Dosen Pembimbing:
Angga Wilandika, S.Kep., Ners., M.Kep
Oleh
Amelia Yulia Ningsih
102018021
TINJAUAN TEORI
A. KONSEP PENYAKIT
1. Pengertian
Stroke didefinisikan sebagai sebuah sindrom yang memiliki karakteristik tanda
dan gejala neurologis klinis fokal dan/atau global yang berkembang dengan cepat,
adanya gangguan fungsi serebral, dengan gejala yang berlangsung lebih dari 24jam
atau menimbulkan kematian tanpa terdapat penyebab selain yang berasal dari
vaskular. Stroke atau cedera serebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang
diakibatkkan oleh terhentinya suplai darah ke bagian otak (Smeltzer & Bare 2013).
Cedera vaskular serebral (CVS) yang sering disebut stroke atau serangan otak
yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah otak, Individu yang beresiko
mengalami CVS adalah lansia dengan hipertensi, diabetes, hiperkolesterilmia, atau
penyakit jantung.
Stroke non hemoragik adalah stroke yang di sebabkan karena penyumbatan
pembuluh darah di otak oleh thrombosis maupun emboli sehingga suplai glukosa
dan oksigen ke otak berkurang dan terjadi kematian sel atau jaringan otak yang
disuplai (Wijaya & Putri 2013).
2. Etiologi
Penyebab terjadinya penyakit stroke yang banyak terjadi adalah pecahnya
pembuluh darah otak yang sebagian besar diakibatkan oleh rendahnya kualitas
pembuluh darah otak.Sehingga dengan adanya tekanan darah yang tinggi
pembuluh darah menjadi rentan pecah. (Padila, 2012).
Stroke dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:
a. Trombosis serebri
Aterosklerosis serebral dan perlambatan sirkulasi serebral adalah penyebab
yang paling umum terjadi pada penyakit stroke. Trombosis lebih sering
ditemukan sebanyak 40% dari banyaknya kasus stroke, hal ini telah
dibuktikan oleh para ahli patologi. Pada kasus trombosis serebri biasanya
ada kaitannya dengan kerusakan lokal pada dinding pembuluh darah akibat
aterosklerosis.
b. Emboli Serebri
Embolisme serebri kondisi dimana aliran darah terhambat akibat benda
asing (embolus), seperti bekuan darah yang berada di dalam aliran darah
yang dapat menghambat pembuluh darah. Emboli serebri termasuk dalam
urutan ke dua dari berbagai penyebab utama stroke.Pada penderita stroke
dengan embolisme serebri .penderita biasanya berusia lebih muda
dibandingkan penderita stroke trombosis.
c. Hemoragi (pendarahan)
Hemoragi atau pendarahan saat pecahnya salah satu srteri sehingga aliran
Pemeriksaan diagnostik:
CT-Scan kepala menunjukkan infark serebri di daerah lobus temporalis kiri dan
infarks lakuner di daerah lobus temporalis kanan.
Pemeriksaan laboratorium:
Program terapi:
Terapi diet: susu cair 200 cc, air mineral 250 cc/24 jam.
IVFD NaCl 0,9% 1200 cc/24 jam; Trombospilet 1 x 8 gram (IV); Ceftriaxone 1 x 40
mg (IV); Paracetamol 3 x 500 mg (PO); Amlodhipin 1 x 25 mg (IV).
B. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Nama Pasien : Tn.Y
Tanggal Lahir :-
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat :-
Pekerjaan :-
Agama :-
Pendidikan :-
Status :-
Nomor RM :-
Diagnosa Medis : Stroke Infark
Tanggal Pengkajian : 09 – 03 – 2021
Tanggal Masuk RS :
2. Identitas Penanggung Jawab Pasien
Nama :-
Jenis Kelamin :-
Pendidikan :-
Hubungan dengan Pasien : -
Alamat :-
3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Pasien mengalami penurunan kesadaran
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
5 bulan yang lalu terdiagnosa stroke ringan. Pada tanggal 5 Maret 2020, pasien
mengalami serangan stroke. Pasien mengalami penurunan kesadaran dan didiagnosa
stroke infark.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Menurut keluarga, pasien memiliki riwayat hipertensi sejak 2 tahun yang lalu. Namun
tidak pernah rutin meminum obat dan kontrol.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak terkaji
4. Riwayat Psikososial Spiritual
a. Data Psikologis
Tidak terkaji, namun harus ada yang dikaji nyeri dan kenyamanan, integritas ego,
pertumbuhan dan perkembangan
b. Data Sosial
Tidak terkaji, namun harus ada yang dikaji interaksi sosial, keamanan dan proteksi
c. Data Spiritual
a. Praktik ibadah saat di rumah
Tidak terkaji, namun harus ada yang terkaji tentang ketuhanan, sumber harapan dan
kekuatan, praktem agama dan ritual, hubungan antara keyakinan spiritual dengan
kesehatan
b. Praktik ibadah saat di rumah sakit
Tidak terkaji, namun harus ada yang terkaji tentang ketuhanan, sumber harapan dan
kekuatan, praktem agama dan ritual, hubungan antara keyakinan spiritual dengan
kesehatan
b. BAB
1) Frekuensi
2) Bau
3) Jumlah
4) Konsistensi
5) Warna
6) Keluhan
6. Pemeriksaan Fisik
a. Status Kesehatan Umum
Penampilan umum :
Kesadaran : Somnolen - GCS 11 (E3M5V2)
Tanda-tanda vital : TD = 160/80 mmHg
HR = 80 kali/menit
RR = 26 kali/menit
S = 36C
Status Antopometri : BB = 53 kg
TB = 160 cm
IMT = 21
b. Sistem Pernapasan
RR 26x/menit, tidak terdapat pernapasan cuping hidung, frekuensi napas cepat, irama
tidak teratur, terdapat ronchi, pengembangan paru tidak simetris, terdapat elevasi
diafragma kanan, vocal fremitus tidak seimbang
c. Sistem Kardiovaskular
TD 160/80mmHg, HR 80x/menit, Konjungtiva anemis, terdapat kardiomegali, CRT 4
detik, akral hangat.
d. Sistem Pencernaan
Terpasang NGT, bising usus 12x/menit, Warna bibir merah muda, lidah klien bersih,
tidak ada luka pada daerah bibir, bentuk bibir simetris, gigi klien tidak lengkap, terdapat
caries. Abdomen datar lembut, suara perkusi area lambung tympani, tidak terdapat
pembengkakandan nyeri tekan pada hepar dan lien, tidak terdapat asites, pasien tidak
merasa kembung dan mual.
e. Sistem Endokrin
Tidak terkaji namun harus ada yang dikaji Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid dan
getah bening
f. Sistem Perkemihan
Terpasang kateter, Kandung kemih tidak distensi, tidak ada pembesaran ginjal, tidak ada
rasa nyeri, tidak terjadi inkontensia urine.
g. Sistem Persarafan
Tidak terkaji
N1 (Olfaktorius) : pasien dapat membedakan bau kopi.
N2 (Optikus) : pasien mampu membaca papan nama perawat dalam jarak 30 cm
tanpa mengguanakan alat bantu.
N3, N4, N6 (Okulomotoris, Trokhealis, Abdusen): Gerak bola mata ke segala arah,
respon pupil miosis (mengecil)
N5 (Trigeminus) : mata klien berkedip saat diberi pilinan kapas yang diusapkan
pada kelopak mata, klien dapat membedakan sensasi kasar, halus, tajam, dan tumpul
pada area wajah. Reflek mengedip (+).
N7 (Fasialis) : wajah simetris, tidak ada kelumpuhan di muk
N8 (Auditorius) : kemempuan mendengar (+) namun harus dengan suara dan
intonasi yang jelas dan agak keras agar dapat mendengar dengan baik.
N9 dan N10 (Glosofaringeus): klien dapat menelan dengan baik saat minum
N11 (Asesorius) : klien dapat menoleh ke kanan dan ke kiri dengan normal.
Kekuatan otot sternokleidomastoideus dan trapezius (+).
N12 (Vagus) : klien dapat menggerakan lidahnya ke segala arah dengan bebas
Pemeriksaan Tanda Meningeal
- Test kaku kuduk (-)
- Test Brudzinski 1 (+)
h. Sistem Muskuloskeletal
Ektremitas atas: Rentang gerak tidak dapat dikaji dan kekuatan otot lemah pada
ekstremitas, terdapat edema pada bagian ekstremitas atas sebelah kanan
Ektremitas bawah: Tidak tearkaji namun harus ada yang dikaji adalah akral hangat, tidak
ada edema, ROM kedua kaki dapat bergerak ke segala arah. Terdapat kelemahan pada
kaki dengan kekuatan otot kaki kanan dan kiri: 5/4.
i. Sistem Integumen
Tidak terkaji namun harus ada yang dikaji, warna kulit, kebersihan kulit, kebersihan kulit
kepala, rambut rontok atau tidak, turgor kulit, ada lesi atau tidak.
j. Sistem Reproduksi
Tidak terkaji. Tidak ada gangguan pada area genital
7. Pemeriksaan Diagnostik
Tanggal Pemeriksaan Hasil
CT Scan Menunjukan infark serebri di daerah lobus
temporalis kiri dan infark lakuner di daerah lobus
temporalis kanan
Rontgen thoraks Menunjukan bronchoneumonia bilateral,
kardiomegali, aterosklerosis aorta
Pemeriksaan laboraturium
Hasil /
Pemeriksaan tanggal Nilai rujukan
Terapi farmakologi
IVFD NaCl 0,9% 1200 cc/24 jam;
Ceftriaxone 1 x 40 mg (IV);
Amlodhipin 1 x 25 mg (IV).
C. ANALISA DATA
No Data Etiologi Problem
1 Ds: - Riwayat hipertensi Penurunan Curah
Do: Jantung
Peninmbunan lemak
- Konjungtiva
(aterosklerosis) yang meningkat
anemis
dalam darah
- Terdapat edema
di ekstremitas
atas kanan Pembuluh darah menjadi kaku
- Terdapat
kardiomegali Pecahnya pembuluh darah
- CRT 4 detik
- TD 160/80 Mmhg Peningkatan beban kerja jantung
- Rontgen
menunjukan Suplai oksigen menurun
aterosklerosis
aorta Penurunan curah jantung
Iskemik otak
Resiko jatuh
E. INTERVENSI KEPERAWATAN
Referensi
1. Suwignjo, P. 2008. Ketepatan Posisi Naso Gastric Tube (NGT) Menggunakan Metode
Aspirasi, Metode Auskultasi, dan Metode Merendam Ujung Selang NGT ke Dalam Air
Dengan Konfirmasi Rontgen Di UGD RS Dr. Hasan Sadikin Bandung [Tesis]. Depok (ID):
Universitas Indonesia
2. Kresnawati, D. Komplikasi Pemasangan Pipa Nasogastrik dan Penangananya
3.http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/26680/Chapter%20II.pdf?
sequence=3&isAllowed=y
4.https://youtu.be/6ZwZMkOzNc4
DAFTAR PUSTAKA
Amin, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Bedasarkan Dengan Diagnosa Medis dan
nanda Nic-Noc Edisi Revisi jilid 3. Jogjakarta: Medication publishing
Arifputera A, dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Editor, Tanto C, dkk. Edisi 4. Jakarta: Media
Aesculapius. 2014; jilid 2; 975-981
Erliyana, E., & Suharno, M. (2016). Analisis Pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada Pasien
Stroke Infark Cerebri Trombolitik dengan Intervensi Inovasi Pengaturan Elevasi Kepala
15-300 terhadap Masalah KetidakefektifanPerfusi Jaringan Serebral di Ruang ICU
RSUD Taman Husada Kota Bontang.
Priyanto, A. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Kliencva Dengan Hambatan Mobilitas Fisik
Di Ruang Aster RSUD Harjono Ponorogo (Doctoraldissertation, Universitas
Muhammadiyah Ponorogo).