Anda di halaman 1dari 7

SATUAN ACARA PENYULUHAN

TIPS MENGATASI KELELAHAN PASCA CUCI DARAH


DI BANGSAL CENDRAWASIH (UNIT HEMODIALISA) RSUP DR. SARDJITO

Tugas Kelompok
Stase Praktik Keperawatan Anak

Disusun Oleh:
1. Annisa Leny S (21/488144/KU/23472)
2. Resti Dwi Utami (21/499233/KU/23499)
3. Yana Bahtarani P A (21/488323/KU/23505)
4. Karunia Putri W W (21/488324/KU/23506)

PROFESI NERS
FAKULTAS KEDOKTERAN, KESEHATAN MASYARAKAT, DAN
KEPERAWATAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2022
A. LATAR BELAKANG
Penyakit ginjal kronik adalah kondisi kerusakan ginjal yang terjadi selama 3 bulan
atau lebih, abnormalitas struktural atau fungsional ginjal, dengan atau tanpa penurunan
laju filtrasi glomerulus (LFG yang kurang dari 60mL/menit/1,73 m 2 lebih dari 3 bulan
dengan atau tanpa kerusakan ginjal) yang bermanifestasi sebagai kelainan patologis atau
kerusakan ginjal; termasuk ketidakseimbangan komposisi zat di dalam darah atau urin
serta ada atau tidaknya gangguan hasil pemeriksaan pencitraan) (Depkes RI, 2008).
Untuk mengatasi gejala dan tanda akibat laju filtrasi glomerulus yang rendah, dapat
dengan melakukan hemodialisis atau HD . Hemodialisis merupakan terapi cuci darah
pengganti ginjal yang menggunakan alat khusus dimana racun atau zat metabolisme
dikeluarkan dari tubuh ketika ginjal tidak dapat melakukan fungsi normalnya (Depkes RI,
2008; Mehmood et al., 2019).
Keluhan paling sering pasien setelah menjalani proses hemodialisis atau cuci darah
adalah kelelahan (fatigue). Prevalensi kelelahan berikisar 60% sampai 97% (Horigan,
2012; Weisbord et al., 2005). Pada penelitian Suparti tahun 2020, pada 75 reponden
sebanyak 82,7% mengalami kelelahan berat (Suparti et al., 2020). Kelelahan merupakan
masalah serius yang terkait dengan nilai albumin serum rendah, adanya penyakit
kardiovaskular, depresi gejala, kualitas tidur yang buruk, berlebihan kantuk dan sindrom
kaki gelisah (Jhamb, M., Liang, K., Yabes, J., Steel, J. L.Dew, M. A., Shah, N., & Unruh,
2013) . Kelelahan ini mengganggu fungsi fisik, sosial, berhubungan dengan kualitas
hidup yang rendah, dan bahkan kematian dini pada pasien hemodialisis kronik (Jhamb et
al., 2011). Cara untuk mengatasi kelelahan menurut beberapa hasil penelitian adalah
terapi non farmakologi seperti relaksasi otot progresif, nafas dalam, dan aromaterapi
(Auliasari et al., 2020; Herlina et al., 2015; Yanti, 2021).

B. TUJUAN
1. Tujuan umum
Penyuluhan yang nantinya dilakukan bertujuan untuk memberikan edukasi kepada
pasien dan keluarga mengenai cara mengatasi kelelahan setelah dilakukan
hemodialisa atau cuci darah.
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus yang diharapkan dapat tercapai setelah dilakukan penyuluhan yaitu
sebagai berikut:
a. Pasien dan keluarga memahami definisi kelelahan
b. Pasien dan keluarga memahami penyebab dan faktor yang berhubungan
dengan kelelahan pasca cuci darah
c. Pasien dan keluarga memahami dampak kelelahan pasca cuci darah
d. Pasien dan keluarga memahami jenis kelelahan
e. Pasien dan keluarga memahami cara mengatasi kelelahan pasca cuci darah
dengan RONA

C. JUDUL
Judul dari kegiatan ini adalah penyuluhan kesehatan mengenai tips mengatasi kelelahan
pasca cuci darah

D. TEMPAT
Kegiatan ini dilaksanakan di bangsal Cendrawasih (Unit Hemodialisa) RSUP Dr. Sardjito

E. WAKTU
Kegiatan ini dilaksanakan pada Kamis, 13 Januari 2022 jam 11.00 sampai selesai.

F. SASARAN
Peserta : pasien dan keluarga
Jumlah : 20 Orang

G. METODE
Kegiatan penyuluhan kesehatan dilaksanakan dengan metode ceramah, pemberian media
leaflet, dan tanya jawab. Penyuluhan kesehatan dilakukan ditengan tengah audiens yang
ada di ruangan.
H. MEDIA
Jenis media yang digunakan pada penyuluhan kesehatan adalah leaflet.

I. PEMBAGIAN KELOMPOK
Ketua : Annisa Leny Saraswati, S.Kep.
Pemandu : Karunia Putri W, S.Kep.
Fasilitator : Resti Dwi Utami, S.Kep.
Observer : Yana Bahtarani PA, S.Kep.

J. RENCANA PELAKSANAAN
No Waktu Kegiatan Keterangan Peserta
1. Persiapan 1. Menyusun SAP
2. Membuat leaflet
2. Proses Pembukaan
1. Mengucapkan salam
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan
kegiatan
4. Kontrak waktu
pelaksanaan peyuluhan
Kegiatan inti
1. Membagikan leaflet
2. Menjelaskan materi
meliputi: definisi
kelelahan, penyebab dan
faktor yang berhubungan
dengan kelelahan pasca
cuci darah, dampak
kelelahan pasca cuci
darah, jenis kelelahan,
cara mengatasi kelelahan
pasca cuci darah dengan
RONA
3. Memberi kesempatan
bagi peserta untuk
bertanya diskusi/tanya
jawab)
4. Mengulang kembali
materi yang disampaikan
dengan menanyakan
kepada peserta
Penutup
1. Menyimpulkan materi
secara singkat
2. Memberi reinforcement
positif kepada peserta
3. Mengakhiri kegiatan

K. EVALUASI
- Evaluasi proses: memastikan ruangan nyaman dan kondusif
- Evaluasi isi: menanyakan kesan perasaan atau pertanyaan kepada peserta kegiatan
untuk mengevaluasi kegiatan penyuluhan kesehatan

Lampiran materi kegiatan


Pengertian

Kelelahan adalah penurunan kapasitas dalam melakukan kerja baik fisik maupun mental
pada tingkat yang lazim (Herdman dan Kamitsuru, 2014). Kelelahan merupakan salah satu gejala
yang menunjukkan sedang melemahnya tenaga seseorang untuk melakukan sesuatu. Secara
umum kelelahan terlihat pada adanya sejumlah keluhan berupa perasaan enggan untuk
melakukan suatu aktivitas (Budiono, 2003.

Kelelahan adalah mekanisme dari perlindungan tubuh untuk mengurangi terjadinya


kerusakan yang lebih jauh dengan melakukan pemulihan setelah beristirahat. Kelelahan yang
dialami seseorang merupakan salah satu masalah yang membutuhkan penanganan karena
keadaan tersebut dapat mengakibatkan perubahan persepsi, serta berkurangnya kemampuan
menyelesaikan masalah (Craven & Hirule dalam Sulistini et al., 2012).

Faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan

Menurut Herdman dan Kamitsuru (2014), faktor yang berhubungan dengan kelelahan
adalah sebagai berikut: ansietas, depresi, gangguan tidur, gaya hidup tanpa stimulasi, hambatan
lingkungan (misalnya kebisingan, terpapar sinar, suhu/ kelembaban, lingkungan tidak dikenal),
kelesuan fisik, kelesuan fisiologis (anemia, kehamilan, penyakit), malnutrisi, peningkatan
kelelahan fisik, peristiwa hidup negatif, stressor dan tuntutan pekerjaan.

Jenis-jenis Kelelahan

Lee et al. (2007) menyatakan bahwa terdapat tiga domain kelelahan pada pasien yang
menjalani hemodialisis yaitu kelelahan fisik, kelelahan afektif, dan kelelahan kognitif.

1. Kelelahan Fisik
Kelelahan fisik yaitu kelelahan yang terkait dengan situasi fisik berupa
ketidaknyamanan fisik yang menyebabkan kelelahan akibat hemodialisis jangka panjang
dan uremia. Kelelahan fisik ditandai dengan terjadinya gejala uremik, gangguan tidur dan
energi fisik tidak mencukupi.

2. Kelelahan Afektif
Kelelahan afektif berkaitan dengan kondisi emosional seperti pengobatan, depresi,
dan kepenatan. Seseorang yang mengalami kelelahan afektif biasanya mengalami depresi,
merasa penat, dan tidak menyukai perawatan jangka panjang.

3. Kelelahan Kognitif
Kelelahan kognitif berkaitan dengan menurunnya fungsi kognitif. Akibatnya
seseorang yang mengalaminya mengisolasi diri dan menggunakan strategi lain untuk
mengatasi kelelahan. Keadaan ini merupakan pengalaman subjektif, yang ditandai dengan
kurangnya motivasi, perasaan kelelahan, kebosanan, ketidaknyamanan, dan keengganan
untuk melanjutkan aktivitas (Nasekhah, 2016).

Dampak Kelelahan

Kelelahan menimbulkan banyak dampak bagi penderitanya, antara lain sebagai berikut:

1. Stres
Stres disebabkan karena adanya peningkatan kortisol yang juga terjadi karena
meningkatnya endokrin. Endokrin ini sendiri dipengaruhi oleh keadaan kelelahan. Keadaan
stress yang dialami oleh pasien merupakan akibat dampak dari kelelahan, dan bila tidak
ditangani secara holistic akan mengakibatkan kondisi depresi dan tidak memiliki koping
yang baik.

2. Penurunan Kualitas Hidup


Beberapa hal yang terganggu dalam penurunan kualitas hidup ini meliputi kesehatan
fisik, keadaan psikologis, hubungan sosial, dan hubungan dengan lingkungan sekitar.

3. Gangguan Kardiovaskuler
Pasien dengan kondisi kelelahan mengalami anemia atau kekurangan darah dalam tubuh,
sehingga keadaan ini akan membuat jantung untuk bekerja lebih keras lagi untuk memompa
darah agar dapat tersampaikan ke organ yang membutuhkannya dan hal ini dapat menyebabkan
gangguan kardiovaskuler (Sulistini et al., 2012).

Anda mungkin juga menyukai