Tugas Individu
Stase Praktik Keperawatan Anak
Disusun oleh:
Melinda Wardani
20/469769/KU/22707
4. MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinis peritonitis yang terutama adalah nyeri abdomen. Nyeri dapat dirasakan
terus-menerus selama beberapa jam, dapat hanya di satu tempat ataupun tersebar di
seluruh abdomen. Dan makin hebat nyerinya dirasakan saat penderita bergerak. Gejala
lainnya meliputi:
Demam
Temperatur lebih dari 380C, pada kondisi sepsis berat dapat hipotermia
Mual dan muntah
Timbul akibat adanya kelainan patologis organ visera atau akibat iritasi peritoneum
Adanya cairan dalam abdomen, yang dapat mendorong diafragma mengakibatkan
kesulitan bernafas.
Dehidrasi dapat terjadi akibat ketiga hal diatas, yang didahului dengan hipovolemik
intravaskular. Dalam keadaan lanjut dapat terjadi hipotensi, penurunan output urin dan
syok.
Distensi abdomen dengan penurunan bising usus sampai tidak terdengar bising usus
Rigiditas abdomen atau sering disebut ’perut papan’, terjadi akibat kontraksi otot
dinding abdomen secara volunter sebagai respon/antisipasi terhadap penekanan
pada dinding abdomen ataupun involunter sebagai respon terhadap iritasi
peritoneum
Nyeri tekan dan nyeri lepas (+)
Takikardi, akibat pelepasan mediator inflamasi
Tidak dapat BAB/buang angin.
5. KEMUNGKINAN KOMPLIKASI
a) Penumpukan cairan mengakibatkan penurunan tekanan vena sentral yang
menyebabkan gangguan elektrolit bahkan hipovolemik, syok dan gagal ginjal.
b) Abses peritoneal
c) Cairan dapat mendorong diafragma sehingga menyebabkan kesulitan bernafas.
d) Sepsis
6. PENATALAKSANAAN MEDIS
a) Penggantian cairan, koloid, dan elektrolit adalah fokus utama dari penatalaksanaan
medis. Beberapa liter larutan isotonik diberikan. Hipovolemia terjadi karena
sejumlah besar cairan dan elektrolit bergerak dari lumen usus kedalam rongga
peritoneal dan menurunkan cairan dalam ruang vaskuler.
b) Analgestik diberikan untuk mengatasi nyeri.
c) Antiemetik dapat diberikan sebagai terapi untuk mual dan muntah.
d) Intubasi usus dan pengisapan membantu dalam menghilangkan distensi abdomen
dan dalam meningkatkan fungsi usus. Cairan dalam rongga abdomen dapat
menyebabkan distres pernapasan.
e) Terapi oksigen dengan kanula rasal atau masker akan meningkatkan oksigenisasi
secara adekuat, tetapi kadang-kadang intubasi jalan napas dan bantuan ventilasi
diperlukan.
f) Terapi antibiotik masif biasanya dimulai di awal pengobatan peritonitis. Dosis besar
dari antibiotik spektrum luas diberikan secara intravena sampai organisme
penyebab infeksi diidentifikasi dan terapi antibiotik khusus yang tepat dapat
dimulai.
g) Tindakan bedah mencakup mengangkat materi terinfeksi dan memperbaiki
penyebab. Tindakan pembedahan diarahkan pada eksisi (apendiks), reseksi dengan
atau tanpa anastomosis (usus), memperbaiki (perforasi), dan drainase (abses). Pada
sepsis yang luas, perlu dibuat diversi fekal.
7. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Biodata/ identitas pasien :
Nama, umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan,no RM,diagnose, tanggal masuk, dan
alamat
2. Riwayat penyakit
a) Keluhan utama
Nyeri abdomen. Keluhan nyeri dapat bersifat akut, awalnya rasa sakit sering kali
membosankan dan kurang terlokalisasi (peritoneum viseral). Kemudian
berkembang menjadi mantap, berat, dan nyeri lebih terlokalisasi (peritoneum
parietal). Jika tidak terdapat proses infeksi, rasa sakit menjadi berkurang. Pada
beberapa penyakit tertentu (misalnya: perforasi lambung, pankreatitis akut berat,
iskemia usus) nyeri abdomen dapat digeneralisasi dari awal
b) Riwayat kesehatan sekarang
Didapat keluhan lainnya yang menyertai nyeri, seperti peningkatan suhu tubuh,
mual, dan muntah. Pada kondisi lebih berat akan didapatkan penurunan kesadaran
akibat syok sirkulasi dari septikemia
c) Riwayat kesehatan dahulu
Penting untuk dikaji dalam menentukan penyakit dasar yang menyebabkan
kondisi peritonitis. Untuk memudahkan anamnesis, perawat dapat melihat pada
tabel. Penyebab dari peritonitis sebagai bahan untuk mengembangkan pernyataan.
Anamnesis penyakit sistemik, seperti DM, hipertensi dan tuberkulosis
dipertimbangkan sebagai sarana pengkajian preoperatif.
d) Riwayat kesehatan keluarga
Dikaji untuk mengetahui riwayat kesehatan keluarga yang meliputi pola makan,
gaya hidup atau pun penyakit yang sering diderita keluarga sehingga dapat
menyebabkan peritonitis seperti penyakit apendititis, ulkul peptikum, gastritis,
divertikulosis dan lain-lain
3. Pengkajian psikososial
Didapatkan peningkatan kecemasan karena nyeri abdomen dan rencana pembedahan,
serta perlunya pemenuhan informasi prabedah
4. Pemeriksaan fisik
Didapatkan sesuai dengan manisfestasi klinis yang muncul.
a) Keadaan umum : pasien terlihat lemah dan kesakitan
b) TTV mengalami perubahan sekunder dari nyeri dan gangguan hemodinamik.
c) Suhu badan meningkat ≥38,5oC dan terjadi takikardia, hipotensi, pasien tampak
legarti serta syok hipovolemia
d) Pemeriksaan fisik yang dilakukan :
1) Inspeksi : pasien terlihat kesakitan dan lemah. Distensi abdomen didapatkan
pada hampir semuja pasien dengan peritonitis dengan menunjukkan
peningkatan kekakuan dinding perut. Pasien dengan peritonitis berat sering
menghindari semua gerakan dan menjaga pinggul tertekuk untuk mengurangi
ketegangan dinding perut. Perut sering mengembung disertai tidak adanya
bising usus. Temuan ini mencerminkan ileus umum. Terkadang, pemeriksaan
perut juga mengungkapkan peradangan massa
2) Auskultasi : penurunan atau hilangnya bising usus merupakan salah satu tanda
ileus obstruktif
3) Palpasi : nyeri tekan abdomen (tenderness), peningkatan suhu tubuh, adanya
darah atau cairan dalam rongga peritoneum akan memberikan tanda-tanda
rangsangan peritoneum. Rangsangan peritoneum menimbulkan nyeri tekan
dan defans muskular. Pekak hati dapat menghilang akibat udara bebas
dibawah diafragma. Pemeriksaan rektal dapat memunculkan nyeri abdomen,
colok dubur ke arah kanan mungkin mengindikasikan apendisitis dan apabila
bagian anterior penuh dapat mengindikasikan sebuah abses.
Pada pasien wanita, pemeriksaan bimanual vagina dilakukan untuk
mendeteksi penyakit radang panggul (misalnya endometritis,
salpingo-ooforitis, abses tuba-ovarium), tetapi temuan sering sulit
diinterprestasikan dalam peritonitis berat
4) Perkusi : nyeri tekuk dan bunyi timpani terjadi adanya flatulen
5. Pemeriksaan diagnostik
a) Pemeriksaan laboratorium, meliputi (Laroche, 1998) hal-hal berikut :
1) Sebaian besar pasien dengan infeksi intra-abdomen menunjukkan leukositosis
(>11.000 sel/µL)
2) Kimia darah dapat mengungkapkan dehidrasi dan asidosis
3) Pemeriksaan waktu pembekuan dan pendarahan untuk mendeteksi disfungsi
pembengkuan
4) Tes fungsi hati jika diindikasikan secara klinis
5) Urinalisis penting untuk menyingkirkan penyakit saluran kemih, namun
pasien dengan perut bagian bawah dan infeksi panggul sering menunjukkan
sel darah putih dalam air seni dan mikrohematuria
6) Kultur darah untuk mendeteksi agen infeksi septicemia
7) Cairan peritoneal (yaitu paracentesis, aspirasi cairan perut dan kultur cairan
peritoneal). Pada peritonitis tuberkulosa, cairan peritoneal mengandung
banyak protein (lebih dari 3 gram/100 ml) dan banyak limfosit; basil tuberkel
diindikasi dengan kultur
b) Pemeriksaan radiografik
1) Foto polos abdomen
Walaupun identifikasi sangat terbatas, kondisi ileus mungkin didapatkan usus
halus dan usus besar berdilatasi. Udara bebas hadir dalam kebanyakan kasus
anterior perforasi lambung dan duodenum, tetapi jauh lebih jarang dengan
perforasi dari usus kecil dan usus besar, serta tidak biasa dengan appendiks
perforasi. Tegak film berguna untuk mengidentifikasi udara bebas di bawah
diafragma (paling sering disebalah kanan) sebagai indikasi adanya viskus
berlubang
2) Computed tomography scan (CT scan)
CT scan abdomen dan panggul tetap menjadi studi diagnostik pilihan untuk
abses peritoneal. CT scan ditunjukkan dalam semua kasus dimana diagnosis
tidak dapat dibangun atas dasar klinis dan temuan foto polos abdomen. Abses
peritoneal dan cairan lain dapat diambil untuk diagnostik atau terapi dibawah
bimbingan CT scan
3) Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI adalah suatu modalitas pencitraan muncul untuk diagnostis dicurigai
abses intra-abdomen. Abses abdomen menunjukkan penurunan itensitas sinyal
pada gambar T1-weighted dan homogen atau peningkatan intensitas sinyal
heterogen pada gambar T2-weighted.
c) USG
USG abdomen dapat membantu dalam evaluasi kuadran kanan atas (misalnya
perihepatic abses, kolesistitis, biloma, pankreatitis, pankreas pseudocyst), kuadran
kanan bawah, dan patologi pelvis (misalnya appendisitis, abses tuba-ovarium,
abses Douglas), tetapi terkadang pemeriksaan menjadi terbatas karena adanya
nyeri, distensi abdomen dan gangguan gas usus. USG dapat mendeteksi
peningkatan jumlah cairan peritoneal (asites), tetapi kemampuannya untuk
mendeteksi jumlah kurang dari 100 ml sangat terbatas
8. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
a) Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis
b) Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake nutrisi tidak
adekuat
c) Ketidakfektifan bersihan jalan napas b.d ketidakmampuan batuk efektif
d) Kecemasan b.d proses penyakit
e) Konstipasi b.d penurunan motilitas traktus gastrointestinal
f) Penurunan perfusi jaringan cerebral b.d suplai darah ke otak menurun
g) Risiko infeksi b.d prosedur invasif
h) Kerusakan integritas kulit b.d diskontinuitas jaringan
i) Hipertermia b.d penyakit/proses peradangan
B. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
No Diagnosis Tujuan/NOC Intervensi/NIC
1 Nyeri Akut b.d agens cedera Kontrol Nyeri (1605) Manjemen Nyeri: Akut (1410)
biologis (00132) Definisi: Tindakan pribadi untuk 1. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif
Definisi: Pengalaman sensori dan menghilangkan atau menurunkan nyeri yang meliputi lokasi, karakteristik,
emosional tidak menyenangkan Indikator: onset/durasi, frekuensi dan kualitas,
berkaitan dengan kerusakan 1. Menggunakan tindakan pengurangan intensitas serta apa yang mengurangi
jaringan aktual atau potensial, atau (nyeri) tanpa analgesik nyeri, dan faktor yang memicu
yang digambarkan sebagai 2. Menggunakan analgesik yang 2. Monitor nyeri menggunakan alat
kerusakan; awitan yang tiba-tiba direkomendasikan pengukur yang valid dan reliabel sesuai
atau lambat dengan intensitas ringan 3. Melakukan teknik relaksasi efektif usia dan kemampuan komunikasi
hingga berat, dengan berakhirnya 4. Melaporkan perubahan dalam gejala 3. Monitor TTV
dapat diantisipasi atau diprediksi, nyeri pada profesional kesehatan 4. Lakukan intervensi nonfarmakologi untuk
dan dengan durasi kurang dari 3 Keterangan penilaian NOC: penyebab nyeri dan apa yang diinginkan
bulan 1. Tidak pernah menunjukkan pasien
Batasan karakteristik: 2. Jarang menunjukkan 5. Beritahu dokter jika tindakan kontrol
Perubahan selera makan 3. Kadag-kadang menunjukkan nyeri tidak berhasil
Perubahan pada parameter 4. Sering menunjukkan
fisiologis 5. Secara konsisten menunjukkan Pemberian Analgesik (2210)
Ekspresi wajah nyeri 1. Cek perintah pengobatan meliputi obat,
Laporan tentang perilaku Tingkat Nyeri (2102) dosis, dan frekuensi obat analgesik yang
nyeri/perubahan aktivitas Definisi: Keparahan dari nyeri yang diresepkan
Keluhan tentang intensitas diamati atau dilaporkan 2. Tentukan respon pasien sebelumnya
menggunakan standar skala Indikator: terhadap analgesik
nyeri 1. Nyeri yang dilaporkan 3. Cek adanya riwayat alergi
Keluhan tentang karakteristik 2. Ekspresi nyeri wajah 4. Lakukan penyesuaian dosis untuk
nyeri dengan menggunakan 3. Kehilangan nafsu makan anak-anak
standar instrumen nyeri 4. Frekuensi nafas 5. Monitor TTV
Faktor yang berhubungan: 5. Denyut nadi radial 6. Evaluasi keefektifan analgesik dengan
Agens cedera fisik Keterangan penilaian NOC: interval yang teratur setelah pemberian
1. Berat/deviasi berat dari kisaran
normal
2. Cukup berat/deviasi yang cukup
berat dari kisaran normal
3. Sedang/deviasi sedang dari kisaran
normal
4. Ringan/deviasi ringan dari kisaran
normal
5. Tidak ada/tidak ada deviasi dari
kisaran normal
Japanesa, A., Zahari, A., & Rusjdi, R.S. (2016). Pola Kasus dan Penatalaksanaan
Peritonitis Akut di Bangsal Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang. Jurnal Kesehatan
Andalas:5(1).
Ridad, M.A. (2007). Infeksi. Dalam: R. Sjamsuhidajat, editor (penyunting). Buku ajar
ilmu bedah Sjamsuhidajat-de jong. Edisi ke-3. Jakarta: EGC