Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Merawat Lansia dengan demensia sangat penting peranan dari caregiver baik keluarga
atau tenaga yang dibayar, harus memiliki pengetahuan yang memadai tentang demensia dan
mau belajar terus untuk mendapatkan cara-cara efektif dalam mengasuh pasien. Kurangnya
kemampuan caregiver dalam melakukan perawatan terhadap penderita demensia dapat
disebabkan kurangnya pengetahuan yang dimiliki khususnya tentang demensia.Sehingga
pengetahuan tentang demensia sangat penting guna melakukan perawatan terhadap lansia
yang mengalami demensia. Hal itu menunjukan bahwa pengetahuan dan pengalaman dalam
penanganan Lansia yang mengalami demensia sangat dibutuhkan dalam pemberian asuhan
keperawatan terhadap Lansia yang mengalami demensia. Penanganan Lansia dengan
demensia membutuhkan perhatian yang sangat besar dari caregiver, sehingga baiknya
pengetahuan yang dimiliki perawat mengenai demensia sangat membantu meningkatkan
taraf kesehatan Lansia.
Merawat Lansia dengan demensia selayaknya harus lebih teliti seperti merawat tubuh,
menjaga keamanan dari bahaya, memelihara kebersihan dan mengontrol tingkah laku lansia.
Merawat Lansia dengan demensia adalah sebuah kondisi yang dilematis dengan segala
konsekuensi dampak yang didapat oleh caregiver yaitu dampak psikologis, dampak ekonomi
dan dampak pada kondisi fisik. Dampak lain yang muncul pada caregiver antara lain
kehilangan kehidupan sosial karena tidak mendapatkan waktu dalam berhubungan dengan
teman dan kerabat untuk bersosialisasi. Kondisi caregiver yang terbebani secara emosional
dapat memunculkan timbulnya permasalahan fisik maupun psikologis pada caregiver.
Walaupun memberikan perawatan pada Lansia dapat menjadi stress dan variasi
konsekwensi negatif pada fisik dan kesehatan mental, bukti menunjukkan menjadi caregiver
dapat memberikan beberapa dampak baik seperti caregiver dapat memperbanyak dan
meningkatkan pengalaman hidup yang dapat menciptakan dampak positif bagi caregiver,
termasuk meningkatkan kesehatan mental, meningkatkan kedekatan dengan mereka yang
disayangi, dan rasa kepuasan yang berkaitan dengan pemenuhan kewajiban sebagai
caregiver. Untuk menghindari terjadinya dampak terkait dengan masalah fisik dan masalah

1
psikologis pada caregiver, perlu dipertimbangkan adanya kebutuhan pengetahuan dan
keterampilan caregiver yang harus dipenuhi dalam merawat pasien demensia.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka dapat kita simpulkan masalah tentang bagaimana
aplikasi family caregiving dynamic model pada lansia?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui teori family caregiving dynamic model
2. Untuk mengetahui aplikasi teori family caregiving dynamic model pada lansia

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Landasan Teori Keperawatan (Theory of Caregiving Dynamics)


Theory of Caregiving Dynamics merupakan bagian dari pengembangan middle range
theory dalam keperawatan. Teori ini diciptakan oleh Loretta A. Williams pada tahun 2003
dengan konsep nama “ Informal Caregiving Dynamic”. Kata informal menimbulkan
kesalahpahaman dalam mengartikannya, sehingga konsep nama teori tersebut diganti
menjadi theory of caregiving dynamics. Proses caregiving dalam hal ini mengacu terhadap
perawatan yang dilakukan oleh anggota keluarga, teman, dan tetangga.
Informal caregiving sering melakukan beberapa tugas yang melibatkan tuntutan secara
fisik, emosional, sosial, atau finansial dan menyebabkan perubahan dalam status kesehatan
caregiver. Sebuah tugas penting bagi perawat dan tenaga kesehatan lainnya untuk membantu
informal caregiver untuk meningkatkan peran caregiver bagi dirinya sendiri dan keluarga
yang dirawat. Untuk mewujudkan peran perawat tersebut, diperlukan pemahaman tentang
konsep dynamics of caregiving.

B. Konsep Teori
Konsep mayor teori dinamika caregiving adalah komitmen, manajemen ekspektasi,
dan negosiasi peran. Self care (perawatan diri), pengetahuan baru, dan dukungan adalah
konsep yang saling terkait, masing-masing terhubung dengan konsep mayor. Dinamika
caregiving adalah suatu proses interaksi dari komitmen, manajemen ekspektasi, dan
negosiasi peran yang didukung oleh perawatan diri, pengetahuan baru, dan dukungan yang
menggerakkan hubungan caregiving yang erat sepanjang perjalanan penyakit.
1. Komitmen
Komitmen yaitu caregiver bertanggung jawab dalam menginspirasi perubahan
hidup dan membuat pasien menjadi prioritas. Komitmen merupakan panggilan jiwa bagi
seorang caregiver untuk selalu ada memberikan dukungan meskipun mereka tidak
memiliki pengalaman yang sama, akan tetapi mempunyai hubungan kasih sayang dengan
pasien. Komitmen menjadi seorang caregiver merupakan komitmen jangka panjang.

3
Apalagi menjadi caregiver pasien dengan penyakit kronis, hal ini bukanlah komitmen
jangka pendek. Menurut Williams (2007), terdapat empat dimensi komitmen, yaitu:
a. enduring responsibility / bertanggung jawab,
b. making the patient a priority / menjadikan pasien prioritas,
c. supportive presence/ selalu ada memberikan dukungan, dan
d. self-affirming loving connection / keyakinan adanya hubungan kasih sayang.

Enduring responsibility adalah tekad caregiver untuk memberikan perawatan


meskipun sulit dan dalam waktu yang lama. Enduring responsibility berdasarkan
kewajiban, hubungan timbal balik, atau cinta yang telah dijalin jauh sebelum sakit dan
terus berlanjut sampai sembuh. Making the patient a priority adalah menempatkan
kebutuhan merawat pasien diatas kebutuhan dan keinginan lainnya karena kesejahteraan
pasien adalah tujuan yang paling penting. Supportive presence adalah memberikan pasien
kenyamanan, dorongan, dan sikap yang positif ketika caregiver tidak melakukan hal lain
selain untuk membantu pasien. Perasaan caregiver yang kuat dalam memahami secara
penuh apa yang dirasakan pasien, kebutuhan emosional pasien, keinginan pasien secara
akurat diidentifikasi dan dipenuhi. Self-affirming loving connection adalah suatu
perasaan yang saling terbuka antara caregiver dan pasien sehingga bisa memenuhi
kebutuhan pasien adalah kepuasan tersendiri bagi caregiver. Self Care (perawatan diri)
adalah sebuah konsep yang berkaitan dengan komitmen.
Self-Care (Perawatan Diri)
Perawatan diri yaitu bertindak untuk menjaga kesehatan dengan mengembangkan
kebiasaan hidup sehat sambil mengeluarkan perasaan dan frustrasi dalam proses
caregiving serta menjauh dari caregiving demand ketika diperlukan. Terdapat empat
dimensi dari self-care, yaitu dukungan lingkungan fisik, menanamkan kebiasaan hidup
sehat, mengungkapkan perasaan, dan menjauh darinya.
Dukungan lingkungan fisik terdiri dari tempat tinggal, makanan, dan fasilitas
lainnya yang memberikan kenyamanan dan kemudahan bagi caregiver dan pasien.
Menanamkan kebiasaan hidup sehat yaitu melakukan tindakan untuk mempertahankan
dan meningkatkan kesehatan selama proses pemberian perawatan. Caregiver dan pasien
saling mendukung untuk meningkatkan kesehatan seperti makan teratur dan olahraga.

4
Mengeluarkan perasaan yaitu menemukan suatu cara untuk mengungkapkan perasaan dan
frustasi selama proses pemberian perawatan. Caregiver bisa komunikasi dengan intens
dengan orang lain untuk mengungkapkan perasaannya atau dengan menulis dan metode
lain untuk mengekspresikan perasaannya. Menjauh darinya diartikan bahwa caregiver
ingin menjauh dari situasi tuntutan penyakit, pengobatan, dan proses pemberian
perawatan. Akan tetapi, secara hati nurani, caregiver merasa bersalah untuk
meninggalkan pasien.
2. Expectation Mangement/ Manajemen Ekspektasi
Mengatur ekspektasi pada pasien, merupakan suatu kondisi yang diharapkan
dimasa mendatang untuk kembali kepada kondisi normal. Pandangan ke masa depan,
akan dihadapkan pada ketakutan akan masa depan apakah bisa kembali kepada kondisi
normal atau tidak. Kenyataan dan ekspektasi merupakan bagian yang perlu dibangun oleh
caregiver untuk memperbaiki kualitas hubungan caregiving antara pasien dengan
caregiver. Ada 5 dimensi dari manajemen ekspektasi, yaitu:
a. envisioning tomorrow/ membayangkan besok,
b. getting back to normal/ kembali ke keadaan normal,
c. taking one day at time/ menyediakan satu hari pada suatu waktu,
d. gauging behaviour/ mengukur perilaku, dan
e. reconciling treatment twist and turns.
Envisioning tomorrow yaitu berbaur dengan masa depan yang ambigu dengan
harapan dan ketakutan. Gambaran masa depan berada pada rentang tertentu dan spesifik
serta sangat samar dan umum. Membayangkan masa depan yang penuh harapan,
memiliki caregiver dengan tujuan berjuang untuk bertahan dalam kesulitan bahkan
membayangkan masa depan yang penuh ketakutan memungkinkan caregiver mengalami
kerugian dan mempersiapkan diri kecewa di masa depan. Getting back to normal adalah
melihat seberkas cahaya kecil harapan dan mengantisipasi kembalinya ke keadaan akibat
tuntutan penyakit atau pengobatan. Taking one day at time yaitu berfokus pada saat ini
sebagai sarana berurusan dengan masa depan yang tidak dapat dibayangkan. Sebagai
perspektif dan prioritas berubah dengan orientasi saat ini, upaya dapat dilakukan untuk
memperlambat dan membuat yang terbaik saat ini menuju masa depan yang pasti.
Caregiver kadang-kadang menghindari masa depan karena mereka takut apa yang akan

5
terjadi, tetapi di lain waktu mereka menikmati aspek-aspek positif pada saat ini. Gauging
behaviour yaitu menjelaskan, memprediksi, atau bereaksi terhadap tindakan atau
pernyataan pasien berdasarkan pengetahuan dan pengalaman pasien. Ekspektasi yang
dikembangkan dari gauging behaviour memungkinkan caregiver dapat bereaksi positif
terhadap perilaku sulit pasien. Reconciling treatment twist and turns yaitu perbandingan
sebenarnya agar diantisipasi respon pasien untuk mengkonfirmasi, menjelaskan, dan
bahkan menerima kenyataan respon pasien yang sebenarnya.
Caregiver dan pasien secara natural membawa ekspektasi ke dalam situasi
perawatan. Ekspekstasi adalah antisipasi atau menantikan sesuatu yang akan terjadi di
masa depan. Ekspektasi mempertimbangkan kemungkinan terjadi, tertentu, wajar,
beralasan, kebutuhan, atau terikat oleh tugas dan kewajiban. New Insight adalah sebuah
konsep yang berhubungan dengan manajemen ekspektasi.
New Insight/ Pengetahuan atau Pandangan Baru
New insight yaitu merubah kesadaran berdasarkan pengalaman pertumbuhan
manusia, percaya bahwa ada kekuatan besar yang mengontrol situasi, dan mengakui
respon yang positif. Ada tiga dimensi dari new insight yaitu pengalaman manusia
bertumbuh, percaya dengan kekuasaan yang besar, dan mengakui respon yang positif.
New insight secara khusus membantu dalam proses perjalanan penyakit terus maju dan
caregiver berjuang agar manajemen ekspektasi berjalan sukses.
3. Role Negotiation/ Negosiasi Peran
Negosiasi peran akan terjadi saat kondisi pasien mulai pulih dan saat pasien
menghadapi perawatan kompleks yang memerlukan pembagian tanggung jawab. Hal ini
diperlukan caregiver untuk menentukan tindakan yang memerlukan perhatian pasien.
Apabila peran diterima, maka akan terdapat kekuatan hubungan caregiving. Negosiasi
peran terjadi sebagai tindakan yang ditentukan caregiver dengan memperhatikan
pendapat pasien dan jembatan komunikasi antara pasien dengan pelayanan kesehatan.
Ada lima dimensi negosiasi peran yaitu:
a. pushing/ dorongan,
b. getting a handle on it/ mendapatkan pegangan,
c. sharing responsibilities/ berbagi tanggung jawab,
d. attending to patient voice/ mengikuti keinginan pasien, dan

6
e. vigilant bridging/ kewaspadaan.
Komitmen antara caregiver dengan pasien dalam hubungan perawatan memulai
serangkaian negosiasi untuk mendefinisikan peran dalam interaksi perawatan. Dengan
negosiasi, hubungan caregiver dengan pasien menjadi dinamika yang menyeluruh,
dimana peran caregiver dan pasien mengalir secara timbal balik yang konstan dalam
menciptakan keseimbangan yang paling bisa diterima oleh caregiver dan pasien. Ketika
hasil negosiasi dapat diterima baik oleh caregiver maupun pasien, maka akan menjadi
kekuatan hubungan caregiving. Role Support adalah sebuah konsep yang tekait dengan
negosiasi peran.
Role Support/ Dukungan Peran
Role syaitu mengatahui bahwa orang lain peduli dalam memberikan perawatan
yang kompeten, menemukan dukungan lain untuk bertanggung jawab, dan menerima
informasi yang membantu. Selain itu juga dapat memberikan bantuan dalam hal finansial
atau caregiver dapat mencari cara-cara kreatif dalam memenuhi kebutuhan finansial. Ada
lima dimensi dari role support yaitu: encountering competent/ kompeten menghadapi,
compassionate care/ perawatan penuh kasih, finding support for other responsibilities/
mencari dukungan lain yang dpaat bertanggung jawab, and receiving helpful information/
menerima informasi yang membantu.

C. Hubungan antar Konsep dalam Dinamika Caregiving


Caregiving dynamics merupakan proses interaksi dari komitmen, manajemen
ekspektasi, dan negosiasi peran yang didukung oleh konsep self-care, new insight, dan role
support. Semua komponen tersebut saling terkait dan berputar sejalan dengan hubungan
caregiving sepanjang perjalanan penyakit Lingkaran dalam model/gambar tersebut mewakili
keterkaitan antara caregiver dan pasien di masa lalu, sekarang, dan masa depan. Hubungan
caregiver dan pasien saat ini adalah yang paling menonjol, tetapi berkesinambungan
terhubung dengan masa lalu dan masa depan. Komitmen, manajemen ekspektasi, dan
negosiasi peran menghubungkan caregiver dan pasien dan menggerakkan hubungan
sepanjang waktu, menyediakan energi untuk aktifitas caregiving, sebagai perubahan hidup
dalam proses caregiving. Lintasan penyakit melapisi hubungan informal caregiving bergerak
maju dari waktu ke waktu secara paralel dengan mempengaruhi hubungan tersebut.

7
Komitmen, ekspektasi, dan negosiasi menyediakan energi untuk beraktifitas dan
menjelaskan perubahan yang terjadi antara caregiver dan pasien di setiap waktu.

D. Kebutuhan Caregiver dalam Merawat lansia dengan Dimensia


1. Pengertian dimensia
Demensia merupakan gangguan neurologis yang paling umum pada Lansia.
Demensia adalah suatu kemunduran intelektual berat dan progresif yang mengganggu
fungsi sosial, pekerjaan dan aktivitas harian seseorang. Seseorang didiagnosa demensia
bila dua atau lebih fungsi otak seperti ingatan dan keterampilan berbahasa menurun
secara bermakna tanpa disertai penurunan kesadaran.
Demensia (pikun) adalah kemunduraan kognitif yang sedemikian beratnya sehingga
dapat menggangu aktivitas hidup sehari-hari dan aktifitas sosial. Kemunduran kognitif
pada demensia biasanya diawali dengan kemunduran memori maupun daya ingat
(pelupa).
Menurut Miller, Demensia digolongkan sebagai kemunduran menetap di beberapa
fungsi intelektual yang disebabkan karena ketidakstabilan tingkat kesadaran. Sebagai
tambahan, manifestasi non-kognitif adalah perubahan kepribadian dan tingkah laku yang
dihubungkan dengan demensia.
Berdasarkan beberapa penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa demensia
merupakan kerusakan kognitif terutama fungsi intelektual yang biasanya bersifat
progesif dan mempengaruhi aktifitas harian seseorang.

2. Penyebab Demensia
Tanda awal demensia sangat tidak tampak dan samar-samar serta tidak langsung
menjadi jelas. Proses menua tidak secara otomatis menyebabkan demensia. Penuaan
menyebabkan terjadinya perubahan anatomi dan biokimiawi disusunan saraf pusat.
Ada beberapa faktor resiko penyebab demensia antara lain peningkatan usia
seseorang di atas 65 tahun, genetik, trauma kepala, kurangnya pendidikan, lingkungan
(keracunan alumunium), penyakit-penyakit tertentu (hipertensi sistolik, sindrom down,
stroke serta gangguan imunitas), tekanan darah tinggi.

8
3. Dampak demensia
Gangguan kognitif yang sering ditemukan antara lain adalah demesia. Demensia
adalah jenis gangguan kognitif yang paling beraat karena sangat menggangu fungsi
sosial, ekonomi dan psikologis.
Demensia memiiki berbagai dampak lain yaitu masalah-masalah dengan orientasi,
informasi dan pengetahuan umum, waspada, memori saat ini atau masa yang lalu,
formulasi konsep, kognisi (perhitungan, pertimbangan dan abstraksi), memberikan
alasan (reasoning) atau gangguan penggunaan bahasa.

4. Definisi Caregiver
Caregiver adalah penyedia asuhan kesehatan untuk anak, dewasa dan Lansia yang
mengalami ketidakmampuan fisik atau psikis kronis. Caregiver merupakan individu
yang membantu merawat dan memberikan kenyamanan kepada Lansia guna
meningkatkan derajat kesehatan Lansia, membantu Lansia menerima kondisinya, serta
membantu Lansia menghadapi ajal dengan diperlakukan secara manusiawi sampai ajal
dating.
Caregiver menurut Oyebade adalah orang yang memberikan asuhan ataupun
perawatan kepada orang lain yang sakit atau tidak mampu. Caregiver tidak terbatas
hanya pada pengasuh atau tenaga kesehatan yang bekerja secara profesional, melainkan
juga meliputi orang tua dan anggota keluarga lain.
Berdasarkan beberapa penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa caregiver
merupakan individu yang memberikan sebuah perawatan kepada orang lain yang sakit
maupun orang yang tidak mampu dan caregiver dapat berasal dari anggota keluarga,
teman, atau tenaga profesional yang memperoleh bayaran.

5. Kebutuhan Caregiver dalam merawat demensia


Lansia dengan demensia perlu dirawat oleh teman, anggota keluarga maupun
caregiver yang mendapatkan bayaran dengan tujuan agar kebutuhan sehari – hari Lansia
dapat terpenuhi terutama. Namun dalam keperawatan kebutuhan juga ditujukan juga
pada caregiver nya agar dapat terpenuhi. Kebutuhan caregiver antara lain:
a. Kebutuhan tahu tentang diagnosa

9
1) Kebutuhan utama adalah caregiver perlu mengetahui tentang diagnosa
yang tepat
2) Mengetahui tentang informasi penyakit dan tentang Kebutuhan yang
berubah pada orang yang mengalami demensia dan kebtuhan yang perlu
di penuhi untuk orang dengan demensia
3) Mengetahui apa itu demensia dan mengetahui penyebab utama demensia
4) Memahami definisi dan arti dari delirium
5) Memahami bahwa deliriuma dalah kondisi kesehatan yang akut yang bisa
menjadi fatal jika tidak dirawat
6) Menyadari tanda dan penyebab dari delirium
b. Pelatihan
Caregiver membutuhan program pelatihan untuk:
1) Kesadaran mengenai demensia
2) Keterampilan bagaimana untuk membedakan antara demensia, delirium,
depresi dan kondisi lain yang ditunjukan dengan gejala yang sama
3) Kesadaran pengaruh dari kemungkinan kesalahan diagnosa
4) Informasi mengenai terapi farmakologi untuk demensia
5) Pelatihan keterampilan komunikasi yang efektif antara dokter dengan
Lansia
6) Keterampilan manajemen gangguan kognitif
7) Keterampilan manajemen tingkah laku yang tepat terhadap penyakit
8) Keterampilan manajemen fungsional yang tepat terhadap penyakit
9) Menciptakan lingkungan yang aman
c. Kebutuhan dukungan emosional
Merawat orang dengan demensia, caregiver mengalami banyak tekanan
secara emosional ketika memberikan perawatan, sehingga caregiver
membutuhkan dukungan emosional untuk dirinya sendiri yang perlu dipenuhi,
kebutuhan dukungan emosional antara lain:
1) Strategi manajemen stress
2) Dukungan grup pemberi perawatan
3) Strategi koping psikologi

10
a) Mendapatkan waktu luang untuk diri sendiri
b) Membicarakan permasalahan dengan orang yang dapat dipercaya
4) Strategi untuk mengutarakan kecemasan, rasa bersalah, depresi,
kemarahan, kesepian, rasa malu dengan lebih baik
5) Menerima permasalahan sakitnya
6) Permasalahan mengenai perubahan peran
7) Mendapatkan fasilitas bantuan perawatan
8) Konseling untuk pengasuh professional
9) Mendapatkan pelatihan pendidikan untuk pengasuh profesional dalam
melakukan perawatan
10) Mencari informasi melalui internet
d. Kebutuhan bantuan akan jasa sosial
Caregiver memerlukan bantuan dari jasa sosial untuk mengetahui beberapa
hal berikut:
1) Berbagai pelayanan yang ada
2) Jasa sosial digunakan untuk membantu perekonomian
3) Mengetahui lebih banyak tentang dasar dan institusi yang mungkin
menyediakan bantuan berharga.

6. Dampak dari kebutuhan caregiver yang tidak terpenuhi


Beberapa dampak yang dapat dialami:
a. Beban caregiver ( Caregiver Burden)
Caregiver melaporkan beban tertinggi kemungkinan besar adalah karena
berpendidikan rendah, untuk hidup dengan klien dan mereka berasumsi
tidak ada pilihan untuk peran caregiver. Sebagaian besar caregiver
melaporkan memiliki waktu kurang untuk keluarga dan teman,
meningkatnya stress emosional, dan melalaikan perawatan diri sendiri.
b. Pengaruh – pengaruh kesehatan (helath effects)
Resiko terbesar adalah menyakiti diri mereka sendiri. Caregiver memiliki
taksiran tertinggi pada insomnia dan depresi, resiko dari sakit yang serius
dan mungkin kurang untuk mengikut sertakan pencegahan kesehatan.

11
c. Beban keuangan (Financial Burden)
Banyak caregiver mengatur jadwal bekerja mereka, meninggalkan dan
ketidakhadiran, atau berkurang beberapa jam seperti sebuah hasil dari
tanggung jawab.
d. Persiapan yang kurang (inadequate preparation)
Sebagian besar caregiver merasa kurang persiapan pada pelatihan untuk
kemampuan praktik mereka, tidak pernah menerima pendidikan formal
dalam caregiving.

7. Dampak dari kebutuhan caregiver yang terpenuhi


Memberikan perawatan pada Lansia dapat menjadi stress dan variasi konsekwensi
negatif pada fisik dan kesehatan mental, bukti menunjukkan menjadi caregiver dapat
memberikan beberapa dampak baik seperti caregiver dapat memperbanyak dan
meningkatkan pengalaman hidup yang dapat menciptakan dampak positif bagi caregiver,
termasuk meningkatkan kesehatan mental, meningkatkan kedekatan dengan mereka
yang disayangi, dan rasa kepuasan yang berkaitan dengan pemenuhan kewajiban sebagai
caregiver. Memberikan pengasuhan dapat membuat caregiver merasa baik tentang diri
mereka sendiri karena mereka merasa dibutuhkan, memberikan pengasuhan membuat
caregiver belajar kemampuan baru, dan memperkuat hubungan mereka dengan orang
lain.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Theory of Caregiving Dynamics merupakan bagian dari pengembangan middle range
theory dalam keperawatan. Teori ini diciptakan oleh Loretta A. Williams pada tahun 2003
dengan konsep nama “ Informal Caregiving Dynamic”. Kata informal menimbulkan
kesalahpahaman dalam mengartikannya, sehingga konsep nama teori tersebut diganti
menjadi theory of caregiving dynamics. Proses caregiving dalam hal ini mengacu terhadap
perawatan yang dilakukan oleh anggota keluarga, teman, dan tetangga
Lansia dengan demensia perlu dirawat oleh teman, anggota keluarga maupun caregiver
yang mendapatkan bayaran dengan tujuan agar kebutuhan sehari – hari Lansia dapat
terpenuhi terutama.

B. Saran
Kepada pembaca agar dapat menambah pengetahuan tentang family caregiving
dynamic dan dapat mengaplikasikan system keperawatan terhadap lansia dalam keluarga.

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Turana, Yuda. Merawat Demensia. RS Atmajaya : Artikel. 2006


2. kusumawati, D.N. Mengenai demensia pada Lanjut Usia. 2012.
3. Widyastuti RH. Gambaran Beban Keluarga dalam Merawat Lansia dengan Demensia di
Kelurahan Pancoran Mas Depok Jawa Barat. 2011; Available from: e-prints Universitas
Diponegoro
4. Brodaty, Henry, dan Marika Donkin. Family caregivers of people with Dementia. 2009;
Available from: http://www.47news.jp/CN/201211/CN2012111401001150.html pada
07/01/2017.
5. Elmore, Diane L. The Impact of Caregiving of Physical and Mental Health: Implications
for Research, Practice, Education, and Policy. New York Springer Sci Media. 2014;15–
31.
6. Nugroho W. Keperawatan gerontik & geriatrik. Jakarta: EGC; 2008.
7. Dunn, William N. 2003. Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press

14

Anda mungkin juga menyukai