Anda di halaman 1dari 7

Biografi Presiden Pertama Ir.

Soekarno

Ir. Soekarno adalah presiden pertama Republik


Indonesia, sekaligus tokoh proklamator negara ini. Soekarno
akrab dipanggil dengan julukan Bung Karno. Bung Karno juga
dikenal sebagai Putra Sang Fajar karena lahir saat fajar
menyingsing. Bung Karno lahir di Surabaya, 6 Juni 1901 dan
meninggal di Jakarta, 21 Juni 1970. Dikutip dari laman RRI,
Soekarno awalnya diberi nama Koesno Sosrodihardjo. Karena
sering sakit, namanya diganti menjadi Soekarno.

Soekarno merupakan putra dari Raden Soekemi Sosrodihardjo dan Ida Ayu Nyoman Rai. Ibunda
Bung Karno merupakan bangsawan Bali. Kedua orang tua Soekarno bertemu saat sang ayah menjadi guru
di Bali. Soekarni hanya sebentar tinggal dengan kedua orang tuanya di Blitar. Kemudian beliau pindah
ke Surabaya untuk menamatkan SD. Selama di Surabaya, Bung Karno tinggal di kediaman Haji Oemar
Said Tjokroaminoto. Setelah tamat, Bung karno melanjutkan pendidikan di HBS (Hoogere Burger
School). Lulus tahun 1920, Soekarno melanjutkan pendidikan di THS (Technische Hoogeschool) di
Bandung. THS ini merupakan cikal bakal Institut Teknologi Bandung. Soekarno lulus pada 25 Mei 1926
dan mendapat gelar "Ir".

Setelah lulus, Soekarno mendirikan Biro Insinyur bersama dengan Ir. Anwari tahun 1926. Selama
di Bandung, Bung Karno aktif dalam banyak organisasi. Beliau juga mendirikan Partai Nasional
Indonesia pada 4 Juli 1927. PNI adalah partai yang bertujuan untuk memerdekakan bangsa Indonesia.
Karena tujuan inilah Soekarno di penjara pada 29 Desember 1929 di penjara Sukamiskin. Bung Karno
kemudian berulang kali dipenjara karena beliau tetap teguh memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Perjuangan Soekarno cukup panjang sebelum akhirnya mampu menyatakan kemerdekaan Indonesia.
Tepat pada tanggal 17 Agustus 1945, bersama Mohammad Hatta dan beberapa tokoh lainnya, beliau
menyatakan kemerdekaan bangsa. Dilansir dari laman RRI, Soekarno sebelumnya sudah mengemukakan
dasar negara, Pancasila, pada sidang BPUPKI 1 Juni 1945. Dasar ini kemudian menjadi dasar negara
Indonesia.

Kiprah Bung Karno tidak berhenti di lingkup negara Indonesia saja. Bung Karno tercatat
berusaha menghimpun bangsa-bangsa untuk membuat Gerakan Non Blok. Gerakan ini beranggotakan
bangsa-bangsa di Asia, Afrika, dan Amerika Latin. Gerakan ini merupakan hasil dari Konferensi Asia
Afrika pada 1955 di Bandung. Bersumber dari laman Kepustakaan Presiden-Presiden Republik Indonesia,
Bung Karno memiliki 3 orang istri selama hidupnya. Dari ketiga istrinya, Soekarno dikarunia 8 orang
anak. Fatmawati, istri pertama Bung Karno, melahirkan Guntur, Megawati, Rachmawati, Sukmawati, dan
Guruh. Taufan dan Bayu adalah putra Soekarno dari Hartini. Ratna Sari Dewi, istri Soekarno berdarah
Jepang, memiliki anak bernama Kartika.

Bung Karno menyerahkan jabatannya sebagai presiden Indonesia setelah terjadi gejolak politik.
Gejolak ini disebabkan oleh pemberontakan G-30-S/PKI yang menewaskan banyak perwira TNI.
Soekarno wafat di RSPAD tanggal 21 Juni 1970 karena sakit yang terus memburuk. Beliau dimakamkan
di Blitar, dekat dengan makam sang ibunda, Ida Ayu Nyoman Rai.
Biografi Presiden kedua Ir. Soeharto

Soeharto adalah Presiden kedua Republik Indonesia.


Beliau lahir di Kemusuk, Yogyakarta, tanggal 8 Juni 1921.
Bapaknya bernama Kertosudiro seorang petani yang juga
sebagai pembantu lurah dalam pengairan sawah desa, sedangkan
ibunya bernama Sukirah.

Soeharto masuk sekolah tatkala berusia delapan tahun,


tetapi sering pindah. Semula disekolahkan di Sekolah Desa (SD)
Puluhan, Godean. Lalu pindah ke SD Pedes, lantaran ibunya dan
suaminya, Pak Pramono pindah rumah, ke Kemusuk Kidul.
Namun, Pak Kertosudiro lantas memindahkannya ke
Wuryantoro. Soeharto dititipkan di rumah adik perempuannya
yang menikah dengan Prawirowihardjo, seorang mantri tani.

Sampai akhirnya terpilih menjadi prajurit teladan di Sekolah Bintara, Gombong, Jawa Tengah pada tahun
1941. Beliau resmi menjadi anggota TNI pada 5 Oktober 1945. Pada tahun 1947, Soeharto menikah
dengan Siti Hartinah seorang anak pegawai Mangkunegaran.

Perkawinan Letkol Soeharto dan Siti Hartinah dilangsungkan tanggal 26 Desember 1947 di Solo.
Waktu itu usia Soeharto 26 tahun dan Hartinah 24 tahun. Mereka dikaruniai enam putra dan putri; Siti
Hardiyanti Hastuti, Sigit Harjojudanto, Bambang Trihatmodjo, Siti Hediati Herijadi, Hutomo Mandala
Putra dan Siti Hutami Endang Adiningsih. Jenderal Besar H.M. Soeharto telah menapaki perjalanan
panjang di dalam karir militer dan politiknya. Di kemiliteran, Pak Harto memulainya dari pangkat sersan
tentara KNIL, kemudian komandan PETA, komandan resimen dengan pangkat Mayor dan komandan
batalyon berpangkat Letnan Kolonel.

Pada tahun 1949, dia berhasil memimpin pasukannya merebut kembali kota Yogyakarta dari
tangan penjajah Belanda saat itu. Beliau juga pernah menjadi Pengawal Panglima Besar Sudirman. Selain
itu juga pernah menjadi Panglima Mandala (pembebasan Irian Barat).

Tanggal 1 Oktober 1965, meletus G-30-S/PKI. Soeharto mengambil alih pimpinan Angkatan
Darat. Selain dikukuhkan sebagai Pangad, Jenderal Soeharto ditunjuk sebagai Pangkopkamtib oleh
Presiden Soekarno. Bulan Maret 1966, Jenderal Soeharto menerima Surat Perintah 11 Maret dari Presiden
Soekarno. Tugasnya, mengembalikan keamanan dan ketertiban serta mengamankan ajaran-ajaran
Pemimpin Besar Revolusi Bung Karno. Karena situasi politik yang memburuk setelah meletusnya G-30-
S/PKI, Sidang Istimewa MPRS, Maret 1967, menunjuk Pak Harto sebagai Pejabat Presiden, dikukuhkan
selaku Presiden RI Kedua, Maret 1968. Pak Harto memerintah lebih dari tiga dasa warsa lewat enam kali
Pemilu, sampai ia mengundurkan diri, 21 Mei 1998.

Setelah dirawat selama 24 hari di Rumah Sakit Pusat Pertamina, Jakarta Selatan, mantan presiden
Soeharto akhirnya meninggal dunia pada Minggu, 27 Januari 2006). Soeharto meninggal pada pukul
13.10 siang dalam usia 87 tahun.
Biografi Presiden ketiga BJ. Habibie

Presiden ketiga Republik Indonesia, Bacharuddin Jusuf


Habibie lahir di Pare-Pare, Sulawesi Selatan, pada 25 Juni 1936.
Beliau merupakan anak keempat dari delapan bersaudara,
pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie dan RA. Tuti Marini
Puspowardojo. Habibie yang menikah dengan Hasri Ainun
Habibie pada tanggal 12 Mei 1962 ini dikaruniai dua orang putra
yaitu Ilham Akbar dan Thareq Kemal.

Masa kecil Habibie dilalui bersama saudara-saudaranya


di Pare-Pare, Sulawesi Selatan. Sifat tegas berpegang pada
prinsip telah ditunjukkan Habibie sejak kanak-kanak. Habibie
yang punya kegemaran menunggang kuda ini, harus kehilangan
bapaknya yang meninggal dunia pada 3 September 1950 karena
terkena serangan jantung. Tak lama setelah bapaknya meninggal,
Habibie pindah ke Bandung untuk menuntut ilmu di
Gouvernments Middlebare School. Di SMA, beliau mulai
tampak menonjol prestasinya, terutama dalam pelajaran-
pelajaran eksakta. Habibie menjadi sosok favorit di sekolahnya.

Setelah tamat SMA di bandung tahun 1954, beliau masuk Universitas Indonesia di Bandung
(Sekarang ITB). Beliau mendapat gelar Diploma dari Technische Hochschule, Jerman tahun 1960 yang
kemudian mendapatkan gekar Doktor dari tempat yang sama tahun 1965. Habibie menikah tahun 1962,
dan dikaruniai dua orang anak. Tahun 1967, menjadi Profesor kehormatan (Guru Besar) pada Institut
Teknologi Bandung.

Langkah-langkah Habibie banyak dikagumi, penuh kontroversi, banyak pengagum namun tak
sedikit pula yang tak sependapat dengannya. Setiap kali, peraih penghargaan bergengsi Theodore van
Karman Award, itu kembali dari habitat-nya Jerman, beliau selalu menjadi berita. Habibie hanya setahun
kuliah di ITB Bandung, 10 tahun kuliah hingga meraih gelar doktor konstruksi pesawat terbang di Jerman
dengan predikat Summa Cum laude. Lalu bekerja di industri pesawat terbang terkemuka MBB Gmbh
Jerman, sebelum memenuhi panggilan Presiden Soeharto untuk kembali ke Indonesia.

Di Indonesia, Habibie 20 tahun menjabat Menteri Negara Ristek/Kepala BPPT, memimpin 10


perusahaan BUMN Industri Strategis, dipilih MPR menjadi Wakil Presiden RI, dan disumpah oleh Ketua
Mahkamah Agung menjadi Presiden RI menggantikan Soeharto. Soeharto menyerahkan jabatan presiden
itu kepada Habibie berdasarkan Pasal 8 UUD 1945. Sampai akhirnya Habibie dipaksa pula lengser akibat
refrendum Timor Timur yang memilih merdeka. Pidato Pertanggungjawabannya ditolak MPR RI. Beliau
pun kembali menjadi warga negara biasa, kembali pula hijrah bermukim ke Jerman.
Biografi Presiden keempat Abdurrahman Wahid atau Gus Dur

Abdurrahman Wahid yang akrab dipanggil Gus Dur menjabat


Presiden RI ke-4 mulai 20 Oktober 1999 hingga 24 Juli 2001. Beliau
lahir tanggal 4 Agustus 1940 di desa Denanyar, Jombang, Jawa Timur.
Gus Dur adalah putra pertama dari enam bersaudara. Ayahnya adalah
seorang pendiri organisasi besar Nahdlatul Ulama, yang bernama KH.
Wahid Hasyim. Sedangkan Ibunya bernama Hj. Sholehah adalah putri
pendiri Pesantren Denanyar Jombang, K.H. Bisri Syamsuri. Dari
perkawinannya dengan Sinta Nuriyah, mereka dikarunia empat orang
anak, yaitu Alissa Qotrunnada Munawaroh, Zannuba Arifah Chafsoh,
Annita Hayatunnufus, dan Inayah Wulandari .

Sejak masa kanak-kanak, Gus Dur mempunyai kegemaran membaca dan rajin memanfaatkan perpustakaan
pribadi ayahnya. Selain itu beliau juga aktif berkunjung keperpustakaan umum di Jakarta. Bahkan Gus Dur, pernah
diminta untuk menjadi komentator sepak bola di televisi. Kegemaran lainnya, yang ikut juga melengkapi hobinya
adalah menonton bioskop. Kegemarannya ini menimbulkan apresiasi yang mendalam dalam dunia film. Inilah
sebabnya mengapa Gu Dur pada tahun 1986-1987 diangkat sebagai ketua juri Festival Film Indonesia.

Masa remaja Gus Dur sebagian besar dihabiskan di Yogyakarta dan Tegalrejo. Di dua tempat inilah
pengembangan ilmu pengetahuan mulai meningkat. Masa berikutnya, Gus Dur tinggal di Jombang, di pesantren
Tambak Beras, sampai kemudian melanjutkan studinya di Mesir. Sebelum berangkat ke Mesir, pamannya telah
melamarkan seorang gadis untuknya, yaitu Sinta Nuriyah anak Haji Muh. Sakur. Perkawinannya dilaksanakan
ketika Gus Dur berada di Mesir.Sepulang dari pengembaraannya mencari ilmu, Gus Dur kembali ke Jombang dan
memilih menjadi guru. Pada tahun 1971, beliau bergabung di Fakultas Ushuludin Universitas Tebu Ireng Jombang.
Tiga tahun kemudian beliau menjadi sekretaris Pesantren Tebu Ireng, dan pada tahun yang sama Gus Dur mulai
menjadi penulis. Beliau kembali menekuni bakatnya sebagaii penulis dan kolumnis. Lewat tulisan-tulisan tersebut
gagasan pemikiran Gus Dur mulai mendapat perhatian banyak.

Pada tahun 1979 Gus Dur pindah ke Jakarta. Mula-mula beliau merintis Pesantren Ciganjur. Sementara
pada awal tahun 1980 Gus Dur dipercaya sebagai wakil katib syuriah PBNU. Di sini Gus Dur terlibat dalam diskusi
dan perdebatan yang serius mengenai masalah agama, sosial dan politik dengan berbagai kalangan lintas agama,
suku dan disiplin. Gus Dur semakin serius menulis dan bergelut dengan dunianya, baik di lapangan kebudayaan,
politik, maupun pemikiran keislaman. Karier yang dianggap `menyimpang`-dalam kapasitasnya sebagai seorang
tokoh agama sekaligus pengurus PBNU-dan mengundang cibiran adalah ketika menjadi ketua Dewan Kesenian
Jakarta (DKJ) pada tahunn 1983. Beliau juga menjadi ketua juri dalam Festival Film Indonesia (FFI) tahun 1986,
1987.

Pada tahun 1984 Gus Dur dipilih secara aklamasi oleh sebuah tim ahl hall wa al-`aqdi yang diketuai K.H.
As`ad Syamsul Arifin untuk menduduki jabatan ketua umum PBNU pada muktamar ke-27 di Situbondo. Jabatan
tersebut kembali dikukuhkan pada muktamar ke-28 di pesantren Krapyak Yogyakarta (1989), dan muktamar di
Cipasung Jawa Barat (1994). Jabatan ketua umum PBNU kemudian dilepas ketika Gus Dur menjabat presiden RI
ke-4. Selama menjadi presiden, tidak sedikit pemikiran Gus Dur kontroversial. Seringkali pendapatnya berbeda dari
pendapat banyak orang.

Abdurrahman Wahid wafat dalam usianya yang ke 69 pada tanggal 30 Desember 2009 pukul 18.40 WIB di
Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta.
Biografi Presiden kelima Megawati Soekarnoputri
Presiden Republik Indonesia ke-5, Megawati
Soekarnoputri lahir di Yogyakarta, 23 Januari 1947. Sebelum
diangkat sebagai presiden, beliau adalah Wakil Presiden RI yang
ke-8 dibawah pemerintahan Abdurrahman Wahid. Megawati
adalah putri sulung dari Presiden RI pertama yang juga
proklamator, Soekarno dan Fatmawati. Megawati, pada awalnya
menikah dengan pilot Letnan Satu Penerbang TNI AU, Surendro
dan dikaruniai dua anak lelaki bernama Mohammad Prananda
dan Mohammad Rizki Pratama.

Wanita bernama lengkap Dyah Permata Megawati Soekarnoputri ini memulai pendidikannya,
dari SD hingga SMA di Perguruan Cikini, Jakarta. Sementara, ia pernah belajar di dua Universitas, yaitu
Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran, Bandung (1965-1967) dan Fakultas Psikologi Universitas
Indonesia (1970-1972). Kendati lahir dari keluarga politisi jempolan, Mbak Mega -- panggilan akrab para
pendukungnya -- tidak terbilang piawai dalam dunia politik.

Pada tahun 1993 dia terpilih menjadi Ketua Umum DPP PDI. Hal ini sangat mengagetkan
pemerintah pada saat itu. Proses naiknya Mega ini merupakan cerita menarik pula. Ketika itu, Konggres
PDI di Medan berakhir tanpa menghasilkan keputusan apa-apa. dilanjutkan dengan menyelenggarakan
Kongres Luar Biasa di Surabaya. Pada kongres ini, nama Mega muncul dan secara telak mengungguli
Budi Hardjono, kandidat yang didukung oleh pemerintah itu. Mega terpilih sebagai Ketua Umum PDI.
Kemudian status Mega sebagai Ketua Umum PDI dikuatkan lagi oleh Musyawarah Nasional PDI di
Jakarta.

Namun pemerintah menolak dan menganggapnya tidak sah. Karena itu, dalam perjalanan
berikutnya, pemerintah mendukung kekuatan mendongkel Mega sebagai Ketua Umum PDI. Fatimah
Ahmad cs, atas dukungan pemerintah, menyelenggarakan Kongres PDI di Medan pada tahun 1996, untuk
menaikkan kembali Soerjadi. Tetapi Mega tidak mudah ditaklukkan. Pagi, tanggal 27 Juli 1996 kelompok
Soerjadi benar-benar merebut kantor DPP PDI dari pendukung Mega. Namun, hal itu tidak menyurutkan
langkah Mega. Malah, dia makin memantap langkah mengibarkan perlawanan.

Mega terus berjuang. PDI pun menjadi dua. Yakni, PDI pimpinan Megawati dan PDI pimpinan
Soerjadi. Massa PDI lebih berpihak dan mengakui Mega. Tetapi, pemerintah mengakui Soerjadi sebagai
Ketua Umum PDI yang sah. Akibatnya, PDI pimpinan Mega tidak bisa ikut Pemilu 1997. Setelah rezim
Orde Baru tumbang, PDI Mega berubah nama menjadi PDI Perjuangan. Partai politik berlambang
banteng gemuk dan bermulut putih itu berhasil memenangkan Pemilu 1999 dengan meraih lebih tiga
puluh persen suara. Kemenangan PDIP itu menempatkan Mega pada posisi paling patut menjadi presiden
dibanding kader partai lainnya. Tetapi ternyata pada SU-MPR 1999, Mega kalah.

tanggal 23 Juli 2001 anggota MPR secara aklamasi menempatkan Megawati duduk sebagai
Presiden RI ke-5 menggantikan KH Abdurrahman Wahid. Megawati menjadi presiden hingga 20 Oktober
2003. Setelah habis masa jabatannya, Megawati kembali mencalonkan diri sebagai presiden dalam
pemilihan presiden langsung tahun 2004. Namun, beliau gagal untuk kembali menjadi presiden setelah
kalah dari Susilo Bambang Yudhoyono yang akhirnya menjadi Presiden RI ke-6. (Dari Berbagai Sumber)
Biografi Presiden keenam Susilo Bambang Yudhoyono
Susilo Bambang Yudhoyono adalah presiden RI ke-6.
Berbeda dengan presiden sebelumnya, beliau merupakan
presiden pertama yang dipilih secara langsung oleh rakyat dalam
proses Pemilu Presiden putaran II 20 September 2004. Lulusan
terbaik AKABRI (1973) yang akrab disapa SBY ini lahir di
Pacitan, Jawa Timur 9 September 1949. Istrinya bernama
Kristiani Herawati, merupakan putri ketiga almarhum Jenderal
(Purn) Sarwo Edhi Wibowo.

Pendidikan SR adalah pijakan masa depan paling menentukan dalam diri SBY. Ketika duduk di
bangku kelas lima, beliau untuk pertamakali kenal dan akrab dengan nama Akademi Militer Nasional
(AMN), Magelang, Jawa Tengah. Di kemudian hari AMN berubah nama menjadi Akabri. SBY masuk
SMP Negeri Pacitan, terletak di selatan alun-alun. SBY berjuang untuk mewujudkan cita-cita masa
kecilnya menjadi tentara dengan masuk Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Akabri)
setelah lulus SMA akhir tahun 1968. Namun, lantaran terlambat mendaftar, SBY tidak langsung masuk
Akabri. Maka SBY pun sempat menjadi mahasiswa Teknik Mesin Institut 10 November Surabaya (ITS).

Namun kemudian, SBY justru memilih masuk Pendidikan Guru Sekolah Lanjutan Pertama
(PGSLP) di Malang, Jawa Timur Pendidikan militernya dilanjutkan di Airborne and Ranger Course di
Fort Benning, Georgia, AS (1976), Infantry Officer Advanced Course di Fort Benning, Georgia, AS
(1982-1983) dengan meraih honor graduate, Jungle Warfare Training di Panama (1983), Anti Tank
Weapon Course di Belgia dan Jerman (1984), Kursus Komandan Batalyon di Bandung (1985), Seskoad
di Bandung (1988-1989) dan Command and General Staff College di Fort Leavenworth, Kansas, AS
(1990-1991). Gelar MA diperoleh dari Webster University AS. Perjalanan karier militernya, dimulai
dengan memangku jabatan sebagai Dan Tonpan Yonif Linud 330 Kostrad (Komandan Peleton III di
Kompi Senapan A, Batalyon Infantri Lintas Udara 330/Tri Dharma, Kostrad) tahun 1974-1976,
membawahi langsung sekitar 30 prajurit.

Kemudian sekembali ke tanah air, SBY memangku jabatan Komandan Peleton II Kompi A
Batalyon Linud 305/Tengkorak (Dan Tonpan Yonif 305 Kostrad) tahun 1976-1977. Lalu, beliau kembali
bertugas di satuan tempur, diangkat menjadi Komandan Brigade Infantri Lintas Udara (Dan Brigif Linud)
17 Kujang I/Kostrad (1993-1994) bersama dengan Letkol Riyamizard Ryacudu. Kemudian menjabat
Asops Kodam Jaya (1994-1995) dan Danrem 072/Pamungkas Kodam IV/Diponegoro (1995).

Sementara, langkah karir politiknya dimulai tanggal 27 Januari 2000, saat memutuskan untuk
pensiun lebih dini dari militer ketika dipercaya menjabat sebagai Menteri Pertambangan dan Energi pada
pemerintahan Presiden KH Abdurrahman Wahid. Tak lama kemudian, SBY pun terpaksa meninggalkan
posisinya sebagai Mentamben karena Gus Dur memintanya menjabat Menkopolsoskam. Pada tanggal 10
Agustus 2001, Presiden Megawati mempercayai dan melantiknya menjadi Menko Polkam Kabinet
Gotong-Royong. Tetapi pada 11 Maret 2004, beliau memilih mengundurkan diri dari jabatan Menko
Polkam. Dan akhirnya, pada pemilu Presiden langsung putaran kedua 20 September 2004, SBY yang
berpasangan dengan Jusuf Kalla meraih kepercayaan mayoritas rakyat Indonesia dengan perolehan suara
di attas 60 persen. Dan pada tanggal 20 Oktober 2004 beliau dilantik menjadi Presiden RI ke-6.
Biografi Presiden ketujuh Joko Widodo
Sejak lahir pada 21 Juni 1961 di Rumah Sakit Brayat Minulyo,
Joko Widodo tinggal bersama keluarganya di sebuah rumah kontrakan
yang berlokasi di tepi sebuah sungai di Solo. Hidup mereka sangat
sederhana. Ayah Jokowi yang sehari-hari menghidupi keluarga dengan
berjualan kayu terpaksa membawa istri dan anak-anaknya hidup
berpindah dari satu rumah sewa menuju rumah sewa lainnya. Bahkan
dengan kondisi tersebut, keluarga Joko Widodo harus rela digusur
Pemerintah Kota Solo dari tempat tinggalnya di bantaran kali Pepe dan
tinggal menumpang di kediaman seorang kerabat di daerah Gondang.
Akan tetapi, pengalaman masa kecil tersebut tidak dirasakan Jokowi
sebagai sebuah penderitaan. Ia berkata bahwa waktu-waktu sulit tersebut
merupakan cara Tuhan yang sangat tepat untuk membangun karakter
dirinya di masa depan.

Selepas berkuliah di Fakultas Kehutanan UGM, Jokowi muda sempat mencicipi pengalaman
kerja pada sebuah perusahaan BUMN di Provinsi Aceh pada tahun1988. Ia kemudian bekerja sementara
waktu pada pabrik milik pamannya, hingga akhirnya memutuskan untuk berhenti dan memulai usaha
mebelnya sendiri..Kesuksesan atas bisnis mebel dan kemapanan finansial yang diraihnya menggerakkan
Jokowi untuk mulai mencurahkan energi pada ranah lain, yaitu sosial.

Setelah dua tahun Jokowi memimpin Asmindo, para pengurus dan anggota syarikat pengusaha
tersebut mulai melontarkan ide pencalonan diri Joko Widodo pada Pemilukada Solo 2005. Pada mula ide
itu muncul, Jokowi hanya menganggapinya dengan tawa dan secara halus menolaknya. Akan tetapi,
aspirasi tersebut bertambah kuat dan dorongan dari dalam organisasi untuk maju mencalonkan diri
sebagai Walikota Solo terus meningkat. Joko Widodo kemudian maju dalam Pemilukada bersama F.X
Hadi Rudyatmo dan terpilih menjadi Walikota Solo periode 2005-2010..

Pada pemilihan Wali Kota Solo periode 2010-2017, ia terpilih kembali dengan persentase
perolehan suara sebanyak 90,09 persen. Joko Widodo mulai dikenal dalam lingkup nasional setelah ia
secara resmi mengganti mobil dinasnya dengan mobil Esemka, yang merupakan buah karya para pelajar
SMK 2 dan SMK Warga Surakarta, pada Januari 2012. Hal ini justru membuat simpati publik atas Jokowi
bertambah besar. Namanya kemudian semakin dikenal.

Pada Maret 2012, PDI-P dan Partai Gerindra mengusung Joko Widodo dan Basuki Tjahaja
Purnama sebagai calon Gubernur dan Wakil Gubernur pada Pemilukada DKI Jakarta 2012. Pasangan
calon ini berhadapan dengan lima pasangan calon lain dan berhasil menduduki posisi teratas pada
Pemilukada putaran pertama dengan persentase perolehan suara sebanyak 42,60 persen. Pada Pemilukada
putaran kedua, Jokowi dan Basuki berhasil mengungguli pasangan calon Fauzi Bowo dan Nachrowi
Ramli dengan persentase perolehan suara sebanyak . Joko Widodo kini menjabat sebagai Gubernur DKI
Jakarta periode 2012-2017.

Pada bulan Agustus 2019, Jokowi kembali melakukan deklarasi untuk kembali menjadi calon
Presiden Republik Indonesia pada tahun 2019. Jokowi berpasangan dengan seorang ulama yakni KH
Ma’ruf Amin sebagai calon wakil presiden Indonesia pada pilpres 2019 mendatang.

Anda mungkin juga menyukai