Di Susun Oleh :
Nama Kelompok 1:
Prodi S1 Keperawatan
T/A 2020
Kata Pengantar
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan inayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “PEMANTAUN FUNGSI
KARDIOLOGI”
Kami menyadari, bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna baik segi
penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan agar penulis bisa
menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.
Semoga laporan makalah ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat
untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.
Penulis
Kelompok 1
BAB I
PENDAHULUAN
Terminologi gagal jantung diartikan sebagai jantung tidak berfungsi dengan baik
diakibatkan oleh kelainan struktural atau fungsional sehingga ventrikel tidak mampu
memompa darah keseluruh tubuh secara optimal. Gagal jantung bisa terjadi pada semua
usia dimulai dari neonatus, anak di bawah usia 5 tahun, anak usia sekolah, remaja dan
dewasa. Berbeda dengan dewasa, gagal jantung pada anak disebabkan oleh berbagai
macam etiologi dengan gambaran klinis yang beragam. Pada anak, penyebab gagal
jantung terbanyak yaitu kelainan kongenital atau penyakit jantung bawaan (PJB) dengan
insidensi 8/1000 kelahiran hidup dan 20% dari kelainan kongenital ini menyebabkan gagal
jantung.1 Makalah ini bertujuan menjelaskan tentang pemantauan fungsi kardiologi
dengan SPO pemeriksaan nadi dan TD serta cara perhitungan cairan infus.
PEMBAHASAN
Nadi adalah denyut nadi yang teraba pada dinding pembuluh darah arteri yang berdasarkan
systol dan gystole dari jantung.
Usia
Jenis kelamin
Posisi Tubuh
Kehamilan
Keadaan kesehatan
Riwayat kesehatan
Kebiasaan konsumsi rokok dan kafein
Intensitas dan lama kerja
Aktivitas
Faktor fisik dan kondisi psikis.
2. Indikasi Pemeriksaan Denyut Nadi
* Untuk mengetahui kerja jantung
* Untuk menentukandiagnosa
* Untuk segera mengetahui adanya kelainan-kelainan pada seseorang
4. Persiapan Tempat dan Alat Baki Berisi:
5. Persiapan Pasien
6. Persiapan Lingkungan
Pintu dan jendela ditutup
7. Pelaksanaan Menghitung Denyut Nadi
1. Mencuci tangan
2. Mempersilahkan pasien untuk berbaring/duduk dengan tenang di tempat tidur
3. Membawa alat-alat ke dekat pasien.
4. Meraba tangan pasien pada pergelangannya dengan jari telunjuk, jari tengah dan
manis sampai teraba denyut nadi arteri radialis.
5. Tangan yang lain memegang alat penghitung nadi /arloji.
6. Menghitung denyut nadi selama seperempat menit (15 detik).
7. Hasilnya dikalikan empat.
8. Mencatat hasilnya.
9. Merapikan pasien dan mengembalikan pasien ke posisi semula.
10. Memberitahu pasien bahwa tindakan telah selesai dilakukan.
11. Mengembalikan alat-alat ke tempat semula.
12. Mencuci tangan.
8. Evaluasi
⇒ Tanyakan keadaan dan kenyamanan pasien setelah tindakan
a. Pengertian
Mengukur tekanan darah pasien dengan menggunakan alat tensimeter air raksa
b. Tujuan
Mendapatkan data objektif
c. Alat atau bahan
1) Tensi meter
2) Arloji atau stopwatch
3) Stetoskop
4) Alat tensi
d. Prosedur pelaksanaan
1. Tahap prainteraksi
1) Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada
2) Mencuci tangan
3) Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar
2. Tahap orientasi
1) Memberikan salam sebagai pendekatan teraupeutik
2) Memjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada pasien atau keluarga
3) Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan di lakukan
3. Tahap kerja
1) Mengatur posisi pasien : supinasi
2) Menempatkan diri di sebelah kanan pasien, bila mungkin
3) Letakkan lengan yang hendak di ukur
4) Pasang mangset pada lengan atas sekitar 3cm di atas fossa cubiti
5) Tentukan denyut nadi arteri radiais secara perlahan
6) Letakkan diafragma stetoskop di atas nadi brakhialis
7) Pompo terus sampai manometer setinggi 20 mmhg lebih tinggi dari titik radialis tidak
teraba
8) Kemperskan balon udara mangset secara perlahan
9) Catat mmhg manometer saat pertama kali denyut dani teraba kembali. Nilai ini
menunjukkan tekanan sisttolik
10) Dan catat denyut nadi saat terakhir kali dan ini menunjukkan tekanaan diastolik.
4. Tahap terminasi
1) Melakukan evaluasi tindakan
2) Berpamitan dengan klien
3) Membereskan alat-alat
4) Mencuci tangan
5) Mencatat kegiatan dalam lembar catatan perawatan
Cairan infus dibagi kedalam dua (2) jenis utama, yakni cairan resusitasi untuk
menggantikan kehilangan cairan akutdan cairan rumatan (maintenance) untuk memelihara
keseimbangan cairan tubuh dan nutrisi. Contoh cairan resusitasi adalah Kristaloid (Asering,
Ringer Laktat, Normal Saline) dan Koloid (Albumin, Dextran, Gelatin, HES, Gelofusin).
Sementara cairan rumatan dapat berupa Elektrolit (KAEN) dan Nutrisi (Aminofusin).
2.2.2 Perhitungan Kebutuhan Cairan
Berikut beberapa contoh perhitungan kebutuhan cairan baik pada anak maupun dewasa.
< 10 kg : 100 x BB
10-20 kg : 1000 + ((BB – 10) x 50)
> 20 kg : 1500 + ((BB – 20) X 20)
1 cc = 20 tetes makro
1 cc = 60 tetes mikro
Pemberian I Kemudian
Pada penanganan perbaikan sirkulasi pada luka bakar, dikenal beberapa formula sebagai
berikut :
a. Evans Formula
l. Luas luka bakar dalam % x berat badan dalam kg = jumlah NaCl / 24 jam
2. Luas luka bakar dalam % x berat badan dalam kg =jumah plasma / 24 jam
(no 1 dan 2 pengganti cairan yang hilang akibat oedem. Plasma untuk mengganti plasma
yang keluar dari pembuluh dan meninggikan tekanan osmosis hingga mengurangi
perembesan keluar dan menarik kembali cairan yang telah keluar)
3. 2000 cc Dextrose 5% / 24 jam (untuk mengganti cairan yang hilang akibat penguapan)
Separuh dari jumlah cairan 1+2+3 diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya diberikan
dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah cairan pada hari
pertama. Dan hari ketiga diberikan setengah jumlah cairan hari kedua.
b. Parkland Formula
Dimana : Kebutuhan Faali anak <1 tahun = berat badan x 100 cc 1-3 tahun = berat
badan x 75 cc 3-5 tahun = berat badan x 50 cc
Untuk mengetahui jumlah tetesan per menit (TPM) cairan infus yang akan
diberikan pada pasien, terlebih dahulu kita mengetahui jumlah cairan yang akan
diberikan, lama pemberian, dan faktor tetes tiap infus (berbeda tiap merk, contoh
merk otsuka sebanyak 15 tetes/menit, sementara merk terumo sebanyak 20
tetes/menit).
Contoh :
Pasien A bermaksud diberikan cairan NaCl 0,9% sebanyak 250 cc dalam 2 jam.
Diketahui faktor tetes infusan adalah 15 tetes / menit. Jumlah tetesan per menit (TPM)
adalah.
TPM = 250 x 15 / (2 x 60)
= 31.25 tetes
= 32 tetes permenit
ILUSTRASI KASUS
KASUS Seorang bayi usia 3 bulan, BB 5 kg datang ke UGD RS karena BAB cair dan
muntah sejak tadi pagi. Keluhan tersebut disertai dengan demam. Sang ibu sudah
memberikan upaya rehidrasi dengan oralit, namun anak tetap gelisah tidak mau
minum, dan diare tidak mau berhenti. Anak tampak gelisah, mulut kering, mata
cekung, nadi 130 x / menit lemah, tidak mau minum (malas), BAK terakhir 12 jam
yang lalu.
Pemberian I Kemudian
USIA 30 ml/kgBB dalam 70 ml/kg BB dalam
Penatalaksanaan:
1. Rawat Inap
70 ml x 5 kg = 350 cc KaEN3B
BAB III
KESIMPULAN
3.1 KESIMPULAN
Nadi adalah denyut nadi yang teraba pada dinding pembuluh darah arteri yang
berdasarkan systol dan gystole dari jantung. Jika jumlah denyut nadi di bawah
kondisi normal, maka disebut pradicardi. Jika jumlah denyut nadi di atas
kondisi normal, maka disebut tachicardi. Mengukur tekanan darah pasien
dengan menggunakan alat tensimeter air raksa, Tujuannya Mendapatkan data
objektif. Cairan infus dibagi kedalam dua (2) jenis utama, yakni cairan
resusitasi untuk menggantikan kehilangan cairan akutdan cairan rumatan
(maintenance) untuk memelihara keseimbangan cairan tubuh dan nutrisi.
Contoh cairan resusitasi adalah Kristaloid (Asering, Ringer Laktat, Normal
Saline) dan Koloid (Albumin, Dextran, Gelatin, HES, Gelofusin). Sementara
cairan rumatan dapat berupa Elektrolit (KAEN) dan Nutrisi (Aminofusin).
Daftar pustaka
Jayaprasad N. Heart Failure in Children. Heart Views : The Official Journal of the
Gulf Heart Association. 2016;17(3):92-99. doi:10.4103/1995-705X.192556.