Anda di halaman 1dari 105

Update untuk Fisioterapis

Early Diagnosis dan Early


Intervention pada Cerebral Palsy
dan High Risk Cerebral Palsy

Fasilitator: Yohanes Purwanto


Fisioterapi Peminatan Pediatri
A. Review Cerebral Palsy

Early Diagnosis and Classification of Cerebral Palsy:


An Historical Perspective and Barriers to an Early Diagnosis, Jounal of Clinical Medicine, 2019
Pentingnya Early Diagnosis
dan Early Intervention Cerebral Palsy

AACPDM, Care Pathways Early Diagnosis Early Detection of Cerebral Palsy, Accessed December 23, 2021.
https://www.aacpdm.org/publications/care-pathways/early-detection
Diagnosis Cerebral Palsy
dan High Risk Cerebral Palsy

(Novak , et al, Early, Accurate Diagnosis and Early Intervention in Cerebral Palsy
Advances in Diagnosis and Treatment, 2017)
Diagnosis Dini Cerebral Palsy
AACPDM PATHWAYS • Secara tradisional diagnosis CP
antara 12 -24 bulan karena
gambaran klinis belum jelas dan
tidak ada penentu diagnosis dari
pemeriksaan laboratorium.
• CP adalah diagnosis klinis
berdasarkan kombinasi gambaran
klinis, gejala neurologis dan
gambaran radiologis.
• CP bisa dilakukan diagnosis dini
secara akurat dengan
menggunakan pemeriksaan
terstandar.
• Diagnosis dini memungkinkan
dilakukan intervensi dini untuk
mendapatkan hasil terbaik dari
proses neuroplastisitas otak.

AACPDM, Care Pathways Early Diagnosis Early Detection of Cerebral Palsy, Accessed December 23, 2021.
https://www.aacpdm.org/publications/care-pathways/early-detection
Newborn Detected Risks
Deteksi Resiko Tinggi CP pada Bayi < 5 bulan

Deteksi dimulai dari history taking untuk menemukan


faktor resiko yang kemungkinan bisa menyebabkan
terjadinya gangguan otak karena faktor genetik, resiko
pada masa kehamilan, proses persalina, dan masa
adaptasi setelah lahir.

Evidence-Based Diagnosis, Health Care, and Rehabilitation for


Children With Cerebral Palsy, Journal of Child Neurology, 2014

(Novak , et al, Early, Accurate Diagnosis and Early Intervention in Cerebral Palsy
Advances in Diagnosis and Treatment, 2017)
Newborn Detected Risks
Deteksi Resiko Tinggi CP pada Bayi < 5 bulan

AACPDM, Care Pathways Early Diagnosis Early Detection of Cerebral Palsy, Accessed December 23, 2021.
https://www.aacpdm.org/publications/care-pathways/early-detection
Newborn Detected Risks
Deteksi Resiko Tinggi CP pada Bayi < 5 bulan

(Novak , et al, Early, Accurate Diagnosis and Early Intervention in Cerebral Palsy
Advances in Diagnosis and Treatment, 2017)
Newborn Detected Risks
Deteksi Resiko Tinggi CP pada Bayi < 5 bulan
• Fungsi gerak abnormal dideteksi dengan
Prechtl’s General Movement Asessment
(GMs) dengan MRI yang abnormal dapat
memprediksi CP 95%.
• Pemeriksaan motorik dengan Test of
Infant Motor Performance (TIMP) dapat
memprediksi CP 61-90%.
• Kombinasi pemeriksaan neurologis
Hammersmith Infant Neurological
Examinations (HINE) dengan GMs
ditambah MRI dapat memprediksi CP
dengan sensitifitas 97,86% dan
spesifisitas 99,2%.

AACPDM, Care Pathways Early Diagnosis Early Detection of Cerebral Palsy, Accessed December 23, 2021.
https://www.aacpdm.org/publications/care-pathways/early-detection
Newborn Detected Risks
Deteksi Resiko Tinggi CP pada Bayi > 5 bulan

History taking pada bayi > 5 bulan untuk menemukan


kemungkinan riwayat keterlambatan motorik seperti tangan
yang terus menggenggam selah 4 bulan, kepala yang belum
kuat setelah 4 bulan, atau belum duduk kuat setelah 9
bulan, dan apakah terdapat gerakan yang abnormal seperti
lemah, kaku, atau gerakan yang tidak disadari.

Evidence-Based Diagnosis, Health Care, and Rehabilitation for


Children With Cerebral Palsy, Journal of Child Neurology, 2014

AACPDM, Care Pathways Early Diagnosis Early Detection of Cerebral Palsy, Accessed December 23, 2021.
https://www.aacpdm.org/publications/care-pathways/early-detection
Infants Detected Risks
Deteksi Resiko Tinggi CP pada Bayi > 5 bulan

AACPDM, Care Pathways Early Diagnosis Early Detection of Cerebral Palsy, Accessed December 23, 2021.
https://www.aacpdm.org/publications/care-pathways/early-detection
Infants Detected Risks
Deteksi Resiko Tinggi CP pada Bayi > 5 bulan

AACPDM, Care Pathways Early Diagnosis Early Detection of Cerebral Palsy, Accessed December 23, 2021.
https://www.aacpdm.org/publications/care-pathways/early-detection
Infants Detected Risks
Deteksi Resiko Tinggi CP pada Bayi > 5 bulan

• Pemeriksaan neurologis Hammersmith


Infant Neurological Examinations (HINE)
ditambah MRI dapat memprediksi CP 90%.
• Pemeriksaan motorik dengan Development
Assessment of Youth and Children (DAYC)
dapat memprediksi CP 80%.
• Pemeriksaan motorik Alberta Infants
Motor Scale (AIMS) dan Neuro Sensory
Motor Development Assessment (NSDMA)
bisa menjadi pemeriksaan tambahan untuk
memprediksi gerak abnormal 80%.

AACPDM, Care Pathways Early Diagnosis Early Detection of Cerebral Palsy, Accessed December 23, 2021.
https://www.aacpdm.org/publications/care-pathways/early-detection
Pemeriksaan Khusus
• Hammersmith Infant Neurological Examination (HINE)
• Prechtl General Movements (GMs)
• Test of Infant Motor Performance (TIMP)
• Developmental Assessment of Young Children (DAYC)
• Alberta Infant Motor Scale (AIMS)
• Neuro-Sensory Motor Development Assessment
(NSDMA)
• Motor Assessment of Infants (MAI)
Pemeriksaan Neuroimaging

AACPDM, Care Pathways Early Diagnosis Early Detection of Cerebral Palsy, Accessed December 23, 2021.
https://www.aacpdm.org/publications/care-pathways/early-detection
Pemeriksaan Neuroimaging
WMI (White Matter Injury)
PVL (Periventricular Leukomalacia)

PVL in an infant at 28 weeks GA. (A) Transverse T1 weighted image at the mid-ventricular level showing cystic
PVL as areas of low signal within the cerebral white matter posterior and anterior to the lateral ventricles (arrows).
S J Counsell et al. Arch Dis Child Fetal Neonatal Ed 2003;88:F269-F274
Pemeriksaan Neuroimaging
Germinal Matrix – IVH

Transverse T2 weighted FSE image of an infant at 27 weeks GA showing bilateral


germinal layer haemorrhages (arrows).

S J Counsell et al. Arch Dis Child Fetal Neonatal Ed 2003;88:F269-F274


Pemeriksaan Neuroimaging
GMI (Gray Matter Injury)

Intracerebral Hemorrhage

Transverse MRI, IR, performed at 40 weeks’ PMA in an infant born at 36 weeks’ GA, with
a hemorrhagic occipital parenchymal lobe infarction, associated with coagulopathy.

Mary A Rutherford, MRI of the Neonatal Brain,


http://www.mrineonatalbrain.com/index.php
Pemeriksaan Neuroimaging
GMI (Gray Matter Injury)

Intracerebral Infarction

Neonatal
Unilateral Bilateral stroke
Neonatal cerebral infarction or stroke may be defined as ‘a severe disorganization of gray
and/or white matter architecture caused by embolic, thrombotic or ischemic events’.

Mary A Rutherford, MRI of the Neonatal Brain,


http://www.mrineonatalbrain.com/index.php
Pemeriksaan Neuroimaging
GMI (Gray Matter Injury)

Cerebral Infection

Toxoplasma Rubella CMV HSV

The mechanism of infection and damage is also different amongst the infectious
agents, leading to more specific imaging and pathologic appearances.

Mary A Rutherford, MRI of the Neonatal Brain,


http://www.mrineonatalbrain.com/index.php
Pemeriksaan Neuroimaging
DGM (Deep Gray Matter Injury)

Radiology Case Report, Science Direct , Volume 13, Issue 3, June 2018
Pemeriksaan Neuroimaging
Cerebellar Hemorrhage

There is abnormal low signal intensity within the white matter, presumably due to edema
from the raised intraventricular pressure. (b) T1 weighted spin echo (SE 860/20) sequence.
Sagittal (i) and transverse (ii) plane aged 23 days. The hemorrhage is resolving (arrow) (i).

Mary A Rutherford, MRI of the Neonatal Brain,


http://www.mrineonatalbrain.com/index.php
Pemeriksaan Neuroimaging
Congenital Malformation

Chiari DWM Holonprocephaly Agenesis Corpus


Malformation Callosum

MRI provides detailed multiplanar imaging which is essential for identifying


congenital malformations.

Mary A Rutherford, MRI of the Neonatal Brain,


http://www.mrineonatalbrain.com/index.php
B.Managemen Fisioterapi
pada Cerebral Palsy
Managemen Fisioterapi Pediatri
1. Pemeriksaan Fisioterapi pada
Cerebral Palsy
Pemeriksaan Fisioterapi:
• Suatu proses pemeriksaan yang komprehensif dan
spesifik yang dilakukan oleh fisioterapis yang akan
menuntun pada suatu diagnosis, klasifikasi, atau untuk
merujuk pada praktisi profesi lain.
• Pemeriksaan mempunyai tiga komponen penting yaitu
history taking, system review, dan test & measures,
yang semuanya ini akan digunakan dalam proses
clinical reasoning.

(WCPT. https://world.physio/resources/policies-guidelines
diakses tanggal 20 September 2020)
History Taking
• History taking atau pengkajian riwayat adalah langkah
awal dalam sebuah pemeriksaan dengan cara
melakukan interview dengan pasien atau dengan
keluarga untuk mendapatkan informasi yang
dibutuhkan dalam menegakkan suatu diagnosis.
• Dalam history taking meliputi daftar keluhan, riwayat
prenatal, perinatal, post natal, riwayat genetik, riwayat
keluarga, riwayat medis dan riwayat pengobatan.

(Susan K. Effgen, Meeting the Physical Therapy Needs of Children,


2nd ed. Philadelphia: F.A. Davis Co. 2013)
System Review
• Setelah melakukan history taking, maka kemudian
segera dilakukan system review secara cepat dan
lengkap dengan cara melakukan observasi dan
interview dengan anak dan orang tua mengenai apakah
ada gangguan pada sistem tubuh yang lainnya.
• Menurut panduan Pediatric APTA dan juga sesuai
dengan daftar gangguan sistem dalam ICF-CY system
review yang perlu dilakukan adalah meliputi sistem
muskuloskeletal, neuromuskuler, kardiopulmonal,
gastrointestinal, urogenital, dan sistem integumen.

(Susan K. Effgen, Meeting the Physical Therapy Needs of Children,


2nd ed. Philadelphia: F.A. Davis Co. 2013)
Test & Measurement
• Hasil dari history taking dan system review akan
menentukan jenis tes dan pengukuran yang akan
digunakan dalam pemeriksaan fisioterapi dalam
mencari penyebab gangguan impairment, limitasi
aktifitas dan restriksi partisipasi yang terjadi pada
pasien.
• Test dan pengukuran yang digunakan oleh fisioterapis
berdasar pada komponen ICF-CY beorientasi pada
pemeriksaan yang fungsional.
Impairment Assessment
• Tonus otot MAS, Skala tardieu
• Kekuatan otot MMT, Dinamometri, EMG
• Kontrol gerak Dystonia Scale
• Mobilitas sendi Beighton scale, ROM
• Balance dan postur PBS, CTSIB
• Fungsi refleks R.Primitif, R.Tendon
• Sensori dan nyeri Profil sensori, skala nyeri
Disability Assessment
• Fungsi motorik kasar GMFCS
• Fungsi motorik halus MACS
• Fungsi makan dan minum EDACS
• Fungsi komunikasi CFCS
• Fungsi berjalan Gait analysis
Klasifikasi Cerebral Palsy
Berdasarkan Sub-tipe Klinis

Cans C. (2000). Surveillance of Cerebral Palsy in Europe: A Collaboration of


Cerebral Palsy Surveys and Registers. Dev Med Child Neurol, 42: 816-824
Klasifikasi Cerebral Palsy
Berdasarkan Sub-tipe Klinis

Cans C. (2000). Surveillance of Cerebral Palsy in Europe: A Collaboration of


Cerebral Palsy Surveys and Registers. Dev Med Child Neurol, 42: 816-824
Sub Tipe Cerebral Palsy
Central Hypotonia

Transient Hypotonia

Pure Hypotonia
Bilateral Spastic /Spastic Quadriplegia

A.Spastic Quadriplegia
Symmetric Flexion

B.Spastic Quadriplegia
Symmetric Extension

C.Spastic Quadriplegia
Asymmetric Extension-Rotation
Bilateral Spastic/Spastic Diplegia

A. Standing independently

B. Sitting independently

C.Unable to sit  lead to


Secondary Spastic
Quadriplegia
Unilateral Spastic/Spastic Hemiplegia

Infantil
Spastic Hemiplegia

Acquired
Spastic Hemiplegia
Diskinetic/Athetosis

Pure Athetosis

Khoreo Athetosis

Dystonic/Tonic
Spasm
Klasifikasi CP Berdasarkan
Fungsi Motorik Kasar dengan GMFCS

(Clinical Classification of Cerebral Palsy, 2018


http://dx.doi.org/10.5772/intechopen.79246)
Klasifikasi CP Berdasarkan
Fungsi Motorik Halus dengan MACS
(Clinical Classification of Cerebral Palsy, 2018
http://dx.doi.org/10.5772/intechopen.79246)
Klasifikasi CP Berdasarkan
Fungsi Komunikasi CFCS

(Clinical Classification of Cerebral Palsy, 2018


http://dx.doi.org/10.5772/intechopen.79246)
Klasifikasi CP Berdasarkan
Fungsi Makan dan Minum dengan EDACS

(Clinical Classification of Cerebral Palsy, 2018


http://dx.doi.org/10.5772/intechopen.79246)
2. Diagnosis Fisioterapi
pada Cerebral Palsy
Diagnosis Fisioterapi
• Diagnosis fisioterapi adalah hasil dari sebuah proses clinical
reasoning yang menghasilkan identifikasi masalah aktual dan
potensial pada impairmen, limitasi aktifitas, restriksi
partisipasi, dan faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi baik
positif maupun negatif.
• Tujuan dari diagnosis fisioterapi menjadi panduan fisioterapis
dalam menentukan prognosis dan strategi intervensi yang
paling tepat untuk pasien/klien. Jika dalam proses membuat
diagnosis ditemukan permasalahan di luar batas pengetahuan
dan keterampilannya, fisioterapi akan merujuk kepada praktisi
profesi lainnya.
(WCPT. https://world.physio/resources/policies-guidelines
diakses tanggal 20 September 2020)
Contoh Diagnosis Fisioterapi
pada High Risk Cerebral Palsy
Diagnosis Medis: Diagnosis Fisioterapi:
• Berdasar ICD • Berdasar ICF
• Contoh: • Contoh:
– Bayi baru lahir perempuan • Bayi baru lahir perempuan dengan
dengan usia kehamilan 32 usia kehamilan 34 minggu, berat lahir
minggu, berat lahir 1.400 gram 1.800 gram dengan riwayat Prematur
dengan APGAR skor 4, dan BBLR, riwayat asfiksia sedang, dan
– Abnormal GMs - Impairmen
– HINE skor 35 Hipersensitifitas taktil (b265)
– MRI : PVL grade 3 Tonus postural hipotonus (b735)
Kelemahan refleks oral (b7502)
– NKB – SMK + Prematur + BBLR +
Asfiksia berat + PVL grade 3, Gangguan fungsi pernapasan (b4401)
High Risk CP, - Limitasi aktifitas
(P07.3, P21.1, P.91.2, G.80.9) Kesulitan menyusui (d560)
- Restriksi partisipasi
Hambatan interaksi dengan ibu (d7601)

https://www.who.int/classifications/icd/icdonlineversions/en/
https://apps.who.int/classifications/icfbrowser/
Contoh Diagnosis Fisioterapi
pada Cerebral Palsy

(Susan K. Effgen, Meeting the Physical Therapy Needs of Children,


2nd ed. Philadelphia: F.A. Davis Co. 2013)
Diagnosis FTs untuk Menentukan Tujuan
• Tujuan fisioterapi di praktek klinis pediatri:
Kasus intensif (NICU-PICU):
- Jangka pendek : 1-2 hari
- Jangka panjang : 1 -2 minggu
Kasus intervensi dini:
- Jangka pendek : 1-2 bulan
- Jangka panjang : 3 – 6 bulan
Kasus edukasi:
- Jangka pendek : 1 semester (IEP)
- Jangka panjang : 1 tahun
(Susan K. Effgen, Meeting the Physical Therapy Needs of Children,
2nd ed. Philadelphia: F.A. Davis Co. 2013)
Diagnosis FTs untuk Menentukan
Program Intervensi
• Program fisioterapi di praktek klinis pediatri:
Kasus intensif (NICU-PICU):
- Frekuensi , 3 – 11 X /minggu
- Durasi , 30 – 45 menit
Kasus intervensi dini:
- Frekuensi , 1 – 3 X /minggu
- Durasi , 45 – 60 menit
dilanjutkan home program atau RBM
Kasus edukasi:
- Frekuensi , setiap hari
- Durasi , 2 – 3 jam
(CPG, Academy of Pediatric Physical Therapy, Fact Sheett/Resource, .
https://pediatricapta.org )
Diagnosis FTs untuk Menentukan
Prognosis
• Prognosis fisioterapi di praktek klinis bukan prognosis
medis, tetapi prognosis untuk menentukan dan
memprediksi level perbaikan dari impairment, fungsi
aktifitas dan partisipasi optimal yang akan dicapai, dan
juga batas waktu dalam pencapaian fungsi tersebut.
• Kemampuan melakukan prognosis sulit dilakukan oleh
mahasiswa dan praktisi baru, karena selain pemahaman
klinis juga membutuhkan pengalaman praktik klinis
yang cukup.

(Susan K. Effgen, Meeting the Physical Therapy Needs of Children,


2nd ed. Philadelphia: F.A. Davis Co. 2013)
3. Prognosis Gerak dan Fungsi pada
Cerebral Palsy
Prognosis fisioterapi di praktek klinis pediatri
bukan prognosis medis, tetapi prognosis
untuk menentukan dan memprediksi level
perbaikan dari impairment, fungsi aktifitas
dan partisipasi optimal yang akan dicapai, dan
juga batas waktu dalam pencapaian fungsi
tersebut.

(Susan K. Effgen, Meeting the Physical Therapy Needs of Children,


2nd ed. Philadelphia: F.A. Davis Co. 2013)
Prediktor Prognosis Cerebral Palsy
• Subtipe dari cerebral palsy
• Reaksi postural refleks
• Kemampuan duduk
• Kemampuan visual dan auditori
• Kapasitas muskuloskeletal
• Fungsi intelegensi
• Komplikasi epilepsi
Prognosis Cerebral Palsy
Berdasarkan Prediktor Subtipe CP

• Hasil Surveillance of Cerebral Palsy in Europe


(SCPE), 8 negara 14 center dari tahun 1976-1996:
- Unilateral spastic 97% walking, 3% non walking
- Ataxia 90% walking, 10% non walking
- Bilateral spastic 57% walking, 43% non walking (83%
non walking dari spastic quadriplegia)
- Diskinetic 41% walking, 59% non walking.

Beckung et al al, Probability of Walking in Children With Cerebral Palsy in Europe,


American Academy of Pediatrics, 2007.
Prognosis Cerebral Palsy
Berdasarkan Prediktor Postural Refleks

• Hasil Penelitian E. E. Bleck Tahun 1975 di RS Stanford


Children Hospital pada 73 pasien CP dengan follow up 15
tahun:
- Reaksi postural refleks yang abnormal pada anak Cerebral
Palsy pada usia 18 – 24 bulan menjadi prediktor yang tidak
baik pada kemampuan ambulasi.
- Dari jumlah 73 pasien yang diteliti terdapat 94,5% pasien
dengan abnormalitas refleks postural merupakan pasien CP E.
E. Bleck, non ambulansi.
E. E. Bleck, Locomotor Prognosis in Cerebral Palsy , Develop. Med. Child Neurol. 1975
Prognosis Cerebral Palsy
Berdasarkan Prediktor Kemampuan Duduk

• Hasil Client Development Evaluation Report (CDER) di


Amerika dari tahun 1987-1999:
- Anak yang mampu duduk pada usia 2 tahun 98 - 100%
mampu berjalan.
- Anak yang tidak mampu duduk pada usia 2 tahun ada yang
mampu berjalan 60%.
- Anak yang mampu duduk tetapi tangan tidak mampu menarik
untuk berdiri juga hanya 50% yang bisa berjalan.

Yvonne et al, Prognosis of Ambulation in Cerebral Palsy: A Population Based Study,


Pediatrics Vol 114 No 5, 2004
Prognosis Cerebral Palsy
Berdasarkan Prediktor GMFCS Level
• Hasil penelitian McCormick di TRC Ottawa pada anak CP usia 2 – 12
th, pada tahun 2002 – 2005:
- Anak CP dengan GMFCS Level I, II dan III, 88% akan tetap menjadi level I
dan II dan III pada usia selanjutnya.
- Anak CP dengan GMFCS IV dan V akan berlanjut dengan mobilitas kursi roda
sebanyak 96%.
(McCormick et al, Stability of the Gross Motor Function Classification System in adults
with cerebral palsy, Developmental Medicine & Child Neurology 2007)

• Hasil penelitian Poltekkes Surakarta Tahun 2018 di 10 center


komunitas CP di Indonesia :
- Anak CP dengan GMFCS Level I, II dan III yang bisa berjalan hanya 17 % dari
seluruh populasi.
- Anak CP dengan GMFCS Level IV dan V sebanyak 83% dan hanya mampu
mobilitas dengan kursi roda.
(Poltekkes Surakarta, Gambaran Tingkat Kemandirian Anak Cerebral Palsy di Indonesia, 2018)
Prognosis Cerebral Palsy
Berdasarkan Prediktor Fungsi Visual dan Auditori
• Hasil Surveillance of Cerebral Palsy in Europe (SCPE), 8
negara 14 center dari tahun 1976-1996:
– Anak CP dengan gangguan visual berat 79% tidak mampu berjalan,
dan hanya 23% yang mampu berjalan.
– Anak CP dengan gangguan pendengaran (< 7dB) 54% tidak mampu
berjalan, dan hanya 29% yang mampu berjalan.
Beckung et al al, Probability of Walking in Children With Cerebral Palsy in Europe,
American Academy of Pediatrics, 2007.

• Hasil Systematic Review Tahun 2015 dari 1123 data:


– Anak CP tanpa gangguan visual mempunyai kemungkinan bisa
berjalan 2 – 3 kali lipat dibandingkan dengan yang mempunyai
gangguan visual.
Orawan et al, Prognostic Predictors for Ambulation in Children with Cerebral Palsy: A
systematic Review and Meta-analysis of Observational Study, Thailand, 2016.
Prognosis Cerebral Palsy
Berdasarkan Prediktor Fungsi Intelegensi

• Hasil Systematic Review Tahun 2015 dari 1123 data:


– Kemampuan fungsi intelegensi menjadi salah satu perdiktor
kemampuan ambulasi karena kognisi merupakan faktor
penting dalam belajar bergerak.
– Anak CP tanpa gangguan intelegensi mempunyai
kemungkinan bisa berjalan 2 kali lipat dibandingkan dengan
yang mempunyai gangguan intelegensi.

Orawan et al, Prognostic Predictors for Ambulation in Children with Cerebral Palsy: A
systematic Review and Meta-analysis of Observational Study, Thailand, 2016.
Prognosis Cerebral Palsy
Berdasarkan Prediktor Kapasitas Muskuloskeletal

• Menurut Murphy, 2010, deteksi dan intervensi dini pada CP


adalah untuk mendapatkan kemampuan fungsi optimal dan
mencegah deformitas pada muskuloskeletal sampai masa dewasa.
• Jahnsen et al, pasien CP diplegia yang sudah mampu berjalan bisa
mengalami penurunan fungsi berjalan pada usia 20 – 25 tahun
karena penurunan mobilitas, nyeri, dan kurangnya aktifitas fisik.
• Menurut Soo et al, 2006, anak CP dengan GMFCS level IV terjadi
dislokasi hip 70% dan GMFCS V terjadi dislokasi hip 90% yang akan
membuat pasien tidak mampu berdiri dan berjalan.

Mobility and Changes in Walking Ability for People with Cerebral Palsy,
Physical Disability, 2020
Prognosis Cerebral Palsy
Berdasarkan Prediktor Epilepsi

• Hasil Surveillance of Cerebral Palsy in Europe (SCPE), 8


negara 14 center dari tahun 1998 - 2018
– Dari populasi yang diteliti anak dengan epilepsi sebanyak 84%,
dan dengan epilepsi aktif sebanyak 15%.
– Anak CP dengan gangguan epilepsi yang aktif 60% tidak
mampu berjalan dibandingkan dengan 25% yang tidak dengan
epilepsi aktif.

Catherine Arnaud, Surveillance of Cerebral Palsy in Europe (SCPE), Scientific Report 1998 -2018
4. Intervensi Fisioterapi
pada Cerebral Palsy
• Intervensi fisioterapi adalah interaksi antara
fisioterapis dan pasien dan keluarga dengan
melaksanakan berbagai prosedur dan teknik
fisioterapi yang tepat untuk meningkatkan kondisi
pasien.
• Intervensi fisioterapi bertujuan memperbaiki
kemampuan gerak dengan outcome peningkatan
fungsional (Movement Goal Functional Outcome)

(Susan K. Effgen, Meeting the Physical Therapy Needs of Children,


2nd ed. Philadelphia: F.A. Davis Co. 2013)
Evidence Based Intervention
pada Cerebral Palsy
• Diagnosis dan intervensi bergeser
bukan hanya pada level impairment,
tetapi pada level fungsional aktifitas
dan partisipasi.
• (Susan K. Effgen, Meeting the Physical Therapy Needs of
Children, 2nd ed. Philadelphia: F.A. Davis Co. 2013)

• Pada saaat menyusun program


penanganan harus selalu
mempertimbangkan level aktifitas
dan partisipasi, pada saat yang lain
masih prioritas pada level
impairment.
(Mariberth Barcocy , Evidence Based Interventions for
Children with Cerebral Palsy, 2021)
Evidence Based Interventions
pada Cerebral Palsy (Novac, 2020)

(Novac et al, State of the Evidence Traffict Lights 2019: Systematic Review of Intervention for Preventing
and Treating Children with Cerebral Palsy, Current Neurology and Beuroscience Reports, 2020)
(Novac et al, State of the Evidence Traffict Lights 2019: Systematic Review of Intervention for Preventing
and Treating Children with Cerebral Palsy, Current Neurology and Beuroscience Reports, 2020)
(Novac et al, State of the Evidence Traffict Lights 2019: Systematic Review of Intervention for Preventing
and Treating Children with Cerebral Palsy, Current Neurology and Beuroscience Reports, 2020)
Evidence Based Interventions
for Cerebral Palsy (Bailes, 2021)

(Bailes et al, Describing the Delivery of Evidence Based Physical Therapy Intervention
to Indiovidual with Cerebral Palsy, Research Report, APTA, 2021)
Evidence Based Interventions
for Cerebral Palsy (Bailes, 2021)

(Bailes et al, Describing the Delivery of Evidence Based Physical Therapy Intervention
to Indiovidual with Cerebral Palsy, Research Report, APTA, 2021)
Evidence Based Interventions
for Cerebral Palsy (Frankie, 2012, SCPE, 2019)

Inge Franki et al , The Evidence-base for Conceptual Approaches and Additional Therapies Targeting Lower Limb Function in
Children with Cerebral Palsy: A Systematic Review Using The International Classification of Functioning , Disability and
Health as A Framework, J Rehabil Med 2012; 44: 396–405
Evidence Based Interventions
for Cerebral Palsy (Inge Frankie, 2012)

Inge Franki et al , The Evidence-base for Conceptual Approaches and Additional Therapies Targeting Lower Limb Function in
Children with Cerebral Palsy: A Systematic Review Using The International Classification of Functioning , Disability and
Health as A Framework, J Rehabil Med 2012; 44: 396–405
Intervensi dengan Konsep Neurofasilitasi
Brunnstrom
Rood

Kabath/PNF
Intervensi dengan Konsep Neurofasilitasi
Bobath/NDT Vojta

Ayres/SI
Intervensi dengan Konsep Neurofasilitasi

• Pada masa awal perkembangan teori kontrol motor


berbasis maturasi berkembangan metode intervensi
neurofasilitasi seperti Bobath atau Neurodevelopmental
Treatment (NDT), Brunnstrom, Rood, Kabath dan Knott
Proprioceptive Neuromuscular Facilitation (PNF), Ayres
Sensory Integration (SI) dan Vojta.

• Mengikuti evolusi perkembangan teori kontrol motor


yang semakin berkembang maka beberapa metode
neurofasilitasi yang melakukan latihan bersifat pasif yang
tidak dimodifikasi kemudian ditinggalkan.
(Susan K. Effgen, Meeting the Physical Therapy Needs of Children,
2nd ed. Philadelphia: F.A. Davis Co. 2013)
Intervensi dengan Aquatic Therapy

Benefits and Enjoyment of a Swimming Intervention for Youth With Cerebral Palsy: An RCT Study
Declerck, Marlies; Verheul, Martine; Daly, Daniel; More
Pediatric Physical Therapy. 28(2):162-169, Summer 2016.
Intervensi dengan Hippotherapy

Hippotherapy in Rehabilitation Care for Children With Neurological Impairments and Developmental
Delays: A Case Series Kraft, Kathryn A.; Weisberg, Janet; Finch, Michael D.; More Pediatric Physical
Therapy. 31(1):E14-E21, January 2019.
Intervensi dengan Functional Activity

Functional Training

(The efficacy of functional gait training in children and young adults with cerebral palsy:
a systematic review and meta-analysis, First published: 07 March 2018)
Functional Electrical Stimulation/FES

(The use of functional electrical stimulation to


improve upper limb function in children with (Functional electrical stimulation (FES) for children
hemiplegic cerebral palsy, Journal of and young people with cerebral palsy,
Rehabilitation and Assistive Technologies Paediatrics and Child Health, Elsevier, 2019)
Engineering 2018)
Constraint Induced
Movement Therapy/CIMT

(Constraint-Induced Movement Therapy (CIMT),


https://www.physio-pedia.com
Constraint vs Bimanual Training
• Pada Spastik hemiplegia melakukan
latihan intensif pada sisi yang lesi
menunjukkan peningkatan jika latihan
dilanjutkan oleh keluarga secara
teratur.
• Bimanual training menggunakan kedua
sisi dibandingkan dengan satu sisi hasil
sama tetapi latihan reguler menjadi
kunci utama

(Mariberth Barcocy , Evidence Based Interventions for Children with Cerebral Palsy, 2021)
Hip Surveillance

ZERO TOLERANCE FOR CONTRACTURE AND ASYMMETRY..!!


Gait Training

(Mariberth Barcocy , Evidence Based Interventions for Children with Cerebral Palsy, 2021)
Robotic Therapy
Virtual Reality

Image Source: Toyra.org

(A robot-based gait training therapy for pediatric population with cerebral palsy: goal setting, proposal
and preliminary clinical implementation, Journal of NeuroEngineering and Rehabilitation, 2018)
Physical Fittness Training

(Mariberth Barcocy , Evidence Based Interventions for Children with Cerebral Palsy, 2021)
Parent Training

(Novac et al, State of the Evidence Traffict Lights 2019: Systematic Review of Intervention for Preventing
and Treating Children with Cerebral Palsy, Current Neurology and Beuroscience Reports, 2020)
Intervensi Berbasis Sistem Dinamis

Ester Thelen seorang psikolog perkembangan


menyampapaikan Dynamic System Theory
(DST), teori kontrol motor yang sekarang
diterima secara luas yang menjelaskan bahwa
berbeda dengan teori longitudinal dan teori
hierarki dimana sistem saraf merupakan faktor
dominan yang mengatur, mengorganisasi dan
menjadi regulasi dari kontrol gerakan, pada
teori sistem dinamik kontrol gerak merupakan
proses yang non linear dan dihasilkan oleh
banyak faktor baik faktor instrinsik, faktor
ekstrinsik dan faktor lingkungan.

(Campbell Suzann K, Palisano Robert J and Orlin, Margo N, Physical Therapy


for Children Fourth Edition.Missouri:Elseviers Saunders. 2012)
Alat Bantu Adaptasi pada Cerebral Palsy
• Mechanical Assistive • Electronic Assistive
Technology (MAT) Technology (EAT)
- Lying - Computer access
- Seating - Powered mobility
- Standing - Environment control
- Walking - Communication aids
- Orthosis
- Prothesis
- Wheelchair
- ADL equipment
Lying support
• Anak-anak membutuhkan tidur 10 – 12
jam per hari.
• Untuk mempertahankan penguluran otot
membutuhkan waktu 5 – 7 jam sehari.
• Posisi tidur harus memfasilitasi kualitas
tidur yang baik, memfasilitasi kualitas
pernapasan, mengurangi resiko
bangkitan kejang, mengurangi resiko
reflux gaster, dan juga mengurangi resiko
nokturnal hypoxemia.
The Chailey lying support.

Teresa Pountney, Physiotherapy for Children, Elservier, 2007


Lying Support
Lying Side lying

https://www.physio-pedia.com/Module_3:_Positioning_Your_Child
Seating Support
• Posisi duduk merupakan posisi paling banyak
dilakukan di luar posisi tidur untuk melakukan
mobilitas maupun melakukan aktifitas fungsional.

Teresa Pountney, Physiotherapy for Children, Elservier, 2007


Seating Support

Modified car seat Cap seat w/o head rest

Floor seat Cap seat with head rest


Strollers
• Stroller didesain digunakan untuk anak yang
masih kecil dan menjadi pengalaman pertama
untuk mobilitas dengan posisi duduk.
• Stroller bisa untuk transisi sebelum
menggunakan wheelchair dan bisa
dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan anak.

Susan K. Effgen, Meeting the Physical Therapy Needs of Children,


2nd ed. Philadelphia: F.A. Davis Co. 2013
Stroller

Stroller Modified Stroller


Wheelchair
• Wheelchair digunakan pada anak yang lebih
besar untuk penggunaan long-term atau
penggunaan jangka panjang.
• Wheelchair bisa standar dan sederhana atau
perlu modifikasi sesuai dengan kebutuhan anak.

Susan K. Effgen, Meeting the Physical Therapy Needs of Children,


2nd ed. Philadelphia: F.A. Davis Co. 2013
Wheelchair

Standard wheelchair

Modified weelchair

Special wheelchair
Powered Mobility
• Powered mobility adalah alat bantu mobilitas
yang bisa dikendalikan secara otomatis yang
digunakan pada anak dengan keterbatasan
dalam penggunaan alat mobilitas yang manual.

Susan K. Effgen, Meeting the Physical Therapy Needs of Children,


2nd ed. Philadelphia: F.A. Davis Co. 2013
Standing Support
• Standing Support sering direkomendasikan untuk
anak disabilitas dengan banyak alasan klinis seperti
biomekanikal, fisiologis, psikologis, muskuloskeletal,
kardiovaskuler, respirasi, gastrointestinal, sensoris,
psikologis, emosional, dan faktor sosial.
• Rekomendasi untuk aktifitas standing untuk
mencegah deformitas pada ektremitas bawah adalah
45 menit 2-3x/hari, dan untuk kasus lebih berat untuk
meningkatkan densitas tulang 60 menit 3-4 x/ hari.

Suzan K Campbell et all, Physical Therapy for Childre, Fourth Edition, Elservier, 2012
Standing Support
Walking Support
• Aktifitas berjalan merupakan pengalaman penting
dan berjalan merupakan kemampuan yang paling
banyak diharapkan bisa dicapai pada anak dengan
disabilitas.
• Pada anak dengan disabilitas ringan dan sedang
walker support bisa dengan alat bantu yang
sederhana seperti cane, crutches atau walker, tetapi
untuk anak dengan disabilitas berat membutuhkan
alat bantu yang lebih kompleks seperti gait trainer.

Teresa Pountney, Physiotherapy for Children, Elservier, 2007


Walking Support

Anterior vs Posterior
Orthosis
• Orthosis adalah alat
bantu yang digunakan
untuk menyangga
fungsi anggota tubuh
yang lemah

Teresa Pountney, Physiotherapy for Children, Elservier, 2007


ADL Equipments
• ADL equipments adalah peralatan
yang digunakan oleh anak dalam
melakukan aktifitas kehidupan
sehari-hari.
• ADL equipments biasanya
direkomendasikan kepada okupasi
terapis dalam penyediaan dan
penggunaannya.

Teresa Pountney, Physiotherapy for Children, Elservier, 2007


Computer Access
• Computer access adalah alat bantu yang
sudah terprogram dan bisa dioperasikan
melalui komputer.

Teresa Pountney, Physiotherapy for Children, Elservier, 2007


Communication Aids
• Communication aids peralatan yang digunakan
untuk mambantu berkomunikasi pada anak
disabilitas yang tidak mampu berbicara.

Teresa Pountney, Physiotherapy for Children, Elservier, 2007


Environmental Control System/ECS
• ECS memungkinkan anak
disabilitas bisa mengontrol
lingkungan yang secara normal
tidak bisa dikontrol.

Teresa Pountney, Physiotherapy for Children, Elservier, 2007


IV. DOKUMENTASI FISIOTERAPI
• Dokumentasi adalah proses pencatatan data dari
semua proses fisioterapi dalam rekam medis baik
manual maupun elektronik.
• Dokumentasi dalam setting klinik dibuat dalam format
S (Subjective), O (Objective), A (Assessment), P (Plan)
• Dokumentasi dalam setting edukasi dibuat dalam
format Individual Education Program (IEP)

World Confederation for Physical Therapy. WCPT guideline for records management: record
keeping, storage, retrieval and disposal. UK: WCPT; 2019. (Access date 26 September 2019)
(Susan K. Effgen, Meeting the Physical Therapy Needs of Children,
2nd ed. Philadelphia: F.A. Davis Co. 2013)
Pertanyaan dan Diskusi

Anda mungkin juga menyukai