Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

KONSEP TENTANG HEAD INJURY

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan


Medikal Bedah II yang di bimbing oleh Bpk. Angga Wilandika, S.Kep.,
Ners., M.Kep.

disusun oleh:
Fina Sartikawati 102018002
Resti Septini 102018006

PROGRAM STUDI VOKASI D III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH
BANDUNG
2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, dengan ini kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Head Injury
Adapun makalah Konsep Head Injury ini telah kami usahakan
semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan banyak pihak, sehingga
dapat memperlancar proses pembuatan makalah ini. Oleh sebab itu, kami
juga ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar – besarnya kepada
semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah Konsep
Head Injury
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari Konsep Head Injury ini
dapat diambil manfaatnya sehingga dapat memberikan pengetahuan pada
pembaca. Selain itu, kritik dan saran dari Anda kami tunggu untuk
perbaikan makalah ini nantinya.

Bandung, Maret 2020

Penulis,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................1
PENDAHULUAN........................................................................................................1
A Latar Belakang..............................................................................................1
B Rumusan Masalah........................................................................................3
C Tujuan..........................................................................................................3
BAB II........................................................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................................4
A Definisi Head Injury ( Cedera Kepala )..........................................................4
B Etiologi.........................................................................................................5
C Manifestasi Klinis.........................................................................................5
D Klasifikasi......................................................................................................5
E Penatalaksaan Medis...................................................................................7
F Patofisiologi..................................................................................................9
G Komplikasi..................................................................................................10
BAB III.....................................................................................................................12
TINJAUAN KASUS...................................................................................................12
A Kasus..........................................................................................................12
B Asuhan Keperawatan Head Injury pada pasien Tn.A..................................13
BAB IV....................................................................................................................23
PENUTUP...............................................................................................................23
A Kesimpulan.................................................................................................23
B Saran..........................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................24

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

A Latar Belakang
Insidensi cedera kepala di seluruh dunia cenderung untuk
terus meningkat. Kejadian ini berhubungan dengan meningkatnya
penggunaan kendaraan bermotor yang terlihat jelas pada negara-
negara yang berpendapatan rendah dan menengah (Roozenbeek,
Maas, dan Menon, 2013).
Menurut WHO, kejadian cedera kepala akan melebihi
kejadian berbagai penyakit lainnya dalam menyebabkan kematian
dan kecacatan pada tahun 2020. Beban akibat cedera kepala ini
terutama tampak jelas pada negara-negara berpendapatan rendah dan
menengah. Sebab, di negaranegara ini terdapat banyak faktor risiko
yang dapat mendorong terjadinya cedera kepala. Hal ini semakin
diperparah oleh ketidaksiapannya sistem kesehatan di negara-negara
tersebut (Hyder, dkk, 2007).
Insidensi cedera kepala secara global diperkirakan sekitar
200 per 100.000 orang setiap tahunnya. Namun, angka tersebut
dianggap bukanlah suatu angka yang pasti dan merupakan angka
yang underestimated (Bryan-Hancock dan Harrison, 2010). Data
yang diperoleh dari Center of Disease Control and Prevention (CDC)
menunjukkan bahwa kejadian cedera kepala di Amerika Serikat
adalah sekitar 1,7 juta kasus setiap tahunnya (Roozenbeek, Maas,
dan Menon, 2013).
Di Eropa, cedera kepala yang diterima di rumah sakit adalah
sekitar 235 kasus per 100.000 orang setiap tahunnya (Tagliaferri,
dkk, 2006). Insidensi cedera kepala di Afrika Selatan adalah sekitar
310 kasus per 100.000 orang setiap tahunnya (Roozenbeek, Maas,
dan Menon, 2013).

1
2

Pada tahun 2004, terdapat sekitar 14.948 kasus cedera kepala


yang diterima di 77 rumah sakit di Negara China Timur (Wu, dkk,
2008).
Di Indonesia, penelitian mengenai insidensi cedera kepala
masih sangat minim sehingga angka kejadian cedera kepala di
Indonesia masih belum dapat ditentukan.Di RSUP Haji Adam Malik
Medan tercatat sekitar 1.627 kasus cedera kepala terjadi pada tahun
2010 (Indharty, 2012).
Di RSUD dr. Pirngadi Medan dijumpai 1.095 kasus cedera
kepala pada tahun 2002 dengan jumlah kematian 92 orang
(Nasution, 2010).Cedera kepala menjadi penyebab utama kematian
orang dewasa yang berusia dibawah 45 tahun dan pada anak-anak
berusia 1 sampai 15 tahun (Sharples, dkk, 1990). Kasus cedera
kepala terbanyak merupakan cedera kepala derajat ringan (Thornhill,
dkk, 2000).
Pasien dengan cedera kepala ringan memiliki prognosis yang
baik bila penanganan dilakukan dengan baik pula. Secara
kesuluruhan angka kematian pada pasien-pasien cedera kepala
ringan adalah sekitar 0,1% dan paling sering disebabkan oleh
perdarahan intrakranial yang tidak terdiagnosa. Walaupun banyak
pasien cedera kepala ringan yang dapat kembali bekerja, namun
sekitar 50% dari pasien ini memiliki disabilitas sedang sampai berat
bila diukur dengan Glasgow Outcome Scale (GOS) atau Disability
Outcome Scale (DOS).
Hal ini menunjukkan bahwa cedera kepala ringan pun
memiliki morbiditas yang signifikan (Moppett, 2007). Pada pasien-
pasien yang mengalami cedera kepala yang lebih parah,prognosisnya
jauh lebih buruk. Sekitar 30% dari pasien yang diterima di rumah
sakit dengan Glasgow Coma Scale (GCS) <13 akhirnya akan
meninggal. Mortalitas pasien-pasien dengan GCS ≤ 8 setelah
dilakukan resusitasi adalah sekitar 50%. Pasien-pasien yang diterima
di rumah sakit dengan GCS ≤ 12, sekitar 8% pasien tersebut akan
3

meninggal dalam 6 jam pertama, dan 2% akan meninggal dalam 1


jam pertama. Manifestasi jangka panjang pasien-pasien dengan
cedera kepala berat jauh lebih buruk disbanding dengan pasien
dengan cedera kepala ringan. Hanya sekitar 20% pasien dengan
cedera kepala berat dapat pulih dengan baik diukur dengan GOS
(Moppett, 2007)
B Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Head Injury?
2. Apa etiologi dari Head Injury?
3. Bagaimana Manisfestasi klinis dari Head Injury ?
4. Bagaimana klasifikasi Head injury ?
5. Bagaimana penatalaksaan medis Head Injury ?
6. Bagaimana patofisiologi dari Head Injury ?
7. Apa saja komplikasi pada head injury ?
8. Bagaimana pengkajian asuhan keperawatan pada pasien
dengan Head Injury?
9. Apa diagnosa yang muncul pada pasien dengan Head Injury?
10. Bagaimana intervensi keperawatan yang diberikan pada
pasien dengan Head Injury?
C Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari Head injury.
2. Mengetahui etiologi dari Head Injury.
3. Mengetahui Manifestasi Klinis dari Head Injury.
4. Mengetahui klasifikasi Head injury.
5. Mengetahui penatalaksanaan medis Head Injury.
6. Mengetahui patofisiologi dari Head Injury.
7. Mengetahui komplikasi hea injury
8. Mengetahui pengkajian asuhan keperawatan pada pasien
Head injury
9. Mengetahui diagnosa pada pasien dengan Head injury.
10. Mengetahui intervensi keperawatan yang diberikan pada
pasien Head injury
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A Definisi Head Injury ( Cedera Kepala )


Cedera kepala adalah istilah luas yang menggambarkan
sejumlah besar cedera yang terjadi pada kulit kepala, tengkorak,
otak, dan jaringan dibawahnya, dam pembuluh darah di kepala.
Cedera kepala juga seeing disebut cedera otak atau cedera otak
traumatis (TBI), tergantung sejauh mana trauma kepala. Cedera
kepala dibedakan menjadi 2, yaitu cedera tertutup atau terbuka.
Cedera kepala tertutup adalah apabila cedera yang terjadi tidak
menyebabkan kerusakan pada tulang tengkorak dan tidak
mengenai otak secara langsung. Sebaliknya, cedera kepala yang
terbuka adalah cedera yang menyebabkan kerusakan pada tulang
tengkorak dan mengenai jaringan otak.
Cedera kepala meliputi konkusi (otak terguncang, adalah
jenis cedera otak traumatis yang paling umum), luka kulit kepala
dan fraktur tengkorak. Cedera kepala dapat menyebabkan
pendarahan dijaringan otak dan pada lapisan yang mengelilingi
otak (subarachnoid hemorrage, subdural hematoma, hematoma
extradural). Cedera otak traumatis atau (TBI) menyumbang
lebih dari 1 dan 6 perawatan rumah sakit yang berhubungan
dengan cedera setiap tahun.
Cedera kepala dapat disebut juga dengan Head Injury atau
TBI. Head Injury merupakan perlukaan pada kulit kepala, tulang
tengkorak, ataupun otak sebagai akibat dari trauma. Perlukaan
yang terjadi dapat mengakibatkan terjadinya benjolan kecil
namun dapat juga berakibat serius ( Heller, 2013).
Cedera kepala merupakan gangguan pada otak yang bukan
diakibatkan oleh suatu proses degeneratif ataupun hongenital,
melainkan suatu kekuatan mekanis dari luar tubuh yang bisa saja

4
5

menyebabkan kelainan pada aspek kognitif, fisik, dan fungsi


psikososial seseorang secara sementara ataupun permanen dan
berasosiasi dengan hilangnya ataupun terganggunya status
kesadaran seseorang. (dawodu, 2013).
B Etiologi
Menurut Hyder, dkk (2007), penyebab cedera kepala yang paling
sering dialami di seluruh dunia adalah akibat kecelakaan lalu
lintas. Sekitar 60% dari kasus cedera kepala merupakan akibat
dari kelalaian dalam berlalu lintas, 20 sampai 30% kasus
disebabkan oleh jatuh, 10% disebabkan oleh kekerasan, dan
sisanya disebabkan oleh perlukaan yang terjadi dirumah maupun
tempat kerja.
Cedera kepala dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu:
1. Trauma Primer, terjadi akibat trauma pada kepala secara
langsung maupun tidak langsung (akselerasi dan deselerasi).
2. Trauma Sekunder, terjadi akibat trauma saraf (melalui akson)
yang meluas, hipertensi intracranial, hipoksia, atau hipotensi
sistematik (Sibuea, 2009).
C Manifestasi Klinis
Gejala umum cedera kepala ringan meliputi sakit kepala, sensasi
berputar, kebingungan ringan, mual, dan denging sementara
ditelinga. Sementara itu, gejala-gejala cedera kepala yang parah
meliputi kehilangan kesadaran, kejang, muntah, masalah
keseimbangan atau koordinasi, disorientasi serius, ketidak
mampuan untuk memfokuskan mata, gerakan mata abnormal,
hilangnya kontrol otot, sakit kepala yang terus menerus atau
memburuk, hilang ingatan, serta bocornya cairan bening dari
telinga atau hidung.
D Klasifikasi
Terdapat beberapa macam klasifikasi cedera kepala dimulai dari
klasifikasi berdasarkan tingkat keparahannya sampai dengan
klasifikasi cedera kepala berdasarkan patofisiologinya. Namun
6

demikian, terdapat tiga sistem klasifikasi yang umum digunakan,


yaitu :
1. Klasifikasi berdasarkan tingkat keparahannya, klasifikasi ini
seringkali digunakan untuk kepentingan penelitian klinis.
Sampai saat ini, penelitian mengenai penanganan pasien-
pasien cedera kepala dilakukan berdasarkan pada kriteria
tingkat keparahan kerusakan neurologis (neurologic injury
criteria) pasien tersebut. Skala pengukuran yang paling
sering digunakan untuk mengukur tingkat keparahan
kerusakan neurologis pada orang dewasa adalah GCS. Dasar
dari pernyataan tersebut adalah, GCS memiliki realibitas
inter-observer dan kapabilitas dalam menentukan prognostik
pasien yang baik (Saatman, dkk, 2008)
GCS dibuat oleh Jennet dan Teasdale pada tahun 1974.
Selain digunakan untuk menafsirkan tingkat kesadaran dan
prognosis penderita cedera kepala, GCS juga dapat dipakai
untuk menilai kelainan neurologis secara kuantitatif serta
dapat digunakan secara umum untuk mendeskripsikan
keparahan pasien-pasien cedera kepala. Nilai GCS dapat
diperoleh dengan cara memeriksa kemampuan membuka
mata, motorik, dan verbal pasien. Masing-masing komponen
pemeriksaan memiliki nilai tertinggi sebesar 4,6 dan 5.
Berdasarkan GCS, cedera kepala dapat dikategorikan
menjadi cedera kepala ringan (GCS 3-8) (Sibuea, 2009).
2. Klasifikasi berdasarkan tipe pathoanatomic-nya, klasifikasi
ini terutama digunakan untuk menentukan penanganan
pasien cedera kepla pada fase akut. Klasifikasi
pathoanatomic menunjukan lokasi atau ciri-ciri anatomis
yang mengalami abnormalitas. Fungsi klasifikasi ini adalah
untuk terapi yang tepat sasaran. Kebanyakan pasien dengan
trauma yang parah akan memiliki lebih dari satu jenis
perlukaan bila pasien diklasifikasikan menggunakan metode
7

ini. Penilaian dilakukan dimulai dari bagian luar kepala


hingga ke dalam untuk melihat tipe perlukaan yang terjadi
dimulai dari laserasi dan kontusio kulit kepala, fraktur tulang
tengkorak, pendarahan epidural, pendarahan subdural,
pendarahaan subaraknoid, kontusio dan laserasi otak,
pendarahaan intra parenkimal. Masing-masing dari entitas
tersebut dapat dideskripsikan lebih jauh lagi meliputi
seberapa luas kerusakan yang terjadi, lokasi, dan
distribusinya (Saatman, dkk, 2008)
3. Klasifikasi berdasarkan mekanisme terjadinya cedera kepala,
klasifikasi ini paling sering digunakan untuk kepentingan
pencegahan. (Saatman, dkk, 2008). Cedera kepala dapat
diklasifikasikan berdasarkan pada apakah kepala menabrak
secara langsung suatu objek ataupun otak yang bergerak
didalam tulang tengkorak dan akhirnya menimbulkan cedera.
Arah dan kekerasan pada kedua tipe perlukaan tersebut dapat
menentukan tipe dan keparahan suatu trauma. Klasifikasi
berdasarka mekanisme fisik ini memiliki manfaat yang besar
dalam mencegah terjadinya cedera tebuka (Saatman, dkk,
2008)
E Penatalaksaan Medis
Perawatan untuk cedera kepala tergantung pada jenis dan tingkat
keparahan cedera. Pada cedera kepala ringan, seringkali tidak
ada gejala selain rasa sakit ditempat cedera. Biasanya pasien
disarankan mengkonsumsi acetaminophen (tylenol) untuk nyeri.
Pasien tidak boleh menggunakan obat anti inflamasi nonsteroid
(NSAID) seperti ibuprofen (advil) atau aspirin (bayer). Hal ini
karena jenis obat tersebut dapat membuat pendarahan
memburuk. Jika pasien memiliki luka terbuka, jahitan atau
steples dapat digunakan untuk menutup luka sebelum dibalut
dengan perban.
8

Sementara itu perawatan untuk cedera kepala berat dapat


meliputi:
1. Penggunaan obat
Pada pasien yang mengalami cedera otak parah, pasien
sebaiknya diberikan obat anti kejang. Hal ini karena
pasien beresiko terkena kejang dalam seminggu setelah
cedera.pasien juga diberikan diuretik jika cedera
menyebabkan penumpukan tekanan di otak. Diuretik
menyebabkan pasien mengeluarkan lebih banyak cairan
karena dapat membantu meringankan sebagian tekanan.
2. Operasi
Pada keadaan darurat, operasi harus dilakukan untuk
mencegah kerusakan lebih lanjut pada otak. Operasi
bertujuan untuk menghilangkan hematoma, memperbaiki
tengkorak, dan melepaskan tekanan di otak.
3. Rehabilitasi
Jika pasien mengalami cedera otak serius, kemungkinan
besar pasien akan membutuhkan rehabilitasi untuk
mendapatkan kembali fungsi otak sepenuhnya. Jenis
rehabilitasi yang bisa didapatkan bergantung pada fungsi
apa yang hilang akibat cedera otak. Orang-orang yang
mengalami cedera otak seringkali membutuhkan bantuan
untuk mendapatkan kembali monilitas dan kemampuan
bicara.
4. Pemeriksaan Diagnostik.
a) CT-Scan
b) Pemeriksaan Tingkat Kesadaran (GCS)
9

F Patofisiologi

Trauma Kepala

Kulit kepala Tulang kepala Jaringan otak

Kerusakan integritas Faktur linier, fraktur comminited, Kontusio , menekan medula


kulit fraktur depressed,fraktur basis oblongata

Nyeri Akut
Peningkatan TIK Gangguan kesadaran, TTV,
kelainan neurologi

Respon fisiologis otak


Kurang mobilitas fisik dan
produksi sekret

Kerusakan sel otak

Ketidakefektipan bersihan
jalan nafas
Ransangaan simpatis

Gangguan autoregulasi

Tahanan vaskuler sistemik Stress lokalis

Aliran darah ke otak

Tekanan meningkat Katekolamin sekresi asam lambung


pemb.darah pulmonal
O2 gangguan Metabolisme

Mual, muntah
Tekanan meningkat
Edema Otak hidrostatik
Edema paru Intake nutrisi tidak adekuat

Resiko perfusi jaringan


sereberal
Curah jantung menurun
Perubahan pemenuhan nutrisi
terjadi difusi O2 terhambat

Ketidakefektipan pola
nafas hipoksemia
10
11

G Komplikasi
Cedera kepala yang parah dapat menyebabkan konplikasi
serius dan mengancam otak secara permanen. Oleh karena itu,
setiap komplikasi yang timbul harus ditangani dengan segera dan
efektif. Komplikasi yang terjadi antara lain:
1. Infeksi.
fraktur tengkorak dapat merobek membran ( lapisan
tipis sel ) yang mengelilingi otak. Jika hal ini terjadi, bakteri
dapat masuk ke luka dan menyebabkan infeksi.
2. Sindrom pasca gegar otak.
Beberapa orang mungkin mengalami gejala jangka
panjang setelah mengalami gegar otak akibat cedera kepala.
Ini bisa menjadi sindrom pasca gegar otak. Gejala dan efek
sindrom pasca gegar otak dapat meliputi sakit kepala
persistem,pusing, kelemahan, tinitus,mual,gangguan tidur,
masalah memori, kesulitan memahami orang lain,dan
gangguan konsentrasi.
3. Gangguan kesadaran.
Penderita trauma kepala parah dapat mengalami
gangguan kesadaran, seperti koma keadaan vegetatif, atau
keadaan sadar minimal. Gangguan ini memengaruhi kesadran
kemampuan membuka mata dan memiliki reflek dasar, serta
kesadaran (pikiran dan tindakan yang lebih kompleks, seperti
mengikuti instruksi, mengingat, dan berkomunikasi)
4. Kerusakan otak.
Cedera kepala yang parah dapat merusak otak dalam
beberaapa cara. Misalnya, kerusakan dapat terjadi akibat
meningkatnya teka nan pada otak yang disebabkan oleh
bekuan darah antara tenggorokan dan permukaan otak
(hematoma subdural) atau pendarahan didalam dan disekittar
otak (subarachnoid hemorrage).setelah cedera otak, ada juga
peningkatan resiko epilepsi. Seseorang yang
mengembangkan epilepsi setelah cedera kepala mungkin
memerlukan obat untuk jangka waktu tertentu atau seumur
hidup.
5. Efek fisik.
Efek fisik dari trauma kepala misalnya kesulitan
memindahkan atau menjaga keseimbangan dan kehilangan
kordinasi tubuh. Pasien mungkin juga mengalami sakit
kepala atau kelelahan ekstrem.
6. Efek Hormonal.
Beberapa cedera kepala dapat merusak kelenjar
pituitari ( kelenjar kecil yang ada dipangkal otak dan
mengatur tiroid). Kelenjar pituitari yang rusak dapat
12

menyebabkan produksi hormon berkurang dan masalah


seperti tiroid yang kurang aktip ( hipotiroidisme ).
7. Efek Sensorik.
Pasien dapat kehilangan kemampuan indera
penciuman dan mengalami ganggguan penglihatan. Selain
itu, pasien juga mungkin tidak dapat mengontrol suhu tubuh
secara normal.
8. Efek kog nitif.
Setelah cedera kepala, pasien mungkin merasa sulit
berpikir, memproses informasi, dan memecahkan masalah.
Pasien mungkin juga mengalami masalah memori, terutama
dengan ingatan jangka pendek serta mengalami kesulitan
dengan kemampuan berbicara atau komunikasi.
9. Efek Emosional/Perilaku.
Setelah cedera kepala yang parah, pasien mungkin
mengalami perubahan pada perasaan dan perilaku. Misalnya,
lebih mudah marah atau moodnya yang berubah-ubah. Selain
itu, pasien bisa jadi kurang peka terhadap perasaan orang
lain.
BAB III
TINJAUAN KASUS

A Kasus
Tn. A dibawa ke UGD RSHS dengan keadaan tidak sadar. Menurut
pengantarnya, Tn.A mengalami kecelakaan lalu lintas yaitu pada saat
mengendarai sepeda motor dengan kecepatan tinggi dan tidak menggunakan
helm pelindung,tiba-tiba menabrak truk bagian belakang karena truk
tersebut mengerem mendadak sehingga dahi terbentur cukup keras.Setelah
menabrak kemudian sempat terpental dan terjatuh ke arah kiri sehingga
kepalanya kembali membentur aspal.Sebelum pingsan pasien sempat
muntah 1 kali.

Hasil pemeriksaan fisik: nilai GCS (E2M2V1),dahi robek dan


berdarah sekitar 9 cm horizontal,memar sekitar kedua pelipis dan
hidung,kedua kelopak mata pasien agak memar kebiruan,pupil
anisokor,diameter pupil sebelah kanan melebar 10 cm refleks cahaya (-) dan
sebelah kiri 5 cm refleks cahaya (+).Dari telinga sebelah kiri keluar darah
dan sebagian sudah mongering.

Pada pemeriksaan TTV: TD 160/100 mmHg,Nadi 60


x/menit,Respirasi 30 x/menit.Dilakukan manajemen: posisi tidur head up
30,terpasang catheter,dan infus NaCL 0,9%.15 gtt/menit kemudian diberi
cairan Manitol 200 cc guyur tiap 6 jam (4 x 20 cc).
Hasil foto rongent kepala tampak adanya hematom sub dural sebelah
kiri dan temporal.Selanjutnya pasien dirawat di Neurosurgical Intensif Unit.

13
14
15

A Asuhan Keperawatan Head Injury pada pasien Tn.A


A Pengkajian
1. Pengumpulan Data
a. Data Biografi
1) Identitas Klien
Nama : Tn. A
Umur : 25 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : wirausaha
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Indonesia
Status Marital : Tidak terkaji
Alamat : jl.malabar no 20
Tgl Masuk : Tidak terkaji
Tgl Pengkajian : Tidak terkaji
No. Medrec : Tidak terkaji
Diagnosa Medis : Head Injury
2) Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn.B
Umur : 50 tahun
Alamat :jl. Malabar no 20
Hub. Dengan Klien: ayah

b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Penurunan kesadaran.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Tn. A Dibawa ke UGD RSHS dengan keadaan tidak
sadar. Menurut pengantarnya, pasien mengalami
kecelakaan lalu lintas yaitu pada saat mengendarai sepeda
motor dengan kecepatan tinggi dan tidak menggunakan
16

helm pelindung, tiba-tiba menabrak truk bagian belakang


karena truk tersebut mengerem mendadak sehingga dahi
terbentur cukup keras. Setelah menabrak kemudian
terpental dan terjatuh ke arah kiri sehingga kepalanya
kembali membentur aspal. Sebelum pingsan pasien sempat
muntah 1 kali.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Tidak terkaji
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien tidak memiliki penyakit keturunan seperti DM dan
penyakit menular seperti HIV/AIDS

c. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan Umum : Penurunan kesadaran
2) Tingkat kesadaran : Sopor
GCS : (E: 2 M:2 V:1) = 5
3) Tanda tanda vital :
a) TD : 160/100 mmHg
b) Nadi : 60 x/mnit
c) Respirasi : 30 x/mnit
d) Suhu : Tidak terkaji

4) Pemeriksaan fisik
a) System pernafasan
Terdapat memar disekitar hidung..
b) System kardiovaskuler
Ujung area distal tidak pucat
c) System pencernaan
Tidak terkaji.
d) System integument
Ada luka robek di dahi dan berdarah sekitar 9 cm horisontal,
memar disekitar kedua pelipis dan hidung, kedua kelopak mata
pasien agak memar kebiruan.
17

e) System musculoskeletal
Tidak terkaji
f) System perkemihan-genital
Terpasang Kateter
g) Sistem Sensori/persepsi
Telinga sebelah kiri keluar darah dan sebagian sudah
mengering.
h) System persarafan
Klien dapat merasakan sensasi raba, tidak ada kesemutan.
- N1 (Olfaktorius)
Tidak terkaji
- N II (Optikus)
Tidak terkaji
- N III,IV,VI (Okulomotorius, Cochlearis, Abdusen)
Kedua kelopak mata pasien agak memar kebiruan, pupil
anisokor, diameter pupil sebelah kanan melebar 10 cm reflek
cahaya (-) dan sebeleh kiri 5cm reflek cahaya (+),
- N V (Trigeminus)
Tidak terkaji.
- NVII (Fasialis) : Klien tidak memiliki tremor/kelumpuhan
dimuka
- NVIII (Auditorius) : Klien tidak dapat menjawab pertanyaan dari
perawat karena penurunan kesadaran
- NIX (Glosofaringeus) : tidak terkaji
- NX (Vagus) : tidak terkaji
- NXI (Asesorius) : tidak terkaji
- NXII (Hipoglossus) : tidak terkaji
d. Pola Aktivitas Sehari-hari
No Jenis Aktivitas Sebelum Sakit Saat Sakit
18

Pola nutrisi :
 Makan :
- Frekuensi Kaji Pola Nutrisi Kaji Pola nutrisi dan
- Porsi Makan Dan Minum asupan cairan klien saat
- Jenis Klien sakit
- Keluhan
 Minum :
- Frekuesi
- Jenis
- Keluhan
Eliminasi Kaji pola bab dan bak Kaji pola bab dan bak klien
 BAB klien sebelum sakit saat sakit
- Frekuensi
- Kosistensi
- Warna
- Keluhan

 BAK
- Frekuensi
- Warna
- Keluhan
3 Personal Hygine Kaji personal hygine Kaji personal hygine klien
- Mandi klien sebelum sakit saat sakit
- Keramas
- Gosok Gigi
- Potong Kuku
4 Istirahat dan tidur Kaji Istirahat dan tidur Kaji Istirahat dan tidur
- Siang klien sebelum sakit klien saat sakit
- Malam
- Keluhan
5 Aktivitas Kaji aktivitas klien Kaji Aktivitas klien saat
sebelum sakit sakit
- Keluhan
e. Data Psikologis
19

Tidak terkaji
f. Data Spiritual
g. Tidak terkaji
h. Data Penunjang
1) Hasil radiologi
Hasil foto rongent kepala tampak adanya hematom
sub dural sebelah kiri dan temporal.
2) Terapi yang diberikan
a) Posisi Kepala Head up 300.
b)

Nama Golongan Dosis Fungsi


Manitol Diuretik 200cc guyuran Menurukan tekanan dalam
tiap 6 jam kepala ketika meningkat
(4x200 cc) akibat tumor, perdarahan dan
lain-lain.
Nacl 0,9 % 15 gtt/menit Untuk mengembalikan
keseimbangan elektrolit pada
dehidrasi

B Analisa Data

NO Data Etiologi Masalah


1. DS : Trauma kepala Penurunan
kapasitas adaptif
- Menurut penolong
tekanan intrakranial
pasien di tempat
Kerusakan jaringan otak
kejadian pasien
muntah sebanyak
1x. Merobek vena subdural
DO :

- TD : 160/100
Hematoma subdural
mmHg
- N : 60x/mnt
20

- RR : 30x/mnt TIK
- Hasil foto rontgent
kepala tampak
TD , RR , pupil anisokor,
adanya hematom
penurunan kesadaran
subdural sebelah
kiri dan kanan
- GCS 5 (Sopor)

Penurunan kapasitas adaptif


tekanan intrakranial
2. DS : - Trauma kepala Ketidakefektifan
pola nafas

DO: Kerusakan jaringan otak

- RR: 30x/menit

Merobek vena

Hematoma subdural

TIK

Penekanan saraf simpatis

Vasokontriksi pemb. Darah


21

O2

Kebutuhan O2

Ketidakefektifan pola nafas

C Diagnosa Keperawatan berdasarkan Prioritas

No Diagnosa Keperawatan

1. Penurunan tekanan adaptif intrakranial b.d cedera kepala


2. Ketidakefektifan pola nafas b.d Gangguan neurologis

D Rencana Asuhan Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


Keperawatan
1 Penurunan Setelah dilakukan Manajemen 1. Posisi head up 30
tekanan tindakan Peningkatan derajat dapat
adaptif
intrakranial keperawatan TIK: mengurangi beban
b.d cedera selama 3x24 jam 1. Posisikan tekanan
kepala
diharapkan klien head intracranial
tekanan intra up 30 derajat 2. Suatu keadaan
kranial menurun normal bila
dengan kriteria sirkulasi serebral
22

hasil : terpelihara dengan


2. Monitor baik atau fluktuasi
- Kesadaran
tanda-tanda ditandai dengan
Somnolen
vital dan tekanan darah
- Pupil
tingkat sistemik. Dengan
memberikan
kesadaran peningkatan darah
refleks saat
GCS tiap 4 dibarengi dengan
diberi cahaya
jam peningkatan
- Klien tidak
tekanan darah
muntah
intracranial.
- TTV dalam
Adanya
rentang
peningkatan tensi,
normal
bradikardi
TD :
disritmia dan
120/80
dyspnea
mmHg
merupakan tanda
N : 60 –
terjadinya
100 x/mnt
peningkatan TIK
R : 16 –
3. Reaksi pupil dan
24 x/mnt
pergerakan
kembali dari bola
mata merupakan
tanda dari
gangguan saraf jika
batang otak
terkoyak. Reaksi
3. Evaluasi pupil diatur oleh
pupil, amati saraf ketiga kranial
ukuran, (okulomotorik)
ketajaman, yang menunjukkan
dan reaksi keutuhan batang
terhadap otak. Ukuran pupil
23

cahaya menunjukkan
keseimbagan
antara parasimpatis
dan simpatis.
Respon terhadap
cahaya merupakan
kombinasi fungsi
dari saraf kranial II
dan III.

2 Ketidakefektif Setelah dilakukan 1. Berikan 1. Meningkatkan


an pola nafas tindakan 3 x 24 Posisi Semi inspirasi maksimal,
b.d trauma
kepala jam pola nafas fowler. meningkatkan
kembali efektif ekspansi paru dan
dengan kriteria ventilasi pada posisi
hasil : yang tidak sakit

1.Memperlihatka 2.Distres pernapasan


n frekuensi 2. Observasi dan perurabahan pada
pernafasan yang fungsi tanda vital dapat
efektif. pernapasan, terjadi akibat stres
dispnea, atau fisiologi dan nyeri
2. RR kembali
perubahan atau dapat
dalam batas
tanda-tanda menunjukan kejadian
normal yaitu : 16
vital. syok sehubungan
– 24 x/menit
dengan syok.

3.Pucat menunjukkan
terjadinya perfusi
perifer akibat
3. Kaji
kekurangan Oksigen.
Sianosis
Perifer. 4. Pemberian oksigen
secara adekuat dapat
24

mensuplai dan
memberikan cadangan
oksigen, sehingga
4. Kolaborasi mncegah terjadinya
Pemberian hipoksia.
Oksigen
dengan
dokter.
BAB IV
PENUTUP

A Kesimpulan
Cedera kepala dapat disebut juga dengan Head Injury atau
TBI. Head Injury merupakan perlukaan pada kulit kepala, tulang
tengkorak, ataupun otak sebagai akibat dari trauma. Perlukaan
yang terjadi dapat mengakibatkan terjadinya benjolan kecil
namun dapat juga berakibat serius ( Heller, 2013).
Cedera kepala merupakan gangguan pada otak yang bukan
diakibatkan oleh suatu proses degeneratif ataupun hongenital,
melainkan suatu kekuatan mekanis dari luar tubuh yang bisa saja
menyebabkan kelainan pada aspek kognitif, fisik, dan fungsi
psikososial seseorang secara sementara ataupun permanen dan
berasosiasi dengan hilangnya ataupun terganggunya status
kesadaran seseorang. (dawodu, 2013).

B Saran

25
26
DAFTAR PUSTAKA

27

Anda mungkin juga menyukai