Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

PADA An. K DENGAN DHF

Disusun oleh
Nama Mahasiswa : Mega Mustikaretno
NIM : 205070209111006

PROGAM STUDI SAP KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
2020
LAPORAN PENDAHULUAN DHF

A. Definisi
Demam dengue / DF dan DBD atau DHF adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot
dan nyeri sendi yang disertai lekopenia, ruam, limfadenopati,
trombositopenia dan diathesis hemoragik (Sudoyo, 2010).
Penyakit demam dengue atau demam berdarah merupakan penyakit
infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan
Nyamuk Aedes aegepty dan Aedes albopictus. Penyakit ini merupakan
salah satu jenis gangguan kesehatan yang mengganggu produktivitas setiap
orang dan merupakan salah satu penyakit menular yang sering
menimbulkan wabah dan menyebabkan kematian.
B. Epidemiologi
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang menyebar
dengan cepat. Di Indonesia, jumlah kasusnya berfluktuasi setiap tahun, dan
cenderung mengalami peningkatan dan ekspansi distribusi daerah yang
terkena dampak. Nomor penyakit DBD mencapai 78,13 kasus per 100.000
orang di 463 kabupaten / kota pada tahun 2016. The angka kematian
berkurang menjadi 0,79%. Itu wabah DBD terjadi hampir setiap tahun di
tempat yang berbeda. DBD diperkirakan akan terus berlanjut meningkat,
dan penyebarannya semakin meluas (Kementerian Kesehatan RI, 2017).

Angka kejadian DBD di Jawa Timur tergolong tinggi, dengan angka


morbiditas dan mortalitas yang di atas target nasional. Terjadinya kejadian
DBD di Jawa Timur pada tahun 2016 mencapai 64,80 per 100.000 populasi.
Meningkat dari tahun 2015 sebesar 54,18 per 100.000 penduduk (Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2016).

C. Etiologi
Pada umumnya masyarakat kita mengetahui penyebab dari Dengue
Haemoragic Fever adalah melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti. Virus
Dengue mempunyai 4 tipe, yaitu : DEN 1, DEN 2, DEN 3, dan DEN 4,
yang ditularkan melalui nyamuk Aedes Aegypti. Nyamuk ini biasanya hidup
dikawasan tropis dan berkembang biak pada sumber air yang tergenang.
Keempatnya ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 serotipe terbanyak.
Infeksi salah satu serotip akan menimbulkan antibodi yang terbentuk
terhadap serotipe yang lain sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan
perlindungan yang memadai terhadap serotipe yang lain tersebut. Seseorang
yang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4
serotipe selama hidupnya. Keempat serotipe virus dengue dapat ditemukan
diberbagai daerah di Indonesia (Sudoyo dkk. 2010).

Virus Dengue berbentuk batang, bersifat termoragil, sensitif terhadap


inaktivitas oleh distiter dan natrium diaksikolat, stabil pada suhu 70 0C.
Keempat tipe tersebut telah ditemukan pula di Indonesia dengan tipe DEN 3
yang paling banyak ditemukan (Hendarwanto 2010).

D. Klasifikasi
Menurut WHO DHF dibagi dalam 4 derajat yaitu:

a. Derajat I : Demam disertai gejala klinik khas dan satu-satunya


manifestasi perdarahan dalam uji tourniquet positif,
trombositopenia, himokonsentrasi.
b. Derajat II : Derajat I disertai dengan perdarahan spontan pada
kulit atau tempat lain.
c. Derajat III : Ditemukannya kegagalan sirkulasi, ditandai oleh
nadi cepat dan lemah, tekanan darah turun (20 mm Hg) atau
hipotensi disertai dengan kulit dingin dan gelisah.
d. Derajat IV : Kegagalan sirkulasi, nadi tidak teraba dan tekanan
darah tidak Terukur.

E. Faktor resiko
Faktor lingkungan berpengaruh besar terhadap peningkatan dan
penularan penyakit tular nyamuk seperti DBD. Faktor yang paling
berpengaruh diantaranya lingkungan fisik yang terdiri dari curah hujan,
kelembaban udara dan kepadatan penduduk. Lingkungan fisik dapat
berpengaruh langsung terhadap habitat perkembangbiakan nyamuk yang
menjadi asal usul penyebab penyakit DBD (Achmadi dkk,
2010).
F. Manifestasi klinis
Gejala pada penyakit demam berdarah dengue diawali oleh: (Monica,
2012)
1) Demam tinggi mendadak 2-7 hari (38ºC-40ºC)
2) Manifestasi perdarahan, dengan bentuk uji tourniquet positif,
purpura, pendarahan konjungtiva, epitaksis, melena
3) Hepatomegali
4) Syok, tekanan nadi menurun menjadi 20 mmHg atau kurang,
tekanan sistolik mencapai 80 mmHg atau kurang
5) Trombositopenia, dari hari 3-7 ditemukan penurunan trombosit
sampai 100.000/mm3
6) Hemokonsentrasi, meningkatnya nilai hematokrit
7) Gejala-gejala klinik lainnya yang dapat menyertai, anoreksia, mual,
muntah, lemah, sakit perut, diare kejang dan sakit kepala
8) Rasa sakit pada otot dan persendian.
G. Patofisiologi
Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan menimbulkan
viremia. Hal tersebut akan menimbulkan reaksi oleh pusat pengatur suhu di
hipotalamus sehingga menyebabkan ( pelepasan zat bradikinin, serotinin,
trombin, Histamin) terjadinya: peningkatan suhu. Selain itu viremia
menyebabkan pelebaran pada dinding pembuluh darah yang menyebabkan
perpindahan cairan dan plasma dari intravascular ke intersisiel yang
menyebabkan hipovolemia. Trombositopenia dapat terjadi akibat dari,
penurunan produksi trombosit sebagai reaksi dari antibodi melawan virus
(Murwani, 2011). Pada pasien dengan trombositopenia terdapat adanya
perdarahan baik kulit seperti petekia atau perdarahan mukosa di mulut. Hal
ini mengakibatkan adanya kehilangan kemampuan tubuh untuk melakukan
mekanisme hemostatis secara normal. Hal tersebut dapat menimbulkan 9
perdarahan dan jika tidak tertangani maka akan menimbulkan syok. Masa
virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari.
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler di buktikan dengan
ditemukan cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu rongga
peritonium, pleura, dan pericardium yang pada otopsi ternyata melebihi
cairan yang diberikan melalui infus. Setelah pemberian cairan intravena,
peningkatan jumlah trombosit menunjukan kebocoran plasma telah teratasi,
sehingga pemberian cairan intravena harus di kurangi kecepatan dan
jumlahnya untuk mencegah terjadi edema paru dan gagal jantung,
sebaliknya jika tidak mendapat cairan yang cukup, penderita akan
mengalami kekurangan cairan yang akan mengakibatkan kondisi yang
buruk bahkan bisa mengalami renjatan. Jika renjatan atau hipovolemik
berlangsung lam akan timbul anoksia jaringan, metabolik asidosis dan
kematian apabila tidak segera diatasi dengan baik (Murwani, 2011).

H. Pemeriksaan diagnostik
1. Darah
a. Pada kasus DHF yang dijadikan pemeriksaan penunjang yaitu
menggunakan darah atau disebut lab serial yang terdiri dari hemoglobin,
PCV, dan trombosit. Pemeriksaan menunjukkan adanya tropositopenia
(100.000 / ml atau kurang) dan hemotoksit sebanyak 20% atau lebih
dibandingkan dengan nilai hematoksit pada masa konvaselen.
b. Hematokrit meningkat > 20 %, merupakan indikator akan timbulnya
renjatan. Kadar trombosit dan hematokrit dapat menjadi diagnosis pasti
pada DHF dengan dua kriteria tersebut ditambah terjadinya
trombositopenia, hemokonsentrasi serta dikonfirmasi secara uji serologi
hemaglutnasi (Brasier dkk 2012).
c. Leukosit menurun pada hari kedua atau ketiga
d. Hemoglobin meningkat lebih dari 20 %
e. Protein rendah
f. Natrium rendah (hiponatremi)
g. SGOT/SGPT bisa meningkat
h. Asidosis metabolic
i. Eritrosit dalam tinja hampir sering ditemukan
2. Urine

Kadar albumin urine positif (albuminuria) (Vasanwala, 2012) Sumsum


tulang pada awal sakit biasanya hiposeluler, kemudian menjadi hiperseluler
pada hari ke 5 dengan gangguan maturasi dan pada hari ke 10 sudah kembali
normal untuk semua system

3. Foto Thorax

Pada pemeriksaan foto torax dapat ditemukan efusi pleura. Umumnya posisi
lateral dekubitus kanan (pasien tidur disisi kanan) lebih baik dalam mendeteksi
cairan dibandingkan dengan posisi berdiri apalagi berbaring.

4. USG

Pemeriksaan USG biasanya lebih disukai dan dijadikan pertimbangan karena


tidak menggunakan sistem pengion (sinar X) dan dapat diperiksa sekaligus
berbagai organ pada abdomen. Adanya acites dan cairan pleura pada
pemeriksaan USG dapat digunakan sebagai alat menentukan diagnosa penyakit
yang mungkin muncul lebih berat misalnya dengan melihat ketebalan dinding
kandung empedu dan penebalan pankreas

5. Diagnosis Serologis
a. Uji Hemaglutinasi (Uji HI)
Tes ini adalah gold standart pada pemeriksaan serologis, sifatnya
sensitif namun tidak spesifik. Artinya tidak dapat menunjukkan tipe
virus yang menginfeksi. Antibodi HI bertahan dalam tubuh lama sekali
(<48 tahun) sehingga uji ini baik digunakan pada studi serologi
epidemiologi. Untuk diagnosis pasien, kenaikan titer konvalesen 4x
lipat dari titer serum akut atau tinggi (>1280) baik pada serum akut atau
konvalesen dianggap sebagai pesumtif (+) atau diduga keras positif
infeksi dengue yang baru terjadi (Vasanwala dkk. 2012).
b. Uji komplemen Fiksasi (uji CF)
Jarang digunakan secara rutin karena prosedur pemeriksaannya rumit
dan butuh tenaga berpengalaman. Antibodi komplemen fiksasi bertahan
beberapa tahun saja (sekitar 2-3 tahun).
c. Uji Neutralisasi Uji ini paling sensitif dan spesifik untuk virus dengue.
Dan biasanya memakai cara Plaque Reduction Neutralization Test
(PNRT) (Vasanwala dkk. 2012)
d. IgM Elisa (Mac Elisa, IgM captured ELISA)
Banyak sekali dipakai, uji ini dilakukan pada hari ke 4-5 infeksi virus
dengue karena IgM sudah timbul kemudian akan diikuti IgG. Bila IgM
negatif maka uji harus diulang. Apabila sakit ke-6 IgM masih negatif
maka dilaporkan sebagai negatif. IgM dapat bertahan dalam darah
sampai 2-3 bulan setelah adanya infeksi (Vasanwala dkk. 2012)
e. Identifikasi Virus
Cara diagnostik baru dengan reverse transcriptase polymerase chain
reaction (RTPCR) sifatnya sangat sensitif dan spesifik terhadap
serotype tertentu, hasil cepat dan dapat diulang dengan mudah. Cara ini
dapat mendeteksi virus RNA dari specimen yang berasal dari darah,
jaringan tubuh manusia, dan nyamuk (Vasanwala dkk. 2012).
I. Penatalaksanaan
Pada dasarnya penatalaksanaan DBD bersifat supportif yaitu mengatasi
kehilangan cairan plasma sebagai akibat peningkatan permeabilitas kapiler
dan sebagai akibat perdarahan. Untuk merawat Klien DBD dengan baik,
diperlukan dokter dan perawat yang terampil, sarana laboratorium yang
memadai, serta bank darah yang senantiasa siap jika diperlukan. (Demam
Berdarah Dengue, FK, UI. Hal. 104).

Menurut WHO:

 DBD derajat I
- Minum banyak (1,5-2 liter perhari)
- Kompres hangat
- Jika klien muntah-muntah infus RL / Asering.
 DBD derajat II
- Minum banyak (1,5-2 liter perhari)
- Infus RL / Asering
 DBD derajat III
- Infus RL /Asering 20 ml atau 20 cc/kg/BB/jam
 DBD derajat IV
- Infus RL / Asering tetapi diguyur atau dicor terlebih dahulu sampai
nadi teraba dan tekanan darah sudah mulai terukur
- Bila ada panas atau demam berikan kompres hangat dan
paracetamol
- Bila ada perdarahan, tes Hb, jika Hb < 10 berikan PRC(Pack Red
Cell/Eritrosit) sampai Hb lebih dari 10.
- Bila terdapat infeksi sekunder atau renjatan yang berulang-ulang
berikan antibiotik
- Bila terjadi kesadaran menurun dengan kejang-kejang berikan
dexamethasone
J. Prognosis
Prognosis DHF ditentukan oleh derajat penyakit, cepat tidaknya
penanganan diberikan, umur, dan keadaan nutrisi. Prognosis DBD derajat I
dan II umumnya baik. DBD derajat III dan IV bila dapat dideteksi secara
cepat maka pasien dapat ditolong. Angka kematian pada syok yang tidak
terkontrol sekitar 40-50 % tetapi dengan terapi penggantian cairan yang
baik bisa menjadi 1-2 %. Penelitian pada orang dewasa di Surabaya,
Semarang, dan Jakarta memperlihatkan bahwa prognosis dan perjalanan
penyakit DHF pada orang dewasa umumnya lebih ringan daripada anak-
anak. Pada kasus- kasus DHF yang disertai komplikasi sepeti DIC dan
ensefalopati prognosisnya buruk.

K. Komplikasi
1) Perdarahan
Disebabkan oleh perubahan vaskuler, penurunan jumlah trombosit
dan koagulopati, dan trombositopeni dihubungkan meningkatnya
megakoriosit muda dalam sel-sel tulang dan 25 pendeknya masa
hidup trombosit. Tendensi perdarahan dapat dilihat pada uji
torniquet positif, ptekie, ekimosis, dan perdarahan saluran cerna,
hematemesis, dan melena.
2) Kegagalan sirkulasi DSS (Dengue Syock Syndrom)
Terjadi pada hari ke 2-7 yang disebabkan oleh peningkatan
permeabilitas vaskuler sehingga terjadi kebocoran plasma, efusi
cairan serosa ke ronnga pleura dan peritoneum, hiponatremia,
hemokonsentrasi, dan hipovolemi yang mngekaibatkan
berkurangnya alran balik vena, penurunan volume sekuncup dan
curah jantung sehingga terjadi 13 disfungsi atau penurunan perfusi
organ. DSS juga disertai kegagalan hemeostasis yang
mengakibatkan aktivitas dan integritas sistem kardiovaskular,
perfusi miokard dan curah jantung menurun, sirkulasi darah
terganggu dan terjadi iskemi jaringan dan kerusakan fungsi sel
secara progresif dan irreversible, terjadi kerusakan sel dan organ
sehingga pasien akan meninggal dalam wakti 12-24 jam.
3) Hepatomegali
Hati umumnya membesar dengan perlemakan yang dihubungkan
dengan nekrosis karena perdarahan yang terjadi pada lobulus hati
dan sel-sel kapiler. Terkadang tampak sel metrofil dan limphosit
yang lebih besar dan lebih banyak dikarenakan adanya reaksi atau
komplek virus antibody. 4. Efusi Pleura Terjadi karena kebocoran
plasma yang mngekibatkan ekstrasi cairan intravaskuler sel, hal
tersebut dibuktikan dengan adanya cairan dalam rongga pleura dan
adanya dipsnea.
DAFTAR PUSTAKA
Yarmaliza, Y., Farisni, T. N., Fitriani, Syahputri, V. N., Zakiyuddin, Z., & Reynaldi, F. (2020). Analysis
Study Epidemiology of Dermatitis Diseases on the Farmers. Jurnal Berkala Epidemiologi, 8(1),
50–56. https://doi.org/10.20473/jbe.v8i12020
Achmadi U. F., Sukowati S, 2010. Demam Berdarah Dengue. Buletin Jendela Epidemiologi

Mardani, R. A. (2017). Faktor-Faktor Prognosis Terjadinya Syok Pada Anak Dengan Demam Berdarah
Dengue Universitas Indonesia. 1–75.

Karyanti, M. R., & Hadinegoro, S. R. (2016). Perubahan Epidemiologi Demam Berdarah Dengue Di
Indonesia. Sari Pediatri, 10(6), 424. https://doi.org/10.14238/sp10.6.2009.424-32
Kemenkes. (2010). Demam Berdarah Dengue. Buletin Jendela Epidemiologi, 2, 48.
Candra, A. (2010). Dengue Hemorrhagic Fever Epidemiology, Pathogenesis, and Its Transmission Risk
Factors. Aspirator: Journal of Vector Borne Diseases Studies, 2(2), 110–119.
https://doi.org/10.22435/aspirator.v2i2.2951.
FORMAT PENGKAJIAN

A. PENGKAJIAN

1. PENGUMPULAN DATA
Tanggal : 08-09-2020
I. Identitas Data
Nama : an.K Alamat :
Tanggal lahir : No. Telp :
Umur : 15 th Kultur :
Nama ayah/ibu : Agama : islam
Pekerjaan ayah : Pendidikan :
Pekerjaan ibu : Anak ke :

II. ALASAN KUNJUNGAN/ KELUHAN UTAMA


Demam

III. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Pasien masuk dengan keluhan demam ± 5 hari sebelum MRS, terus-menerus, menggigil,
batuk (+), lendir (+), kental, warna kekuningan, darah (-), perdarahan (-). Sakit kepala (+),
lidah kotor (+), nyeri ulu hati (+), mual (+), muntah (+), nafsu makan berkurang, lemas (+),
BAK lancar, belum BAB hari ini.
IV. Riwayat Masa Lampau
Riwayat sakit dengan gejala yang sama disangkal
V. Riwayat Keluarga
Riwayat sakit dengan gejala yang sama disangkal
VI. Keadaan Kesehatan Saat Ini
a. Diagnosa medis : DHF
VII. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : compos mentis
b. Tanda vital : TD 120/80 mmHg, N 120x/menit, RR 32x/menit, S 40ºC
c. Pemeriksaan kepala leher :
-Mata : anemis (-/-) ikterus (-/-) pupil bulat isokor diameter 2,5cm / 2,5 cm
-bibir : sianosis (-)
-tonsil : dbn
-faring : dbn
d. Jantung dan Thorax :
Thorax
-inspeksi : simetris kiri dan kanan
-palpasi : massa tumor (-), nyeri tekan (-) vocal fremitus simetris kesan normal
-perkusi : paru kanan kiri sonor/sonor, batas paru hepar ICS IV dekstra, batas paru
belakang kanan CV th VIII dekstra, batas paru belakang kiri CV Th IX sinistra
-auskultasi : ronchi (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
- inspeksi : apeks jantung tidak nampak
- palpasi : apeks jantung tidak teraba
- perkusi : batas jantung kanan atas ICS II linea parastrenalis dextra, kiri atas ICS II linea
parastrenalis sinistra, batas kanan bawah ICS IV linea parasternalis dextra, kiri bawah
ICS IV linea midclavicula
- auskultasi : bunyi jantung S I/II regular, murmur (-)

e. Abdomen :
-inspeksi : datar, ikut gerak napas
-auskultasi : peristaltik (+) kesan normal
-palpasi : nyeri tekan (+) regio hipokondrium kanan, defance muscular (-), tidak teraba
massa tumor, hepar dan lien tidak teraba
f. Ekstremitas :
-akral dingin : -/- -/-
-edema : -/- -/-
-tampak bintik-bintik kemerahan pada lengan dan tungkai.

VIII. Pemeriksaan Laboratorium


Jenis Pemerikaan Hasil Nilai Rujukan
WBC 2.57x103/uL ↓ 3,8 - 10,6 x 103/uL
RBC 5.38x106/uL 4,4 - 5,9 x 106/uL
HGB 15.4 g/dL 13,2 - 17,3 g/dL
HCT 42.8 % 40 - 50 %
MCV 79,6 fL ↓ 80 - 100 fL
MCH 28.7 pg 26 - 34 pg
MCHC 36.1 g/dL 32 - 36 g/dL
PLT 24.5x103/uL ↓ 140 - 392 x 103/uL
DARAH LYM 17,6 % ↓ 25 - 40 %
RUTIN MONO 23.0 % ↑ 2-8%
EOS .043 % ↓ 2-4%
BASO 1.13 % ↑ 0–1%

Tes Widal Hasil Nilai Rujukan


Titer O 1/80 Negatif

Titer H 1/80 Negatif

Titer AH 1/160 Negatif

Titer BH 1/80 Negatif


2. ANALISA DATA
ANALISA DATA
Nama Pasien : an.K
Umur : 15 th
No. Register : 545xxx
KEMUNGKINAN
DATA MASALAH
PENYEBAB
DS : pasien mengeluh demam ± Hipertermia (D.0130) Virus dengue masuk ke
5 hari terus menerus dan dalam aliran darah melalui
menggigil gigitan nyamuk
DO :
Pasien tampak lemas, petekie
(+) Terjadi veremia
-TTV
TD : 120/80 mmhg
N : 120x/menit Suhu meningkat
RR : 32x/menit
S : 40ºC
Hipertermia

DS : pasien mengeluh batuk- Bersihan Jalan Napas Virus dengue masuk


batuk dan berlendir Tidak Efektif (D.0001) melalui gigitan nyamuk
DO :
- lendir kental dan berwarna
kekuningan, darah (-) Bereaksi dengan antibody
- TTV
N : 120x/menit
RR : 32x/menit Masuknya
mikroorganisme,
memproduksi secret yang
banyak

Penumpukan secret

Bersihan jalan nafas tidak


efektif.

Virus dengue masuk ke


dalam aliran darah melalui
DS : pasien mengeluh mual dan Resiko defisit nutrisi gigitan nyamuk
muntah, nyeri pada ulu hati dan (D.0032)
nafsu makan berkurang
DO : Terjadi veremia
-pasien tampak lemas, lidah
tampak kotor
Suhu meningkat

Anoreksia

Mual dan muntah

Resiko defisit nutrisi


3. DIAGNOSA KEPERAWATAN (BERDASAR PRIORITAS)
Ruang : Kristal
Nama Pasien : An.K
No. Register : 545xxx
DITEMUKAN
DIAGNOSA MASALAH SELESAI
NO MASALAH
KEPERAWATAN
TGL. PARAF TGL. PARAF
1. Hipertermia b.d proses 08/09/2020
penyakit

2. Bersihan jalan napas 08/09/2020


tidak efektif b.d proses
infeksi

3. Resiko defisit nutrisi b.d 08/09/2020


keengganan untuk makan

4. Resiko perdarahan b.d 08/09/2020


gangguan koagulasi
(trombositopenia)
4. TUJUAN, KRITERIA STANDAR, INTERVENSI, RASIONAL

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


NAMA PASIEN: an.K
NO. REG : 545xxx

INTERVENSI
NO DIAGNOSA
TGL TUJUAN KRITERIA STANDART
DX KEPERAWATAN
08/09/ Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Manajemen Hipertermia (I.15506)
2020 1. Hipertermia (D.0130) selama ...x24 jam, didapatkan kriteria O:
hasil : - identifikasi penyebab hipertermi
1. Termoregulasi (L.14134) - monitor suhu tubuh
- suhu tubuh membaik (5) T:
- takipnea menurun (5) - berikan cairan oral
- takikardia menurun (5) - lakukan pendinginan eksternal (kompres dingin pada
2. Status Cairan dahi,leher, dada, abdomen dan aksila)
- frekuensi nadi membaik (5) E:
- dispnea menurun (5) Anjurkan tirah baring
- perasaan lemah menurun (5) K:
- intake cairan membaik (5) Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena k/p
- suhu tubuh membaik (5) 2. Pemantauan Cairan (I.03121)
O:
-monitor TTV
-monitor turgor kulit
-monitor intake dan output cairan
-identifikasi adanya tanda-tanda hipovolemia (nadi
meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, BB
menurun, merasa lemah dan haus dsb)
T:
-atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi
pasien
-dokumentasikan hasil pemantauan
E:
-jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
2. Bersihan Jalan Napas selama ...x24 jam, didapatkan kriteria 1. Manajemen Jalan Napas (I.01012)
Tidak Efektif (D.0001) hasil : O:
1.Bersihan jalan napas (L.01001) -monitor pola napas
-batuk efektif meningkat (5) -monitor bunyi napas tambahan
-produksi sputum menurun (5) -monitor sputum
-dispnea menurun (5) T:
-frekuensi napas membaik (5) -posisikan semi fowler/fowler
-pola napas membaik (5) -berikan minum hangat
-lakukan fisioterapi dada k/p
-berikan oksigen k/p
E:
-anjurkan asupan cairan 2000ml/hari jika tidak ada
kontraindikasi
-ajarkan teknik batuk efektif
K:
-kolaborasi pemberian bronkodilator k/p

Setelah dilakukan tindakan keperawatan


3. Resiko defisit nutrisi selama ...x24 jam, didapatkan kriteria 1. Manajemen Nutrisi (I.03119)
(D.0032) hasil : O:
1.Status Nutrisi (L.03030) -Identifikasi status nutrisi
-Porsi makanan yang dihabiskan -monitor asupan makanan
meningkat (5) -monitor berat badan
-frekuensi makan membaik (5) T:
-nafsu makan membaik (5) -lakukan oral hygiene sebelum makan
-berat badan membaik (5) E:
2.Nafsu Makan -anjurkan posisi duduk
-asupan nutrisi meningkat (5) K : kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
-asupan cairan meningkat (5) kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan
-keinginan makan meningkat (5)

2. Pemberian Makanan (I.03125)


O:
-Identifikasi makanan yang diprogramkan
-identifikasi kemampuan menelan
T:
-lakukan kebersihan tangan dan mulut sebelum makan
-sediakan lingkungan yang menyenangkan selama waktu
makan (misal simpan urinal/pispot agar tak terlihat)
E:
-anjurkan keluarga untuk membantu pada saat pemberian
makan
K:
-kolaborasi pemberian analgesik yang adekuat sebelum
makan k/p
-kolaborasi pemberian antiemetik sebelum makan k/p

Setelah dilakukan tindakan keperawatan


4. Risiko Perdarahan selama ...x24 jam, didapatkan kriteria 1. Pencegahan Perdarahan (I.02040)
(D.0012) hasil : O:
1.Tingkat perdarahan (L.02017) -Monitor tekanan darah dan parameter hemodinamik
-Tidak terjadi perdarahan -Monitor koagulasi darah
-HB dan HCT membaik (5) -Monitor deliveri oksigen jaringan
-TTV membaik (5) T:
-pertahankan akses IV
E:
-jelaskan tanda-tanda perdarahan
-anjurkan melapor jika ada tanda gejala perdarahan
-anjurkan membatsi aktivitas
K:
-kolaborasi pemberian transfusi darah k/p

Anda mungkin juga menyukai