengambilan obat di Instalasi Farmasi dengan komposisi yang sama, sehingga
(p=0, 906) dimana ketersediaan obat yang waktu yang diperlukan untuk pengambilan
tidak terlayani waktu pelayanan peng- obat baik yang tersedia maupun yang tidak
ambilan obat di Istalasi Farmasi sebesar tersedia relatif sama.
(56,7%%) sedangkan keterediaan obat
yang terlayani waktu pelayanan peng- Analisis Regresi Logistik antara
ambilan obat di Instalasi farmasi lebih variabel independen dan dependen
lama (57,9%). Analisis regresi kesemua faktor
Ketersediaan obat terkait dengan variabel independen terhadap waktu
formularium yang ada di rumah sakit, Obat pelayanan pengambilan obat dimaksudkan
yang diresepkan dan tidak sesuai untuk mencari faktor yang paling dominan
formularium tetap dimasukan kedalam yang menentukan waktu pelayanan
sampel penelitian karena untuk melihat pengambilan obatdi farmasi. Dari uji
hubungan variabel ketersediaan obat tersebut diperoleh hasil sesuai dengan
terhadap waktu tunggu. Tabel 9 berikut.
Hasil analisis menunjukan bahwa Dari tabel 9, ketiga variabel
ketersdiaan obat tidak mempunyai independen tersebut tidak dimasukkan ke
hubungan dengan waktu pelayanan dalam pemodelan karena nilai p value
pengambilan. lebih besar dari 0,05. Sehingga pemodelan
Hal tersebut dikarenakan habisnya pada uji regresi logistik adalah jenis resep
stok obat belum tersedianya obat yang dengan jumlah resep per shift (model I)
ditulis dalam resep pasien sesuai Hasil regresi logistik pada tabel 10 berikut.

Tabel 9. Signifikansi Hubungan antar variabel independen dengan uji chi square
No Variabel P value
1 Jenis resep*jumlah resep dalam shift 0.241

Tabel 10. Pemodelan Pertama


Variabel β SE Wald df p-value OR
Jenis Resep 0.798 0.402 3.939 1 0.047 2.221

Jumlah resep per shift -1.413 1.108 1.625 1 0.202 .244

Constant 1.392 1.104 1.588 1 0.208 4.023

Miftahudin, Analisis Waktu Tunggu…


23
Pada model Chi-Square menunjuk- mendapat perhatian di instalasi adalah
kan bahwa nilai p value <0.05 yang berarti memaksimalkan Sumber Daya yang ter-
model cocok/fit. Dari hasil pemodelan sedia dan dibuatkan uraian tugas setiap
dapat dilihat bahwa variabel yang paling pegawai.
dominan berhubungan dengan waktu Variabel jumlah resep dalam shift
pelayanan pengambilan obat adalah yang terbukti berhubungan dengan waktu
variabel jumlah resep per shift. Interpretasi pelayanan pengambilan obat di instalasi
ini didukung oleh OR = 2.519, nilai p value Farmasi.
0.023 dan nilai wald 5,169 artinya jumlah Faktor yang paling dominan
resep yang masuk setiap shift mempunyai berhubungan dengan waktu pelayan-an
probabilitas untuk meningkatkan ketidak- pengambilan obat di instalasi farmasi
sesuaian waktu pelayanan berdasarkan adalah variabel jumlah resep pershift
SPM setelah dikontrol oleh jenis resep dan karena para dokter spesialis rata-rata prak-
dan shift. tek pada saat shift yang sama, sehingga
Hasil menujukan bahwa setelah semakin banyak resep yang dilayani maka
dilakukan analisis regresi logistik, variabel akan ter-jadi penumpukan resep yang
jumlah resep per shift. memiliki hubungan meng-akibatkan peningkatan waktu peng-
yang paling bermakna terhadap waktu ambilan obat.
palayanan pegambilan obatdi Instalasi
(OR =2.519) artinya instalasi farmasi yang Saran
mendapatkan resep yang banyak akan Untuk penelitian selanjutnya di-
memberikan peningkatan waktu pelayanan harapkan adanya penelitian lebih lanjut
pengambilan obat di Instalasi Farmasi. mengenai waktu pelayanan pengambilan
obat di Instalasi ter-hadap variabel pen-
SIMPULAN DAN SARAN didikan, Jumlah SDM, pengalaman kerja,
Simpulan motivasi dan sikap serta persepsi.
Waktu pelayanan pengambilan obat
di Instalasi Farmasi sangat bervariasi DAFTAR PUSTAKA
waktunya pada setiap alur proses, karena Trisnantoro, L. (2009. Memahami
setiap alur proses mempunyai alur proses penggunaan ilmu ekonomi dalam
beda dan memepunyai kerumitan tersendiri manajemen rumah sakit (cetakan
sehingga ada perbedan antar bagian dalam keempat). Yogyakarta: Gajah Mada
pelayanan resep. Hal ini menunjukan University Press.
bahwa waktu pelayanan pengambilan obat Supriyanto, S. dan Wulandari, R. D.
di Instlasai farmasi mempunyai tingkat (2011). Manajemen mutu pelayanan
kebutuhan waktu yang berbeda tergantung kesehatan. Surabaya: Pohon Cahaya.
resep yang diterima dalam obat jadi atau Tjiptono, F. (2011). Service, quality, &
racikan. Waktu pelayanan rata-rata peng- satisfaction. Yogyakarta: ANDI.
ambilan obat jadi sebesar 35 menit dan
racikan 59 menit. Muninjaya, G. A. A. (2014). Manajemen
Waktu pelayanan pengambilan obat mutu pelayanan kesehatan. Jakarta:
pada shift pagi dimana jumlah resep yang EGC.
banyak dalam shift waktu pelayanan Azwar, A. (1996). Pengantar administrasi
pengambilan obat di Instalasi farmasi lebih kesehatan, (Edisi ketiga). Jakarta:
lama (50,6%) sedangkan jumlah resep Bina Rupa Aksara.
yang sedikit dalam shift waktu pelayanan Nawawi, H. (2008). Manajemen sumber
peng-ambilan obat di Instalasi Farmasi daya manusia untuk bisnis yang
lebih cepat (70,5%%). Maka yang perlu kompetitif. Yogyakarta: Gadjah

24 Informatika Kedokteran:Jurnal Ilmiah Volume 2 No.1 Juni 2019


Mada Univesity Press. apotek kimia farma kota Pontianak
Hasibuan, S. P. M. (2006). Manajemen tahun 2000.Tesis. Program studi
sumber daya manusia. (Edisi revisi). kajian administrasi rumah sakit
Jakarta: PT. Bumi Akasara. Universitas Indonesia. Depok.
Widiasari, E. (2009). Analisis waktu Yulia, Y. (1996). Analisis alokasi waktu
pelayanan resep di instalasi farmasi kerja dan hubungannya dengan
rawat jalan rumah sakit Tugu Ibu kualitas pelayanan resep di instalasi
Depok tahun 2009. Skripsi. Program farmasi RSU PMI Bogor1996.
sarjana kesehatan masyarakat Tesis. FKM-UI. Depok.
Universitas Indonesia. Depok. Ritung, M.(2003). Lama Waktu
Tando, N. M. (2013). Organisasi dan Pelayanan Resep Racikan Khusus
Manajemen Pelayanan Kesehatan Hari Sabtu di Instalasi Farmasi
Jakarta, In Media,International Rawat Jalan RSIA Hermina Bekasi
Labour Office. (1986). Penelitian Tahun 2003. FKM-UI. Depok
kerja dan produktivitas. Penerjemah Nurhayati, T., dkk. Analisis faktor – faktor
Wetik, J.L. (cetaka Ketiga). Jakarta: yang berkaitan dengan waktu
Erlangga. pelayanan obat pasien umum rawat
Ilyas, Y. (2004). Perencanaan sumber daya jalan di instalasi farmasi rsud dr. R.
manusia rumah sakit: teori, metode Goeteng taroenadibrata purbalingga
dan formula. (cetakan kedua). tahun 2013. Jurnal kesehatan
Jakarta: FKM Universitas Indonesia. kusuma husada 2 (1) Agustus 2014.
Henry, N, C et all, Factor Influancing Levy, P. S. Lamesho, S. (1999). Sampling
Waiting Time In Outpatient of Population: Methodes and
Pharmachy Of Lagos University application. In R. M Groves, G
Teaching Hospital, International Kalton, J. N. K. Rao, N. Schwartz &
Reaserch Journal Of Pharmacy 2011 C. Skinner (Eds).
2(10): 22 – 26. Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi
Ummah, A.R. dan Supriyanto, S. Analisis Penelitian Kesehatan, (Ed: Revisi).
mutu pelayanan kesehatan Jakarta: Rineka Cipta.
berdasarkan dimensi dabholkar di WHO.int [homepage on the Internet].
paviliun mina rumah sakit Siti Geneva: Department of Health
Khodijah Sepanjang. Jurnal Service Provision, Inc.; c2000-01
Administrasi Kesehatan Indonesia [updated 2003 January; cited 2016
1(1). Januari-Maret 2014. June 16]. Availablefrom:
Herman, J. M.,dkk. Kajian praktik http://www.who.int/hrh/documents/
kefarmasian apoteker pada tatanan en/quality_accreditation.pdf.
rumah sakit. Jurnal Kesehatan Undang-Undang Pemerintah Republik
Masyarakat Nasional 7(8). Maret Indonesia. 2009. Nomor 44 Tahun
2013. 2009 tentang rumah Sakit. 28
Suripto, D.A. Gambaran pengetahuan, Oktober 2009. Lembaran Negara
masa kerja petugas dan waktu Republik Indonesia Tahun 2009
tunggu pasien rawat jalan di instalasi Nomor 153. Jakarta.
farmasi rsud surakarta tahun 2013. Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Artikel publikasi ilmiah. 2013. Indonesia Nomor
Tjiptono, dkk. (2005). Pemasaran jasa. 1197/Menkes/SK.X/2004 tentang
Yogyakarta: Andi Offset. standar pelayanan farmasi di rumah
Wongkar, L. (2000). Analisis waktu sakit. 19 Oktober 2004. Jakarta.
pelayanan pengambilan obat di Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Miftahudin, Analisis Waktu Tunggu…


25
Indonesia Rumah sakit umum Universitas Kristen
Nomor129/Menkes/SK/II/2008 Indonesia. (2015). Laporan tahunan
tentang standar Pelayanan Miniml pelayanan kesehatan RSU UKI
Rumah Sakit. 6 Februari 2008. 2015. RSU UKI. Jakarta.
Jakarta.

26 Informatika Kedokteran:Jurnal Ilmiah Volume 2 No.1 Juni 2019

Anda mungkin juga menyukai