Anda di halaman 1dari 49

SPRAIN ANKLE

Anatomy

- Ligaments are the soft tissue structures in the body that give the joints their stability
- these structures are overstretched, it is called a sprain.
- Ankle sprains account for almost 85 % of all acute ankle injuries and are a very common
injury in both active and sedentary individuals.

- There are three primary ligaments on the outside of the ankle :


• Anterior talofibular ligament (ATFL)
• Calcaneofibular ligament (CFL)
• Posterior talofibular ligament (PTFL)

- The inner portion of the ankle can also be sprained although it is much less common. The
inner or medial ankle ligament is called the deltoid ligament. The deltoid ligament is
comprised of the following four ligaments :
• Tibiocalcaneal ligament
• Tibionavicular ligament
• Anterior tibiotalar ligament
• Posterior tibiotalar ligament
- Anatomi Otot :
 Dorsifleksi  m.Tibialis anterior
 Plantar fleksi  m.Gastrocnemius dan m.Soleus
 Inversi  m.Tibialis posterior
 Eversi  m.Peroneus longus an m.Peroneus brevis

Mechanism Of Injury

• Most common ankle sprain is a lateral (outer) ankle sprain.


• Pergelangan kaki terkilir ke salah satu sisi yang terjadi secara mendadak.
• Lebih sering saat inversi (saat jatuh ke lubang Iapangan yang memaksa kaki pada gerakan
eksternal)

Classification

Ankle sprains can be classified as the following:

• Grade 1 sprain - slight stretching and some minor damage to the fibers of the ligament.
• Grade 2 sprain - some partial tearing of the ligament. Abnormal looseness of the ankle joint is
found if moved in certain directions when tested
• Grade 3 sprain - complete tear of the ligament. Gross instability occurs if the ankle is moved in
certain directions when tested

Sign and Symptoms

• Penderita mengeluh sakit yang berlebihan pada aspek anterolateral sendi pergelangan kaki

• Perabaan diatas sakit keras tersebut dibawah malleolus lateral

• Bengkak yang berlebihan pada daerah pergelangan kaki sisi lateral dan anterior

• Adanya ketidakseimbangan.

• Sinar X diindikasikan tidak patah tulang


MANAJEMEN FISIOTERAPI

ANKLE SPRAIN

Contoh Kasus :

Penderita dapat menceritakan proses cederanya yaitu terjatuh dengan posisi pergelangan kaki
terputar ke dalam/keluar setelah cedera, penderita mengeluh sakit berlebihan pada aspek
anterolateral pada sendi pergelangan kaki. Perabaan diatas sakit tersebut hanya dibawah malleolus
lateral dengan penyebaran yang terjadi di tempat bengkak yang berlebihan daerah pergelangan
kaki sisi lateral dan anterior, persamaan tes ditunjukkan adanya ketidakseimbangan. MRI
diindikasikan tidak patah tulang.

Anamnesis Keluhan Utama : Pasien mengeluhkan sakit pada aspek anterolateral pada sendi
pergelangan kaki dan bengkak daerah pergelangan kaki sisi lateral dan anterior.
Riwayat Penyakit : Pasien terjatuh dengan posisi pergelangan kaki terputar ke
dalam/keluar setelah cedera
Pemeriksaan A. Inspeksi
Fisik Statis : Bengkak daerah pergelangan kaki sisi lateral dan anterior.
Dinamis : adanya ketidakseimbangan.
B. Palpasi : nyeri di malleolus lateral
Pemeriksaan Gerakan Dorso – plantar fleksi dan Eversi – Inversi
Gerak Dasar Aktif : nyeri ke arah Inversi
Pasif : nyeri pada sisi kontra lateral dari arah gerakan
Keterbatasan gerak serah nyeri
Isometiric : gerak Isometric negatif atau kadang nyeri
Quick Test Otawa Ankle Rule
Gerak squat and bouncing terasa nyeri pada saat bouncing
Spesific Test Drawer Sign
Pasien supine, ft’s fiksasi tungkai bawah, salah satu tangan memegang kaki
posisi plantar fleksi dan tarik talus kedepan. Positif jika nyeri

Statis Romberg Test


Mata terbuka dengan mata tertutup; pasien berdiri dengan kaki pada posisi
berdiri normal .
Penegakan Activity Limitation
Diagnosa Adanya gangguan berlari, loncat, kemampuan berjalan, keseimbangan, kontrol
gerak
Body structure and body function
Nyeri dan oedema
Participation restriction
Tidak dapat melakukan olahraga dengan maksimal
Diagnosa ICF ICF : b7150, b7601
Adanya gangguan stability ankle, adanya ketidakmampuan melakukan
koordinasi gerakan ankle.
Diagnosa Pain and unstability e.c ankle sprain
Diagnosa Magnetic Resonance Imaging
Penunjang
Criteria to
Phase Goals Precautions Recommended Exercises Progress
to Next Phase
Phase 1 – • Decrease • Use assistive device if • PRICE • Minimal swelling
Acute Phase swelling gait is painful or if an • Modalities as indicated to and pain
• Full pain-free abnormal gait pattern decrease swelling and pain • Near or full pain
ROM present • Manual therapy to increase free range on
• Muscle re- • Splint or brace may range and decrease pain as motion
education be needed for appropriate • Normal gait
• Normal gait ambulation • Massage for edema control pattern without
pattern • Do not move foot • Pain-free active ROM in all crutches
through a painful range planes
of motion • Towel scrunch and/or marble
pick up

• Isometric ankle strengthening


• Open chain hip strengthening
Phase 2 – • Full AROM • Brace may be • Continue modalities to • Minimal pain
Strengthening • Normal gait used with manage pain and with
(Early) at higher activity if needed inflammation as needed activity
speeds • Avoid exercise • Joint mobilization as • Minimal
that indicated swelling
causes more than • Resisted ankle exercises in • Pain free
moderate pain all planes AROM
• Initiate proprioception/ and higher
balance exercises level
gait
• Aerobic/endurance
activity with minimal
weightbearing (i.e. biking,
swimming…)
• Continue hip/knee/core
strengthening
Phase 3 – • Pain free • Avoid activity that • Continue general LE • D/C to HEP
Functional functional causes strengthening and ankle if:
Strengthening weightbearin pain greater than strengthening in all planes • Full functional
g 3/10 • Continue aerobic activity, strength,
activity on VAS return to weightbearing balance
• Advance • Continuing activity (running) as and
strengthenin bracing as tolerated proprioception
g needed for • Progress proprioceptive • Painfree return
• Initiate sport activity /weightbearing /single leg to
specific exercises sports
exercise/ • Initiate agility drills • Knowledge of
agility
• Initiate functional bracing injury
if needed for sport/work prevention/use
of
functional
brace as
needed
SHIN SPLINT / TIBIAL STRESS SYNDROME

DEFINITION

- Nyeri sepanjang posteromedial dari tibia yang terjadi selama latihan, tidak termasuk nyeri
karena gangguan iskemik atau patah tulang
- peradangan pada otot, tendon, dan jaringan tulang di sekitar tibia akibat overuse pada
daerah posteromedial dan anteromedial. Nyeri biasanya terjadi di sepanjang perbatasan
bagian dalam tibia, di mana otot melekat ke tulang.

CLASSIFICATION

 Shin splints anterior : Penggunaan secara overuse pada M. Tibialis Anterior. Pada saat
gerakan aktif dorsi flexi dan plantar flexi terjadi nyeri.

 Shin splints posterior : Terjadi ketegangan M. Gastrocnemious dan M. Soleous, kelemahan


atau adanya inflamasi M. Tibialis posterior. Pada saat gerakan pasif dorsi flexi, eversi, dan
gerak aktif inversi terjadi nyeri.

ETIOLOGI

- Berlari pada permukaan yang keras atau tidak rata.


- Perubahan tingkat aktivitas secara tiba-tiba.
- Menggunakan sepatu yang tidak cocok.
- Obesitas.
- Flat foot.
- Over pronation.

TANDA DAN GEJALA

- Nyeri dirasakan setelah memulai olahraga, perlahan membaik ketika istirahat.


- Nyeri awal terasa tumpul kemudian menjadi berat dan tajam.
- Nyeri yang terasa di area os. Tibia > 5 cm.
- Nyeri memburuk di pagi hari.
- Unilateral.
MANAJEMEN FISIOTERAPI

SHIN SPLINT

Contoh Kasus :

Pasien mengeluh nyeri pada bagian distal dan posteromedial tibia setelah melakukan hobinya
dalam olahraga berlari. Keluhan terjadi tanpa penyebab yang jelas.

Anamnesis Keluhan Utama : Pasien mengeluhkan nyeri pada bagian distal dan
posteromedial tibia.
Riwayat Penyakit : Pasien nyeri setelah melakukan hobinya dalam olahraga
berlari. Keluhan terjadi tanpa penyebab yang jelas.
Pemeriksaan Inspeksi : Terkadang ada Flat foot
Fisik
Pemeriksaan Aktif : nyeri terutama pada gerakan dorsi fleksi ankle
Gerak Dasar Pasif : nyeri pasif ke arah plantar fleksi
Isometric : nyeri pada saat dorsal fleksi
Tes Spesifik Shin palpation Test
Palpasi bagian 2/3 posteromedial distal tibia jika terlokalisasi maka kemungkinan
stress fraktur jadi bukan shin splint hasil negative. Apabila nyeri di sepanjang
>5cm maka positive shin splint tes seperti memeras spon.

Shin Edema test


Palpasi pada bagian 2/3 postero medial tibia tibia, jika ada oedema maka positive
shin splint.

Penegakan Activity Limitation


Diagnosa Berjalan, berlari
Body Structure and body function
Poor endurance, Pain
Participation Restriction
Tidak dapat melakukan olahraga yang mencakup berlari terlalu lama
Diagnosa ICF ICF : d4552, d4553, d9201
adanya gangguan stability ankle, adanya ketidakmampuan melakukan lari dalam
batas waktu lebih lama.
Diagnosa Pain, hipomobility, hyperthrophy, and unstability e.c. Shin Splints Posterior
Diagnosa MRI
Penunjang
Phase Goals Recommended Exercises
- POLICE
- BANDAGING
- TAPING

FASE AKUT - Mengurangi nyeri dan


3-4 Minggu Bengkak

- Kontraks sometric
- Massage cross firction : calf muscle, plantar fascia, tibialis
anterior / posterior
Minggu pertama
Senin Rest
Selasa Review with podiatrist
Rabu Bent- and straight-leg calf stretch
Kamis Lower limb alignment exercises
Jumat Shin muscle strengthening
Sabtu Aqua-jogging session
Minggu Shin muscle strengthening

MINGGU KEDUA
Senin Aqua-jogging session
Selasa Walking drills
Rabu Shin muscle strengthening
Kamis Aqua-jogging session
Jumat Shin muscle strengthening
Sabtu Treadmill run
Minggu rest day
Fase
fungsional - MINGGU KETIGA
Senin Treadmill run
Selasa Aqua-jogging session
Rabu Treadmill run
Kamis Aqua-jogging session
Jumat Grass running
Sabtu Aqua-jogging session
Minggu Rest day

Minggu ke 4
Senin Grass running
Selasa Walking / running drills
Rabu Grass running
Kamis Strength and conditioning Lower limb alignment and
glutes
Jumat Road running
Sabtu Rest day
Minggu Road running
Phase Goals Recommended Exercises
Modalitas
- POLICE
- TAPING
- BANDAGING
- US
Fase I
Terapi Latihan :
- static bicycle
- Massage
- Streatching
- Alphabet ankle
Dynamic Streatching
- Straight leg gas pedal
- Calf streatch
- Foam roller shin streatch
- Seated streach
- Standing shin streatch
- Toe ups
Fase II
- Toe backs
- Eversi inversi
Core stability
- Bridging
Pre jump
- Squat / one leg squat
Balance
- Balance on hands and knee
- One leg squat reach and press
Cordination
Fase III - Carioca wuick step
- Ai shuffle
Motor skill
- Vertical jump
- Box drill
ANTERIOR CRUCIATE LIGAMENTUM

ANATOMY AND BIOMECHANIC

- The knee is a simple hinge joint at the connection point between the femur and tibia bones.
- The most important of these to the knee’s stability is the Anterior Cruciate Ligament (ACL). The
ACL attaches from the front part of the tibia to the back part of the femur.
- The purpose of this ligament is to keep the tibia from sliding forward on the femur.

DEFINITON

• Sprain ACL injury adalah robek hingga putusnya jaringan ligament anterior cruciate ligament
pada sendi lutut yang menghubungkan tulang tibia dengan tulang femur. ACL adalah salah
satu ligament pada sendi lutut yang sering bermasalah pada para pemain olahraga yang
menggunakan kaki sebagai tumpuan utama dalam permainannya, contohnya sepak bola,
basket, taekwondo dan lain-lain.

Mechanism Of Injury

- For this reason, the ACL is most susceptible to injury when rotational or twisting forces
are placed on the knee. Although this can happen during a contact
injury many ACL tears happen when athletes slow down and pivot or
when landing from a jump.

- Mekanisme cedera sering di kaitkan dengan perlambatan diikuti dengan pemotongan berputar
atau “slide stepping manuver” pendaratan canggung atau “ out of control play”.
RECOVERY/TIME OFF WORK

Recovering from ACL reconstruction surgery is not easy. It is very important that the patient knows
the recovery process is difficult and time consuming. He or she must be an active participant during
this process, performing daily exercises to ensure there is proper return of range of motion and
strength.
There is a large amount of variability in the time it takes to fully recover from this procedure. It is
usually estimated that it will take at least 6 months for the patient to feel as though he or she has
completely returned to a pre-injury level of activity. Some cases may take as long as 9-12 months to
make a full recovery. People with desk jobs should plan to take at least 1 week off from work.
Manual laborers will likely be out of work for at least 4-6 months. Recovery is different in each
case. Your individual time table for return to activities and work will be discussed by your surgeon
during postoperative office visits.

TANDA DAN GEJALA

- Deformitas pada lutut


- Ketidakmampuan meluruskan kaki secara penuh
- Ketidakmampuan menmpu
- Tenderness pada saat penekanan pada lutut
MANAJEMEN FISIOTERAPI

Anterior Cruciate Ligament

Anamnesis Keluhan Utama : pasien mengeluhkan nyeri dan bengkak


Riwayat Penyakit : Atlet tiba-tiba berhenti setelah meloncat, trauma hyperextensi
knee dan disertai rotasi. Kemudian terdengat suara “pop”, lalu si atlet tidak dapat
melanjutkan olahraga saat itu. Beberapa jam kemudian terjadi bengkak. Bila dia
berjalan terlihat ada indikasi tibia loss.
Pemeriksaan Vital sign
Fisik • Tekanan darah : 120/80 mmHg
• Denyut nadi : 50 x per menit
• Pernapasan : 22 x per menit
• Temperatur : 36 derajat
Palpasi : suhu, warna bengkak
Inspeksi (tdk ekstensi full, semiflexi, NWB pada area yg cedera)
Statis: Bengkak pada lutut
Dinamis : Tibia lossing ketika squad
Pemeriksaan VAS (Nyeri gerak, nyeri tekan, nyeri diam)
Nyeri
Pemeriksaan Aktif : nyeri dan kaku pada fleksi lutut (otot dan komponen sendi)
Gerak Dasar Pasif : nyeri dan ROM terbatas dengan firm end feel. Keterbatasan gerak dalam
capsular pattern (+) sendi
Isometric : gerak isometric negatif
Tes Spesifik Lachman Test : Knee flexi 30°, satu tangan diproksimal , satu dimedial. Translasi
tibia kearah ant . (+)

Anterior Drawer Test : knee flexi 90°, palpasi tuberositas tibia translasi tibia ke
anterior . (+) transalsi tibia > 5 mm

Pivot Shift Test


Pemeriksaan X-Ray, MRI
penunjang
Penegakan Activity Limitation
Diagnosa Adanya gangguan keseimbangan saat berjalan, berlari
Body structure and body function
Joint line tenderness, bengkak, nyeri, instabilitas
Participation restriction
Tidak dapat melakukan olahraga yang mencakup berlari dan
Diagnosa ICF : - Icf b7150, b7601
 Adanya gangguan stability, adanya gangguan koordinasi gerak.
Dx : pain, oedem, and unstabilty e.c sprain acl
Penunjang : X-Ray, MRI
Phase Goals Recommended Exercises
Modalitas
TENS : sensoris dan motoris
Muscle spindel  muscle belly  stimulasi otot
Tendon golgi  relaksasi otot
Taping
Range of motion
- Patellar mobilization
Kearah lateral – medial / seperior-inferior
2 set of 20 repetitions

- Belt stretch (calf/hamstring) : Hold 30 Seconds 3-5


Repetitions

1. Kontrol nyeri dan bengkak


2. Full ROM knee
Fase 1
3. Meningkatkan flexibilitas
akut
4. Memperbaiki gait
0- 6
5.Membentuk pergerakan quadricep yang - Heel slides : 2 Sets of 20 Repetitions
weeks
benar

- Prone quad stretch Hold 30 Seconds 3-5 Repetitions

- Cycle (minimal resistance) 10-15 Minutes Daily

Strengh
- Quad sets 2-3 Sets of 20 Repetitions
- Add sets 2-3 Sets of 20 Repetitions
- SLR *(no Lag)* 2-3 Sets of 10-20 Repetitions
- Hip Abd/Add/Ext/ER (against gravity) 2-3 Sets of 10-20
Repetitions

- Body weight squats (partial range) 2-3 Sets of 10-20


Repetitions
45°
- Standing with Theraband 2-3 Sets of 10-20 repetition

- Standing or prone hamstring curls 2-3 Sets of 10-20


Repetitions

- Heel raises 2-3 Sets of 10-20 Repetitions

Strengthening
- Hamstring strengthening (2-3 Sets of 15-20 Repetitions)

- Leg press (progress from double-limb to single limb) 2-3


Sets of 15-20 Repetitions
- Step-up progressions , 2-3 Sets of 15-20 Repetitions
Fase sub • Memelihara ROM dan flexibilitas - Squat progression 2-3 Sets of 15-20 Repetitions
akut • Mengembalikan kekuatan otot (dinamis)
(6 – 14 • Memperbaiki neuromuscular control - Plank, side plank, single-limb bridge 2 Sets of 30 seconds
minggu) each (15 seconds each leg with bridge)

Propioceptive
- Static Single-limb balance 3 Sets of 30-60 seconds
(progress eyes open to eyes closed, BOSU)

Fase 3 • Memelihara ROM and flexibility Range of Motion and Flexibility


14 -20 • Meningkatkan penggunaan single leg • Lanjutkan latihan ROM dan fleksibilitas sesuai
minggu strengthening untuk memaksimalkan kebutuhan
strength Cardio
• Meningkatkan dynamic proprioception • Cycle/elliptical/treadmill with progressive resistance
exercises untuk memaksimalkan Strengthening
neuromuscular control • Melanjutkan latihan penguatan pada fase 2 dengan
• Memulai latihan plyometrics and light meningkatkan intensitas/beban
jogging • Step-up progression 2-3 Sets of 20-30 Repetitions
• Secara bertahap mulai kembali ke • Single-limb dead lift 2-3 Sets of 15-20 Repetitions
aktivitas olahraga dengan pengawasan
fisioterapis

• Static lunge progressions (forward/backward/lateral) 2


Sets of 50 feet
Propioceptive
• Single-limb balance with perturbations 3 Sets of 30-60
seconds
• Plyometrcs
1. Simple double-limb jumps
2. Complex double-limb jumps

Stretching
• Melanjutkan latihan stretching extremitas bawah
setiap hari
Cardio
• Melanjutkan program cardio serta meningkatkan
intensitas dan durasi
Strengthening
• Melanjutkan program penguatan dari fase 3 (dengan
meningkatkan repetisi dan beban)
• Meningkatkan latihan lunges dari statis ke dinamic
Proprioception
• Memelihara kemampuan ROM, • Melanjutkan latihan proprioseptive (dengan
flexibility and strength meningkatkan kesulitan)
• Melanjutkan progressive/dynamic mPlyometrics
Fase 4 • Single-limb jumps
strengthening, proprioceptive,
Return • Combination double-limb jumps
plyometric dan latihan agility
to sport
• Mencapai strength yang memadai untuk
20 -24
kembali ke aktivitas olahraga (dengan
minggu
pengawasan fisioterapi/pelatih tim
olahraga)
• Combination single-limb jumps
Sport Specific Drills
• Initiate sports specific drills
• Joging
• Lunges
• Butt Kicks
• High knees
• Lateral squat
• Lateral bounds

• Begin speed/agility program


MEDIAL COLLATERAL LIGAMENT

Definition

- MCL berfungsi untuk menahan beban dari permukaan luar sendi lutut, sebagai penahan beban
tubuh ketika rotasi tibia pada femur, dan juga berperan saat gerakan translasi os. Tibia pada os.
Femur (Lowe et al, 2016)
- Sprain MCL adalah robekan atau putusnya ligament pada bagian medial aspek lutut. Bagian
dalam dari ligamentum ini melekat pada meniskus medial dan garis lurus dengan tibialis. MCL
bertindak untuk( membatasi pemisahan berlebihan dalam sendi lutut agar tidak valgus. (Ikatan
Fisioterapi Indonesia)
- Insiden cedera MCL tertinggi dalam olahraga sepak bola Amerika (55%), ski (15%-20% dari
semua cedera dan 60% dari semua cedera lutut), dan lebih rugby (29%).

Anatomy

- The anatomy of the medial knee has been divided into 3 layers :
1. Consisting of the deep fascia of the thigh,
2. The superficial medial collateral ligament (MCL) : primary restraint to valgus loading
3. the deep MCL and posteriomedial joint capsule : secondary valgus restraints at full
extension

Mechanism of Injury

- Akibat benturan pada tibia menyebabkan atlet jatuh disertai pemutaran tulang tibia terhadap
femur kearah eksorotasi (valgus). Posisi tersebut menyebabkan terulurnya ligamen collateral
medial kemudian akan menimbulkan rasa nyeri pada lutut bagian medial serta adanya gangguan
stabilitas sendi lutut.
- valgus force from a direct trauma to the lateral aspect of the knee. Concomitant injuries
involving the cruciate ligaments are also common, especially in the presence of a rotation
moment at the knee joint.

Classification

- The severity of injuries to the medial knee is graded according to


the amount of opening of the joint space when a valgus stress is applied to the knee at 0 and
30degrees of flexion.2
Opening of 0-5 mm indicates a Grade I tear, 6-10 mm a Grade II tear and
more than 10 mm a Grade III tear.1

- Anterior cruciate ligament (ACL) injuries occur with up to 78% of Grade III MCL tears.3 The
amount of laxity in each position of flexion is indicative ofthe number of medial structures
injured. Valgus laxity at 30 degrees of flexion but not at 0 degrees of flexion suggests an isolated
MCL injury. Valgus laxity at both 30 and 0 degrees indicate injury to the MCL, posterior oblique
ligament (POL) and most likely the ACL.
MANAJEMEN FISIOTERAPI

Medial Collateral Ligament

Anamnesis Keluhan Utama : pasien mengeluhkan nyeri dan lutut bergoyang


Riwayat Penyakit : Atlet terjatuh dengan posisi kaki valgus/ lateral, terjadi
trauma benturan pada tibia lalu si atlet tidak dapat melanjutkan olah raga saat
itu.
Pemeriksaan Fisik Vital sign
• Tekanan darah : 120/80 mmHg
• Denyut nadi : 50 x per menit
• Pernapasan : 22 x per menit
• Temperatur : 36 derajat
Inspeksi
Statis : Ekspresi wajah pasien terlihat menahan nyeri, pasien memegang
lutut bagian medial, saat berdiri pasien mengangkat 1 tungkai sebelah
kanan.
Dinamis : Pasien berjalan dengan tertatih-tatih.

Pemeriksaan VAS (Nyeri gerak, nyeri tekan, nyeri diam)


Nyeri
Pemeriksaan Aktif : nyeri dan kaku pada fleksi lutut (otot dan komponen sendi)
Gerak Dasar Pasif : nyeri dan ROM terbatas dengan firm end feel. Keterbatasan gerak dalam
capsular pattern (+) sendi
Isometric :
Tes Spesifik Valgus stress test : satu tangan lateral proximal (knee utk stabilisasi), satu
tangan di medial (ankle) gerakan

Pemeriksaan X-Ray, MRI


penunjang
Penegakan Activity Limitation
Diagnosa Adanya gangguan keseimbangan saat berjalan, berlari, loncat
Body structure and body function
- Joint line tenderness
- Bengkak, nyeri
- Instabilitas kea rah valgus
Participation restriction
Tidak dapat melakukan olahraga yang mencakup berlari dan
koordinasi,rekreasi, ibadah
Diagnosa ICF : b7150, b7601
Adanya gangguan stability, adanya gangguan koordinasi gerak
Dx : pain, oedem, unstability and hypomobiliy e.c sprain mcl
Penunjang : X-Ray, MRI
Phase Goals Recommended Exercises
Eliminasi nyeri dan bengkak

PRICE :

- Protect
- Rest
- Ice : 10 – 15 menit
- Compression : menggunakan bandage.
Posisikan kaki max 45° posisi semiflexi, arah medial ke lateral 
arah varus / lateral agar tidak valgus . pada area popliteal tdk
terlalu kencang (dpt menghambat aliran darah) arah distal ke
proximal

Stabilisasi
Fase 1 - Menurunkan
(Akut) bengkak dan nyeri - Brace menutupi seluruh lutut
0-1 week - Menjaga LGS - Taping
Stabilisasi : sobek dari tengah (tendon /ligamen= stabilisasi mcl)
tarikan 50%. Fungsi utk inhibisi are pes anserina (sartorius,
gracilis,semitendinosus dijaga)

Mobilisasi untuk memelihara ROM

- Heel slide : 10x – 3set


- flexion exercise
- isometric quad set
- calf raises
- hip abd
- hip ekstensi
- hamstirng curl

- eliminasi bengkak - Mini squat (ada bola pada knee untuk mencegah kearah valgus)
- full rom & lunges
Fase 2 - strengthening - Bridging (untuk penguatan otot core)
(Sub (PWB) & begin
Akut) jogging
- Single leg calf raises
1-2 week
- Balance exc - Heel raises
(stabilisasi & - Balance exc : woble board, foam roller, bosu
propioceptive)
- Full squat & lunges
- Leg press
- Bridging (single leg)
- Full strength
Fase 3 - Calf raises(single leg)
2-4 week - Full squat and begin
spesific sport - Woble board exc
- Hopping with hoop
- Cycling, running, agility

- Full atrength, ROM


Fase 4 and endurance. - Sport spesific training
- Return to sport
CHONDROMALACIA PATELLA
Definition
- Condromalacia Patella adalah nyeri lutut dibagian anterior lutut.
- Dimana terjadi kerusakan pada tulang rawan (cartilage) dibawah tempurung lutut (patella)
mengalami perubahan degeneratif seperti perlunakan, pembengkakan, erosi pada kartilago
hialin.
Anatomy
- Regio knee terdiri dari 4 tulang besar : Femur, Tibia, Fibula dan Patella.
- Patella berrtikulasi dengan femur pada alur tochelar (tochelar groove) disebut dengan
patellofemoral joint.

- Patela adalah jenis tulang sesamoid, Permukaan posterior patela ditutupi dengan tebal
tulang rawan hialin yang memungkinkan patela untuk meluncur diatas alur femoralis,
diperlukan untuk efisiensi gerakan di sendi lutut.
- Tendon quadriceps melekat pada patella, quadriceps terdari 4 bagian otot : Rektus Femoris
(RF), Vastus lateralis (VL), Vastus Intermedius (VI), Vastus medial Oblique (VMO) .

- Gerakan patella dari distal ke kaudal terjadi melalui tendon quadriceps yang terhubung
dengan m.quadriceps dan tendon patella yang menghubungkan patella distal dengan tibia.
- Otot- otot quadriceps aktif sebagai stabilizer saat ekstensi terutama VL (lateral side) dan
VMO (medial side).
- VMO berfungsi untuk menjaga patella ttp berpusat pada trochlea. Otot ini hanyak aktif
satabilisasi pada aspek medial
- jadi ini adalah waktu yang fungsional dan jumlah aktivitas kritis patellofemoral gerakan,
perubahan terkecil memiliki efek yang signifikan pada posisi patella.
Cause and pathology
MANAJEMEN FISIOTERAPI

CHONDROMALACIA PATELLA

Anamnesis Keluhan Utama : Nyeri di lutut depan


Riwayat Penyakit :
Pasien datang dengan nyeri daerah lutut bagia anterior, biasanya menyebabkan
rasa nyeri dibagian lutut, nyeri ini bisa diperparah ketika berjalan naik atau turun
tangga, berlutut atau jongkok, duduk dgn lutut ditekuk untuk jangka waktu yang
lama

Pemeriksaan Vital sign


Fisik Tekanan Darah : 120 / 80 mmHg
Denyut Nadi : 60 x / menit
Pernapasan : 22 x / menit
Temperatur : 36,5 °C

Inspeksi
Statis : Ekspresi Wajah pasien menahan nyeri dan tenderness pada area lutut
Dinamis: Pasien merasakan nyeri saat berjalan , berlari, melompat, naik atau turun
tangga.

Palpasi : nyeri di bagian medial patella


Auskultasi : bunyi krepitasi pada saat mengerakkan lutut
Tes kelemahan otot : kelemahan pd vastus medial oblique
Pemeriksaan VAS (Nyeri gerak, nyeri tekan, nyeri diam)
Nyeri
Pemeriksaan Aktif : Nyeri dirasakan saat fleksi dan ekstensi lutut
Gerak Dasar Pasif : Nyeri dan ROM gerak pasif fleksi dan ekstensi Normal
Isometric : Nyeri saat gerakan fleksi dan ekstensi lutut
Tes Spesifik Patellar Grind test / clarke’s sign : Letakkan tangan di depan lutut. Pasien diminta
melakukan gerakan ekstensi (konraksikan quadriceps). Positif jika nyeri

Pemeriksaan X-Ray, MRI


penunjang
Penegakan Activity Limitation
Diagnosa Nyeri saat berjalan, naik tangga, jongkok , duduk dengan kaki
Ditekuk
Body structure and body function
- Mal alignment Patella
- Nyeri lutut depan
- Knee Deformity
Participation restriction
Olahraga, bekerja, rekreasi
Diagnosa ICF : b. 28016
nyeri pada sendi anggota gerak bagian bawah dan gangguan gerak, nyeri
pada satu sendi
Dx : pain and hypomobility e.c chondromalacia patella
Penunjang : X-Ray, MRI
Phase Goals Recommended Exercises
Control Pain and Inflammation
- PRICE / POLICE
Saat kompresi dengan bandage dari arah lateral ke medial, untuk
menstabilisasi patella.
- Brace : yag mentupi seluruh bagian lutut
- Taping : I atau Y
u/ stabilisasi dan fasilitasi VMO
ROM and Flexibility
- Heel slide (if pain free arc) : 2-3 set of 15 – 20 repetisi
- Cycle with minimal resistance if pain free : 10 -15 minutes
- Streatching : Hold streatches 30 s of 2-3 repetisi
Rectus femoris IT Band

1. Control pain & inflamation


2. Begin Pain Free Flexibility
Fase I Exercises
(Akut) 3. Establish Quadriceps Activation
4. Establish Pain Free Knee ROM
Hamstring Hip Rotator

Gastrocnemius
Strengthening
Quad sets : hold 30 s and 2-3 set

ROM and Flexibility


- Cycle (slow progression resistance) : 3-5 times a week for 20 -35
minutes
- Continue flexibilty from phase 1 : hold 30 s , 2-3 set
Strengthening : Do 2-3 sets of 15-20 Reps

- Knee extenson - SLR

1. Continued Protection of Injured


Joint
2. Continue to Improve Flexibility
Fase II - Hip Abduction - Hip Extension
3. Begin to Strengthen Areas of
Weakness/Instability

- Clam shell - Hamstring Curl

ROM and Flexibility


- Continue Cycle Range of Motion and Flexibility
- Continue Lower Extremity Stretching from Phase 1 and 2
Hold stretches for 30 seconds and perform 2-3 repetitions of each
CARDIO
- Cycle with Progressive Resistance Cardio
- Elliptical (if pain free)
- Swimming
Cardio program should be performed no more that 3-5 times a
week for 20-45 minutes.
1. Continue to Avoid Exacerbation Strengthening
of Symptoms - Continue Progression of Open Chain Program with Ankle
2. Continue to Maximize Return Weights
Fase III Strength and Flexibility
3. Establish Closed Chain Strength - Can Add Gym Equipment (Leg Press, Ham Curl, Multi-Hip)
and Stability - Squats to 90⁰
- Step up progression (foward step ups, lateral step up)

- pain Free Closed Chain Hip Strengthening


Perform strengthening exercises 3 times a week. Do 2-3 sets of
15-20 Reps.
ROM and Flexibility : Continue daily streatching

CARDIO : Continue Cycle, Elliptical, Swimming Cardio Return to


Running Progression (outlined by Physician or Physical Therapist)

Strengthening
- Continue SLR Program and Gym Equipment Progression
- Continue Step-Up Progressions (lateral step-ups, cross over step-
ups)

- Static Lunge & Lateral Lunge


1. Continue to Avoid Patella
Femoral Overload
- Progressive Single Leg Strengthening (single leg squat, split
squat, single leg dead lift)
2. Progress with Single Leg
Fase IV Strengthening
3. Achieve Adequate Strength and
Flexibility to Return to Activity

Perform strengthening exercises 3 timesn a week. Do 2-3 sets of 15-20


Reps
Return to sport
Work with Physician or Physical Therapist to Outline Progressive
Return to Sport
MENISCUS TEARS

Anatomy

- Meniskus adalah bantalan tulang rawan / sendi lutut yang berbentuk seperti cincin yang
berfungsi seperti shock absorber/penahan benturan untuk melindungi lutut.

- Terdapat 2 area berdasarkan penyembuhannya, yakni Red zone dan White zone
• Red Zone terdapat aliran darah yang mensuplay makanan.
• White Zone, tidak ada. Sehingga meniscus pada white zone tidak bisa sembuh secara
alami (harus operasi).

- The menisci are semi lunar shaped regions of cartilage on the medial and lateral sides of the
knee joint. The medial meniscus is semicircular in shape and the lateral meniscus is almost a
complete circle.7 The medial meniscus is less mobile than the lateral translating 2 to 5 mm. The
lateral translates 9 to 11mm in the anterioposterior plane. 7 The medial meniscus translates less
secondary to its attachments to the medial collateral ligament.

Definition

- Meniscus Tears merupakan cedera lutut berupa robekan pada meniscus karena gerakan fleksi,
rotasi, lutut terkunci.
- MoI : Cedera terjadi bila femur berputar terhadap tibia, atau sebaliknya, dengan sendi
lutut dalam keadaan sedikit fleksi & menyanggah berat badan.
Gerakan tsb mengakibatkan penjepitan antara condylus femoralis dan tibia kemudian terjadi
robekan pada Meniscus. Bila bagian meniscus yang robek terjepit diantara permukaan sendi,
maka tidak mungkin dilakukan gerakan lagi (terkunci).
the anterior horn moves less than the posterior horn. Over 70% of tears occur
in the posterior horns
- fungsi : One function of the meniscus is to distribute loads across the knee joint. The menisci
transmit approximately 50% of the load in weight bearing (extension) and 90% of the load at 90
degrees of knee flexion. The majority of the load is transmitted through the posterior horns with
flexion past 90 degrees. The meniscus also plays a role in knee stability.Menisci deepen the
socket of the tibia to increase contact with the femoral condyles. The meniscus can also help to
limit femoral translation on the tibia. The meniscus (especially the posterior horn of the medial
meniscus) can be a secondary stabilizer in an ACL deficient knee. 7 Finally, the meniscus has a
role in joint lubrication. When the knee is loaded, the meniscus is compressed, synovial fluid is
driven into the articular cartilage, thereby decreasing friction and providing joint nutrition.
MANAJEMEN FISIOTERAPI
MENISCAL TEARS

Anamnesis Keluhan Utama : nyeri dan lutut terasa terkunci


Riwayat Penyakit :
Pasien datang dengan cedera pada area lutut insiden terjadi pada aktivitas
olahragadimana posisi lutut terpelintir dan sedikit menekuk. Pada sata jalan
sering terasa lutut terkunci
- MOI : traumatic atau degenerative
- Presence locking “ terkunci”
- Swelling – jika tear pada area red zone akan berkembang selama 1- 3h hari
Pemeriksaan Vital sign
Fisik Tekanan darah : 120/80 mmHg
Denyut nadi : 50x per menit
Pernafasan : 22x per menit
Temperatur : 36 derajat

Inspeksi : athropy quad,


• Statis : pasien datang dengan keadaan pincang dan cenderung
menumpu pada kaki yang sehat. Lutut pasien masih ada tanda-tanda
inflamasi.
• Dinamis : Pasien kesusah melakukan full ekstensi dan fleksi knee, dan
terdapat kompensasi pada gait pattern.

Palpasi : Pasien merasakan nyeri tekan pada bagian lutut, serta suhu di lutut
hangat, dan terdapat tenderness pada garis sendi.
Pemeriksaan VAS (Nyeri gerak, nyeri tekan, nyeri diam)
Nyeri
Pemeriksaan Aktif : nyeri terutama pada saat fleksi
Gerak Dasar Pasif : terbatas pola kapsuler dan nyeri
Isometric : tidak ada keluhan
Tes Spesifik Tes Mc Murray : full flexi position (+) ER / IR

Appley Compression test : pasien pronasi, knee flexi 90° (posterior horn) 
rotasi + kompresi (+) nyeri
Endorotasi = lateral
Eksorotasi = medial
Appley distraction test : (+) nyeriberkurang,
Nb apabila nyeri bertambah kecurigaan pada ligamen acl
Pemeriksaan X-Ray, MRI
penunjang
Penegakan Activity Limitation
Diagnosa Nyeri fleksi maupun ekstensi, naik tangga
Body structure and body function
- Nyeri
- Gangguan mobilisasi
Participation restriction
Olahraga, bekerja
Diagnosa ICF :
Adanya nyeri sekitar sendi, mobilitas single joint terbatas, gait pattern fuction.
Dx : pain and hypomonility e.c meniscal tear

Phase Goals Recommended Exercises


Fase I 1. Menurunkan tanda-tanda Control pain and inflammation
inflamasi - PRICE
2. Mempertahankan keuatan otot Protection = Perlindungan memakai knee brace
3. Meningkatkan ROM Rest = Istirahat lutut untuk meminimalisir gerakan
Ice = 15-30 menit (2-3 kali)
Compression = dengan elastic bandage / Kinesio Tapping
Full ekstensi knee (tidak full wb), posisi pasien ternyaman
Elevasi = Mengangkat kaki yang cedera lebih tinggi dari jantung

- TENS : Unutk aktivasi quadriceps


Stimulasi origo dan muscle belly
Tujuan: Untuk mengurangi nyeri
Letakkan 4 pad pada lutut disekitar tempat nyeri.

Muscle Setting : 6 s kontraksi, relaksasi 12 s, 10 -20 repetisi 2-3 set


- Quad set - Hamstring set
- Gluteus set - Abd set

- Add set

Posisi ekstensi
Nb : pada posisi fleksi spasi atau jarak antara femur dan tibia makin
kecil, fleksi nyeri
Mobilization : 3 set , 10 -20 repetisi
- Hamstring curl
- Heel slide
nb : Rom flexi sebatas kemampuan pasien
- Isometric hamstring contraction : 10-20 repetisi

1. Strengthening overload
2. Meningkatkan kekuatan otot
3. Meningkatkan flexibilitas
- Static quads contraction : kontraksi 10 s, rest 3 s, 10-20 repetisi
Fase II 4. Core stability - Calf raises : 15 -20 reptisi, 2-3 set
5. Kontrol neuromuskular - Hip abduction : 3 set of 10 – 12 repetisi
6. Persiapan fase 3 - Bridging exc : knee tdk boleh fleksi 90°, 3 set 8 repetisi
- Half squat : 45 ° , 3 set 10 -20 repetisi
- lunges : tidak boleh tekanan berlebihan, <90°, 2 set 20 repetisi
- balance board exc
- Mini band exc :
- Wall drill - Nodric Hamstring

1. Strengthening overload - Jump : vertical jump, horizontal, lateral jump


2. Latihan spesifik
3. Meningkatkan koordinasi, dan
- Plyometric
Fase
flexibilitas
III
4. Mencapai power dan endurance
maximum

- Agility Drill

Nb. Fleksi knee max


Kompensasi pad hamsting  strengthening hamstring set isometric –
isotonic.
JUMPER’S KNEE (PATELLAR TENDINITIS)

ANATOMY AND DEFINTION

- Jumper’s Knee merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan pembengkakan tendon
patella.Tendon patela menghubungkan antara tempurung lutut (patella) dengan tulang tibia.
Apabila jumper’s knee tidak segera ditangani, maka akan mengakibatkan terjadi robekan di
tendon patella. (Rochester, 2017)

MOI

- Tendinitis patellaris jumper’s knee adalah adanya tekanan dan tarikan yang berulang-ulang
dalam gerakan melompat menyebabkan patologi pada lutut yang disebabkan tendon yang
melekat pada bagian bawah patella mengalami iritasi, banyak faktor diantaranya tarikan pada
patella yang terus-menerus, bentuk tungkai yang tidak normal,normal posisi patela yaitu posisi
patella yang lebih tinggi dari lutut, dan ketidakseimbangan otot. Dimana tendon patella
menerima tarikan yang berulang-ulang. Tarikan tersebut membuat kerusakan jaringan berupa
tipis/sayatan (microtear) pada tendon (Dimon,2010).

TANDA DAN GEJALA

- Nyeri dan tenderness di sekitar tendon patela

- Bengkak

- Sakit saat melompat, berlari, atau berjalan

- Sakit saat membungkuk atau meluruskan kaki

- Ada tenderness dibagian belakang bawah patella (Rochester, 2017)


MANAJEMEN FISIOTERAPI

PATELLAR TENDINITIS

Anamnesis Keluhan Utama : Pasien datang dan mengeluhkan nyeri pada lutut sisi depan
bagian bawah, nyeri diam saat pasien dalam posisi berdiri, nyeri tekan pada
tendon patella, nyeri geraksaat berjalan dan naik tangga, Nyeri hilang setelah
beraktifitas. Nyeri meningkat ketika melompat.
Riwayat Penyakit : pasien merupakan seorang atlit basket
-
Pemeriksaan Vital sign
Fisik - Tekanan Darah : 100/80 mmHg
- Denyut Nadi : 85x/menit
- Pernapasan : 16x/menit
- Temperatur : 37ºC

Inspeksi
Statis : Pasien terlihat bengkak pada lutut sebelah kanan.
Pasien datang dengan ekspresi wajah yang menahan rasa sakit.
Dinamis : Pasien merasakan sakit ketika meluruskan kakinya, berjalan, naik turun
tangga, melompat.

Palpasi :
Palpasi nyeri tekan pada infra patela
Tendon patellar merasakn nyeri dan terasa hangat, disertai dengan spasme otot
quadriceps, hamstring dan gastronemeus

Pemeriksaan VAS (Nyeri gerak, nyeri tekan, nyeri diam)


Nyeri
Pemeriksaan Aktif : nyeri pada gerakan ekstensi dan fleksi
Gerak Dasar Pasif : nyeri pada gerakan ekstensi dan fleksi
Isometric : nyeri ke arah ekstensi
Tes Spesifik Facet Tenderness Test : pada area tendon patella(tes jump squat) (+) nyeri
Palpasi pada tendon : (+) nyeri jumpers knee
Nb. Nyeri (+) pd area bawah patella, indikasi runners knee

Pemeriksaan X-Ray, MRI


penunjang
Penegakan Activity Limitation
Diagnosa Adanya nyeri saat berlari, melompat, menendang
Body structure and body function
Nyeri
Quadriceps inaktif
Participation restriction
Tidak dapat melakukan olahraga yang mencakup berlari, melompat dan
menendang
Diagnosa ICF : d 9201, d4552, d4552, d 4351
Adanya nyeri saat berlari, meloncat dan menendang. adanya gangguan
koordinasi gerak. Nyeri pada bagian lutut sisi depan bagian bawah, penurunan
LGS, serta penurunan kemampuan fungsional.
Dx : Pain and hipomobility e.c. TENDINOPATHY patellaris
Phase Goals Recommended Exercises
Fase I ( akut ) - Mengontrol efek Control pain and inflammation
inflamasi - PRICE : Pada tendon quadriceps dan tendon patella
- Mencegah efek - Taping :
imobilisasi Rigid  posisi pasien rileks , u/ stabilisasi
Indikasi lainnya bisa u/ ankle sprain
Kinesiotaping : pada tendon patella u/ stabilisasi

- Brace : gelang

Mencegah efek Immobilisasi


- PROM : (8- 10 x repetisi)
- Muscle setting : 6 s kontraksi,12 s rest 3 set: 1-15 x repetisi
Quad set : kontraksikan otot core juga
Hamstring set : fleksi dikontraksikan
Gluteus dan vastus lateralis :
1. posisi hip, knee, ankle 90°  abduksi (gluteus dan abductor)
2. ankle rapat  hip abduksi  gluteus aktif

Gastroc set
Fase II (Sub akut) - Menjaga fleksibilitas Flexibility exc : streatching
- Mengembalikan - Gastrocnemius dan soleus
kekuatan otot - Quadricep - hamstring
- Meningkatkan
stabilitas core
- Laitihan untuk
persiapan jump
- Menjaga kontrol
neuromuskular

- Gluteus

Core stability
- Bridging, plank , side plank : 2 set 30 s
Strengthening
mini band exc :

Latihan pre jump


Latihan quadriceps : kontraksi eksentrik ( memanjang) memacu
patella u/ tahanan pada tendon patella
- Squat - step up : wb pd area yg sakit .
- Lunges - heel raises
- Single leg squat

3 set , 10-20 x repetisi


Propioceptive
Standing on one leg : permukaan datar  wb pada area yg sakit / pd
area yg cedera jdi titik tumpu
- Meningkatkan LATIHAN JUMP
koordinasi - Horizontal jump (depan)
- Mencapai kekuatan - Vertical jump (atas)
Fase III dan daya ledak dan - Jump box
daya tahan maksimal
- Mencapai maksimal Koordinasi dan agility
skill training Plyometric
HAMSTRING STRAIN

DEFINITION

- Strain adalah tarikan pada otot, atau tendon yang disebabkan oleh regangan (stretch) yang
berlebihan.

- GRADE I : Nyeri
GRADE II : Nyeri dan bengkak
GRADE III : Hematoma

ANATOMY

- Origo : pada os ischium


- Insersio : lateral  biceps femoris : caput fibula
Medial  semitendinosus & semimembranosus : condylus medial tibia

ETIOLOGI

1. Trauma karena pemakaian OVERUSE : OLAHRAGA DENGAN DURASI LAMA


2. Menurunnya kekuatan otot.
3. Penurunan fleksibilitas otot

TANDA DAN GEJALA

1. Rasa sakit, rasa panas atau hangat, kulit berwarna merah di daerah otot hamstring.
2. Rasa sakit yang menjadi semakin kuat setelah melakukan olahraga atau aktivitas.
3. Otot kram di bagian belakang paha, tepatnya di daerah hamstring.
4. Sakit atau merasa tidak mampu saat berlari, meloncat atau menekuk lutut dengan
beban.
5. Memar di paha (tidak harus) pada 24 jam pertama setelah cedera.
6. Otot tidak kelihatan kekar setelah cedera (hanya dalam cedera derajat 3)

MOI

Suatu kontraksi berlebihan yang meningkatkan aktivitas otot hamstring yang menyebabkan
terjadinya strain atau tertariknya otot Hamstring. Banyak teori yang berusaha menjelaskan tentang
Hamstring Strain. Ketidakseimbangan kekuatan antara otot Quadriceps dengan otot Hamstring salah
satunya. Otot Hamstring seharusnya mempunyai kekuatan rata-rata 60-70% dari kekuatan otot
Quadriceps. Kemungkinan lain yang terjadi adalah kelelahan otot Hamstring, kesalahan postur saat
berlari, perbedaan panjang tungkai, menurunnya lingkup gerak sendi Hamstring, dan
ketidakseimbangan kekuatan antara otot Hamstring lateral dengan medial.

PERBEDAAN HAMSTRING STRAIN DAN TENDINITIS

HAMSTING STRAIN TENDINITIS


(+) nyeri pada muscle belly – origo (+) Nyeri pada saat palpasi tendon (daerah
belakang lutut)

3 CARA MEMBEDAKAN HAMSTRING STRAIN DAN KRAM

KRAM HAMSTRING STRAIN


ISOMETRIC (-) NYERI + NYERI
PALPASI KAKU SPASME
STREATCHING RILEKS NYERI
MANAJEMEN FISIOTERAPI

HAMSTRING STRAIN

Anamnesis Keluhan Utama : nyeri


Riwayat Penyakit :
Sedang berlangsung pertandingan sepakbola liga 1 Indonesia pekan ke 7. seorang
pemain dari salah satu tim tiba-tiba berhenti saat sedang berlari menggiring bola.
Kejadian ini terjadi pada menit ke 81. Posisi tangan memegang paha bagian
belakang. Pemain kesulitan berdiri. Saat dibantu oleh tim medis, pemain dipapah
sambil berjalan dengan mengangkat salah satu kakinya.

Pemeriksaan Vital sign


Fisik Tekanan darah : 120/80 mmHg
Denyut nadi : 50x per menit
Pernafasan : 22x per menit
Temperatur : 36 derajat

Inspeksi
Statis : memegang paham belakang, wajah meringis kesakitan, datang dengan
bantuan keluarga
Dinamis : Pincang
Palpasi : nyeri pada area hamstring
Pemeriksaan VAS (Nyeri gerak, nyeri tekan, nyeri diam)
Nyeri
Pemeriksaan Aktif : nyeri pd fleksi ekstensi, terbatas
Gerak Dasar Pasif : nyeri
Isometric : nyeri fleksi ekstensi, tidak mampu melawan tahanan
Tes Spesifik Palpation tes : inflamation, pain, spasme
Isometric tes : (+) nyeri
− Medial  m. semimembranosus atau m. Semitendinosus
− Lateral  m. Bicep femuris
− Insertio  tendon
Straight Leg Raises : untuk mengetahui thightness di otot hamstring pada salah
satu kaki. (meregangkan otot)
Pemeriksaan MRI : strain grade 1
penunjang

Penegakan Activity Limitation : tidak bisa berjalan dengan normal


Diagnosa Body structure and body function: Spasme m. Hamstring
Participation restriction : tidak mampu fleksi – ekstensi hip
Diagnosa ICF : .
Dx : Pain, spasme, hipomobility, and functional limitation e.c. Hamstring Strain
Phase Goals Recommended Exercises
Fase I 1. Decrease swelling and pain Control pain and inflammation
2. Restore ROM - PRICE
3. Restore neuromuscular fitness
- TENS : untuk mengurangi nyeri, diletakkan pada muscle belly
- Tapping :
Inhibisi  lokasi lateral / medial (bentuk I)
Block nyeri  sesuai lokasi nyeri (bentuk I, silang)
Fasilitasi  origo ke insersio
Rom and Flexibility exc :: sesuai kemampuan pasien
- PROM Hip dan Knee
- Long sittring : hold 5 s , 4-6 x , 2-3 set

- Hip flexor stratch

- Quadriceps stretch
- Hip adductor streatch
- Quad set : hold 10 s, 6-8 x, 2-3 set
- SLR : hold 10 s, 6-8 x, 2-3 set
- Toe calf raises
- Isometric exc
2-3 set , 15- 20 x repetisi
- Leg press
- Hip abduksi – adduksi
- Hip fleksi – ekstensi
1. Continue ROM activities - Knee ekstensi
2. Improve muscular flexibility - Hamstring curl
Fase II 3. Increase strength
4. Improve cardiovascular fitness - Wall squat
- Lunges
- Bridging
- Plank
- Step up
- Static bicycle
- Static bicycle & stairmaster

Nb : eksentrik hamstring
1. Progress to functional training
2. Increase strength - Squat
Fase III 3. Improve cardiovascular fitness - Romanian dead lift / dead lift
4. Increase power - Lunges
- Step up
- Nodriic hamstring
- Plyometric
TENNIS ELBOW

DEFINITION

- Epicondylitis Lateral Is General Term Used To Describe Imflamation, Pain, Or Tenderness In The
Region Of The Lateral Epicodyle Of Humerus

ANATOMY

ETIOLOGI

1. OVERUSE : Microtear

2. Trauma

GEJALA :

• Nyeri Siku Dapat Terjadi Sewaktu Sewaktu Penderita Menggerakkan Tangannya Ke


Dorsofleksi Melawan Tahanan Yang Dilakukan Orang Lain Terhadap Tangannya,

• Dirasakan Kebas-kebas Pada Lengan Bawah Dari Siku Yang Mengalami Nyeri.

• Terdapat Nyeri Tekan Pada Epicondylus Lateral Humeri.

TIPE :

- Tipe I : tempat cedera terletak pada origo ekstensor carpi radialis longus
- TIPE ii : dimana cedera terjadi pada tempat perlengketan tendon otot ekstensor carpi
radialis brevis pada epicondylus lateralis humeri
- Tipe iii : cedera yang terjadi pada tipe III terletak pada tendon muscle junction otototot
ekstensor carpi radialis brevis.
- Tipe iv : pada tipe ini, yang mengalami cedera adalah perut otot dari otot-otot ekstensor
carpi radialis brevis.
MANAJEMEN FISIOTERAPI

TENNIS ELBOW

Anamnesis Keluhan Utama & Riwayat Penyakit :


Klien dengan keluhan nyeri pada siku sisi lateral , nyeri meningkat saat
mengangkat beban pada posisi dorsal fleksi, nyeri akan bertambah setelah
beraktivitas terutama dengan gerakan menggenggam yang kuat.
Pemeriksaan Fisik Vital sign
 Tekanan Darah : 110/70 mmHg
 Denyut Nadi : 80x /menit
 Pernapasan : 55x /menit
 Temperatur : 36,3

Inspeksi
Statis
• Terlihat adanya oedema dan warna kemerahan di daerah sekitar
epicondylus lateral humeri.
• Wajah px terlihat menahan sakit
Dinamis
• Px tidak dapat meluruskan lengannya
• Px tidak dapat menggenggam benda dengan kuat

Palpasi :
• Terdapat nyeri tekan pada bagian lateral epicondylis
• Terdapat sedikit oedem pada bagian lateral epicondylis dan saat
diraba terasa hangat
Pemeriksaan Nyeri VAS (Nyeri gerak, nyeri tekan, nyeri diam)
Pemeriksaan Gerak Aktif : nyeri terutama pada saat ekstensi dan dorso fleksi
Dasar Fleksi: biceps
Ekstensi : triceps
Pronasi : pronator teres dan quadratus
Supinasi : supinatoris, anconeus
Dorsal fleksi : flexor carpi radialis
Palmar fleksi : ekstensor carpi radialis brevis
Pasif : Nyeri dan ROM terbatas dengan firm end feel, sering terasa
crepitasi ke arah dorsal fleksi
Isometric : Gerak isometric nyeri kearah dorsal fleksi
Tes Spesifik Cozen Test : kontraksi isometric  ekstensor carpi radilis longus et brevis
Posisi flexi elbow 90°, satu tangan fiksasi elbow, pasien diarahkan u/ dorsi flexi
wrist lalu tahan. (+) nyer pada lateral elbow

Mill test : streatch otot ekstensor


Posisi elbow ekstensi, fiksasi elbow , arahkan untuk dorsi flexi
Maudsley’s test : kontraksi ekstensor digitorum

tahan pada jari ke -3


Pemeriksaan MRI
penunjang
Penegakan Activity Limitation : Adanya gangguan menggenggam dan mengangkat barang
Diagnosa Body structure and body function:
- Inflamasi
- thigtness
Participation restriction : Tidak dapat bermain tennis/ bulu tangkis dengan
teman-temannya
Diagnosa ICF : b2801, b7300, d92010
Penurunan kekuatan otot, nyeri pada saat mengangkat barang, menggapai
benda, keterbatasan dalam olahraga seperti melempar, badminton, tenis.
Dx : pain and hypomobility e.c epycondylitis lateral

Phase Goals Recommended Exercises


Fase I Fase Akut (fase inflamasi) antara 0-
24 jam/36 jam (minggu 1)
Bertujuan untuk mencegah
bertambahnya beratnya cedera yang
terjadi dan mengatasi keradangan.
- Prices (mengatasi peradangan )
- Ultrasound :
Pada fase akut  jika bengkak sudah berkurang , I= x<0,5 dan
hanya dibagian superficial 3MHz .
Pada fase sub akut  jaringan mengalami poliferasi (pembentukan
jaringan baru) agar remodelling lebih ceoat
- Electrical stimulation (menstimulasi otot agar tidak atrofi dan
melancarakan peredaran darah)
TENS : Pada ekstensor radialis brevis pd tendon / muscle belly
- Kinseotaping : Inhibis insersio ke origo
- PROM : wrist dan elbow

- Pemakaian kinesiotaping selama latihan


Fase Subakut (return of strength and
endurance) antara 7-21 hari (minggu
Fase 2)
II bertujuan untuk mengembalikan
kekuatan otot dan ketahanan
-
Fasiliasi otot : origo ke insersio , tarikan 10-20 %
- Icing (pijat area lembut dengan es atau es yang dihancurkan selama
10-15 menit)

- Transverse friction : pada tendon ekst. Radialis brevis

- Latihan penguatan (strengthening) : diutamakan konsentrik maupun


eksentrik. Diawali dan diakhiri peregangan
1. Elbow fleksi (fiksasi pada wrist ) dan ekstensi (fiksasi pd elbow)
2. Elbow pronasi dan supinasi (tangan saling mengenggam)
3. Wrist ekstensor streach (palmar fleksi)
4. Wrist active rom of motion
5. Strengthening for flexion and extension wrist (menggunakan beban)
6. Strengthening for supination and pronation wrist (menggunakan
beban)
Aplikasi ice massage – exc + transverse friction – ice
- Strengthening
flexion and extension wrist (menggunakan beban)
supination and pronation wrist (menggunakan beban)
- Latihan elasticband & latihan flexbar
Latihan elasticband dilakukan setiap hari selama 3 set 10

Fase Kembali ke Aktifitas: setelah


21 hari
Pada fase ini hampir tidak ada nyeri
selama melakukan aktivitas sehari- Latihan FlexBar® dilakukan setiap hari selama 3 set 15 repetisi.
hari, tidak adareffered pain dan dapat
Fase
melakukan latihan luas gerak sendi
Diperlukan 4 detik untuk menyelesaikan setiap pengulangan dan
III antara setiap set 15 pengulangan ada 30 detik istirahat
penuh.
Fase ini meliputi: pemulihan
kekuatan (recovery strength)
dengan melanjutkan latihan

- terapi dingin apabila diperlukan setelah aktivitas


- Pemakaian kinesiotaping pada waktu latihan
- Kembali ke aktivitas secara bertahap
ROTATOR CUFF TEARS

DEFINITION & ANATOMY

- Rotator cuff adalah grup dari 4 tendon yang bentuknya menutupi caput humeri dan berperan
dalam aktivitas mengangkat dan merotasikan lengan.
- Supraspinatus O : fossa supraspinous scapula
I : tuberculum mayor. Berfungsi untuk
gerakan abduksi shoulder
F : Abduksi shoulder
- Subscapularis O : fossa subscapula
I : tuberulum minor
F: gerakan internal rotasi shoulder
- Infraspinatus O : Fossa infraspinatus
I : tuberculum mayor
F : eksternal rotasi shoulder
- Teres minor O : perbatasan axilla dan scapula
I : tuberculum mayor
F : eksorotasi dan horizontal abd

ETIOLOGY :

1. AKUT TEARS : kejadiannya yaitu jatuh dengan posisi bahu tertahan, mengangkat sesuatu yang
terlalu berat dengan menyentak/tiba-tiba

2. Degenerative

2 TIPE ROBEKAN :

1. Partial tear: tendon robek namun tidak sepenuhnya


2. Full thickness tear: robek sepenuhnya dan menyebabkan tendon terlepas dari tulang

GEJALA ROTATOR CUFF TEAR:

1. Nyeri. Rasa nyeri bertahap dari ringan, timbul hanya saat menggerakkan lengan kearah
tertentu, sampai nyeri hebat dirasakan saat diam. Diatas bahu dan lengan, kadang dirasakan
sampai siku
2. Kelemahan. Kesulitan dalam mengangkat dan memutar lengan Krepitus ketika bahu
digerakkan pada posisi tertentu
MANAJEMEN FISIOTERAPI

ROTATOR CUFF TEARS

Anamnesis Keluhan Utama & Riwayat Penyakit :


Anak usia 13 tahun, atlet baseball posisi pitcher dengan tangan kanan dominan,
mengeluhkan nyeri pada bahu kanan. Anak tersebut aktif bermain selama 20 bulan
ini ketika gejala nyeri muncul di bagian lateral dan anterior bahu. Dia tetap
melanjutkan bermain secara regular selama 2 bulan hingga akhirnya nyeri yang
dirasakan tak tertahankan. Dia tidak bisa bermain lagi sejak kejadian tersebut. Nyeri
meningkat ketika menggerakkan tangan kanan ke atas
Pemeriksaan Vital sign
Fisik Tekanan darah : 120/70 mmHG
Denyut Nadi : 75x/menit
Temperatur : 35.5°c

Inspeksi
Statis : wajah pasien datang dengan menahan nyeri
Dinamis : adanya kelemahan, pasien tidak dapat mengangkat tangan
Palpasi : : nyeri tekan di m. deltoid
Pemeriksaan VAS (Nyeri gerak, nyeri tekan, nyeri diam)
Nyeri
Pemeriksaan Aktif : nyeri terutama pada saat fleksi dan abduksi
Gerak Dasar Pasif : Nyeri terutama pada saat fleksi dan abduksi, firm endfeel
Isometric : Gerak isometric nyeri fleksi dan abduksi , tidak mampu melawan
tahanan
Tes Spesifik Drop arm test : (+) kedua tangan diangkat dan terjatuh

External Rotation Lag Test : teres minor dan infraspinatus

Internal Rotation Lag Test


Pemeriksaan MRI
penunjang
Penegakan Impairment : Nyeri, ROM limitation, weakness, Functional
Diagnosa Functional limitation : Aktifitas dengan gerak bahu, misal; mengangkat tangan.
Disability : Kembali berolahraga, misal; baseball
Diagnosa Dx : pain and hypomobility e.c rotator cuff tears

Rotator Cuff Impigiement


Recommended
Phase Focus
Exercises
ROM
- Pendulums
*Reduce Pain and Inflammation - Scapular Mobility
*Protect Injured Tissue - Passive/Assisted External
Acute
*Improve ROM Without Aggravating Rotation
Injury - Passive/Assisted Flexion
- Passive/Assisted Internal
Rotation
ROM
Supine Active Assisted
Flexion
Standing or Supine Active
Assisted ER (neutral, scapular
plane, 90 deg of abduction)
Active Assisted IR and
*Continue protection of
Horizontal Adduction
injured/healing tissue
Continue to improve passive and
Strengthening
assisted ROM
Subacute T-band
*Initiate Active ROM with Proper
Scapular Retraction
Scapulohumeral Rythm
Internal Rotation
*Initiate gentle peri-scapular and
External Rotation
rotator cuff strengthening
Bodyweight/Dumbbell
Side-lying External Rotation
Standing Scaption (“open
can”) with progression to
prone
Prone Extension
Prone Horizontal Abduction
Rehab *Continue to acquire normal ROM if ROM
still deficient Continue Active Assisted
*Progressivelystrengthen rotator ROM if necessary
cuff and peri-scapular muscle groups Side-lying IR stretch and cross
*Restore functional use of arm body stretch as needed

Strengthening
Scapular Retraction
Prone Extension
Prone Horizontal Abduction
Standing/Prone Scaption
Internal Rotation with progression to 90
deg of abduction
External Rotation with progression to 90
deg of abduction
Progress to Diagonal

Dynamic Progressions
Manual Resistance Patterns
Rythmic Stabilization
Proprioceptive Drills
Push Up Progression
ROM
Continue as Needed

Strengthening
Continue T-band and Peri
Gradual Return
Sport scapular Progressions 3 x
to Sports and
Specific Week as Needed
Physical Activity
Dynamic Progressions
Continue Proprioceptive
Drills During Return to Sport 2-
3 x Week

Rotator Cuff Repair


Recommended
Time Focus
Exercises
Passive
Pendulums
Scapular Mobility
Passive External Rotation
Phase 1 Passive ROM
Passive Flexion
0-6 Weeks Tissue Healing
Passive Horizontal Adduction
Passive Internal Rotation (2wks
post-op)
Ball Squeeze
Active Assisted Passive
Phase 2
ROM with Continue PROM Exercises
6-12
Transition to Passive ER Progressing to 90⁰ Abd
Weeks
Active ROM after
MD Follow Up Active Assisted/Stretching
Supine/Standing Flexion,
Horizontal Adduction, Sidelying IR

Isometrics
ub-max IR/ER

Active Progressions
Sidelying ER
Standing Scaption
Prone Row
Prone Extension
Prone Horizontal Abduction
Prone Scaption
Passive
Continue as Needed
Active Assisted/ Active
Continue as Needed

Strengthening (Dumbell/T-band)
Row
Prone Extension
Progressive
Prone Horizontal Abduction
Strengthening
Phase 3 Standing/Prone Scaption
with Continued
12-24 Internal Rotation
Attention to
Weeks External Rotation
ROM if Still
Progress to Diagonals and
Deficient
Functional Planes

Dynamic Progressions (16 Wks)


Manual Resistance Patterns
Rythmic Stabilization
Proprioceptive Drills
Push Up Progression

Active Assisted/Active
Continue as Needed Daily

Return to Sports Strengthening


Phase 4 and Physical Continue Resistance Band and
24 Weeks- Activity if ROM Peri-scapular Progressions 2-3 x
1 Year and strength are Week
adequate
Dynamic Progressions
Continue Proprioceptive Drills
During Return to Sport 2-3 x Week
SPONDYLOLITESIS

DEFINITON

- Spondylolistesis adalah pergeseran ke depan dari satu vertebra ke vertebra yang lain. Slip
biasanya terjadi anterior pada tingkat L5 / S1 dan menyebabkan vertebra untuk keluar dari
keselarasan dengan tulang belakang tulang belakang lainnya
- Spondylosis : Disc menipis, jarak antar vertebrae dekat (OA pd vertebrae). Traumatic jatuh
dengan proses vertikal.
Spondylolisis : terdapat fraktur pada facet joint
Spondylolistesis : fraktur facet  vertebrae ke depan
Anyklosing spondylolitis : penipisan  osteofit (tulang antar vertebrae tersambung ), kronik.
- Terjadi pada L5- S1 / L4 – L5
Gerakan ekstensi memprovokasi pergeseran ke anterior (+) nyeri bertambah
Gerakan fleksi memprovokasi pergeseran ke posterior (+) nyeri

ANATOMY

Spondylolisthesis diklasifikasikan menjadi 5 jenis yaitu:


(1) isthmic spondylolisthesis,
(2) degenerative spondylolisthesis,
(3) traumatic spondylolisthesis,
(4) pathologic spondylolisthesis,
(5) dysplastic spondylolisthesis

TANDA DAN GEJALA

- Nyeri punggung bawah biasanya menyebar kearea gluteus dan paha belakang
- Nyeri ++ pada gerakan ekstensi
- Spasme otot hamstring
MANAJEMEN FISIOTERAPI
SPONDYLOLISTESIS

Anamnesis Keluhan Utama : Nyeri gerakan ekstensi


Riwayat Penyakit :
Atlet tenis mengalami cidera pada pinggangnya ketika melakukan gerakan
memukul forehand, dan dia terpleset sehingga pinggangnya menahan dalam
posisi ekstensi. Saat ini dia didiagnosis ada spondilolistesis pada L5. setelah 3
minggu atlet dipersiapkan untuk kembali bermain tennis.

Pemeriksaan Vital sign


Fisik Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Denyut Nadi : 80x /menit
Pernapasan : 55x /menit
Temperatur : 36,3

Inspeksi
Statis : Pasien datang sambil memegang pinggangnya. Postur pasien cenderung
fleksi trunk. Wajah pasien terlihat menahan sakit
Dinamis : Pasien berjalan seperti tertatih, Px tidak dapat menggerakan trunk ke
arah ekstensi.

Palpasi : Terdapat spasme pada otot hamstring


Pemeriksaan VAS (Nyeri gerak, nyeri tekan, nyeri diam)
Nyeri
Pemeriksaan Aktif: Nyeri dan kaku pada saat ekstensi trunk
Gerak Dasar Pasif : Nyeri dan Tidak Full ROM dengan firm end feel pada saat
ekstensi trunk
Isometric : Gerak isometric negative

Tes Spesifik Prone instability test :


Palpasi L4  sejajar dengan SIAS, kebawah sedikit L5  gapping
Posisi Hip ekstensi dan knee flexi 90°  provokasi ekstensi

Pemeriksaan X-Ray
penunjang
Penegakan Impairment :
Diagnosa Adanya nyeri pada punggung bawah, adanya keterbatasa Lingkup Gerak
Sendi (LGS) pada trunk, ada penurunana kekuatan otot fleksor dan ekstensor trunk
Functional limitation :
Adanya gangguan atau kesulitan dalam beraktivitas seperti aktivitas
membungkuk, jongkok-berdiri dan berjalan jauh.
Disability : Gangguan tidak dapat bermain tennis dan mengikuti pertandingan.
Diagnosa Dx : pain and hypomobility e.c Spondylolistesis Grade I
Phase Goals Recommended Exercises
Fase I Tujuan : untuk mengurangi • TENS
nyeri dan pengembalian LGS • Pemakaian Brace : Inhibisi gerakan ekstensi  stabilisasi
• Stretching ekstremitas bawah.

• Mobilisasi Pasif lumbal


Fleksi , ekstesi, lateral fleksi dan rotasi
Fase II untuk pengembalian LGS dan • MWD
Penguatan otot • Pemakaian Kinesiotaping
Pada Quadratus lumborum : # - erector spine : Y + *

• Latihan William Fleksi


Pelvic tilt
Sit up knee flexion
Single kne to chest and double knee to chest
Seated reach to toe / long sitting (streatch e.spine & hamstring)
Foward crouch (lunges – to streatch iliofemoral ligament)
Seated flexion
• Latihan Stabilisasi Trunk

Fase III Penguatan Otot dan Persiapan • Latihan William Fleksi


kembali ke lapangan • Latihan Stabilisasi Penguatan Trunk (Ditingkatkan)
Bridging single leg
Prone plank
Plank superman
Sit up
Capital neck flexion
• Latihan Spesifitas
Mini band exc : gerakapada spine
Latihan : tennis
• Begin speed/agility program
Plyometric  drill

Anda mungkin juga menyukai