Anda di halaman 1dari 30

PRESENTASI

JURNAL

Nur hidayat Hakim


Agung Ramadhani
Zakiyuddin Fathoni

PROGRAM STUDI PENDDIKAN PROFESI


FISIOTERAPI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘ASYIYAH YOGYAKARTA
2021/2022
Pendahuluan
The effectiveness of two different exercise approaches in adolescent idiopathic scoliosis:
Judul Jurnal
A single-blind, randomized-controlled trial

Penerbit PLOS ONE

Jurnal rank Scimagojr Rank Q1

Volume, Issue, Tanggal terbit Volume 4, issue 100, tahun 2021

DOI https://doi.org/10.1371/journal.pone.0249492
Hikmet Kocaman, Nilgun Bek, Mehmet Hanifi Kaya, Buket Buyu kturan, Mehmet
Penulis Jurnal
Yetiş, O znur Buyu kturan..

Negara Saudi Arabia

Jenis Penelitian A single-blind randomized


Keywoard
“Scoliosis Idiopatic” AND “Core Stabilization” OR “Schroth exercises” AND adolescent”
Afilasi Penulis

1. Department of Physiotherapy and Rehabilitation, Prosthetics-


Orthotics Physiotherapy, Karamanoglu Mehmetbey University,
Karaman, Turkey,
2. Department of Physiotherapy and Rehabilitation, Faculty of
Health Sciences, Lokman Hekim University, Ankara, Turkey,
3. Faculty of Medicine, Ahi Evran University, Kırşehir, Turkey,
4. School of Physical Therapy and Rehabilitation, Ahi Evran
University, Kırşehir, Turkey,
5. Department of Orthopedics and Traumatology, Faculty of
Medicine, Ahi Evran University, Kırşehir, Turkey
PICOT

Remaja
/Scoliosis Core Stability 10 week
Idiopatic

Intervention Outcome

Populasi/ Compration Time


Patient  Meningkatkan Cobb Angles
 Mobilitas spinal
 Rotasi trunk
Scorth Method  Meningkatkan kekuatan
otot
 Perifer
 Menurunkan deformitas
kosmetik
 ADL AIS
Background
1. Apa sih itu scoliosis Idiopatic? 2. Apa itu Metode Scorth?

3. Bagaimana hasil yang di 4. Apa itu Core Stability?


dapat dari latihan
menggunakan metode Scorth

5. Bagaimana hasil yang 6. Tujuan dari penelitian ini apa


didapat dari core stability? sih?
Example Scoliosis

Normal Tidak normal


METODE
• Uji coba tersamar tunggal, terkontrol secara acak / A Sigle-
blinded randomized controlled trial.
• Menggunakan 28 subjek dengan scoliosis idiopatik remaja
dengan magnitude kurva ringan (10-26 derajat).
• Px dalam kelompok intervensi diberikan latihan schroth yang
diawasi, dan px dalam kelompok kontrol diberikan latihan
core stability yang diawasi dan keduanya diberi latihan
tambahan untuk dilakukan.
• Penilaian meliputi: sudut Cobb (Radiologi), rotasi trunk(adam
test), deformitas kosmetik (Walter Reed Visual Assessment
Scale), mobilitas spinal (Spinal Mouse), kekuatan otot perifer
(Biodex System 4-Pro) dan ADL (Scoliosis Research Society-
22 questionnaire).
Kriteria Inklusi Kriteria ekslusi

• Diagnosa dengan AIS • Riwayat penyakit neuromuscular,


• Berusia antara 10-18 tahun kardiovaskuler, paru, vestibular, atau
• Kurva lenke tipe 1 rematik.
• Punggung naik • Jika menggunakan alat bantu
• Sudut Cobb 10-30 jalan/perawatan penyangga.
• Memiliki scoliosis non-idiopatik.
• Minum obat secara berkala.
• Pernah dibedah atau konservatif
tulang belakang.
• Tidak bersedia mengikuti yang
diberikan.
Intervensi

1. Prinsip Intevensi Core Stability


Dalam prinsipnya terdapat 3 target atau tahapan yang harus dilewati :
• Tahap 1 mengaktifasi Core Muscle ( Transversus Abdomis, digfragma & Multifidus) untuk
meningkatkan Prociopception & Corditination Muscular Spinal dan dilakukan selama 3
Minggu.
• Tahap 2 (selama 3 Minggu) & Tahap 3 (selama 4 Minggu) memiliki tujuan pada
meningkatkan stabilitas dan daya tahan otot.
Note :
• Semua latihan diawali dengan pemanasan dan diakhiri dengan pendinginan masing-masing
selama 10 menit.
• Dosis pada latihan dilakukan minimal 7-10 X Repitisi dan dapat berangsur-berangsur
meningkat bedasarkan kemampuan pasien.
Program of Core Stability.
.Core stabilization exercises Early Phase Mid-Phase Advanced Phase

  Learning activation of TrA and ML Warm up stretching Warm up stretching


muscles in supine hook position

Training of the continuation of the Supine leg lift with yellow Theraband Supine leg lift with red Theraband
neutral lumbopelvic control during
exercises

Warm up stretching Supine contralateral limb lift Abdominal curl

Supine single leg lift Supine bicycles Supine bridge ball rolls
Supine flexed knee pull Supine bridge single leg Supine bridge; knee flexed and legs on
the ball

Supine single arm lift Supine bridge; knee extended and legs Prone bridging
on the swiss ball  

Supine bridge Supine ball rolls with legs Side bridge


Clamshell Side bridge with bent knee Side leg lift with red Theraband

Side-lying leg lift Side leg lift with yellow Theraband Clamshell with red Theraband

Cat-camel Clamshell with yellow Theraband Cat-camel


Superman (arm) Cross limb superman Cross limb superman
Superman (leg) Cat-camel Seated cross limb raise on the swiss
ball
 
Lanjutan…
Core stabilization exercises Early Phase Mid-Phase Advanced Phase

  Sitting on a swiss ball and pelvic tilt Seated leg raise on the swiss ball Seated arm raise on the swiss ball
with core stabilization   with red Theraband (PNF exercises)
 
Seated arm raise on the swiss ball Seated arm raise on the swiss ball Standing arm raise (PNF exercises)
(PNF exercises) with yellow Theraband (PNF with red Theraband
exercises)
Standing arm raise (PNF exercises) Standing arm raise (PNF exercises) Cool down stretching
with yellow Theraband
Cool down stretching Cool down stretching
Intervensi
2. Prinsip Intevensi Scroth
Pada prinsip ini Intervensi yang dilakukan terfokus pada Postural Corection secara Pasif dan
Aktif dengan metode pemahaman kinesthetic dan sensorimotor yang memiliki tujuan agar
pasien dapat secara sadar dan memperbaiki posisinya sendiri. Latihan Schroth juga
mencakup latihan kekuatan dan daya tahan otot-otot postural untuk memperbaiki kurva,
dan mengurangi rasa sakit.
Penunjang latihan :

foam blocks, long sticks

Program latihan Rotational Breathing, Spinal elongation Flexion, Streching Rotation dan
Strengthening untuk mengatasi Endurance Postural Muscle.
Note : Intesitas ditingkatkan secara bertahap tergantung dari kefektifan dalam
mengurangi derajat pasien dan perkembangan secara menyeluruh.
Program of Schroth exercises.
Schroth exercises Early Phase Mid-Phase Advanced Phase

 
3D corrective breathing 3D corrective breathing 3D corrective breathing
Shoulder counter-traction Shoulder counter-traction Shoulder counter-traction
in supine position in sitting position in sitting position

Shoulder counter-traction Chest twister Chest twister


in prone position

Shoulder counter-traction Muscle cylinder in sitting Muscle cylinder in kneeling


in side-lying position position position

Muscle cylinder in supine Big bow Big bow


position
Muscle cylinder in side- Shoulder counter-traction Shoulder counter-traction
lying position between two poles between two poles

Muscle cylinder in sitting Schroth gait Schroth gait


position
Chest twister Removing the stool Removing the stool
Penambahan Intervensi

• Semua pasien diberikan waktu selama intervensi 90 menit dengan masing-


masing individu memiliki waktu 3X seminggu selama 10 minggu.
• Pasien diberikan latihan tambahan setelah Core Stability dan Scroth Exercise
berupa Streching pada (otot yang mengalami spasme selama latihan), latihan
postur, breathing exercise & Spinal Fleksibility ditingkatkan secara bertahap
pada masing-masing pasien.
Hasil Tabel 1

• Tidak ada perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok dalam hal
usia, jenis kelamin, indeks massa tubuh, Risser sign, curve type, or
dominant sides (p>0.05).
Hasil Tabel 1
Hasil Tabel 2

• Ada Hasil yang signifikan untuk Cobb Angles Bidang Frontal (Toraks: F
p <0,001, Lumbar p = 0,002, WRVAS (F = p<0,001), thoracic angle of
trunk rotation (ATR-T) (F = p<0.001), RS-22 (F = p<0.001), total FP
(Frontal plane) (F = p<0.001), SP (Sagittal plane) motion (F = p<0.001).
• Tidak ada perbedaan yang significant pada diantara kedua grub untuk lumbar
angle of trunk rotation (ATR-L) (F = 0.04)
Hasil Tabel 2
Hasil Tabel 3

• Ada hasil yang signifikan pada pola FAE (Flexion-abduction-external


rotation) upper extremity di kedua extremitas di angular velocities
60˚/sec dan 120˚/sec. (60˚/sec sinistra: F = p = 0.005, 60˚/sec dextra: F
= p = 0.002) (120˚/sec Sinistra: F = p = 0.038, 120˚/sec Dextra: F = p =
0.001).
• Tidak ada hasil yang signifikan pada kedua extremitas EAI (Extension-
adduction-internal rotation) upper extremity.
Hasil Tabel 3
Hasil Tabel 4
• Ada hasil yang signifikan Muscle strengths of the left knee extensor (F = p =
<0.001) dan right knee flexor (F = p<0.001) pada angular velocity of 60˚/sec.
• Ada hasil yang muscle strengths of the knee flexor (left: p<0.001, dan
extensor (left: p<0.001, right: F = p<0.001) pada angular velocity of 120˚/sec.
• Tidak ada hasil yang signifikan untuk muscle strengths of the left knee flexor
(F = p = 0.101, dan right knee extensor (F = p = 0.326) pada angular velocity
of 60˚/sec.
Hasil Tabel 4
Diskusi
Sejauh pengetahuan kami, penelitian ini adalah yang pertama
membandingkan dua metode latihan yang digunakan dalam pengobatan
konservatif AIS. Studi single-blind, terkontrol secara acak ini menunjukkan
bahwa latihan Schroth lebih unggul dalam meningkatkan Cobb Angles, ATR-T,
pinal mobility, cosmetic trunk deformity, dan quality of life yang
dibandingkan dengan latihan CS pada pasien AIS setelah pengobatan 10 minggu.
Dalam penelitian ini cobb angles dan ATR memiliki perkembangan yang
positif pada perkembangan kurva dan latihan Schorth lebih baik dari pada Core
stability. Pada cosmetic deformitas atau deformitas tiga dimensi menunjukkan
bahwa latihan schorth memiliki hasil yang signifikan dibanding Core stability.
Pada spinal flexibility dan mobility ditemukan memiliki hubungan negatif
antara cobb angles, vertebra Rotation dengan hasil sit and reach test setiap pasien
penderita AIS. Latihan schorth memiliki hasil yang signifikan pada mobilitas
frontal plane (FP) dan sagittal plane (SP) dibanding core stability.
Ketebatasan Penelitian
1. hanya pasien yang memiliki kurva Lenke tipe 1 yang direkrut untuk
penelitian ini.
2. temuan penelitian ini hanya untuk program pengobatan 10 minggu.

Bias Penelitian
sebagian besar pasien yang dilibatkan dalam penelitian ini memiliki besaran
kurva yang ringan. Oleh karena itu, penelitian ini tidak dapat digeneralisasi untuk
jenis kurva skoliosis lainnya, besaran kurva yang berbeda, dan periode
perawatan yang berbeda
Kekurangan Penelitian.
1. Latihan tidak di contohkan atau di gambarkan.
2. Latihan tidak dijelaskan secara detail.

Kelebihan Penelitian.
1. Latihan ini bisa dijadikan Evidence Based Fisioterapi dalam penangangan
Idiopatic Skoliosis.
Kesimpulan
Penelitian ini menunjukkan bahwa latihan Schroth lebih efektif dalam
mengurangi sudut Cobb dan ATR (kurva utama) dan dalam meningkatkan
mobilitas tulang belakang dan kualitas hidup pada pasien dengan AIS ringan
daripada latihan CS, sedangkan latihan CS lebih efektif daripada latihan
Schroth di peningkatan kekuatan otot perifer.
Kedua metode latihan dapat digunakan dalam pengobatan konservatif AIS
ringan.

Saran
Studi lebih lanjut diperlukan dengan periode tindak lanjut jangka panjang dan
pasien dengan tipe kurva yang berbeda, besar kurva, dan tipe skoliosis
lainnya (neuromuskular, onset dini, dewasa).
Penilaian Critical Aprisial
JANGAN LUPA SELALU
BERSYUKUR, AKHIRILAH
DENGAN GUMOH

Thank You 
JANGAN LUPA SELALU
BERSYUKUR

Thank You 

Anda mungkin juga menyukai