Dosen pengampu :
Disusun oleh :
KATA PENGANTAR
syukur alhamdulilah senantiasa kami panjatkan kehadirat allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan maklah ini guna
memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Dasar-Dasar Farmasi Rumah Sakit dengan
judul “Komite Farmasi dan Terapi”
kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kriti sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakan terbatas pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karna itu, kami
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun diri
berbagai pihak akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan dunia pendidikan.
Kelompok 4
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................
BAB 2 PEMBAHASAN............................................................................................
BAB 3 PENUTUPAN................................................................................................
3.1 Kesimpulan..............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
Perawatan pasien di rumah sakit dan dalam fasilitas kesehatan lain seringkali
tergantung pada keefektifan penggunaan obat. Keragaman obat yang tersedia mengharuskan
dikembangkannya suatu program penggunaan obat yang baik di rumah sakit,
guna memastikan bahwa pasien menerima perawatan yang terbaik, rumah sakit harus
mempunyai suatu program pemilihan dan penggunaan obat yang obyektif di rumah sakit.
Program ini adalah dasar dari terapi obat yang tepat dan ekonomis. Konsep sistem
formularium adalah suatu metode untuk mengadakan program tersebut dan telah digunakan
oleh berbagai rumah sakit beberapa tahun yang lalu.
Sistem formularium merupakan metode yang digunakan staf medik di rumah sakit yang
bekerja melalui Komite Farmasi dan Terapi (KFT), mengevaluasi, menilai dan memilih dari
berbagai zat aktif obat dan produk obat yang tersedia, yang dianggap paling berguna dalam
perawatan pasien. Hanya obat yang dipilih demikian yang secara rutin tersedia di Instalasi
Farmasi Rumah Sakit. Dengan demikian, sistem formularium adalah sarana penting dalam
memastikan mutu penggunaan obat dan pengendalian harganya. Sistem formularium
menetapkan pengadaan, penulisan, dispensing, dan pemberian suatu obat dengan
nama dagang atau obat dengan nama generik apabila obat tersedia dalam dua nama tersebut.
Keberhasilan sistem formularium hanya dapat tercapai bila mendapat persetujuan dari
Komite Medik, staf medis yang terorganisasi, anggota staf secara individu, dan berfungsinya
Komite Farmasi dan Terapi (KFT) yang terorganisasi dengan baik. Kebijakan dan prosedur
dasar yang menguasai sistem formularium harus tertera dalam anggaran dasar/anggaran
rumah tangga atau dalam ketetapan dan peraturan staf medik.
Hasil utama dalam sistem formularium adalah formularium rumah sakit, yaitu
dokumen atau buku yang berisi kumpulan produk obat yang dipilih KFT disertai informasi
tambahan penting tentang penggunaan obat tersebut, yang terus menerus di revisi agar
selalu akomodatif bagi kepentingan pasien dan staf profesional pelayan kesehatan,
berdasarkan data konsumtif dan data morbiditas serta pertimbangan klinik staf medik
dirumah sakit.
1.1 LATAR BELAKANG
Komite Farmasi dan Terapi adalah organisasi yang mewakili hubungan komunikasi
antara para staff medis dengan farmasi sehingga anggotanya terdiri dari para dokter yang
mewakili spesialisasi – spesiliasi yang ada di rumah sakit dan apoteker wakil dari farmasi
rumah sakit, serta tenaga kesehatan lainnya.
Ketua komite farmasi dan terapi dipilih dari dokter yang ada jika ada ahli
Farmakologi klinik maka sebagai ketua. Sekretaris Apoteker dari IFRS. Mengadakan
rapat secara teratur sedikitnya 2 (dua) bulan sekali. Untuk RS besar 1(satu) bulan sekali.
Formularium rumah sakit berperan sebagai koridor bagi pelaksana untuk
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan sesuai dengan kaidah dan standar terapi yang
berlaku. Oleh karena itu, Formularium RSPI Prof dr. Sulianti Saroso perlu di revisi secara
berkala tidak hanya menyesuaikan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi kedokteran, tetapi juga didasarkan pada kajian pola penyakit dan kajian
penggunaan obat serta berbagai kebijakan Kementrian Kesehatan.
1.2 TUJUAN
Menerbitkan kebijakan mengenai pemilihan obat, penggunaan obat serta
evaluasinya. Melengkapi staff fungsional di bidang kesehatan dengan pengetahuan
terbaru yang berhubungan dengan obat dan penggunaan obat sesuai dengan kebutuhan
BAB 2
PEMBAHASAN
A. DEFINISI KOMITE FARMASI TERAPI (PFT/KFT)
Komite medik adalah wadah non struktural yang keanggotaannya dipilih dari Ketua
Staf Medis Fungsional (SMF) atau yang mewakili SMF yang ada di Rumah Sakit.
Komite Medis berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Direktur.
Panitia Farmasi dan Terapi adalah sekelompok penasehat dari staf medik dan
bertindak sebagai garis komunikasi organisasi antara staf medik dan Instalasi Farmasi
Rumah Sakit (IFRS). Pembentukan suatu PFT yang efektif akan memberikan
kemudahan dalam pengadaan sistem formularium yang membawa perhatian staf
medik pada obat yang terbaik dan membantu mereka dalam menyeleksi obat terapi
yang tepat bagi pengobatan penderita tertentu. Panitia ini difungsikan rumah sakit
untuk mencapai terapi obat yang rasional.
Susunan anggota PFT dapat beragam di berbagai rumah sakit dan biasanya
bergantung pada kebijakan, lingkup fungsi PFT, dan besarnya tugas dan fungsi suatu
rumah sakit. Ketua PFT dipilih dari dokter yang diusulkan oleh komite medik dan
disetujui pimpinan rumah sakit. Ketua PFT adalah dokter praktisi senior yang
dihormati dan disegani karena pengabdian, prestasi ilmiah, bersikap objektif, dan
berperilaku yang menjadi panutan. Ketua adalah seorang anggota staf medik yang
memahami benar dan pendukung kemajuan pelayanan IFRS, dan ia adalah dokter
yang mempunyai pengetahuan mendalam tentang terapi obat. Sekretaris panitia
adalah kepala IFRS atau apoteker senior lain yang ditunjuk oleh kepala IFRS.
Susunan anggota PFT harus mencakup dari tiap SMF yang besar, misalnya penyakit
dalam, bedah, kesehatan anak, kebidanan dan penyakit kandungan, dan SMF lainnya.
B. KEGUNAAN
Kegunaan utama dari PFT adalah :
1. Perumus kebijakan-prosedur
Panitia farmasi dan terapi memformulasi kebijakan berkenaan dengan evaluasi,
seleksi, dan penggunaan terapi obat, serta alat yang berkaitan di rumah sakit.
2. Edukasi
Panitia farmasi dan terapi memberi rekomendasi atau membantu memformulasi
program yang didesain untuk memenuhi kebutuhan staf profesional (dokter,
perawat, apoteker, dan praktisi pelayan kesehatanlainnya) untuk melengkapi
pengetahuan mutakhir tentang obat dan penggunaan obat.
D. STRUKTUR ORGANISASI
Keanggotaan di PFT terdiri atas 8 hingga 15 orang, dan semua anggota mempunyai
hak suara yang sama. Di rumah sakit umum yang besar (tipe A dan B) harus memiliki
organisasi PFT yang terdiri atas keanggotaan inti yang mempunyai suara sebagai
pengarah dan pengambil keputusan. Dibawah ini contoh struktur organisasi suatu
panitia farmasi terapi.
H. KEBIJAKAN PFT
Panitia harus menetapkan kebijakan untuk pengendalian obat rumah sakit. Kebijakan
tersebut harus dikaji secara berkalauntuk memastikan kemutakhirannya. Beberapa
kebijakan tersebut antara lain ;
1. Pengusulan obat baru.
Pengusulan obat baru harus menggunakan Formulir Permohonan untuk Evaluasi
Status Formularium. Formulir ini dapat diperoleh dari IFRS. Formulir yang telah
diisi dapat diajukan oleh setiap anggota staf medik.
2. Kategori obat
Obat yang telah dievaluasi dan disetujui oleh PFT akan ditempatkan pada salah
satu kategoti berikut:
- Obat formularium
Adalah obat yang telah tersedia secara komersial, yang direkomendasikan oleh
PFT guna untuk perawatan di rumah sakit.
- Obat yang disetujui dengan syarat periode percobaan.
Adalah obat yang telah tersedia secara komersial, yang akan dievaluasi oleh
PFT selama periode 6 hingga 12 bulan sebelum pertimbangan akhir.
- Obat formularium yang dikhususkan.
Adalah obat yang telah tersedia secara komersial, yang ditempatkan untuk
penggunaan kepada pasien yang di khususkan.
- Obat investigasi
Obat yang tidak tersedia secara komersial yang tetapi telah disetujui oleh
pemerintah yang berwenang untuk penggunaan khusus peneliti utama.
- Obat yang tidak memenuhi kategori
Obat yang termasik tidak memenuhi kategori itu harus dianggap sebagai obat
non formularium dan tidak akan disediakan oleh rumah sakit. Obat
nonformularium hanya digunakan untuk kasus terbatas sehingga dapat ditulis
dalam Formulir Permohonan Obat Nonformularium oleh staf medik senior.
- Blanko resep.
Tanda tanga pada blanko resep atau order tidak diperkenankan.
- Kewenangan dispensing\
IFRS adalah satu satunya yang diberi wewenang untuk melakukan dispensing
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, kebijakan serta
prosedur rumah sakit.
- Perwakilan perusahaan farmasi (PPF)
PFT bertanggungjawab untuk mengadakan ketentuan dan peraturan yang
menguasai kegiatan perwakilan perusahaan farmasi dalam rumah sakit.
- Obat yang ditarik.
Penarikan obat dari peredaran dapat berasal dari manufaktur , pemerintah/
balai POM atau IFRS dan penarikan dapat bersifat umum pada satu atau lebih
nomor lot.
Tujuan
Susunan kepanitian Panitia Farmasi dan Terapi serta kegiatan yang dilakukan bagi tiap rumah
sakit dapat bervariasi sesuai dengan kondisi rumah sakit setempat :
a) Panitia Farmasi dan Terapi harus sekurang-kurangnya terdiri dari 3 (tiga) Dokter,
Apoteker dan Perawat. Untuk Rumah Sakit yang besar tenaga dokter bisa lebih dari 3
(tiga) orang yang mewakili semua staf medis fungsional yang ada.
b) Ketua Panitia Farmasi dan Terapi dipilih dari dokter yang ada di dalam kepanitiaan
dan jika rumah sakit tersebut mempunyai ahli farmakologi klinik, maka sebagai ketua
adalah Farmakologi. Sekretarisnya adalah Apoteker dari instalasi farmasi atau
apoteker yang ditunjuk.
c) Panitia Farmasi dan Terapi harus mengadakan rapat secara teratur, sedikitnya 2 (dua)
bulan sekali dan untuk rumah sakit besar rapatnya diadakan sebulan sekali. Rapat
Panitia Farmasi dan Terapi dapat mengundang pakar-pakar dari dalam maupun dari
luar rumah sakit yang dapat memberikan masukan bagi pengelolaan Panitia Farmasi
dan Terapi.
d) Segala sesuatu yang berhubungan dengan rapat PFT (Panitia Farmasi dan Terapi)
diatur oleh sekretaris, termasuk persiapan dari hasil-hasil rapat.
e) Membina hubungan kerja dengan panitia di dalam rumah sakit yang sasarannya
berhubungan dengan penggunaan obat.
Peran apoteker dalam panitia ini sangat strategis dan penting karena semua kebijakan
dan peraturan dalam mengelola dan menggunakan obat di seluruh unit di rumah sakit
ditentukan dalam panitia ini. Agar dapat mengemban tugasnya secara baik dan benar, para
apoteker harus secara mendasar dan mendalam dibekali dengan ilmu-ilmu farmakologi,
farmakologi klinik, farmako epidemologi, dan farmako ekonomi disamping ilmu-ilmu lain
yang sangat dibutuhkan untuk memperlancar hubungan profesionalnya dengan para petugas
kesehatan lain di rumah sakit.
Metodologi :
1. Permintaan usulan obat secara tertulis kepada seluruh Staf medis (STAF MEDIS).
2. Kompilasi Usulan Pelaksana melakukan kompilasi usulan obat yang masuk dan
dikelompokkan sesuai dengan kelas terapi.
3. Penyusunan draft daftar obat Draf daftar obat disusun dengan sistematika sebagai
berikut :
a) Daftar obat disusun berdasarkan kelas terapi.
b) Nama obat ditulis dengan nama generik.
c) Penulisan obat didalam kelas terapi disusun secara alfabetis.
4. Pembahasan draft Pembahasan draft dilakukan bersama oleh KFT. Usulan
obat yang dibahas diutamakan pada usulan yang disertai alasan dan bukti
ilmiah (evidence) yang lengkap serta memenuhi sarat kriteria memasukan obat
dalam formularium. Prinsip dasar pemilihan obat adalah efficacy, saffety, dan
economic evaluation.
5. Finalisasi draft Draft yang telah dibahas, difinalisasi untuk penyempurnaannya.
6. Pengesahan Diterbitkan Surat Keputusan Direktur Utama RSPI. Prof Dr. Sulianti
Saroso tentang Formularium Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof Dr. Sulianti Saroso.
Pemilihan obat dalam Formularium RSPI. Prof Dr. Sulianti Saroso didasarkan atas kriteria
berikut :
1. Mengutamakan penggunaan obat generik (Rasio 80% generic : 20 % Branded).
2. Jumlah obat dengan nama generik yang sama mengikuti rasio sebagai berikut : 1
(satu) obat generik ; 1 (satu) obat original ; dan 1 (dua) obat me too.
3. Memiliki rasio manfaat-risiko (benefit-risk ratio) yang yang paling menguntungkan
penderita.
4. Mutu terjamin, termasuk stabilitas dan bioavailabilitas.
5. Praktis dalam penyimpanan dan pengangkutan.
6. Praktis dalam penggunaan dan penyerahan.
7. Menguntungkan dalam hal kepatuhan dan penerimaan oleh pasien.
8. Memiliki rasio manfaat-biaya(benefit-cost ratio)yang tertinggi berdasarkan
biaya langsung dan tidak langsung.
9. Bila terdapat lebih dari satu pilihan yang memiliki efek terapi yang serupa, pilihan
dijatuhkan pada :
a) Obat yang sifatnya paling banyak diketahui berdasarkan data ilmiah
b) Obat dengan sifat farmakokinetik yang diketahui paling menguntungkan.
c) Obat yang stabilitasnya lebih baik.
d) Mudah diperoleh
e) Obat yang telah dikenal
10. Obat jadi kombinasi tetap, harus memenuhi kriteria berikut :
a) Obat hanya bermanfaat bagi pasien dalam bentuk kombinasi tetap.
b) Kombinasi tetap harus menunjukkan khasiat dan keamanan yang lebih tinggi
dari pada masing-masing komponen.
c) Perbandingan dosis komponen kombinasi tatap merupakan perbandingan yang
tepat untuk sebagian besar pasien yang memerlukan kombinasi tersebut.
d) Kombinasi tetap harus meningkat rasio manfaat-biaya(benefit-c0st ratio)
e) Untuk antibiotika kombinasi tetap, harus dapat mencegah atau
mengurangi terjadinya resistensi dan efek merugikan lainnya.
11. Obat lain yang terbukti paling efektif secara ilmiah dan aman (evidence
based medicines) yang paling dibutuhkan untuk pelayanan kesehatan di RSPI Prof dr
Sulianti Saroso dengan harga yang terjangkau Kriteria Penghapusan Obat:
1) Obat-obat yang jarang digunakan (slow moving) akan di evaluasi
2) Obat-obatan yang tidak digunakan (death stock ) setelah waktu 3 (tiga) bulan maka
akan di ingatkan kepada dokter-dokter terkait yang menggunakan obat tersebut.
Apabila 3(tiga)bulan berikutnya tetap tidak/kurang digunakan, maka obat tersebut
dikeluarkan dari buku formularium.
3) Obat-obat yang dalam proses penarikan oleh Pemerintah/BPOM atau dari
pabrikan
BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
b) Apoteker di Instalasi Farmasi mempunyai dua tugas pokok, yaitu tugas yang
bersifat manajerial dalam hal manajemen kegiatan Instalasi Farmasi Rumah
Sakit dan tugas yang bersifat fungsional dalam hal kegiatan farmasi klinik.
c) Apoteker sebagai anggota Sub Komite Farmasi dan Terapi berperan dalam
pembuatan formularium rumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA
1. http://docplayer.info/71345605-Program-kerja-tim-komite-farmasi-dan-terapi-rumah-
sakit-penyakit-infeksi-prof-dr-sulianti-saroso-tahun-2015-pendahuluan.html
(DIAKSES pada tanggal 17/12/2020 pukul 14.30 - 15.45)
2. http://akreditasirumahsakitmpo.blogspot.com/2017/09/kebijakan-pembentukan-
komite-farmasi.html (DIAKSES pada tanggal 17/12/2020 pukul 15.29)
3. Keputusan Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2014,
tentang Pedoman Penerapan Formularium Nasional
4. Peraturan Menteri Kesehatan RI, No 72 Tahun 2016, tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit