Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH DASAR FARMASI RUMAH SAKIT

“KOMITE FARMASI DAN TERAPI”

Dosen pengampu :

Apt. ANDI AHRIANSYAH, M.Farm.

Disusun oleh :

AJI ADWITYA 18010147


ALI FAHMI 18010148
DESI DARSIKA 18010155
FAJAR MARANTIKA 18010163
DEVI DWI R 18010156
ERIKA SEPTIANA 18010162
M EGI GINANJAR 18010170
NABILA DESNIRA H 18010173
RIA AGUSTIN A 18010180
SHERLY MAULIDINA LS 18010183
YULIANA KARTIKA 18010190
ALISE BELSE LUTURMAS 17010002
ANNISA AZZAHRA 17010083

PROGRAM STUDI S1 FARMASI REGULER KHUSUS

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI DAN FARMASI


BOGOR

KATA PENGANTAR
syukur alhamdulilah senantiasa kami panjatkan kehadirat allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan maklah ini guna
memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Dasar-Dasar Farmasi Rumah Sakit dengan
judul “Komite Farmasi dan Terapi”

kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kriti sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakan terbatas pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karna itu, kami
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun diri
berbagai pihak akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan dunia pendidikan.

Bogor, 08 Januari 2021

Kelompok 4
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................

DAFTAR ISI.............................................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................

1.1 Latar Belakang.........................................................................................


1.2 Tujuan .....................................................................................................

BAB 2 PEMBAHASAN............................................................................................

A. DEFINISI KOMITE FARMASI TERAPI (PFT/KFT)............................


B. KEGUNAAN............................................................................................
C. ANGGOTA DAN KRITERIA ANGGOTA.............................................
D. STRUKTUR ORGANISASI....................................................................
E. FUNGSI DANG LINGKUP.....................................................................
F. AGENDA RAPAT PFT............................................................................
G. KEWENANGAN PFT..............................................................................
H. KEBIJAKAN PFT....................................................................................
I. PERANAN KHASUS PFT........................................................................

BAB 3 PENUTUPAN................................................................................................

3.1 Kesimpulan..............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
Perawatan pasien di rumah sakit dan dalam fasilitas kesehatan lain seringkali
tergantung pada keefektifan penggunaan obat. Keragaman obat yang tersedia mengharuskan
dikembangkannya suatu program penggunaan obat yang baik di rumah sakit,
guna memastikan bahwa pasien menerima perawatan yang terbaik, rumah sakit harus
mempunyai suatu program pemilihan dan penggunaan obat yang obyektif di rumah sakit.
Program ini adalah dasar dari terapi obat yang tepat dan ekonomis. Konsep sistem
formularium adalah suatu metode untuk mengadakan program tersebut dan telah digunakan
oleh berbagai rumah sakit beberapa tahun yang lalu.

Sistem formularium merupakan metode yang digunakan staf medik di rumah sakit yang
bekerja melalui Komite Farmasi dan Terapi (KFT), mengevaluasi, menilai dan memilih dari
berbagai zat aktif obat dan produk obat yang tersedia, yang dianggap paling berguna dalam
perawatan pasien. Hanya obat yang dipilih demikian yang secara rutin tersedia di Instalasi
Farmasi Rumah Sakit. Dengan demikian, sistem formularium adalah sarana penting dalam
memastikan mutu penggunaan obat dan pengendalian harganya. Sistem formularium
menetapkan pengadaan, penulisan, dispensing, dan pemberian suatu obat dengan
nama dagang atau obat dengan nama generik apabila obat tersedia dalam dua nama tersebut.

Keberhasilan sistem formularium hanya dapat tercapai bila mendapat persetujuan dari
Komite Medik, staf medis yang terorganisasi, anggota staf secara individu, dan berfungsinya
Komite Farmasi dan Terapi (KFT) yang terorganisasi dengan baik. Kebijakan dan prosedur
dasar yang menguasai sistem formularium harus tertera dalam anggaran dasar/anggaran
rumah tangga atau dalam ketetapan dan peraturan staf medik.

Hasil utama dalam sistem formularium adalah formularium rumah sakit, yaitu
dokumen atau buku yang berisi kumpulan produk obat yang dipilih KFT disertai informasi
tambahan penting tentang penggunaan obat tersebut, yang terus menerus di revisi agar
selalu akomodatif bagi kepentingan pasien dan staf profesional pelayan kesehatan,
berdasarkan data konsumtif dan data morbiditas serta pertimbangan klinik staf medik
dirumah sakit.
1.1 LATAR BELAKANG
Komite Farmasi dan Terapi adalah organisasi yang mewakili hubungan komunikasi
antara para staff  medis dengan farmasi sehingga anggotanya terdiri dari para dokter yang
mewakili spesialisasi – spesiliasi yang ada di rumah sakit dan apoteker wakil dari farmasi
rumah sakit,  serta tenaga kesehatan lainnya.
Ketua komite farmasi dan terapi dipilih dari dokter yang ada jika ada ahli
Farmakologi klinik maka sebagai ketua. Sekretaris Apoteker dari IFRS. Mengadakan
rapat secara teratur sedikitnya 2 (dua) bulan sekali. Untuk RS besar 1(satu) bulan sekali.
Formularium rumah sakit berperan sebagai koridor bagi pelaksana untuk
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan sesuai dengan kaidah dan standar terapi yang
berlaku. Oleh karena itu, Formularium RSPI Prof dr. Sulianti Saroso perlu di revisi secara
berkala tidak hanya menyesuaikan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi kedokteran, tetapi juga didasarkan pada kajian pola penyakit dan kajian
penggunaan obat serta berbagai kebijakan Kementrian Kesehatan.
1.2 TUJUAN
Menerbitkan kebijakan mengenai pemilihan obat, penggunaan obat serta
evaluasinya. Melengkapi staff fungsional di bidang kesehatan dengan pengetahuan
terbaru yang berhubungan dengan obat dan penggunaan obat sesuai dengan kebutuhan
BAB 2
PEMBAHASAN
A. DEFINISI KOMITE FARMASI TERAPI (PFT/KFT)

Komite medik adalah wadah non struktural yang keanggotaannya dipilih dari Ketua
Staf Medis Fungsional (SMF) atau yang mewakili SMF yang ada di Rumah Sakit.
Komite Medis berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Direktur.

Panitia Farmasi dan Terapi adalah sekelompok penasehat dari staf medik dan
bertindak sebagai garis komunikasi organisasi antara staf medik dan Instalasi Farmasi
Rumah Sakit (IFRS). Pembentukan suatu PFT yang efektif akan memberikan
kemudahan dalam pengadaan sistem formularium yang membawa perhatian staf
medik pada obat yang terbaik dan membantu mereka dalam menyeleksi obat terapi
yang tepat bagi pengobatan penderita tertentu. Panitia ini difungsikan rumah sakit
untuk mencapai terapi obat yang rasional.

PFT memberi rekomendasi atau membantu memformulasi program yang didesain


untuk memenuhi kebutuhan staf profesional (dokter, perawat, apoteker, dan praktisi
pelayanan kesehatan lainnya) untuk melengkapi pengetahuan tentang obat dan
penggunaan obat. PFT meningkatkan penggunaan obat secara rasional melalui
pengembangan kebijakan dan prosedur yang relevan untuk seleksi obat, pengadaan,
penggunaan, dan melalui edukasi tentang obat bagi penderita dan staf profesional.

Susunan anggota PFT dapat beragam di berbagai rumah sakit dan biasanya
bergantung pada kebijakan, lingkup fungsi PFT, dan besarnya tugas dan fungsi suatu
rumah sakit. Ketua PFT dipilih dari dokter yang diusulkan oleh komite medik dan
disetujui pimpinan rumah sakit. Ketua PFT adalah dokter praktisi senior yang
dihormati dan disegani karena pengabdian, prestasi ilmiah, bersikap objektif, dan
berperilaku yang menjadi panutan. Ketua adalah seorang anggota staf medik yang
memahami benar dan pendukung kemajuan pelayanan IFRS, dan ia adalah dokter
yang mempunyai pengetahuan mendalam tentang terapi obat. Sekretaris panitia
adalah kepala IFRS atau apoteker senior lain yang ditunjuk oleh kepala IFRS.
Susunan anggota PFT harus mencakup dari tiap SMF yang besar, misalnya penyakit
dalam, bedah, kesehatan anak, kebidanan dan penyakit kandungan, dan SMF lainnya.
B. KEGUNAAN
Kegunaan utama dari PFT adalah :
1. Perumus kebijakan-prosedur
Panitia farmasi dan terapi memformulasi kebijakan berkenaan dengan evaluasi,
seleksi, dan penggunaan terapi obat, serta alat yang berkaitan di rumah sakit.
2. Edukasi
Panitia farmasi dan terapi memberi rekomendasi atau membantu memformulasi
program yang didesain untuk memenuhi kebutuhan staf profesional (dokter,
perawat, apoteker, dan praktisi pelayan kesehatanlainnya) untuk melengkapi
pengetahuan mutakhir tentang obat dan penggunaan obat.

C. ANGGOTA DAN KRITERIA ANGGOTA


Anggota PFT yang mempunyai hak suara harus terdiri atas sekurang-kurangnya
dokter, apoteker, perawat, unsur pimpinan, koordinatorjaminan mutu, dan berbagai
ahli jika diperlukan. Anggota panitia diangkat oleh pimpinan rumah sakit atas usul
komite medik.
Ketua PFT adalah seorang dokter praktisi senior yang sudah berpengalaman dan
memiliki prestasi, dan dipilih dan diusulkan oleh komite medik. Sekretaris panitia
adalah kepala IFRS atau apoteker senior yang lain yang ditunjuk oleh kepala IFRS.

D. STRUKTUR ORGANISASI
Keanggotaan di PFT terdiri atas 8 hingga 15 orang, dan semua anggota mempunyai
hak suara yang sama. Di rumah sakit umum yang besar (tipe A dan B) harus memiliki
organisasi PFT yang terdiri atas keanggotaan inti yang mempunyai suara sebagai
pengarah dan pengambil keputusan. Dibawah ini contoh struktur organisasi suatu
panitia farmasi terapi.

E. FUNGSI DAN LINGKUP


Funsgi suatu PFT sebagai pedoman diantaranya adalah :
1. Berfungsi sebagai kapasitas evaluasi, edukasi, dan penasehat bagi staf medik dan
pimpinan rumah sakit semua hal yang berkaitan dengan obat.
2. Mengembangkan dan menetapkan formularium obat yang diterima sebagai revisi
tetap.
3. Menetapkan program dan prosedur utuk membantu memastikan obat yang aman dan
bermanfaat.
4. Menetapkan program dan prosedur utuk membantu memastikan manfaat biaya terapi
obat.
5. Merencanakan dan menetapkan program edukasi yang berkaitan dengan obat.
6. Berpartisipasi dalam kegiatan jaminan mutu berkaitan dengan drug managemen
cycling.
7. Memantau dan mengevaluasi obat yang merugikan.
8. Memprakarsai atau memimpin program dan studi evaluasi penggunaan obat dan lain
sebagainya.
9. Bersama IFRS merencanakan dari pengadaan hingga distribusi yang efektif.
10. Bertanggungjawab penuh terhadap pengadaan edukasibagi staf profesional rumah
sakit.
11. Membantu IFRS dalam menetapkan kebijakan dan peraturan mengenai penggunaan
obat.
12. Mengevaluasi suatu obat untuk dimasukan dalam formularium rumah sakit.
13. Menetapkan kategori obat di rumah sakit.
14. Mengkaji penggunaan obat di rumah sakit dan meningkatkan standar optimal untuk
terapi obat di rumah sakit.
15. Membuat rekomendasi tentang obat yang disediakan dalam daerah perawatan
penderitakebijakan baru yang perlu disediakan.
.
F. AGENDA RAPAT PFT
Agenda dibuat oleh sekretaris dengan persetujuan ketua PFT jauh hari. Suatu agenda
dapat terdiri atas :
1. Notulen pertemuan terakhir.
2. Kajian bagian tertentu dari formularium untuk pemutakhiran dan penghapusan
produk.
3. Obat baru yang diusulkan dalam formularium.
4. Pengkajian protokol obat investigasi.
5. Pengkajian reaksi obat merugikan yang dilaporkan rumah sakit sejak pertemuan
terakhir.
6. Pengkajian temuan dalam EPO dan tindakan perbaikannya.
7. Keamanan obat di rumah sakit.
G. KEWENANGAN PFT
PFT berwenang sepenuhnya melaksanakan formularium rumah sakit, merumuskan,
dan mengendalikan pelaksanaan semua kebijakan, ketetapan, prosedur, aturan yang
berkaitan dengan obat. Komite medik adalah lembaga yang berwenang yang
memberdayakan PFT. Dan setiap kegiatan dan rapat, komite medik wajib memiliki
salinan dari PFT.

H. KEBIJAKAN PFT
Panitia harus menetapkan kebijakan untuk pengendalian obat rumah sakit. Kebijakan
tersebut harus dikaji secara berkalauntuk memastikan kemutakhirannya. Beberapa
kebijakan tersebut antara lain ;
1. Pengusulan obat baru.
Pengusulan obat baru harus menggunakan Formulir Permohonan untuk Evaluasi
Status Formularium. Formulir ini dapat diperoleh dari IFRS. Formulir yang telah
diisi dapat diajukan oleh setiap anggota staf medik.
2. Kategori obat
Obat yang telah dievaluasi dan disetujui oleh PFT akan ditempatkan pada salah
satu kategoti berikut:
- Obat formularium
Adalah obat yang telah tersedia secara komersial, yang direkomendasikan oleh
PFT guna untuk perawatan di rumah sakit.
- Obat yang disetujui dengan syarat periode percobaan.
Adalah obat yang telah tersedia secara komersial, yang akan dievaluasi oleh
PFT selama periode 6 hingga 12 bulan sebelum pertimbangan akhir.
- Obat formularium yang dikhususkan.
Adalah obat yang telah tersedia secara komersial, yang ditempatkan untuk
penggunaan kepada pasien yang di khususkan.
- Obat investigasi
Obat yang tidak tersedia secara komersial yang tetapi telah disetujui oleh
pemerintah yang berwenang untuk penggunaan khusus peneliti utama.
- Obat yang tidak memenuhi kategori
Obat yang termasik tidak memenuhi kategori itu harus dianggap sebagai obat
non formularium dan tidak akan disediakan oleh rumah sakit. Obat
nonformularium hanya digunakan untuk kasus terbatas sehingga dapat ditulis
dalam Formulir Permohonan Obat Nonformularium oleh staf medik senior.
- Blanko resep.
Tanda tanga pada blanko resep atau order tidak diperkenankan.
- Kewenangan dispensing\
IFRS adalah satu satunya yang diberi wewenang untuk melakukan dispensing
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, kebijakan serta
prosedur rumah sakit.
- Perwakilan perusahaan farmasi (PPF)
PFT bertanggungjawab untuk mengadakan ketentuan dan peraturan yang
menguasai kegiatan perwakilan perusahaan farmasi dalam rumah sakit.
- Obat yang ditarik.
Penarikan obat dari peredaran dapat berasal dari manufaktur , pemerintah/
balai POM atau IFRS dan penarikan dapat bersifat umum pada satu atau lebih
nomor lot.

I. PERANAN KHUSUS PFT


1. Penghentian otomatis obat berbahaya
PFT harus mengembangkan ketentuan atau prosedur agar obat berbahaya
diberikan secara tepat dibawah kendali staf medik. Dibawah ini contoh dua
kebijakan, salah satunya dapat digunakan.
a. Semua order obat narkoti. Sedatif, hipnotik, antikoagulan dan antibiotik yang
diberikan secara oral dan parenteral harus secara otomatis dihentikan setelah
48 jam, kecuali;
- Order menyatakan suatu jumlah dosis yang tepat untuk dikonsumsi.
- Suatu periode waktu yang tepat untuk pengobatan dinyatakan, atau
- Dokter yang bertugas mengorder kembali obat tersebut.
b. Semua order untuk narkotik, sedatif, hipnotik, wajib ditulis kembali setelah 24
jam dan order tetap untuk semua obat harus berakhir pada pukul 10.00 pada
hari ketujuh, kecuali diperbaharui.

2. Daftar obat darurat.


Daftar obat darurat harus ada disetiap sisi, karena merupakan obat yang sangat
dibutuhkan, dan hendaknya apoteker atau perawat selalu mengecek obat tersebut.
a. Program pemantauan dan pelaporan reaksi obat merugikan (ROM)
PFT bertanggung jawa atas reaksi obat merugikan dan berhak untuk
menghapusnya dari formularium dan mendokumentasikan kasus ROM yang
terjadi di rumah sakit.
b. Evaluasi penggunaan obat
Evaluasi penggunaan obat atau EPO dilakukan pada obat yang telah diterima
dalam formularium rumah sakit.
Panitia Farmasi dan Terapi adalah organisasi yang mewakili hubungan
komunikasi antara para staf medis dengan staf farmasi, sehingga anggotanya terdiri
dari dokter yang mewakili spesialisasi-spesialisasi yang ada di rumah sakit dan
apoteker wakil dari Farmasi Rumah Sakit, serta tenaga kesehatan lainnya.

Tujuan

1. Menerbitkan kebijakan-kebijakan mengenai pemilihan obat, penggunaan obat serta


evaluasinya.
2. Melengkapi staf profesional di bidang kesehatan dengan pengetahuan terbaru yang
berhubungan dengan obat dan penggunaan obat sesuai dengan kebutuhan. (merujuk
pada SK Dirjen Yanmed nomor YM.00.03.2.3.951)

Organisasi dan Kegiatan

Susunan kepanitian Panitia Farmasi dan Terapi serta kegiatan yang dilakukan bagi tiap rumah
sakit dapat bervariasi sesuai dengan kondisi rumah sakit setempat :

a) Panitia Farmasi dan Terapi harus sekurang-kurangnya terdiri dari 3 (tiga) Dokter,
Apoteker dan Perawat. Untuk Rumah Sakit yang besar tenaga dokter bisa lebih dari 3
(tiga) orang yang mewakili semua staf medis fungsional yang ada.
b) Ketua Panitia Farmasi dan Terapi dipilih dari dokter yang ada di dalam kepanitiaan
dan jika rumah sakit tersebut mempunyai ahli farmakologi klinik, maka sebagai ketua
adalah Farmakologi. Sekretarisnya adalah Apoteker dari instalasi farmasi atau
apoteker yang ditunjuk.
c) Panitia Farmasi dan Terapi harus mengadakan rapat secara teratur, sedikitnya 2 (dua)
bulan sekali dan untuk rumah sakit besar rapatnya diadakan sebulan sekali. Rapat
Panitia Farmasi dan Terapi dapat mengundang pakar-pakar dari dalam maupun dari
luar rumah sakit yang dapat memberikan masukan bagi pengelolaan Panitia Farmasi
dan Terapi.
d) Segala sesuatu yang berhubungan dengan rapat PFT (Panitia Farmasi dan Terapi)
diatur oleh sekretaris, termasuk persiapan dari hasil-hasil rapat.
e) Membina hubungan kerja dengan panitia di dalam rumah sakit yang sasarannya
berhubungan dengan penggunaan obat.

Fungsi dan Ruang Lingkup


a. Mengembangkan formularium di Rumah Sakit dan merevisinya. Pemilihan obat untuk
dimasukan dalam formularium harus didasarkan pada evaluasi secara subjektif
terhadap efek terapi, keamanan serta harga obat dan juga harus meminimalkan
duplikasi dalam tipe obat, kelompok dan produk obat yang sama.
b. Panitia Farmasi dan Terapi harus mengevaluasi untuk menyetujui atau menolak
produk obat baru atau dosis obat yang diusulkan oleh anggota staf medis.
c. Menetapkan pengelolaan obat yang digunakan di rumah sakit dan yang termasuk
dalam kategori khusus.
d. Membantu instalasi farmasi dalam mengembangkan tinjauan terhadap kebijakan-
kebijakan dan peraturanperaturan mengenai penggunaan obat di rumah sakit sesuai
peraturan yang berlaku secara lokal maupun nasional.
e. Melakukan tinjauan terhadap penggunaan obat di rumah sakit dengan mengkaji
medical record dibandingkan dengan standar diagnosa dan terapi. Tinjauan ini
dimaksudkan untuk meningkatkan secara terus menerus penggunaan obat secara
rasional.
f. Mengumpulkan dan meninjau laporan mengenai efek samping obat.
g. Menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang menyangkut obat kepada staf medis dan
perawat.

Kewajiban Panitia Farmasi dan Terapi

a. Memberikan rekomendasi pada Pimpinan rumah sakit untuk mencapai budaya


pengelolaan dan penggunaan obat secara rasional
b. Mengkoordinir pembuatan pedoman diagnosis dan terapi, formularium rumah sakit,
pedoman penggunaan antibiotika dan lain-lain
c. Melaksanakan pendidikan dalam bidang pengelolaan dan penggunaan obat terhadap
pihak-pihak yang terkait
d. Melaksanakan pengkajian pengelolaan dan penggunaan obat dan memberikan umpan
balik atas hasil pengkajian tersebut

Peran Apoteker dalam Panitia Farmasi dan Terapi

Peran apoteker dalam panitia ini sangat strategis dan penting karena semua kebijakan
dan peraturan dalam mengelola dan menggunakan obat di seluruh unit di rumah sakit
ditentukan dalam panitia ini. Agar dapat mengemban tugasnya secara baik dan benar, para
apoteker harus secara mendasar dan mendalam dibekali dengan ilmu-ilmu farmakologi,
farmakologi klinik, farmako epidemologi, dan farmako ekonomi disamping ilmu-ilmu lain
yang sangat dibutuhkan untuk memperlancar hubungan profesionalnya dengan para petugas
kesehatan lain di rumah sakit.

Tugas Apoteker dalam Panitia Farmasi dan Terapi

a. Menjadi salah seorang anggota panitia (Wakil Ketua/Sekretaris).


b. Menetapkan jadwal pertemuan.
c. Mengajukan acara yang akan dibahas dalam pertemuan
d. Menyiapkan dan memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk pembahasan
dalam pertemuan.
e. Mencatat semua hasil keputusan dalam pertemuan dan melaporkan pada pimpinan
rumah sakit.
f. Menyebarluaskan keputusan yang sudah disetujui oleh pimpinan kepada seluruh
pihak yang terkait.
g. Melaksanakan keputusan-keputusan yang sudah disepakati dalam pertemuan.
h. Menunjang pembuatan pedoman diagnosis dan terapi, pedoman penggunaan
antibiotika dan pedoman penggunaan obat dalam kelas terapi lain.
i. Membuat formularium rumah sakit berdasarkan hasil kesepakatan Panitia Farmasi
dan Terapi.
j. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan.
k. Melaksanakan pengkajian dan penggunaan obat. Melaksanakan umpan balik hasil
pengkajian pengelolaan dan penggunaan obat pada pihak terkait.
l.
 CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN (METODOLOGI)

Metodologi :
1. Permintaan usulan obat secara tertulis kepada seluruh Staf medis (STAF MEDIS).
2. Kompilasi Usulan Pelaksana melakukan kompilasi usulan obat yang masuk dan
dikelompokkan sesuai dengan kelas terapi.
3. Penyusunan draft daftar obat Draf daftar obat disusun dengan sistematika sebagai
berikut :
a) Daftar obat disusun berdasarkan kelas terapi.
b) Nama obat ditulis dengan nama generik.
c) Penulisan obat didalam kelas terapi disusun secara alfabetis.
4. Pembahasan draft Pembahasan draft dilakukan bersama oleh KFT. Usulan
obat yang dibahas diutamakan pada usulan yang disertai alasan dan bukti
ilmiah (evidence) yang lengkap serta memenuhi sarat kriteria memasukan obat
dalam formularium. Prinsip dasar pemilihan obat adalah efficacy, saffety, dan
economic evaluation.
5. Finalisasi draft Draft yang telah dibahas, difinalisasi untuk penyempurnaannya.
6. Pengesahan Diterbitkan Surat Keputusan Direktur Utama RSPI. Prof Dr. Sulianti
Saroso tentang Formularium Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof Dr. Sulianti Saroso.

Kriteria Pemilihan Obat :

Pemilihan obat dalam Formularium RSPI. Prof Dr. Sulianti Saroso didasarkan atas kriteria
berikut :
1. Mengutamakan penggunaan obat generik (Rasio 80% generic : 20 % Branded).
2. Jumlah obat dengan nama generik yang sama mengikuti rasio sebagai berikut : 1
(satu) obat generik ; 1 (satu) obat original ; dan 1 (dua) obat me too.
3. Memiliki rasio manfaat-risiko (benefit-risk ratio) yang yang paling menguntungkan
penderita.
4. Mutu terjamin, termasuk stabilitas dan bioavailabilitas.
5. Praktis dalam penyimpanan dan pengangkutan.
6. Praktis dalam penggunaan dan penyerahan.
7. Menguntungkan dalam hal kepatuhan dan penerimaan oleh pasien.
8. Memiliki rasio manfaat-biaya(benefit-cost ratio)yang tertinggi berdasarkan
biaya langsung dan tidak langsung.
9. Bila terdapat lebih dari satu pilihan yang memiliki efek terapi yang serupa, pilihan
dijatuhkan pada :
a) Obat yang sifatnya paling banyak diketahui berdasarkan data ilmiah
b) Obat dengan sifat farmakokinetik yang diketahui paling menguntungkan.
c) Obat yang stabilitasnya lebih baik.
d) Mudah diperoleh
e) Obat yang telah dikenal
10. Obat jadi kombinasi tetap, harus memenuhi kriteria berikut :
a) Obat hanya bermanfaat bagi pasien dalam bentuk kombinasi tetap.
b) Kombinasi tetap harus menunjukkan khasiat dan keamanan yang lebih tinggi
dari pada masing-masing komponen.
c) Perbandingan dosis komponen kombinasi tatap merupakan perbandingan yang
tepat untuk sebagian besar pasien yang memerlukan kombinasi tersebut.
d) Kombinasi tetap harus meningkat rasio manfaat-biaya(benefit-c0st ratio)
e) Untuk antibiotika kombinasi tetap, harus dapat mencegah atau
mengurangi terjadinya resistensi dan efek merugikan lainnya.
11. Obat lain yang terbukti paling efektif secara ilmiah dan aman (evidence
based medicines) yang paling dibutuhkan untuk pelayanan kesehatan di RSPI Prof dr
Sulianti Saroso dengan harga yang terjangkau Kriteria Penghapusan Obat:
1) Obat-obat yang jarang digunakan (slow moving) akan di evaluasi
2) Obat-obatan yang tidak digunakan (death stock ) setelah waktu 3 (tiga) bulan maka
akan di ingatkan kepada dokter-dokter terkait yang menggunakan obat tersebut.
Apabila 3(tiga)bulan berikutnya tetap tidak/kurang digunakan, maka obat tersebut
dikeluarkan dari buku formularium.
3) Obat-obat yang dalam proses penarikan oleh Pemerintah/BPOM atau dari
pabrikan
BAB 3
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

a) Instalasi Farmasi merupakan salah satu sarana penyelenggara pelayanan


penunjang medis dibawah koordinasi dan pengawasan Direktur Medik dan
Keperawatan

b) Apoteker di Instalasi Farmasi mempunyai dua tugas pokok, yaitu tugas yang
bersifat manajerial dalam hal manajemen kegiatan Instalasi Farmasi Rumah
Sakit dan tugas yang bersifat fungsional dalam hal kegiatan farmasi klinik.

c) Apoteker sebagai anggota Sub Komite Farmasi dan Terapi berperan dalam
pembuatan formularium rumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA

1. http://docplayer.info/71345605-Program-kerja-tim-komite-farmasi-dan-terapi-rumah-
sakit-penyakit-infeksi-prof-dr-sulianti-saroso-tahun-2015-pendahuluan.html
(DIAKSES pada tanggal 17/12/2020 pukul 14.30 - 15.45)
2. http://akreditasirumahsakitmpo.blogspot.com/2017/09/kebijakan-pembentukan-
komite-farmasi.html (DIAKSES pada tanggal 17/12/2020 pukul 15.29)
3. Keputusan Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2014,
tentang Pedoman Penerapan Formularium Nasional
4. Peraturan Menteri Kesehatan RI, No 72 Tahun 2016, tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit

Anda mungkin juga menyukai