Anda di halaman 1dari 92

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS FLAT FOOT


DENGAN MODALITAS HEEL RAISES EXERCISE DAN
TOWEL CURL EXERCISE DI PB METLA RAYA
KECAMATAN NGEMPLAK, KABUPATEN SLEMAN

Disusun Sebagai Acuan Untuk Melaksanakan Manajemen Fisioterapi

Disusun oleh:
I Made Adi Sanjaya
19170006

PROGRAM STUDI FISIOTERAPI PROGRAM DIPLOMA TIGA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
2022
HALAMAN PERSETUJUAN

PROPOSAL

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA FLAT FOOT


DENGAN MODALITAS HEEL RAISES EXERCISE DAN
TOWEL CURL EXERCISE DI PB METLA RAYA
KECAMATAN NGEMPLAK, KABUPATEN SLEMAN

Proposal karya tulis ilmiah ini dipersiapkan dan disusun oleh:

I Made Adi Sanjaya

19170006

Telah diperiksa, disetujui, dan siap untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
proposal karya tulis ilmiah Program Studi Fisioterapi Program Diploma Tiga
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Respati Yogyakarta, pada:

Hari : Selasa
Tanggal : 25 Januari 2022
Waktu : 13.00 WIB
Tempat : Ruang A 2.01, Kampus 2 Universitas Respati Yokyakarta

Pembimbing I Pembimbing II

Khairul Imam, S.Kep., Ns., M.Fis Herta Meisatama, S.Fis., M.Erg


NIK. 451818001 NIK. 451817007

i
HALAMAN PENGESAHAN

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA FLAT FOOT


DENGAN MODALITAS HEEL RAISES EXERCISE DAN
TOWEL CURL EXERCISE DI PB METLA RAYA
KECAMATAN NGEMPLAK, KABUPATEN SLEMAN

Disusun oleh:

I Made Adi Sanjaya

19170006

Telah dipertahankan di hadapan penguji pada tanggal 25 Januari 2022

Susunan Dewan Penguji

Penguji I
Khairul Imam, S.Kep., Ns., M.Fis
[…………….]
NIK. 451818001
Penguji II

Herta Meisatama, S.Fis., M.Erg


NIK. 451817007 […………….]
Penguji III
dr. J. Nugrahaningtyas W. Utami., M. Kes
NIK. 450714002

Mengetahui,
Ketua Program Studi Fisioterapi Program Diploma Tiga

dr. J. Nugrahaningtyas W. Utami., M. Kes


NIK. 450714002

ii
PERNYATAAN TIDAK MELAKUKAN PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : I Made Adi Sanjaya
NIM : 19170006
Program Studi : Program Fisioterapi Program Diploma Tiga
Judul Kasus : Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Flat Foot Dengan
Modalitas Heel Raises Exercise Dan Towel Curl Exercise
Di PB Metla Raya Kecamatan Ngemplak, Kabupaten
Sleman
Diajukan untuk diuji pada hari dan tanggal: selasa, 25 Januari 2022
Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa di dalam Karya Tulis
Ilmiah:
(1) Tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil
dengan cara menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau
symbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari
penulis lain, yang saya akui sebagai tulisan saya sendiri;
(2) Tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru atau
yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan
kepada penulis aslinya;
(3) Tidak terdapat proses rekayasa data dan atau melakukan perubahan data
Karya Tulis Ilmiah orang lain yang saya akui sebagai data hasil Karya tulis
ilmiah saya.

Apabila dikemudian hari, terbukti bahwa saya melakukan plagiat pada naskah ini
baik sengaja ataupun tidak, saya menyatakan menarik Karya Tulisan Ilmiah yang
telah saya ajukan sebagai hasil karya saya dan berarti gelar dan ijazah yang telah
diberikan oleh Universitas Respati Yogyakarta dinyatakan BATAL dan segala
konsekuensi hukum yang ada melekat pada saya menjadi tanggung jawab Saya.

Yogyakarta, 25 Januari 2022


Yang membuat pernyataan

Materai 10.000

I Made Adi Sanjaya

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat-

Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.

Proposal Karya Tulis Ilmiah Disusun Sebagai Acuan Untuk Melaksanakan

Manajemen Fisioterapi

Dalam menyelesaiakan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak

sekali mendapatkan bantuan bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, untuk

itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada yang

terhormat :

1. Prof. Dr. dr. Santoso, MS. Sp.Ok selaku Rektor Universitas Respati

Yogyakarta

2. Bapak Wahyu Rochdiat M, S.Kep., M.Kep., Ns., Sp.Kep.J selaku Dekan

Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Respati Yogyakarta

3. dr. J. Nugrahaningtyas W. Utami, M.Kes. selaku Ketua Program Studi

Fisioterapi Program Diploma Tiga Universitas Respati Yogyakarta dan

selaku penguji III.

4. Bapak Khairul Imam, S.Kep., Ns., M.Fis selaku Pembimbing I dan penguji

I sekaligus Dosen pengajar yang telah banyak meluangkan waktunya untuk

membimbing dan memberikan arahan dalam penyelesaian Proposal Karya

Tulis Ilmiah ini.

5. Bapak Herta Meisatama, S.Fis., M.Erg selaku Pembimbing II dan penguji

II sekaligus Dosen pengajar yang telah banyak meluangkan waktunya untuk

iv
membimbing dan memberikan arahan dalam penyelesaian Proposal Karya

Tulis Ilmiah ini.

6. Seluruh Dosen dan staf karyawan Program Studi Fisioterapi Program

Diploma Tiga Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Respati Yogyakarta.

7. Orang Tua saya Bapak I Wayan Siana dan Ibu I Made Wiratni, Kakak saya

Ni Putu Dian Siantarini, Adik saya I Nyoman Ari Wirajaya, serta keluarga

yang telah memberikan motivasi, kasih sayang dan do’a dalam penyusunan

Proposal Karya Tulis Ilmiah ini

8. Seluruh teman-teman yang penulis sayangi, khususnya Fisioterapi

Angkatan 2019 Universitas Respati Yogyakarta yang telah memberikan

semangat motivasi dan bantuan selama penyusunan Proposal Karya Tulis

Ilmiah ini.

Akhirnya, penulis mengharapkan semoga Proposal Karya Tulis ILmiah

yang telah penulis susun dapat menambah pedoman dan acuan bagi para pembaca.

penulis menyadari bahwa Proposal Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak

kekurangan sehingga penulis mengharapkan saran serta kritik yang membangun

untuk perbaikan Proposal Karya Tulis Ilmiah.

Yogyakarta, 25 Januari 2022

Penulis

v
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA FLAT FOOT
DENGAN MODALITAS HEEL RAISES EXERCISE DAN
TOWEL CURL EXERCISE DI PB METLA RAYA
KECAMATAN NGEMPLAK, KABUPATEN SLEMAN

I Made Adi Sanjaya1, Khairul Imam2, Herta Meisatama3


Program Studi Fisioterapi Program Diploma Tiga
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Respati Yogyakarta
Jl. Raya Tajem Km 1,5 Maguwoharjo, Depok, Sleman
Email: Imadeadisanjaya17@gmail.com

INTISARI

Latar Belakang: Flat Foot adalah kondisi dimana telapak kaki tidak memiliki
lengkungan pada bagian dalam. Bentuk telapak kaki datar disebabkan karena
lengkungan tulang-tulang menjadi lebih rata, hal ini bisa terjadi akibat adanya luka
pada kaki dan mata kaki atau timbul karena gangguan keseimbangan yang terjadi
akibat traumatik atau perubahan bentuk (deformitas) pada tulang belakang
Tujuan: Untuk mengetahui manfaat penatalaksanaan terapi dengan modalitas Heel
Raises Exercise dan Towel Curl Exercise pada kondisi Flat Foot terhadap:
peningkatan lengkungan pada arcus longitudinal medialis dan peningkatan
keseimbangan
Metode:

Hasil:

Kesimpulan:

Kata Kunci:

vi
MANAGEMENT OF PHYSIOTHERAPY IN THE FLAT FOOT WITH
HEEL RAISES EXERCISE MODALITY AND TOWEL CURL EXERCISE
IN PB METLA RAYA
ABSTRACT

Background: Flat foot is a condition where the sole of the foot does not have an
internal arch. The shape of the feet is flat because the arches of the bones become
flatter, this can occur due to injuries to the feet and ankles or arise due to balance
disorders that occur due to trauma or changes in shape (deformities) in the spine
Objective: To find out the benefits of therapeutic management with heel raises
exercise and towel curl exercise modalities on flat foot conditions on: increasing
the arch in the medial longitudinal arch and improving balance.
Result:

Conclusion:

Keywords:

vii
DAFTAS ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN................................................................................. ii

PERNYATAAN TIDAK MELAKUKAN PLAGIAT .......................................... iii

KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv

DAFTAS ISI ........................................................................................................ viii

DAFTAR TABEL ................................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xi

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xii

DAFTAR SINGKATAN/ISTILAH ..................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar belakang .............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 4

C. Tujuan .......................................................................................................... 4

D. Manfaat ........................................................................................................ 5

E. Keaslian Karya Tulis Ilmiah ........................................................................ 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 9

A. Deskripsi kasus ............................................................................................ 9

B. Anatomi dan Fisiologi ................................................................................ 17

C. Biomekanika .............................................................................................. 21

BAB III PROSES FISIOTERAPI ......................................................................... 22

A. Metode Pengambilan Data ......................................................................... 22

B. Pengkajian Fsisioterapi .............................................................................. 24

C. Diagnosis Fisioterapi .................................................................................. 39

viii
D. Perencanaan fisioterapi .............................................................................. 39

E. Teknologi intervensi fisioterapi ................................................................. 40

F. Penatalaksanaan fisioterapi ........................................................................ 42

G. Edukasi ....................................................................................................... 43

H. Evaluasi ...................................................................................................... 43

Daftar Pustaka ....................................................................................................... 44

Lampiran

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 keaslian karya tulis ilmiah...................................................................... 6


Tabel 3.1 Tekanan darah normal ........................................................................... 28
Tabel 3.2 Denyut nadi normal ............................................................................... 28
Tabel 3.3 Frekuensi pernapasan normal................................................................ 29
Tabel 3. 4 ROM gerak aktif .................................................................................. 31
Tabel 3. 5 ROM gerak pasif .................................................................................. 32
Tabel 3. 6 Gerakan isometri .................................................................................. 33
Tabel 3.7 Parameter Chippaux Smirax Index (CSI) .............................................. 37
Tabel 3.8 Penilaian Strok Stand Test .................................................................... 38

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Derajat Flat Foot ............................................................................... 11


Gambar 2.2 Fleksible Flat Foot pada Weightbearing ........................................... 12
Gambar 2.3 Tiptoe Test atau Berjinjit ................................................................... 12
Gambar 2.4 Jack's Test ......................................................................................... 13
Gambar 2.5 Perubahan Biomekanik Akibat Flat Foot ......................................... 15
Gambar 2.6 Anatomi Pedis ................................................................................... 25
Gambar 2.7 Anatomi Pedis Medial ....................................................................... 25
Gambar 3.1 Wet Footprint Test ............................................................................ 36
Gambar 3.2 Stork Stand Test ................................................................................ 38

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat etika


Lampiran 2. Surat izin penelitian
Lampiran 3. Penjelasan Sebelum Pengajuan Penelitian
Lampiran 4. Informed Concent
Lampiran 5. Foot and Ankle Disability Index
Lampiran 6. Visual Analog Scale
Lampiran 7. Rencana Anggaran Biaya
Lampiran 8. Rencana Jadwal Proposal Karya Tulis Ilmiah
Lampiran 9. Status Klinis

xii
DAFTAR SINGKATAN/ISTILAH

ADL : Activity of daily Living

BOS : Base of support


COM : Center of mass

COG : Center of gravity


CSI : Chippaux Smirax Index

FADI : Foot and Ankle Disability Index


PB : Persatuan Bulutangkis

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Kaki adalah anggota gerak yang memiliki fungsi sebagai unit
fungsional tubuh. Kaki mempunyai 2 fungsi primer, yaitu sebagai pondasi
tubuh (base of support) serta pengungkit untuk memajukan tubuh sewaktu
berjalan atau berlari. Bagian terpenting yang mempengaruhi musculoskeletal
serta biomekanik di kaki adalah arcus pedis (Ozdinc, et al. 2016). Arcus
pedis mempunyai fungsi pada penyerapan gaya reaksi dari tanah (ground
reaction forces) untuk memberikan gerakan tubuh ke depan (Hillstrom, et al.
2013). Selain itu, arcus dapat menambah keelastisan serta fleksibelitas pada
posisi tidak bergerak maupun waktu beraktivitas (Lowth, 2015). Arcus pedis
dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu arcus longitudinal medial, arcus
longitudinal lateral, dan arcus tranversus (Snell, 2006 dalam Nurjanati,
2018).
Permasalahan di arcus longitudinal medial akan mengakibatkan
kelainan pada kaki, yaitu flat foot (Nurjanati, 2018). Flat foot merupakan
kondisi dimana telapak kaki tidak mempunyai lengkungan di bagian dalam.
Bentuk telapak kaki datar disebabkan karena lengkungan tulang-tulang
menjadi lebih rata, hal ini mampu terjadi akibat adanya luka pada kaki atau
muncul karena gangguan keseimbangan yang terjadi akibat traumatik atau
perubahan bentuk di tulang belakang (Indardi, 2015). Menurut Darwis,
(2016), Flat foot dianggap juga pes planus merupakan suatu kondisi dimana
arkus pedis rata atau datar, seluruh bagian telapak kaki melekat atau hampir
menempel di tanah pada saat berjalan maupun posisi statis.
Lengkungan pada telapak kaki (arcus) terbentuk dari usia 2-6 tahun,
dimana usia 6 tahun adalah masa kritis pembentukan arkus, serta deformitas
flat foot akan timbul pertama kali pada usia lebih dari 10 tahun (Karandagh,
2015). di usia 9-10 tahun seharusnya telah terbentuk arkus yang matang dan

1
2

di usia tersebut masih bisa diberikan suatu penanganan sebagai tindakan


untuk mencegah terjadinya deformitas pada usia dewasa (Halabchi, 2013)
Prevalensi flat foot di Eropa pada anak usia 8-13 tahun didapatkan
sebanyak 4%-19,1% (Evans, et al. 2011). Sesuai survei dari total sampel 50
orang dengan rentan usia 14-20 tahun di India Selatan didapatkan prevalensi
16% anak mengalami flat foot (Pranati, et al. 2017). Sebuah penelitian di
Indonesia yang dilakukan oleh Bachtiar (2012), di 57 orang mahasiswa
didapatkan bahwa subjek yang mempunyai arkus normal sebesar 31 orang
(54,4%), arkus datar atau flat foot sebesar 23 orang (40,4%), sedangkan arkus
tinggi atau cavus foot sebesar 1 orang (5,3%). hasil penelitian di Surakarta
pada anak usia 6-12 tahun diperoleh 299 (27,5%) peserta didik mengalami
flat foot serta 790 (72.5%) peserta didik mempunyai arkus normal (Wardanie
2013). Penelitian di Bandung pada anak usia 6-10 tahun ada 129 (40%) anak
mengalami flat foot serta sebanyak 197 anak (60%) tidak mengalami flat foot
(Fadillah, 2017).
Menurut Benedetti, et al. (2011), ada 11,3% dari 15 anak usia 10-14
tahun merasakan kesulitan serta kelelahan ketika berdiri atau berjalan dalam
waktu yang lama, sebanyak 54% merasakan nyeri pada area plantar dan
medial hindfoot. Perubahan yang terjadi pada biomekanik tubuh
memungkinkan seseorang yang menderita flat foot mudah mengalami
cedera.
Problematika fisioterapi pada kasus flat foot yaitu mudah lelah bila
melakukan perjalanan yang jauh, terkadang timbul rasa nyeri pada bagian
bawah kaki, menyebabkan gangguan keseimbangan, gangguan berjalan dan
deformitas yang dapat mengakibatkan seseorang mudah mengalami cidera,
hingga pada kondisi flat foot memungkinkan seseorang tersebut mudah
terjatuh saat melakukan aktivitas (Ariani, et al., 2014). Ketika seseorang
mengalami flat foot maka orang tersebut akan kesulitan dalam menjaga
keseimbangan sewaktu berjalan maupun dalam kondisi diam (Syafi, Surini,
dan Prihantiko 2016).
3

Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada


individu dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan
memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan dengan
menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan
(fisik, elektroterapeutis dan mekanis), pelatihan fungsi, komunikasi
(Permenkes, No. 65 tahun 2015). Intervensi yang dapat dilakukan pada
penangan kasus flat foot adalah terapi Latihan. Terapi Latihan yang
digunakan adalah strengthening exercise, bentuknya adalah heel raises
exercise dan towel curl exercise (Sahabuddin, 2016). Heel raises exercise
merupakan Latihan yang berfungsi untuk penguatan pada otot-otot intrinsik
kaki serta otot-otot di sekitar pelvic, paha, dan lutut karena pengaruh dari
perubahan biomekanik yang mengakibatkan muscle imbalance (Nurjanati,
2018).
Heel raisese exercise adalah latihan penguatan pada kaki yang
bertujuan untuk meningkatkan kekuatan otot terutama otot gastrocnemius
dan otot plantar fleksor kaki (Herawati, 2019). Heel raises exercise
menimbulkan efek pada saraf dan skeletal karena adanya rangsangan
proprioseptif untuk mempertahankan posisi agar tetap seimbang (Herawati,
2019). Menurut Ariani, et al. (2014), Latihan ini dapat meningkatkan
lengkungan kaki medial sebesar 21,8% dengan intensitas Latihan 12 kali
pengulangan sebanyak 2 set selama 12 kali pertemuan dalam enam minggu.
Intervensi fisioterapi pada kasus flat foot yang dapat diberikan dalam
bentuk penguatan pada otot, salah satunya yaitu towel curl exercise. Towel
curl exercise adalah latihan menggunakan handuk pada kaki yang bertujuan
untuk meningkatkan fungsional pada ankle, latihan ini digunakan untuk
penguatan muskuloskeletal (otot) flexor digitorum longus dan brevis, M.
Lumbricales dan M. Flexor hallucis longus. Dengan diberikannya latihan
secara berulang-ulang dapat memberikan efek peningkatan kekuatan otot-
otot intrinsik pada kaki, baik di neuromuscular junction maupun di serat otot
sehingga komponen keseimbangan dapat terpenuhi (Ramadhanti, 2020)).
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Kim, et al. (2016), peningkatan
4

lengkungan arcus longitudinal medial setelah 12 kali pertemuan dalam 5


minggu selama 15 menit.
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka penulis
tertarik untuk menggunakan modalitas Heel Raises Exercise dan Towel Curl
Exercise untuk meningkatkan lengkungan arcus longitudinal medialis pada
kasus flat foot sehingga mengambil judul “Penatalaksanaan Fisioterapi Pada
Kasus Flat Foot Dengan Modalitas Heel Raises Exercise dan Towel Curl
Exercise Di PB Metla Raya.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah intervensi Heel Raises Exercise dan Towel Curl Exercise dapat
meningkatkan lengkungan arcus longitudinal medialis pada kasus Flat
Foot?
2. Apakah intervensi Heel Raises Exercise dan Towel Curl Exercise dapat
meningkatkan keseimbangan pada kasus Flat Foot?
3. Apakah intervensi Heel Raises Exercise dan Towel Curl Exercise dapat
meningkatkan aktivitas fungsional pada kasus flat foot?

C. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui penatalaksanaan pada kasus Flat Foot dengan
pemberian modalitas Heel Raise Exercise dan Towel Curl Exercise.
2. Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui penatalaksanaan pada kasus Flat Foot dengan
pemberian modalitas Heel Raise Exercise dan Towel Curl Exercise
terhadap peningkatan lengkungan arcus longitudinal medialis.
2. Untuk mengetahui penatalaksanaan pada kasus Flat Foot dengan
pemberian modalitas Heel Raise Exercise dan Towel Curl Exercise
terhadap peningkatan keseimbangan.
5

3. Untuk mengetahui penatalaksanaan pada kasus flat foot dengan


pemberian modalitas Heel Raise Exercise dan Towel Curl Exercise
terhadap peningkatan aktivitas fungsional.

D. Manfaat
1. Manfaat teoritis
Untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan dalam
mempelajari ilmu Fisioterapi terutama dalam penatalaksanaan
fisioterapi pada kasus Flat Foot.
2. Manfaat praktis
a. Bagi Universitas Respati Yogyakarta
Dapat memperluas refrensi ilmiah dan perpustakaan tentang
penatalaksanaan Fisioterapi pada kasus Flat Foot dengan modalitas
Heel Raises Exercise dan Towel Curl Exercise
b. Bagi Fisioterapi
Sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan screening
dan dalam menentukan modalitas yang akan digunakan dalam kasus
Flat Foot.
c. Bagi pasien
Pasien mengetahui bagaimana kondisinya saat ini, dan
mengetahui penatalaksaan secara optimal sehingga dapat membantu
meningkatkan lengkungan arcus longitudinal medialis pada pasien
Flat Foot.
d. Bagi penulis selanjutnya
Diharapkan dapat menambah wawasan, ilmu pengetahuan,
dan pemahaman dalam proses penatalaksanaan Fisioterapi
mengenai kasus Flat Foot menggunakan modalitas Heel Raises
Exercise dan Towel Curl Exercise.
6

E. Keaslian Karya Tulis Ilmiah


Tabel 1. 1 Keaslian Karya Tulis Ilmiah

No Judul Nama Modalitas Hasil Perbedaan


penelitian penulis /kesimpulan /persamaan
dan tahun
1 Pengaruh Nurjanati Strengthening Secara keseluruhan hasil Penulis sama-sama
Strengthening (2018) exercise (Heel pretest ke posttest 3 menggunakan heel raises
Exercise raises exercise, diperoleh nilai signifikan exercise, tetapi tidak
Terhadap short foot p=0,0001 (p<0,05) berarti menggunakan short foot
Perubahan exercise, dan adanya perubahan bermakna exercise dan squat
Arcus squat exercise antara sebelum dan sesudah exercise
Longitudinal 15 kali pemberian
Medial strengthening exercise.
Pada Remaja
Flat Foot Di
SMP Negeri 3
Makassar
7

2 Pengaruh Towel Zaidah (2019) Towel Curl Hasil simpang baku sebelum penulis sama-sama
Curl Exercise Exercise perlakuan 5,822 dan sesudah menggunakan towel curl
Terhadap perlakuan 7,301 dengan nilai exercise, tetapi peneliti
Peningkatan p=0,001 (p<0,05) berarti ada sebelumnya tidak
Keseimbangan pengaruh Towel Curl menggunakan heel raises
Pada Anak exercise terhadap exercise
Dengan Flat keseimbangan anak flat foot
Foot Pada Usia usia 4-5 tahun
4-5 Tahun
3 Perbedaan Farochatun strengthening Ada pengaruh intervensi Penulis sama-sama
efektivitas (2020) ball roll strengthening ball roll menggunakan heel raises
strengthening exercise dan exercise pada kaki kanan dan exercise, tetapi tidak
ball roll strengthening kaki kiri terhadap mengggunakan
exercise dan heel rises keseimbangan statis pada strengthening ball roll
strengthening exercise anak flat foot usia 9-10 tahun exercise
heel rises di Kecamatan Wonokerto.
exercise Berdasarkan hasil analisis
terhadap statistik didapatkan p value
keseimbangan (Asymp.Sig. 2-tailed)
statis pada anak sebesar < 0,001. Ada
flat foot usia 9- pengaruh intervensi
10 tahun di strengthening heel raises
Kecamatan exercise pada kaki kanan dan
Wonokerto kaki kiri terhadap
keseimbangan statis pada
anak flat foot usia 9-10 tahun
di Kecamatan Wonokerto.
Berdasarkan hasil analisis
8

statistik didapatkan p value


(Asymp.Sig. 2-tailed)
sebesar < 0,001 (< 0,05).
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi kasus
1. Definisi flat foot
Flat foot adalah kondisi dimana telapak kaki tidak memiliki
lengkungan pada bagian dalam. Bentuk telapak kaki datar disebabkan
karena lengkungan tulang-tulang menjadi lebih rata, hal ini bisa terjadi
akibat adanya luka atau timbul karena gangguan keseimbangan yang
terjadi akibat traumatik atau perubahan bentuk pada tulang belakang
(Indardi, 2015).
Flat foot/ pes planus adalah kondisi dimana lengkung kaki
menghilang yang ditandai dengan bentuk kaki yang rata. Flat foot dapat
terlihat disaat kaki mendapatkan beban dari tubuh, sehingga pada
beberapa flat foot masih tampak bentuk arcus longitudinalis medialis
disaat kaki tidak diberikan beban. Pada flat foot terdapat tiga kerusakan
dimensial, yaitu keadaan valgus pada calcaneus, kolapsnya bagian
arcus longitudinalis dan abduksinya kaki bagian depan (Ashari, 2017).
Lengkungan pada telapak kaki (arcus) terbentuk pada usia 2-6 tahun,
dimana usia 6 tahun merupakan masa kritis pembentukan arkus, serta
deformitas flat foot akan muncul pertama kali di usia lebih dari 10 tahun
(Karandagh, 2015). Di usia 9-10 tahun seharusnya arkus sudah
terbentuk dengan matang dan pada usia tersebut masih bisa diberikan
suatu penanganan sebagai tindakan untuk mencegah terjadinya
deformitas di usia dewasa (Halabchi, 2013).

9
10

2. Etiologi
a. Usia
Pertumbuhan pada arcus longitudinal medial mulai terjadi
diantara umur 2-3 tahun saat anak mulai belajar berjalan. Kondisi
flat foot pada anak dipengaruhi oleh bantalan lemak pada telapak
kaki yang masih tebal membuat lengkungan telapak kaki bagian
dalam tidak terlihat, jika kondisi ini masih dialami pada usia 9-10
tahun maka akan terjadi deformitas pada kaki anak (Fadilah, et al.
2017).
b. Kongenital
Kongenital adalah suatu kondisi bawaan sejak lahir yang
terjadi karena keturunan dari orang tua atau genetik yang diturunkan
dari orang tua maupun dari keluarga. Hal yang dapat menyebabkan
flat foot keturunan adalah adanya kelemahan otot telapak kaki yang
menyebabkan turunnya otot dan ligamen pada saat berjalan yang
juga diderita oleh orang tua penderita. (Lendra, 2007 dalam Zaidah,
2019).
c. Post-trauma
Kondisi ini muncul apabila suatu bidang tidak tersambung
dengan sempurna atau kehilangan kesejajarannya, seperti pada
kasus fraktur pada ankle dengan kondisi gagal menyambung
menyebabkan perubahan pada struktur tubuh. Perubahan pada
struktur tubuh akan berpengaruh pada lengkungan kaki yang dapat
berakibat terjadinya flat foot (Lendra, 2007 dalam Zaidah, 2019)
d. Disfungsi tendon tibialis posterior
Tendon ini memiliki peranan yang penting dalam
pemeliharaan arcus longitudinal medial. Adanya ruptur pada tendon
tibialis posterior akan menyebabkan kelainan pada arcus. Hal ini
disebabkan karena overuse atau aktivitas berlebih (Lendra, 2007
dalam Zaidah, 2019)
11

e. Obesitas
Obesitas pada anak dapat menambah tekanan pada lengkung
kaki yang terjadi secara terus-menerus saat berjalan. Selain itu,
obesitas menunjukkan rendahnya medial longitudinal arch, dan
lebih besarnya tekanan pada kaki yang mengakibatkan banyaknya
jumlah kondisi flat foot pada anak (Ariani, et al. 2015).
3. Derajat flat foot
Menurut Lendra (2009, dalam Sahabuddin, 2016), derajat flat foot
terbagi menjadi 3 derajat yaitu:
a. Derajat 1: kaki masih terlihat memiliki arcus meski sangat sedikit
b. Derajat 2: kaki sudah tidak memiliki arcus
c. Derajat 3: kaki tidak memiliki arcus dan mengalami penurunan pada
pertengahan kaki

Gambar 2.1 Derajat Flat Foot


Sumber: Puourghasem, et.al. (2016)
4. Klasifikasi flat foot
Terdapat dua klasifikasi pada flat foot, yaitu fleksible flat foot dan
rigid flat foot (Ariani, et al. 2015).
a. Fleksibel flat foot
Fleksibel flat foot merupakan kelainan yang bersifat
fisiologis. Fleksibel flat foot ini akan terlihat pada posisi tidak
dibebani oleh tubuh (non-weightbearing) seperti berjinjit namun
12

menjadi datar ketika dibebani oleh berat tubuh (weightbearing)


(Atik, et al. 2014).

Gambar 2.2 Fleksible Flat Foot pada Weightbearing


Sumber: Atik, et al. (2014)

Gambar 2.3 Tiptoe Test atau Berjinjit


Sumber: Atik, et al. (2014)
b. Rigid flat foot
Rigid flat foot adalah kondisi kronik dimana pada usia anak-
anak tidak dilakukan penanganan. Rigid flat foot dapat
menimbulkan rasa nyeri, keterbatasan, dan ngangguan
keseimbangan. Pada kondisi ini kaki tidak terlihat memiliki
lengkungan baik dalam posisi tidak dibebani oleh berat tubuh (non-
13

weightbearing) maupun dibebani oleh berat tubuh (weightbearing).


Dalam kedua klasifikasi ini dapat dibedakan dengan Jack’s test
(Atik, et al. 2014).

Gambar 2.4 Jack's Test


Sumber: Atik, et al. (2014)
5. Manifestasi Klinis pada flat foot
Flat foot menyebabkan ketidakstabilan pada kaki sebagai penumpu
tubuh. Hal ini dapat mempengaruhi gerakan normal berjalan yang
mengakibatkan kelelahan, nyeri, dan membatasi aktivitas berjalan.
Pada flat foot, kaki bagian belakang akan mengalami valgus. Eversi
pada sendi subtalar menyebabkan sedikit bahkan tidak adanya dukungan
dari ligamen. Oleh karena itu, kaki harus mengandalkan kinerja otot-
otot akses (Zaidah, 2019)
Gejala flat foot hampir tidak menimbulkan permasalahan pada anak-
anak. Jika kondisi ini dialami hingga memasuki usia dewasa muda
kemungkinan menimbulkan gejala rasa sakit pada bagian kaki bawah.
Gejala ini muncul diakibatkan adanya kontraksi pada tendon achilles
saat gerakan dorsoflexi secara penuh, kemudian penyebaran tekanan
pada daerah midfoot. Tekanan ini dapat menyebabkan kerusakan pada
persendian tarsal hingga menimbulkan rasa sakit pada bagian
14

pergelangan kaki dan lengkungan kaki bagian medial (Giovanni, 2007


dalam Akbar, 2020).
6. Patofisiologi pada flat foot
Pada buku Traumatologik dan Ortopedik dijelaskan bahwa flat foot
disebabkan oleh adanya kelemahan struktur yang menyokong arcus
longitudinal medial, seperti otot-otot intrinsik kaki, ligamentum
plantaris, tendon tibialis anterior dan posterior (Aston 2009 dalam
Sahabuddin, 2016). Pada kaki terdapat menyokong untuk menjaga
keseimbangan tubuh, yaitu tripod. Tripod terdiri dari tiga titik yang
berada pada calcaneus, metatarsal I dan V. Pada kaki juga terdapat joint
axis yang berada pada sendi subtalar, sendi talocrural dan sendi
talonavicular. ketiga persendian ini biasa dikenal dengan “acetabulum
pedis”. Pada acetabulum pedis terdapat otot-otot intrinsik kaki serta
ligamen yang merupakan penyokong dari arcus longitudinal medial
(Jennings, 2008 dalam Nurjanati, 2018)’
Jika pada penyokong tersebut mengalami masalah dapat
benyebabkan gerakan yang berlebih pada talus, calcaneus dan
navicular. Gerakan yang berlebih dapat mengakibatkan metatarsal
mengalami penekanan kearas bawah sehinggga terjadi kemiringan pada
tripod. Penekanan ini menyebabkan bagian metatarsal I mengalami
collapse pada sisi medial karena pembebanan lebih besar pada bagian
medial (Richie, 2007 dalam Nurjanati, 2018). Tanpa dukungan pada sisi
medial dalam menjaga keseimbangan kaki, hindfoot akan collapse ke
arah valgus (Giovanni, 2007 dalam Bachtiar, 2012). Pada flat foot terjadi
deformitas yang kompleks pada kaki, diantaranya abduksi pada kaki
depan, collapse arcus longitudinal medial, dan valgus pada kaki
belakang (hindfoot) (Prachgosin, et al. 2017).
Kelemahan otot-otot intrinsik kaki selanjutnya berdampak pada
kelemahan fungsi plantar fascia dan hilangnya arcus normal, sehingga
menimbulkan overpronasi kaki saat menumpu berat badan. Berubahnya
15

foot alignment ke arah pronasi (hiperpronasi) akan membebani otot-


otot di daerah lutut dan kaki untuk bekerja lebih keras dalam
mempertahankan posisi tubuhnya agar dapat berdiri stabil. Tekanan
konstan yang dialami otot karena postur abnormal yang berkepanjangan
serta gerakan berulang akan memberikan adaptasi neurologis dan
merubah biomekanik sehingga menyebabkan muscle imbalance.
Ketidakseimbangan otot juga akan menyebabkan center of gravity
bergeser ke posterior, sehingga body alignment berubah mulai pelvic
hingga kaki (Nurjanati, 2018). Pelvic akan cenderung berputar ke depan
sedangkan paha dan lutut akan berputar ke dalam dan hal ini akan
menyebabkan masalah pada otot-otot di sekitarnya (Musculosceletal
Rehabilitation Clinic, 2016).

Gambar 2.5 Perubahan Biomekanik Akibat Flat Foot


Sumber: Musculosceletal Rehabilitation Clinic, (2016)
Hal ini dapat menyebabkan kurang berfungsinya sistem pengungkit
yang kaku saat kaki meninggalkan pijakan (toe off), sehingga
menyebabkan keluhan mudah lelah dan membatasi aktivitas jalan
(Lutfie, 2007 dalam Nurjanati, 2018). Selain itu, gangguan
keseimbangan, deformitas berlanjut yang akan menyebabkan mudah
terjadinya cedera, dan tidak menutup kemungkinan sepatu bagian tumit
cepat aus. Jadi, malfungsi pada arcus longitudinal medial
16

memungkinkan tubuh mudah jatuh dan akhirnya dapat merusak


bangunan tubuh secara keseluruhan (Ariani, et al. 2014).
7. Definisi keseimbangan
Keseimbangan adalah suatu kemampuan tubuh mempertahankan
keadaan seimbang dalam keadaan diam maupun keadaan bergerak.
Keseimbangan melibatkan berbagai gerakan di setiap segmen tubuh
dengan didukung oleh sistem muskuloskeletal dan bidang tumpu
(Anggraini, 2016). Keseimbangan merupakan kemampuan seseorang
untuk dapat mempertahankan posisi tubuh dalam keadaan stabil pada
base of support (BOS) (Permana, 2013).
Keseimbangan juga dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang
mempertahankan massa tubuh COM (center of mass) terhadap bidang
tumpu (base of support) untuk melawan gravitasi COG (center of
gravity) yang dipengaruhi oleh proses sensorik sistem saraf, motorik
atau muskuloskeletal, khususnya kekuatan otot kaki, lutut, panggul,
serta kekuatan ligament dan susunan anatomis tulang (Rahmawati,
2015).
8. Hubungan antara keseimbangan dengan flat foot
Salah satu faktor yang dapat menggangu keseimbangan yaitu adanya
gangguan pada muskuloskeletal berupa kelainan bentuk telapak kaki
yang disebut flat foot (Sahabuddin, 2016). Flat foot adalah keadaan
dimana adanya kelemahan struktur penyokong arkus longitudinal pedis,
yaitu otot-otot pendek pada kaki. Penyebab utama dari flat foot adalah
ketidaknormalan struktur tulang sehingga pada kondisi tersebut
menyebabkan otot, tendon, dan ligamen bekerja lebih berat (O'Reilly, et
al. 2010)
Lengkungan kaki dibentuk oleh tarsal dan metatarsal dikendalikan
oleh ligamen dan tendon untuk mendukung berat tubuh dalam posisi
berdiri dan mendistribusikan secara memadai yang dihasilkan dengan
kontak pada tanah saat berdiri maupun berjalan (Kusuma, 2017). Flat
17

foot menyebabkan ketidakstabilan pada kaki sebagai penumpu tubuh.


Hal ini dapat mempengaruhi gerakan saat berjalan yang mengakibatkan
kelelahan, nyeri, dan membatasi aktivitas berjalan. Seseorang yang
mengalami flat foot membutuhkan lebih banyak kerja otot dibandingkan
dengan orang yang tidak mengalami flat foot untuk mendukung dan
menggerakkan beban tubuhnya (Sahabuddin, 2016).

B. Anatomi dan Fisiologi


1. Pedis atau kaki
Merupakan ekstremitas bawah yang terletak pada bagian paling
bawah anggota gerak dari sendi talocruralis. Pedis dapat dibagi menjadi
tiga struktur (Drake, et al. 2014).
a. Struktur pedis
1) Fore foot (kaki depan), terdiri dari: Os metatarsal dan Os
phalanges pada bagian anterior.
2) Mid foot (kaki tengah), terdiri dari: Os navicularis, Os
cuboideum, dan Os cuneidorme pada bagian medial.
3) Hind foot (kaki belakang), terdiri dari: Os talus, dan Os
calcaneus pada bagian posterior.
b. Tulang pada regio pedis
Tulang pada kaki terdiri dari 3 tarsal, 5 metatarsal, dan 14
phalanges. Terdapat tiga kelompok pada tulang pedis:
1) Tulang tarsal terbentuk oleh tiga tulang yaitu talus, calcaneus,
dan navicular.
2) Lima tulang metatarsal, merupakan tulang pada metatarsus.
3) Pada ruas tulang jari kaki terdiri dari Empat belas tulang,
masing-masing ruas jari kaki terdiri tiga phalanges, yaitu
proximal phalanges, intermedial phalanges, dan distal
phalanges. Pada ibu jari kaki sendiri hanya memiliki dua tulang
yaitu proximal phalanges dan distal phalanges.
18

c. Sendi pada regio pedis


Bagian tarsal terdapat beberapa sendi yang dapat melakukan
gerakan inversi dan eversi, yaitu articulatio subtalar (talocalcanea)
dan articulatio tarsi tranversa (talonavicular dan calcaneocuboidea)
dan sendi lainnya yang relative lebih kecil dan disatukan oleh
ligamentum serta mengalami sedikit pergerakan, yaitu articulatio
intercurneiformis, articulatio intermetatarsal, dan interphalangealis.
Ligamentum utama pada kaki:
1) Ligamentum calcaneonaviculare plantare (spring ligament).
2) Ligamentum plantare longum.
3) Ligamentum calcaneocuboideum.
d. Saraf pada regio pedis
Persarafan utama pada ektremitas inferior adalah Plexus
lumbosacralis, dimana letak saraf ini berada pada lumbal 4-sacrum
5 yang menjalar hingga ke kaki. Plexus lumbosacralis dapat dibagi
menjadi beberapa cabang diantaranya N. Ischiadicus, dan N.
Tibialis. N. Ischiadicus mengontrol otot-otot dorsum pada pedis dan
N. Tibialis mengontrol otot-otot pada telapak kaki.
e. Arcus pedis
Tulang- tulang pada pedis tidak hanya berada pada satu
bidang horizontal saja, melainkan tulang-tulang tersebut
membentuk arcus longitudinal medialis, lateralis, dan transversalis
yang membantu dalam menopang berat tubuh saat berjalan maupun
saat berdiri kondisi diam. Ligament yang membantu
mempertahankan bentuk lengkungan pada arcus meliputi
calcaneonaviculare plantare, calcaneocoboideum plantare,
ligamentum plantare longum, dan ligamentum plantare brevis. Otot-
otot pada arcus yang menyangga saat berjalan meliputi tibialis
anterior, posterior, dan fibularis longus. (Drake, et al. 2014).
19

1) Arcus longitudinal medialis


Arcus longitudinal medialis dibentuk dari calcaneus, talus,
Os naviculare, Os cuneiforme mediale, Os cuneiforme
intermedium, Os. cuneiforme laterale, dan ketiga ossa
metatarsalia pertama. Puncak pada arcus ini adalah talus (Snell,
Richard, 2006 dalam Ashari, 2017).
2) Arcus longitudinal lateralis
Arcus longitudinal lateralis dibentuk dari calcaneus,
cuboideum, Os metatarsale keempat, dan Os metatarsale
kelima. Puncak pada arcus ini adalah cuboideum (Snell,
Richard, 2006 dalam Ashari, 2017).
3) Arcus transversalis
Arcus transversalis dibentuk dari ossa metatarsalia, Os
cuboideum, Os cuneiforme laterale, Os cuneiforme
intermedium, dan Os cuneiforme mediale. Puncak pada arcus
ini adalah Os cuneiforme intermedium (Snell, Richard, 2006
dalam Ashari, 2017).

Gambar 2.6 Anatomi Pedis


Sumber: Pearce, (2010).
20

Gambar 2.7 Anatomi Pedis Medial


Sumber: Pearce, (2010).
21

C. Biomekanika
Pergelangan kaki terbentuk atas 3 persendian yang memiliki tugs
untuk mengatur pergerakan kaki bagian belakang sehingga dapat bergerak
secara dorsal fleksi-plantar fleksi, inversi-eversi, dan endorotasi-eksorotasi.
Ketiga gerakan tersebut selanjutnya dapat bergabung membentuk gerakan
pronasi dan supinasi. Gerakan pronasi dan supinasi pada pedis dapat
mempertahankan kontak normal dengan tanah jika berdiri pada posisi yang
berbeda atau pada bagian permukaan yang tidak rata. Sendi-sendi yang
berperan dalam gerakan ini adalah sendi subtalaris, sendi
talocalcaneonavicularis, dan sendi calcaneocuboidea (Wijaya, 2017).
Arcus longitudinal medial merupakan arcus yang sangat penting dan
menjadi penyebab utama terjadinya flat foot dan cavus foot. Arcus ini
membentuk tepi medial kaki yang berjalan dari calcaneus melalui talus,
navicular, dan tiga cuneiforme ke arah anterior pada tiga metatarsal
pertama. Secara normal, arcus ini tidak pernah menyentuh tanah/lantai.
Arcus ini akan lebih jelas terlihat pada posisi non-weightbearing
dibandingkan pada posisi weightbearing. Fungsi arcus longitudinal ialah
gaya pegas saat berjalan. Arcus longitudinal tertinggi terletak pada
lengkung longitudinal medial pada sendi midtarsal, antara 1/3 bagian
belakang dan 2/3 bagian depan lengkung yaitu di antara calcaneus dan
tulang navicular, menurun ke lateral dan berakhir pada batas lateral kaki
yang menempel pada lantai (Idris, 2010).
BAB III

PROSES FISIOTERAPI

Pada saat melakukan proses fisioterapi maka diperlukan perancangan pada


penelitian ini. Penelitian ini menggunakan desain studi kasus (case study) dan
sumber penelitian diambil secara primer (langsung).

A. Metode Pengambilan Data


1. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian
mewakili sampel penelitian yang memenuhi kriteria sebagai sampel
(Notoatmodjo, 2012). Menurut (Nurjanati, 2018) kriteria inklusi dalam
kasus flat foot meliputi:
a. Subjek bersedia menjadi responden dalam penelitian ini dengan
menandatangani informed concent.
b. Subjek berusia 10-14 tahun.
c. Subjek terdeteksi flat foot berdasarkan hasil wet footprint test pada
kedua kakinya.
d. Subjek mengalami flat foot grade I, II, dan III
2. Kriteria ekslusi
Kriteria ekslusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian tidak
dapat mewakili sampel penelitian karena tidak memenuhi kriteria
sebagai sampel (Notoatmodjo, 2012) Menurut (Nurjanati, 2018) kriteria
ekslusi dalam kasus flat foot meliputi:
a. Pasien tidak koperatif pada saat penelitian dilakukan
b. Pasien datang tidak sesuai jadwal
c. Post operasi pada pergelangan kaki dengan kondisi gagal menyatu
d. Memiliki berat tubuh lebih (obesitas) (25,9-30)
3. Sumber data
Sumber data pada penelitian ini adalah data primer. Menurut
Sugiyono (2012), data primer adalah sumber data yang diambil secara

22
23

langsung kepada pihak yang akan menjadi objek penelitian seperti


wawancarai. Dalam penelitian ini sumber data primer penelitian ini
diambil dengan dokumentasi proses fisioterapi pada atlet di PB Metla
Raya Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman yang memiliki kondisi
flat foot.
4. Lokasi dan waktu penatalaksanaan
Lokasi penelitian dilakukan di PB Metla Raya Kecamatan Ngemplak,
Kabupaten Sleman pada bulan Juni 2022.
5. Teknik pengumpulan data
Menurut Sugiyono (2017), cara atau teknik pengumpulan data dapat
dilakukan dengan interview (wawancara), dan observasi (pengamatan).
a. Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data
apabila peneliti ingin melaksanakan studi pendahuluan untuk
menemukan permasalahan yang akan diteliti, dan apabila peneliti
juga ingi mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam
dan jumlah dari responden tersebut sedikit. Wawancara dilakukan
untuk mendapatkan identitas pasien, keluhan yang dialami, dan
lain-lain.
b. Observasi
Observasi sebagai teknik pengumpulan data yang
mempunyai ciri spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang
lainnya. Observasi dilakukan untuk melihat deformitas,
lengkungan arcus longitudinal medial, dan keseimbangan pasien.
24

B. Pengkajian Fsisioterapi
1. Pemeriksaan subjektif
a. Anamnesis
Anamnesis adalah proses fisioterapi dengan cara mewawancarai
mengenai kondisi yang dialami saat ini. Tindakan ini adalah
Tindakan awal fisioterapi sebelum melakukan pemeriksanaan lebih
lanjut. Pada anamnesis ini sendiri dapat dilakukan dengan cara
mewawancarai secara langsung dengan pasien (auto anamnesis)
atau tidak langsung (hetero anamnesis) yang dilakukan dengan
orang lain yang dianggap mengetahui keadaan pasien, misalnya
keluarga atau kerabat terdekat pasien (Hudaya, 2012). Anamnesis
dapat dibagi menjadi dua yaitu anamnesis umum dan anamnesis
khusus.
1) Anamnesis umum
Informasi yang diperoleh berupa identitas pasien meliputi
nama, usia, jenis kelamin, agama, alamat, dan pekerjaan
termasuk anamnesis umum.
2) Anamnesis khusus
Anamnesis khusus merupakan data yang berisi tentang:
a) Keluhan utama
Keluhan utama adalah keluhan saat ini yang dirasakan
oleh pasien sehingga membuat pasien mencari pengobatan
atas apa yang diderita (Huda, 2018). Pada kasus flat foot
keluhan yang biasanya dialami adalah gangguan
keseimbangan dan arcus longitudinal medial yang menjadi
datar
b) Riwayat penyakit sekarang
Menurut Hudaya (2012), riwayat penyakit sekarang
memiliki tujuan untuk lebh memperjelas keluhan utama dan
menggambarkan keluhan secara lengkap, meliputi kapan,
bagaimana bisa terjadi, disebelah mana keluhan yang
25

dirasakan, posisi yang menjadi faktor peringan dan


pemberat. Contoh pada faktor pemberat yaitu berat badan
yang berlebih, tidak dilakukannya Tindakan pada usia dini
sedangkan contoh faktor peringan adalah anak yang aktif
melakukan kegiatan olahraga.
c) Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit terdahulu adalah penyakit yang
dialami oleh pasien sebelum terjadinya keluhan saat ini,
seperti pernah kecelakaan, pernah patah tulang, pernah
melakukan operasi, dan alergi (Herawati dan Wahyuni
2017),
d) Riwayat penyakit penyerta
Riwayat penyakit penyerta merupakan penyakit yang
menyertai keluhan saat ini. Dalam kondisi flat foot
penyakit penyerta Seperti obesitas, disfungsi tendon
tibialis posterior dan post trauma (Herawati dan
Wahyuni, 2017).
e) Riwayat penyakit pribadi dan keluarga
Riwayat penyakit pribadi atau penyakit keluarga
memiliki manfaat untuk mengetahui apakah ada penyakit
yang bersifat menular disebabkan kontak dengan anggota
keluarga lainnya seperti obesitas, disfungsi tendon tibialis
posterior. Riwayat penyakit pribadi merupakan informasi
penting dalam suatu Tindakan medis yang berkaitan dengan
keluhan dan masalah yang dialami pasien saat ini.
Pertanyaan dapat diajukan yaitu hobi, kebiasaan yang
dilakukan dan lain-lain (Herawati dan Wahyuni, 2017).
f) Anamnesis sistem
Pemeriksaan anamnesis system meliputi kepala dan
leher, kardiovaskuler, respirasi, gastrointenstinalis,
urogenital, musculoskeletal, nervorum.
26

(1) Kepala dan leher:


Keluhan yang dirasakan pada kondisi flat foot
lebih mengacu kepada nyeri pada bagian telapak kaki,
gangguan keseimbangan, dan mudah lelah. Pada
kondisi flat foot sendiri tidak adanya keluhan pada
bagian kepala dan leher (Werenski, 2011).
(2) Kardiovaskuler
Keluhan pada kardiovaskuler faktor penyebabnya
dapat bersumber dari lingkungan kerja seperti faktor
kebisingan, stress akibat kerja, maupun disebabkan
oleh gaya hidup yang tidak sehat yang dapat
menimbulkan keluhan seperti gangguan pembuluh
darah. Pada kondisi flat foot tidak adanya keluhan
kardiovaskuler (Deloye, 2015).
(3) Respirasi
Gangguan pada sistem respirasi dapat diperiksa
dengan cara auskultasi untuk mengetahui sesak napas,
batuk, penumpukan sputum, baduk berdarah, dan nyeri
dada. Pada kondisi flat foot tidak ditemukan keluhan
pada respirasi (Herawati dan Wahyuni, 2017).
(4) Saluran pencernaan (Gastrointenstinalis)
Peradangan pada mukosa lambung dengan gejala
berupa keluhan nyeri, mual, kembung, sakit perut, dan
selera makan menurun. Pada kondisi flat foot tidak
ditemukan keluhan pada saluran pencernaan (Idris,
2016).
(5) Urgonital
Infeksi mikroorganisme yang mengenai daerah
saluran kemih meliputi ginjal, ureter, dan kandungan
kemih. Keluhan yang dialami berupa anyang-
anyangan, nyeri punggung bawah, dan sering BAK
27

(buang air kecil). Pada kondisi flat foot tidak


ditemukan keluhan pada urgonital (Idris, 2016).
(6) Musculoskeletal
Pemeriksaan musculoskeletal dimulai dari
anamnesis tentang keluhan klien. Pemeriksaan
berikutnya lebih mengarah ke keluhan yang dirasakan
klien. Pemeriksaan fisik harus dilakukan seperti
inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi yang
bertujuan untuk mengetahui ada atau tidak nya
gangguan pada musculoskeletal (Herawati dan
Wahyuni, 2017). Pada kasus flat foot yaitu mudah
lelah bila melakukan perjalanan yang jauh, terkadang
timbul rasa nyeri pada bagian bawah kaki,
menyebabkan gangguan keseimbangan, deformitas
yang dapat mengakibatkan seseorang mudah
mengalami cidera, hingga pada kondisi flat foot
memungkinkan seseorang tersebut mudah terjatuh
saat melakukan aktivitas (Ariani, et al., 2014).
(7) Nervorum
Pemeriksaan pada saraf memerlukan pemeriksaan
yang detail seperti pemeriksaan fisik, dan penunjang
untuk mengetahui kemungkinan adanya keluhan
seperti nyeri leher akibat penjepitan saraf, vertigo
gangguan pengelihatan, gangguan motorik, gangguan
sensoris, dan ganguan saraf otonom (Herawati dan
Wahyuni, 2017).
28

2. Pemeriksaan objektif
a. Tanda vital sign
Menurut Herawati dan Wahyuni (2017), pemeriksaan vital sign
antara lain:
1) Tekanan darah diukur dengan menggunakan spignomanometer
yang bertujuan untuk mendeteksi adanya hipertensi atau tidak.
Pasien anak menggunakan manset khusus anak-anak, dan pasien
dewasa menggunakan manset dewasa.

Tabel 3.1 Tekanan darah normal

Usia Tekanan darah normal (mmhg)


Bayi baru lahir 40 (rerata)
Bayi 1 bulan 85/54 mmhg
Anak 1 tahun 95/69 mmhg
Anak usia 6 tahun 105/65 mmhg
Anak usia 10-13 tahun 110/65 mmhg
Anak usia 14-17 tahun 120/75 mmhg
Dewasa tengah 120/80 mmhg
Lansia 140/90 mmhg

Sumber: Sulistyowati, (2018).


2) Denyut nadi diukur secara manual dengan cara palpasi.
Pengukuran denyut nadi dapat dilakukan di beberapa tempat,
seperti arteri radialis, brachialis, jugularis, temporalis,
femoralis, dan lain-lain.

Tabel 3.2 Denyut nadi normal

Usia Denyut nadi normal/menit


Bayi 120-160
Todler 90-140
Prasekolah 80-110
Usia sekolah 75-100
Remaja 60-90
Dewasa 60-100

Sumber: Sulistyowati, (2018).


3) Pemeriksaan pernafasan dilakukan dengan mengamatan, yaitu
dengan cara inspeksi atau mengamati kembang kempisnya dada
29

pasien. Tujuan pemeriksaan ini adalah mengetahui adanya sesak


nafas, atau gangguan respirasi lain atau tidak.

Tabel 3.3 Frekuensi pernapasan normal

Usia Frekuensi pernapasan normal


Bayi 35-40x/menit
Bayi 6 bulan 30-50 x/menit
Todler (2 tahun) 25-32 x/menit
Anak-anak 20-30 x/menit
Remaja 16-19 x/menit
Dewasa 12-20 x/menit

Sumber: Sulistyowati, (2018).


4) Pemeriksaan suhu tubuh menggunkan alat thermometer. Tujuan
pemeriksaan suhu tubuh adalah mengetahui apakah suhu tubuh
pasien normal atau tidak. Suhu normal dengan nilai 36,5°C –
37,4°C (Sulistyowati, 2018).
5) Pengukuran tinggi badan menggunakan mid line atau pita ukur.
6) Pengukuran berat badan dilakukan dengan menggunkan
timbangan berat badan.
b. Inspeksi
Menurut Herawati dan Wahyuni, (2017) inspeksi yaitu
pemeriksaan yang dilakukan dengan cara mengamati kondisi pasien
secara langsung dalam posisi diam (statis) dan posisi bergerak
(dinamis).
1) Pada posisi diam (statis)
Inspeksi pada posisi diam memiliki tujuan untuk melihat
adanya perubahan warna pada kulit, kelain bentuk atau
deformitas anggota gerak, bentuk dada dan lain-lain. Inspeksi
statis yang dapat dilakukan pada kasus flat foot yaitu melalui
pengamatan arkus atau lengkung kaki, pada saat weightbearing
(dibebani oleh berat tubuh) seperti berdiri tegak (Bachtiar,
2013).
30

2) Pada posisi bergerak (dinamis)


Inspeksi pada posisi bergerak memiliki tujuan untuk melihat
adanya perubahan pola berjalan, ekspresi wajah, dan postur
tubuh pasien. Inspeksi dinamis yang dapat dilakukan pada kasus
flat foot yaitu melalui pengamatan arkus atau lengkung kaki,
pada saat non weightbearing (tidak dibebani oleh berat tubuh)
seperti berjinjit (Bachtiar, 2013).
c. Palpasi
Menurut Herawati dan Wahyuni, (2017), palpasi merupakan
pemeriksaan dengan menyentuh bagian tubuh pasien untuk
mengetahui adanya spasme otot, suhu lokal, bengkak, dan nyeri
tekan. Palpasi yang dapat dilakukan pada kasus flat foot yaitu
mempalpasi pada bagian arcus longitudinal plantaris (Baidowi,
2017)
d. Pemeriksaan Gerak Dasar
1) Pemeriksaan gerak aktif
Pada pemeriksaan gerak aktif, posisi pasien tidur terlentang
dan dilakukan untuk mengetahui apakah pasien mampu untuk
melakukan gerakan sendiri tanpa bantuan, nyeri saat digerakkan
dan untuk mengetahui lingkup gerak sendi (Khafina, 2015).
Menurut Herawati dan Wahyuni (2017) faktor-faktor yang
harus diperhatikan selama pemeriksaan gerak aktif adalah:
a) Lingkup gerak sendi maksimal (diukur dari posisi anatomi
netral).
b) Nyeri (apakah muncul rasa sakit diakhir gerakan, atau nyeri
muncul pada rentang waktu tertentu, atau bahkan nyeri
muncul sepanjang gerakan).
c) Bagaimana gerakan dihasilkan.
d) Perbedaan gerakan antara anggota gerak bawah kanan dan
kiri.
31

Tabel 3. 4 Gerak aktif

Gerakan Nyeri ROM Normal


Dorsal fleksi Tidak ada 20
Plantar fleksi Tidak ada 45
Inversi Tidak ada 30
Eversi Tidak ada 20
Sumber : Chaniago, (2019)
2) Pemeriksaan gerak pasif
Pada pemeriksaan gerak pasif, posisi pasien tidur terlentang
dan rileks dengan bantuan fisioterapis, tujuannya untuk
mengetahui adanya nyeri gerak, lingkup gerak sendi dan
terdapat end feel (Khafina, 2015).
Menurut Herawati dan Wahyuni (2017) aspek yang perlu
diperhatikan selama pemeriksaan gerak pasif adalah:
a) Lingkup gerak sendi maksimum (normal atau terbatas
karena kontraktur).
b) Munculnya rasa nyeri.
c) Rangkaian gerakan (halus atau terganggu karena sendi
terkunci).
d) Adanya perlawanan dari otot, sehingga gerakan pasif sulit
dilakukan.
e) Perbedaan gerakan antara anggota gerak bawah kanan dan
kiri.
f) Rasakan end feel pada gerakan
Pemeriksaan fungsi gerak ini ditekankan pada struktur
non kontratil dari sistem musculoskeletal, seperti ligament,
kapsul, diskus, dan meniskus. Pemeriksaan ini juga
digunakan utuk mengetahui kontraktur otot. End feel
dikategorikan menjadi 4, yaitu:
(1) Hard end feel, ini terjadi akibat 2 tulang yang saling
bertemu, misalnya tulang humerus dan ulna saat terjadi
gerakan ekstensi elbow.
32

(2) Soft end feel, ini terjadi akibat bertemunya jaringan


lunak.
(3) Firm end feel, end feel ini terjadi seolah-olah dapat
dirasakan karena gerakan tidak pernah mencapai akhir
gerakan. Hal ini dapat terjadi karena adanya nyeri.

Tabel 3. 5 Gerak pasif

Gerakan Nyeri End Feel


Dorsal fleksi Tidak ada Firm
Plantar fleksi Tidak ada Hard
Inversi Tidak ada Hard
Eversi Tidak ada Fim
Sumber : Chaniago, (2019)
3) Pemeriksaan gerak isometrik melawan tahanan
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada
provokasi nyeri saat otot dikontraksikan. Dalam pemeriksaan ini
hanya dilakukan gerakan isometrik yaitu dengan kontraksi otot
tetapi tidak merubah lingkup gerak sendinya (Khafina, 2015).
Pada pemeriksaan gerak isometrik melawan tahanan dipadatkan
hasil yaitu gerak fleksi jari-jari kaki kekuatan otot kurang
dibandingkan otot lainnya (Baidowi, 2017).
Menurut Trisnowiyanto (2012) dalam melakukan
pemeriksaan ini terdapat beberapa ketentuan yang harus
diperhatikan yaitu:
a) Gerakan kompensasi atau asosiasi harus diminimalis,
sehingga tidak menganggu hasil pemeriksaan. Hal ini dapat
dilakukan dengan mengatur posisi pasien dan terapis
sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan gerakan
kompensasi.
b) Sebaiknya sendi diposisikan pada close pack position
(CPP) dengan tujuan untuk menghindari provokasi pada
jaringan lainnya.
33

c) Tahanan yang diberikan terapis harus bertahan dengan


kemampuan pasien.
d) Pemeriksaan biasanya dimulai dari sisi yang sehat,
kemudian pada sisi yang sakit. Hasil pemeriksaan kedua
sisi tubuh dibandingkan.

Tabel 3. 6 Gerakan isometri

Gerakan Nyeri Mampu


Dorsal fleksi Tidak ada Mampu
Plantar fleksi Tidak ada Mampu
Inversi Tidak ada Mampu
Eversi Tidak ada Mampu
Sumber : Chaniago, (2019)
e. Kognitif, intrapersonal, dan interpersonal
Menurut Amaliza, (2017), pemeriksaan kognitif, intrapersonal,
dan interpersonal seperti;
1) Pemeriksaan kognitif: pasien mampu mengikuti instruksi yang
diberikan oleh terapis.
2) Pemeriksaan intrapersonal: pasien memiliki motivasi atau
keinginan untuk sembuh
3) Pemeriksaan interpersonal: pasien mampu berkomunikasi
dengan baik.
f. Kemampuan fungsional dan lingkungan aktivitas
Pemeriksaan kemampuan fungsional dilakukan untuk
mengetahui kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas sehari-
hari, selain itu untuk mengetahui ketergantungan pasien terhadap
bantuan orang lain atau lingkungan sekitarnya dalam melakukan
aktivitas fungsional (Khafina, 2015).
FADI (Foot and Ankle Disability Index) bertujuan untuk
mengukur intensitas disabilitas pada ankle and foot melalui
kuesioner yang berisi aktivitas pasien dengan 26 item pernyataan,
terdiri dari: 4 intensitas nyeri, 22 item aktivitas sehari-hari (Martin,
dkk. 2013). Pengisian form FADI pasien diminta untuk memilih
34

salah satu pernyataan dengan menandai N/A, pada kotak yang


disediakan. Setiap item dalam skala 0 – 4. Hasil 0 (mampu
melakukan) sampai 4 (tidak mampu melakukan sama sekali) / 4 item
rasa 11 sakit dari FADI yang mencetak 0 (tidak ada nyeri) sampai 4
(nyeri tak tertahankan). FADI digunakan untuk menilai aktivitas
sehari-hari. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil nilai,
score 40 – 50 adalah tingkat kesulitan berat, score 50 – 80 adalah
tingkat kesulitan sedang, dan score 90 – 100 adalah tingkat kesulitan
ringan (Kuswardani, 2018).
g. Pemeriksaan spesifik
1) Pemeriksaan nyeri
a) Visual Analog Scale (VAS)
VAS berupa sebuah garis lurus dengan panjang 10 cm /
100 mm. Dalam pelaksanaan pengukuran nyeri, pasien
diminta untuk memberi tanda pada garis sesuai yang
dirasakan pasien. Penentuan nilai VAS dilakukan dengan
mengukur jarak antara titik / ujung garis yang menunjukkan
tidak nyeri hingga ke titik yang ditunjukkan pasien. Nilai
range VAS adalah 0 s.d. 10. Pengukuran dengan VAS dapat
dilakukan untuk menilai nyeri diam, nyeri tekan, maupun
nyeri gerak, pengkuran dilaksanakan sesuai tujuan penilaian
(Trisnowiyanto, 2012).
Prosedur pemeriksaan nyeri menggunakan VAS adalah
dengan memberikan skala VAS kepada pasien lalu saat kita
melakukan pemeriksaan nyeri diam, tekan dan gerak minta
pasien untuk menggerakkan skala VAS ke kanan sesuai
dengan tingkat nyeri yang dirasakan pasien. Pemeriksaan
nyeri diam dilakukan saat pasien dalam keadaan diam. Nyeri
tekan dilakukan saat fisioterapis menekan salah satu anggota
tubuh pasien, Untuk nyeri gerak dilakukan saat pasien
melakukan gerakan tertentu, (Sulistyowati, 2017).
35

Skala nyeri menurut Heyward:


1: tidak nyeri
1-3: nyeri ringan
4-6: nyeri sedang
7-9: sangat nyeri, tetapi masih terkontrol
10: nyeri tidak terkontrol/tertahan (Nur, 2017)
2) Pemeriksaan Arcus Longitudinal Medial
a) Wet footprint test
Pemeriksaan tinggi rendahnya arcus longitudinalis
medial dapat dilakukan melalui sidik tapak kaki (footprint)
dengan memperhatikan batas medial kaki. Sidik tapak kaki
dapat dilakukan dengan menggunakan media tinta ataupun
air biasa (wet test) dengan cara membasahi kaki dengan air
atau tinta, lalu menapakkan kaki pada selembar kertas
sehingga akan tercetak sidik tapak kaki. Dari hasil footprint,
batasan arcus longitudinal medial dapat dilihat dengan
menarik garis dari puncak jari kaki kedua sampai ke dasar
tumit sebagai foot axis (Nurjanati, 2018).
Penilaian bentuk arcus pada sidik tapak kaki (footprint)
yaitu dikatakan flat foot tingkat tiga, bila batas medial
konveks. Flat foot tingkat dua bila batas medial menurut
garis lurus (rectilinier). Flat foot tingkat satu atau flat foot
ringan ialah bila lekukan batas medial konkaf namun tidak
melewati sumbu kaki. Kaki normal ialah bila gambaran
tapak kontinyu dan lekukan batas medial konkaf ke arah
lateral melewati sumbu kaki. Cavus foot, maka gambaran
tapaknya terputus pada sisi lateralnya (Idris, 2010).
36

Gambar 3.1 Wet Footprint Test

Sumber: Nurohman, (2017)

Gambar 3.2 Sidik Tapak kaki Pes Cavus, Normal, Pes Planus

Sumber: Idris, (2010)

b) Chippaux Smirax Index (CSI)


Chippaux Smirax Index (CSI) digunakan untuk
menginterpretasikan rasio arcus longitudinal medial mulai
dari lebar minimum pada area midfoot ke lebar maksimum
pada area forefoot dalam satuan persen (Ozer, et al. 2012).
Pengukuran ini dilakukan dengan cara membagi panjang
bagian midfoot dengan pertengahan os. Metatarsal, lalu
hasilnya dikalikan 100% (Nurjanati, 2018).
37

Tabel 3.7 Parameter Chippaux Smirax Index (CSI)


Kategori Parameter Interpretasi
0,1%-25,0% Stage I
Normal 25,1%-40,0% Stage II
40,1%-45,0% Stage III
45,1%-50,0% Stage I
Flat Foot 50,1%-60,0% Stage II
60,1%-100% Stage III
Sumber: Nurjanati, (2018)
3) Pemeriksaan keseimbangan
a) Stork Stand Test
Pemeriksaan keseimbangan menggunakan stork stand test
dimana pasien diminta untuk berdiri tegak dengan kaki dibuka
selebar bahu dan kedua tangan diletakkan dipinggang. Saat
diberikan instruksi, pasien mengangkan salah satu kaki dan di
letakkan pada lutut medial kaki yang menjadi tumpuan sekaligus
responden menutup mata. Pasien diminta mempertahankan
keseimbangan tanpa menurunkan kaki yang diangkat atau
menggeser kaki yang menjadi tumpuan. Waktu dicatat
menggunakan stopwatch dari posisi pawal pasien mengangkat
kaki dan menutup mata hingga pasien kehilangan keseimbangan
(Latifah, 2020).
38

Gambar 3.3 Stork Stand Test


Sumber: Latifah, (2020)
Kategori penilaian keseimbangan stork stand test sebagai
berikut:
Tabel 3.8 Penilaian Strok Stand Test

No Pria Kategori Wanita


1 >51 detik Sangat baik >28 detik
2 37-50 detik Baik 23-27 detik
3 15-36 detik Sedang 8-22 detik
4 5-13 detik Kurang 3-6 detik
5 0-4 detik Kurang sekali 0-2 detik
Sumber: Latifah, (2020)
Alat yang dibutuhan dalam pemeriksaan diatas sebagai
berikut:
(1). VAS
(2). Kertas HVS dan tinta
(3). Penggaris dan pulpen
(4). Stopwatch
39

C. Diagnosis Fisioterapi
1. Impairment
Impairment adalah suatu gangguan atau keluhan yang dirasakan oleh
pasien yang berhubungan dengan pasien (Sofyan, 2013). Menurut
Ariani, et al. (2014) impairment pada flat foot yaitu :
a. Terkadang timbul rasa nyeri pada bagian bawah kaki.
b. Gangguan keseimbangan.
c. Arcus longitudinal medial menjadi datar
2. Functional limitation
Functional limitation adalah suatu masalah yang berupa
keterbatasan atau penurunan saat akan melakukan aktivitas fungsional
sebagai akibat adanya impairment (Sofyan, 2013). Menurut Ariani, et
al. (2014) Functional limitation pada flat foot yaitu:
a. Gangguan berjalan.
b. seseorang tersebut mudah terjatuh saat melakukan aktivitas sehari-
hari.
3. Disability
Disability merupakan keterbatasan pasien dalam melakukan aktivitas
sosial dan pekerjaan yang disebabkan oleh gangguan yang diderita pasien
(Khafina, 2018). Menurut Ariani, et al. (2014) Disability pada flat foot
yaitu:
a. seseorang mudah mengalami cidera saat berolahraga.
b. Mudah lelah bila melakukan perjalanan yang jauh.

D. Perencanaan fisioterapi
1. Tujuan jangka pendek
Tujuan jangka pendek adalah tujuan yang sifatnya harus segera
dicapai dari problematika fisioterapi dan merupakan awal dari
pemulihan aktivitas fungsional (Khafina, 2015). Dalam tujuan jangka
pendek pada kondisi flat foot yaitu menurunkan nyeri pada kaki bagian
bawah.
40

2. Tujuan jangka Panjang


Tujuan jangka panjang merupakan tujuan yang meneruskan dari
tujuan jangka pendek, setelah tujuan jangka pendek berhasil sehingga
akhirnya adalah meningkatkan aktivitas pasien seperti semula (Khafina,
2015). Dalam tujuan jangka panjang pada kondisi flat foot yaitu
mengembalikan aktivitas fungsional pasien, meningkatkan lengkungan
acus longitudinal medial dan meningkatkan keseimbangan pasien.

E. Teknologi intervensi fisioterapi


Intervensi yang dapat diberikan fisioterapi pada kasus flat foot adalah
1. Heel Raises Exercise
a. Pengertian heel raises exercise
Heel raisese exercise adalah latihan penguatan otot kaki dengan
posisi berjinjit yang bertujuan untuk meningkatkan kekuatan otot
terutama otot gastrocnemius dan otot plantar fleksor kaki (Herawati,
2019). Heel raises exercise dapat meningkatkan kekuatan otot yang
pembentuk lengkung pada kaki dan dapat meningkatkan
kemampuan keseimbangan (Ariani, 2014).
b. Efek fisiologi
Heel Raise exercise merupakan Latihan penguatan otot kaki
dengan posisi berjinjit. posisi berjinjit akan membuat os calcaneus
berada pada posisi vertikal, metatarsal tetap sejajar dengan lantai
sebagai penopang tubuh saat Latihan ini. Fase ini disebut dengan
fase push off menimbulkan gerakan plantarfleksi dan supinasi kaki
serta ekstensi sendi metatarsophalanges sehingga dapat
meningkatkan ketegangan ligament plantaris dan aponeurosis
plantar bertanggung jawab dalam menahan tekanan terbesar untuk
mempertahankan konsistensi relatif dalam rasio distribusi berat
sehingga dapat membantu pembentukan arcus longitudinal medial.
aponeurosis plantar menyerap sekitar 60% dari tekanan akibat
41

distribusi berat tubuh. Mekanisme ini dikenal sebagai windlass


effect (Zulham, et al. 2016).
c. Dosis pemberian Heel Raises Exercise
Pemberian heel raises exercise dengan 12 kali pertemuan
dalam waktu 6 minggu dengan dosis; frekuensi: 2x seminggu,
Intensitas: 6x repetisi setiap 1 set, tehnik: latihan aktif yang
terkontrol dan berulang, time: 15 menit. setiap satu sesi anak
diberikan istirahat selama 20 detik
2. Towel Curl Exercise
a. Pengertian towel curl exercise
Towel curl exercise merupakan suatu bentuk latihan
strengthening (penguatan) dimana latihan tersebut merupakan
latihan yang digunakan untuk mengaktivasi otot dengan maksimal
dan terfokus pada gerakan yang melibatkan kerja otot inti. Ketika
otot inti teraktivasi, maka akan menciptakan stabilisasi yang baik
sehingga berdampak pada peningkatan keseimbangan (Kusuma,
2017).
b. Efek fisiologi
Towel curl exercise yaitu gerakan menggulung kain dengan
cara mencengkramkan jari-jari kaki. Dengan diberikannya latihan
tersebut secara berulang-ulang maka akan terjadi peningkatan
kekuatan otot-otot intrinsik pada kaki, baik di neuromuscular
junction maupun di serat otot sehingga komponen keseimbangan
dapat terpenuhi (Indardi, 2015). Latihan ini digunakan untuk
penguatan otot flexor digitorum longus dan brevis, otot lumbricales
dan otot flexor hallucis longus. Selain dari penguatan otot, latihan
ini dapat meningkatkan fleksibilitas pada otot. Latihan towel curl
juga tentunya dapat melatih cengkraman pada jari-jari kaki dan
meningkatkan stabilitas ankle pada saat berjalan, berlari dan
menaiki tangga (Indardi, 2015).
42

c. Dosis pemberian Towel curl exercise


Pemberian Towel curl exercise dengan 12 kali pertemuan
dalam waktu 6 minggu dengan dosis; frekuensi: 2x seminggu,
Intensitas:10x repetisi dalam setiap sesi, Teknik: latihan aktif yang
terkontrol dan berulang, time: 15 menit, setiap satu sesi anak
diberikan istirahat selama 15 detik

F. Penatalaksanaan fisioterapi
Penatalaksanaan Heel Raise Exercise dan Towel Curl Exercise (Nurjanati,
2018):
1. Heel raise exercise
a. Subjek dalam keadaan berdiri tegak, pandangan ke depan, kedua
tangan membentuk sudut 90 derajat menumpu pada dinding.
b. Ketika aba-aba “mulai” subjek mengangkat tumitnya ke atas seperti
berjinjit.
c. Kemudian, subjek menahan posisi tersebut selama 1 menit yang
akan dihitung dengan menggunakan stopwatch. Ketika aba-aba
“selesai” seluruh subjek mengembalikan posisi kakinya ke posisi
semula. Subjek diberikan jeda 20 detik setiap sesi.
2. Towel Curl Exercise
Towel curl exercise yaitu suatu latihan dengan menggunakan media
handuk atau kain yang diletakkan pada telapak kaki.
a. Subjek dalam keadaan berdiri tegak, pandangan ke depan kedua
tangan rileks di samping tubuh.
b. Ketika aba-aba “mulai” seluruh subjek menggerakkan jarijari
kakinya ke dalam seperti posisi mencengkeram.
c. Kemudian, subjek menahan posisi tersebut selama 30 detik yang
akan dihitung dengan menggunakan stopwatch.
d. Ketika aba-aba “selesai” seluruh subjek mengembalikan jari-jari
kakinya ke posisi semula. Diberikan jeda selama 15 detik setiap
sesi.
43

G. Edukasi
Edukasi fisioterapi merupakan tindakan yang dianjurkan oleh
fisioterapi kepada pasien yang harus dilakukan di rumah atau setelah
melakukan terapi untuk membantu mempercepat pemulihan dan atau
mengurangi komplikasi yang lebih lanjut (Khafina, 2015). Edukasi yang
dapat diberikan pada kondisi flat foot yaitu:
1. Rutin melakukan latihan Heel Raises Exercise dan Towel Curl
Exercise selama 1 minggu 3 kali durasi 15 menit untuk 2 gerakan
2. Menjaga berat badan ideal.
3. Menggunakan sepatu yang memiliki lengkungan pada
medialnya, contohnya sepatu sport untuk jogging.

H. Evaluasi

Evaluasi fisioterapi merupakan proses yang ditandai dengan


interpretasi data yang dikumpulkan. Proses ini menggabungkan informasi
untuk membentuk opini melalui serangkaian keputusan klinis (Khafina,
2015). Evaluasi dilakukan untuk melihat apakah terdapat peningkatan atau
perkembangan dengan penatalaksanaan yang telah diberikan. Evaluasi yang
dilakukan yaitu memeriksaan lengkung arcus longitudinal medial untuk
melihat apakah ada perubahan arcus longitudinal medial, melakukan
pemeriksaan Kembali keseimbangan pasien dan melakukan pemeriksaan
aktivitas fungsional.
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, M. F. (2020). Hubungan Flexible Flat Foot Terhadap Nyeri Kaki Pada
Mahasiswa Program Studi Kedokteran FK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Ariani, L., A. W. (2014). Aplikasi Heel Raises Exercise Dapat Meningkatkan
Lengkungan Kaki Dan Keseimbangan Statis Pada Anak-Anak Flat Foot
Usia 4-5 Tahun Di TK Aisyiyah Bustanul Athfal 3 Denpasar. Journal.
Universitas Udayana.
Arnsdorff, et al. (2011). Analysis of Heel Raise Exercise With Three Foot Positions.
International Journal of Exercise Science.
Anggraini, F. S. (2016). Pengaruh Latihan Handstand Terhadap Peningkatan
Keseimbangan Statis Pada Anak Laki-Laki Usia 8-9 Tahun Di SDN 2 Getas
Blora Jawa Tengah. Naskah Publikasi. Program Studi S1 Fisioterapi
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Atik, A., & Ozyurek, S. (2014). Flexible Flat Foot. North Clin Istanb. 2014; 1(1):
57–64.
Amaliza, A. (2017). Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Cervical Root Syndrome Et
Causa Spondylosis Cervical. Karya Tulis Ilmiah. Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Ashari, M, A. (2017). Hubungan Tinggi Arcus Pedis Dengan Kecepatan Lari Sprint
100 Meter Pada Komunitas Lari Indorunners Makasar Dengan Indeks
Massa Tubuh Normal. Skripsi. Universitas Hasanuddin Makassar.
Bachtiar, F. (2012). Gambaran Bentuk Arcus Pedis Pada Mahasiswa Fisioterapi FK
UNHAS Makassar. Skripsi. Prodi S1 Fisioterapi Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin Makassar.
Benedetti, M. G., Ceccarelli, F., Berti, L., Luciani, D., Catani, F., Boschi, M., et al.
(2011). Diagnosis of Flexible Flatfoot in Children: A Systematic Clinical
Approach.
Darwis, N. (2016 ). Perbandingan Agility Antara Normal Foot Dan Flat Foot Pada
Atlet Unit Kegiatan Mahasiswa Basket Di Kota Makassar. Skripsi.
Universitas Hassanuddin Makassar.
Deloye, H. (2015). Prevelance of Risk Factors for Cardiovascular Disease in
Paramedics. International archives of occupational and environmental
helath. 88(7): 73-80. Diakses pada juni 2021
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/25655920/.

44
45

Drake, R, L., Volg, A.W., & Mitchell, A. W. M. (2014). Grey Dasar-Dasar


Anatomi. Singapore: Elsevier-Churchill Livingstone
Evans, A., & Rome, K. (2011). Cochrane Review of The Evidence for Non Surgical
Interventions for flexible Pediatric Flat Feet. European Jurnal of Physical
and Rehabilitation Medicine.
Fadillah. V, A,M., W. M. (2017). Gambaran Faktor Risiko Flat Foot pada Anak
Umur Enam sampai Sepuluh Tahun di Kecamatan Sukajadi. Journal. JSK,
Volume 3 Nomor 2 Desember Tahun 2017
Febrianti, C. S. (2016). Perbedaan Latihan Calf Raises Dengan Latihan Towel Toe
Curl Setelah Pemberian Intervensi Ultrasound Terhadap Fungsional Ankle
Pada Plantar Fascitis. Skripsi. Fakultas Fisioterapi Universits Esa Unggul
Jakarta.
Houglum, P. A., & Bertoti, D. B. (2012). Brunnstrom's Clinical Kinesiology.
Philadelphia: F. A. Davis Company.
Halabchi, F., R. M. (2013). Pediatric flexible flatfoot; clinical aspects and
algorithmic approach. Iran J Pediatr. 2013 Jun; 23(3): 247–260
Herawati, N. ( 2019 ). Perbedaan Pengaruh Pemberian Heel Raises Exercise Dan
Tigtrope Walker Terhadap Peningkatan Keseimbangan Statis Pada Anak
Flat Foot. Naskah Publikasi. Universitas Aisyiyah Yogyakarta
Hillstrom, J., Song, J., Kraszewski, P., Hafer, F., Mootanah, R., & Dufour, B.
(2013). Foot Type Biomechanics Part 1: Structure and Function of the
Asymptomatic Foot. Gait Posture . 446-458.
Herawati, I., & Wahyuni (2017). Pemeriksaan Fisioterapi. Surakarta:
Muhammadiyah University Press.
Huda, M. (2018). “Penatalaksanaan Fisioterapi pada Kasus Post Orif 15/3 Distal
Femur Sinistra di RSUD Lukomono Hati Kudus”. Karya Tulis Ilmiah.
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Hudaya, DP. (2012). Pemeriksaan Fisioterapi Satu. Surakarta: Politeknik
Kesehatan Surakarta.
Hermansyah, Lina, R., & Aminoto, T. (2015). Pengaruh Breathing Exercise
Terhadap Kualitas Hidup Lanjut Usia Di Panti Werdha Ria Pembangunan.
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan. Vol 2 No. 2, 57-64
Idris, F.H. (2010). Filogeni dan Ontologi Lengkung Kaki Manusia. Jurnal. Jakarta:
Departemen Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Medik, Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia/Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo. Vol 60 (2):
74-80.
46

Idris, D., & Estherine, P. (2016). Activity Of Daily Living Penderita Kusta
Berdasarkan Tingkat Cacat Dengan Indeks Barthel. Jurnal STIKES. Vol 9
No. 1
Indardi, N. (2015). Latihan Fleksi Telapak Kaki Tanpa Kinesio Taping dan
Menggunakan Kinesiotaping Terhadap Keseimbangan Pada Fleksibel Flat
Foot. Journal of Physical Education, Health and Sport. Vol 2, No 2 (2015
Khairi, A. (2017). Perbedaan Pengaruh Heel Raises Exercise Dengan Core Stability
Exercise Terhadap Keseimbangan Mahasiswa Fisioterapi Universitas
Aisyiyah Yogyakarta. Skripsi. Program Studi S1 Fisioterapi Fakultas
Kesehatan Universitas Aisyiyah Yogyakarta.
Kim, E.-K. K. (2016). The Effects Of Short Foot Exercises And Arch Support
Insoles On Improvement In The Medial Longitudinal Arch And Dynamic
Balance Of Longitudinal Arch And Dynamic Balance Of Flexible Flat Foot.
J Phys Ther Sci. Vol. 28(11); 2016 Nov
Karandagh, M.M, Balachi, R & Soheily, S (2015). Comparison of Kinematic Gait
Parameter in The 16-18 Years Old Male Students With The Flat and Normal
Foot. Indian Journal of Fundamental and Applied Life Sciences ISSN. (n.d.).
Vol 5: 51655172
Khafina, I. (2015) "Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Calcaneus Spurs
Bilateral Di RSUD Salatiga". Naskah Publikasi. Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Kusuma, D. A. (2017). Pengaruh Pemberian Strengthening Exercise Ekstremitas
Bawah Regio Foot Dan Ankle Terhadap Keseimbangan Statis Pada Anak
Flat Foot Usia 6-9 Tahun di SDN 2 Gonilan Kartasura. Skripsi. Program
Studi S1 Fisioterapi Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
kuswardani. (2018). pengaruh Infrared, Ultrasound, Terapi latihan pada faciitis
plantaris. Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi (JFR) Vol. 2, No. 1, Tahun
2018, ISSN 2548-8716 .
Lowth, M. (2016). Pes Planus : Orthopaedics and Sports Medicine. February 12,
2020, Orthopaedics and Sports Medicine:
patient.info/doctor/pesplanus-flat-feet.
Lynn, S, Padilla, R dan Tsang, K, K, W. (2012). Differences in Static- and
Dynamic-Balance Task Performance After 4 Weeks of Intrinsic-Foot-
Muscle Training: The Short-Foot Exercise Versus the Towel-Curl Exercise.
Journal of Sport Rehabilitation.
47

Latifah, Y., A. F. (2020). Hubungan Antara Postur Flat Foot Dengan Keseimbangan
Statis Pada Anak Usia 12 Tahun . Fisiomu. 2021 Vol 2(1):1-6 .
Martin R, Daven P, Stephen P, Wukich D, Josep, (2013). Ankle Stability and
Movement Coordination impairments: Ankle Ligamen Sprains. Clinical
Practice Guidelines Linked to the International Classification of
Functioning, Disability and Health From the Orthopaedic Sectionof the
American Physical Therapy Association. J Orthop Sports Phys
Ther.2013;43(9): A1-A40. doi:10.2519/jospt.2013.0305
Menz, H, Fotoohabadi, M & Spink, M. 2012. Visual Categorisation of The Arch
Index: A Simplified Measure of Foot Posture in Older People. J Foot Akle
Res, 1-7.
Mosca, V. (2010). Flexible Flatfoot in Children and Adolescents. J Child Orthop.
4 (2): 1-15
Nugrahaeni, A. (2020). Pengantar Anatomi dan Fisiologi Pada Manusia.
Yogyakarta: Healty, 2020.
Nurjanati, D. A. (2018). Pengaruh Strengthening Exercise Terhadap Perubahan
Arcus Longitudinal Medial Pada Remaja Flat Foot Di SMP Negeri 30
Makassar. Skripsi. Universitas Hassanuddin Makassar.
Nurohman, M. A. (2017). Hubungan Tinggi Lompatan dan Bentuk Arcus Pedis
dengan Kejadian Sprain Pergelangan Kaki pada Atlet Bulutangkis yang
Melakukan Jumping Smash. Skripsi. Fakultas Kedokteran, Universitas
Muhammadiyah Semarang.
Notoatmodjo, S. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
O'Reilly, R.C., Morlet, T., Nicholas, B.D., Josephson, G., Horlbeck, D., et al.
(2010). Prevalence of Vestibular and Balance Disorders in Children.
Otology & Neurotology. Journal. 31, pp.1441-1444.
Özdinc, A., &. F. (2016). Effects Of Ballet Training Of Children In Turkey On Foot
Anthropometric Measurements And Medial Longitudinal Arc Development.
JPak Med Assoc. Vol.66, No.7, July2016
Permana, D. F. (2013). Perkembangan Keseimbangan pada Anak Usia 7 s/d 12
Tahun Di Tinjau Dari Jenis Kelamin. Jurnal Media Ilmu Keolahragaan
Indonesia. Volume 3. Edisi 1.
Pranati, T., Babu, K. Y., & Ganesh, K. ( 2017). Assessment of Plantar Arch Index
and Prevalence of Flat Feet among South Indian Adolescent Population.
Journal Of Pharmaceudical Sciences And Research. Pranati. T et al /J.
Pharm. Sci. & Res. Vol. 9(4), 2017, 490-492
48

Pearce, C, E. (2010). Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis. PT Dramedia


Pustaka Utama, Jakarta
Rahmawati, D. (2015). Pengaruh Latihan Tightrope Walker Terhadap
Keseimbangan Anak Flat Foot Usia 6-5 Tahun. Naskah Publikasi : Program
Studi S1 Fisioterapi Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Prachgosin, T., Smithmaitrie, P., & Chatpun, S. (2017). Medial Longitudinal Arch
Biomechanics Evaluation During Gait in Subject with Flexible Flatfoot.
Acta of Bioengineering and Biomechanics, 122-130.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomer 65 Tahun 2015 Tentang
Standar Pelayanan Fisioterapi
Riddiford, H., Steele, J., & Baur, L. (2011). Are the Feet of Obese Children Fat or
Flat? Revisiting the debate. Int J Obes (Lond) 35(1), 115-120.
Syafi’i, M. Surini P, S. Prihantiko K, P. (2016). Beda Pengaruh Arkus Kaki
Terhadap Keseimbangan Statis Anak Usia 9-12 Tahun di SD Negeri
Mojolegi, Teras, Boyolali. Jurnal Kesehatan. 7 (3). 351-354.
Sahabuddin, H. (2016). Hubungan Antara Flat Foot Dengan Keseimbangan
Dinamis Pada Murid TK Sulawesi Kota Makassar. Skripsi. Program Studi
Fisioterapi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar.
Santoso, D. (2011). Perawatan Tepat. Bagi Anda yang Memiliki. Telapak Kaki
Datar (Flat Feet). Sport Injuries  Rehabilitation.
Susanto, A. (2011). Perkembangan Anak Usia Dini. jakarta: Kencana
Prenadamedia groub.
Sugiyono. 2010. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta.
Sulistyowati, A. (2018). Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital. Sidoarjo, Jawa Timur:
Akademi Keperawatan Kerta Cendekia Sidoarjo.
Shafi’I, J., Sukiandra, R., & Mukhyarjon. (2016). Correlation Of Stress hyper
glycemia With Barthel Index In Acute Non-Hemorrhagic Stroke Patients At
Neurology Ward Of RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. JOM. Vol 3 No. 1
Sofyan, A. (2013). Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Stiffness Elbow Joint
Sinistra Di RSUD Salatiga. Naskah Publikasi. Universitas Muhammadiyah
Surakarta
Thompson, J. (2010). Netter’s Concise Orthopaedic Anatomy, 2nd Ed. Elsevier
Saunders. Philadelphia
49

Trisnowiyanto, B. (2012). Instrumen Pemeriksaan Fisioterapi dan Penelitian


Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika
Vadivelan, K dan Kiyanduru, M, G. (2015). Comparison of Foot Taping Versus
Custom Made Medial Arch Support on Pronated Flatfoot in School Going
Children. journal: physiotherapy VOL 2, ISSUE 3.
Wardanie, S. (2013). Prevelensi Kelainan Bentuk Kaki (Flat Foot) Pada Anak Usia
6-12 Tahun Di Kota Surakarta. Naskah Publikasi. Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Werenski, J. (2011). The effectiveness Of Myofacial Release Technique In The
Treatment Of Myofacial Pain: A Literature Review. Journal Of
Musculoskeletal Pain.
Wijaya, M, A. (2017). Hubungan Inddex Massa Tubuh Terhadap Flexible Flat Foot
Pada Mahasiswa Dan Mahasiswi Program Studi Kedokteran Dan Profesi
Doktor FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi. Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Zaidah, L. (2019). Pengaruh Towel Curl Exercise Terhadap Peningkatan
Keseimbangan Pada Anak Dengan Flat Foot Usia 4-5 Tahun. Jurnal Ilmiah
Fisioterapi (JIF). Volume 2 nomor 02, Agustus 2019
50
LAMPIRAN
Lampiran 1. Penjelasan Sebelum Persetujuan Penelitian

PENJELASAN KEPADA ORANG TUA ANAK ATAU SUBJEK PENELITIAN

Saya, I Made Adi Sanjaya Mahasiswa Program Studi Fisioterapi Program Diploma
Tiga Universitas Respati Yogyakarta yang sedang melakukan penelitian dengan
judul Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Flat Foot Dengan Modalitas Heel
Raises Exercise dan Towel Curl Execise di PB Metla Raya menjelaskan terkait
penelitian yang akan saya lakukan:

A. Tujuan penelitin
Untuk mengetahui penatalaksanaan pemberian modalitas Heel Raise
Exercise dan Towel Curl Exercise terhadap peningkatan lengkungan arcus
longitudinal medialis pada kasus Flat Foot.
B. Penelitian membutuhkan
Pada penelitian ini membutuhkan satu responden dengan kondisi
mengalami flat foot.
C. Kesukarelaan dan hak undur diri untuk menjadi partisipan/responden
Anda bebas memilih keikutsertaan dalam penelitian ini tanpa adanya
paksaan. Bila Anda sudah memutuskan untuk bersedia sebagai responden,
Anda bebas mengundurkan diri/berubah pikiran setiap saat tanpa dikenai
denda atau sanksi apapun.
D. Prosedur penelitian
Apabila Anda bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini, maka
Anda dimohon untuk terlibat dalam proses proses penelitian dengan tahap
sebagai berikut:
1. Anda diminta untuk mengisi lembar persetujuan menjadi responden.
2. Anda akan melakukan terapi yang diberikan oleh peneliti hingga
jadwal yang ditentukan.
E. Kewajiban subjek penelitian
Sebagai subjek Anda berkewajiban untuk mengikuti aturan atau petunjuk
penelitian seperti yang tercantum diatas. Bila belum jelas Anda
dipersilahkan bertanya lebih lanjut kepada peneliti.
F. Resiko
Penelitian ini tidak membawa dampak atau risiko apapun bagi Anda.
G. Manfaat
Penelitian ini memiliki manfaat untuk membentuk lengkung arcus
longitudinal medial, dan meningkatkan keseimbangan
H. Kerahasiaan
Semua informasi yang berkaitan dengan identitas subjek akan
dirahasiakan dan hanya akan diketahui oleh peneliti dan staf peneliti. Hasil
penelitian akan dipublikasi tanpa identitas subjek penelitian.
I. Apresiasi
Kesediaan subjek untuk meluangkan waktu/tenaga/pemikiran untuk
terlibat dalam penelitian ini akan diapresiasi dengan mendapatkan uang
tunai 50.000
J. Pembiayaan
Semua pembiayaan dalam penelitian ini di tanggung sepenuhnya oleh
peneliti.
K. Informasi tambahan
Apabila menginginkan informasi tambahan terkait penelitian ini, Anda

diberi kesempatan untuk bertanya tentang segala hal yang berkaitan dengan

penelitian ini dengan menghubungi nomor handphone peneliti

0895331316772 atau 085783769100. Anda juga dapat menanyakan tentang

penelitian ini kepada Komite Etik Penelitian Universitas Respati

Yogyakarta Jl. Adisucipto Km 6.5, Caturtunggal, Depok, Sleman

Yogyakarta. Telpon 0274-489780, 488781 Faks 0274 489780.


Yogyakarta,

Penulis

I Made Adi Sanjaya


Lampiran 2. Informed Concent

SURAT PERSETUJUAN
(INFORMED CONSENT)

Yang bertanda tangan dibawah ini orang tua/wali anak:

Nama :
Tempat/tgl lahir :
Alamat :

Bersama ini saya nyatakan bersedia menjadi pasien guna kepentingan Karya
Tulis Ilmiah (KTI) pada Program Studi Fisioterapi Program Diploma Tiga FIKES
UNRYO Tahun Akademik 2021/2022 dengan memberikan Manajemen Fisioterapi
pada mahasiswa:

Nama :
NIM/kelas :

Saya sudah mendapatkan penjelasan berkaitan hal tersebut diatas dan saya
sudah dapat menerima secara jelas. Saya bersedia untuk diberikan proses
Fisioterapi sesuai dengan proses Fisioterapi sesuai dengan prosedur yang berlaku.
Demikianlah surat persetujuan ini yang disetujui, tanpa ada paksaan dari pihak
manapun dan agar dapat dipergunakan sebagaimana semestinya

Mahasiswa Yogyakarta,……
Yang menyatakan

(…………………….) (…………………….)

Mengetahui,

Pembimbing Institusi Pembimbing Lahan

(…………………….) (…………………….)
Lampiran 3. Foot and Ankle Disability Index
The Foot and Ankle Disability Index (FADI) Score and Sports Module
Patient Name: _________________________________________ Date: _______
Please answer every question with one response that most closely describes your
condition within the past week bymarking the appropriate number in the box. If
the activity in question is limited by something other than your foot orankle, mark
N/A.
0 Unable to do 2 Moderate difficulty 4 No difficulty
1 Extreme difficulty 3 Slight difficulty
Standing Walking up hills
Walking on even ground Walking down hills
Walking on even ground without shoes Going up stairs
Walking on uneven ground Going down stairs
Stepping up and down curves Squatting
Sleeping Coming up to your toes
Walking initially Walking 5 minutes or less
Walking approximately 10 minutes Walking 15 minutes or greater
Home responsibilities Activities of Daily Living
Personal Care Light to moderate work (standing, walking)
Heavy work (push/pulling, climbing, carrying) Recreational activities

Sports Module
Running Jumping
Landing Squatting and stopping quickly
Cutting, lateral movements Low-impact activities
Ability to perform activity with your Ability to participate in your desired
normal technique sports aslong as you would like

Pain related to the foot and ankle:


0 Unbearable 2 Moderate Pain 4 No Pain
1 Severe Pain 3 Mild Pain
General level of pain Pain at rest
Pain during your normal activity Pain first thing in the morning
Lampiran 4. Visual Analog Scale (VAS)

Tabel Pemeriksaan Derajat Nyeri dengan Visual Analog Scale (VAS)


Terapi Nyeri Diam Nyeri Tekan Nyeri Gerak

T0

T1

T2

T3

T4

T5

T6

T7

T8

T9

T10

T11

T12
Lampiran 5. Rencana Jadwal Proposal Karya Tulis Ilmiah

Rencana Jadwal Proposal Karya Tulis Ilmiah


Judul : Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Flat Foot dengan modalitas Heel
Raises Exercise dan Towel Curl Exercise di PB Metla Raya
No Kegiatan Tahun

2021 2022

Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli
1. Pengajuan judul
2 Pengumuman seleksi
judul dan
pembimbing
3 Penyusunan proposal
4 Pengumpulan
persyaratan seminar
proposal
5 Seminar proposal
6 Revisi proposal
7 Pengumpulan
proposal
8 Pelaksanaan
manajemen kasus
9 Penyusunan laporan
KTI
10 Pengumpulan
persyaratan ujian
KTI
11 Ujian KTI
12 Revisi KTI
13 Pengumpulan KTI
Lampiran 6. Rencana Anggaran biaya

Rencana Anggaran Biaya

NO Kegiatan Bahan dan Alat Biaya (RP)


1 Penyusunan Proposal Kertas, tinta 200.000,-
2 Seminar Souvenir 20.000,-
Snack 36.000,-
Zoom 40.000,-

Foto copy penggandaan 50.000,-

Penjilidan 100.000,-
3 Perbaikan Proposal Biaya tak terduga 50.000,-
Jumlah 496.000,-
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI PROGRAM DIPLOMA TIGA

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA

LAPORAN STATUS KLINIK


FISIOTERAPI MUSCULOSKELETAL DAN ORTOPEDI

Tempat Praktek : Nama Mahasiswa :


No. MR : No Induk Mahasiswa :
Tanggal Pengkajian :

I. PENGKAJIAN :
IDENTITAS PASIEN

Nama :
________________________________________

Umur : ________________________________________

Jenis Kelamin : ________________________________________

Agama :
________________________________________

Pendidikan :
________________________________________

Pekerjaan :
________________________________________

Alamat : ________________________________________
________________________________________

II. DATA- DATA MEDIS RUMAH SAKIT


A. DIAGNOSIS MEDIS :
tgl, _________________________________

______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
__________________________

B. CATATAN KLINIS :
(Hasil : Foto Rontgen, uji Laboratorium, CT-Scan, MRI, EMG,
EKG, EEG, dll yang terkait dengan permasalahan fisioterapi).

______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
__________________________
______________________________________________________
______

______________________________________________________
______

C. TERAPI UMUM ( GENERAL TREATMENT ) :


______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
__

D. RUJUKAN FISIOTERAPI DARI DOKTER :


______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________

III. SEGI FISIOTERAPI


A. PEMERIKSAAN SUBYEKTIF (A N A M N E S I S AUTO / HETERO *))
1. KELUHAN UTAMA:
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________

2. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG (Perjalanan Penyakit dan Riwayat


Pengobatan)
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
____________________________________

3. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU:


______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
__________________________________________

4. RIWAYAT PRIBADI:
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
__

5. PENYAKIT PENYERTA:
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
__________________________________________

6. RIWAYAT KELUARGA:
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
________________
7. DATA SOSIAL:
(Lingkungan kerja, tempat tinggal, aktivitas rekreasi dan diwaktu
senggang, aktivitas sosial)
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
_______________________________

8. ANAMNESIS SISTEM:
Sistem Keterangan

(tdk dikeluhkan, dalam batas normal)

Kepala dan Leher

Kardiovaskuler

Respirasi

Gastrointestinalis

Urogenital

Muskuloskletal

Nervorum
B. P E M E R I K S A A N OBYEKTIF
1. PEMERIKSAAN FISIK TANDA - TANDA VITAL:
a) Tekanan darah : ______________________

b) Denyut Nadi : ______________________

c) Pernapasan : ______________________

d) Temperatur : ______________________

e) Tinggi Badan : ______________________

f) Berat Badan : ______________________

2. INSPEKSI (STATIS & DINAMIS) (Posture, bengkak, gait, tropic


change, dll):
________________________________________________
________________________________________________
________________________________________________
________________________________________________
________________________________________________
________________________________________________
________________________________________________
________________________________________________
________________________________________________
________________________________________________
_______________________________________________

3. PALPASI (nyeri, spasme, suhu lokal, tonus, bengkak, dll):


________________________________________________
________________________________________________
________________________________________________
________________________________________________
________________________________________________
________________________________________________
________________________________________________
________________________________________________
________________________________________________
________________________________________________
_______________________________________________

4. PERKUSI (refleks fisiologis):


________________________________________________
________________________________________________
________________________________________________
________________________________________________
________________________________________________
________________________________________________
________________________________________________
______________

5. GERAKAN DASAR:
a Gerak Aktif :

__________________________________________
__________________________________________
__________________________________________
__________________________________________
__________________________________________
__________________________________________
__________________________________________
__________________________________________
________________________________

b Gerak Pasif:

__________________________________________
__________________________________________
__________________________________________
__________________________________________
__________________________________________
__________________________________________
__________________________________________
____________________

c Gerak Isometrik Melawan Tahanan:

__________________________________________
__________________________________________
__________________________________________
__________________________________________
__________________________________________
__________________________________________
__________________________________________
____________________

6. KOGNITIF, INTRA PERSONAL & INTER PERSONAL: komunikasi


pasien
________________________________________________
________________________________________________
________________________________________________
________________________________________________
________________________________________

7. KEMAMPUAN FUNGSIONAL & LINGKUNGAN AKTIVITAS


(Pemeriksaaan Toleransi Aktivitas):
________________________________________________
________________________________________________
________________________________________________
________________________________________________
________________________________________

8. PEMERIKSAAN SPESIFIK (Nyeri, MMT, LGS, Antropometri, dan


Test Khusus sesuai Kasus)
________________________________________________
________________________________________________
________________________________________________
_________________________________

________________________________________________
________________________________________________
________________________________________________
_________________________________

________________________________________________
________________________________________________
________________________________________________
_________________________________

________________________________________________
________________________________________________
________________________________________________
_________________________________

________________________________________________
________________________________________________
________________________________________________
_________________________________

________________________________________________
________________________________________________
________________________________________________
_________________________________

________________________________________________
________________________________________________
________________________________________________
_________________________________

________________________________________________
________________________________________________
________________________________________________
_________________________________

________________________________________________
________________________________________________
________________________________________________
_________________________________

________________________________________________
________________________________________________
________________________________________________
_________________________________

________________________________________________
________________________________________________
________________________________________________
_________________________________

________________________________________________
________________________________________________
________________________________________________
_________________________________

________________________________________________
________________________________________________
________________________________________________
_________________________________

________________________________________________
________________________________________________
________________________________________________
_________________________________

________________________________________________
________________________________________________
________________________________________________
_________________________________
________________________________________________
________________________________________________
________________________________________________
_________________________________

________________________________________________
________________________________________________
________________________________________________
_________________________________

________________________________________________
________________________________________________
________________________________________________
_________________________________

________________________________________________
________________________________________________
________________________________________________
_________________________________

________________________________________________
________________________________________________
________________________________________________
_________________________________

________________________________________________
________________________________________________
________________________________________________
_________________________________

C. DIAGNOSIS FISIOTERAPI
a. Impairment (penurunan fungsi)
___________________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________
________

b. Functional Limitation
___________________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________
_____________________________________________________
c. Disability(keterbatasan)
___________________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________
________

D. PROGRAM/RENCANA FISIOTERAPI
1. Tujuan
a. Jangka Pendek
_________________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
____________________________________________________

b. Jangka Panjang
_________________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
_____________________

2. TEKNOLOGI INTERVENSI
a. Teknologi Fisioterapi:
_______________________________________________________
_______________________________________________________
_______________________________________________________
_______________________________________________________
__
b. E d u k a s i:
_______________________________________________________
_______________________________________________________
_______________________________________________________
_______________________________________________________
_______________________________________________________
_______________________________________________________
_______________________________________________________
_______________________________________________________
_______________________________________________________
_______________________________________________________
_______________________________________

3. RENCANA EVALUASI
___________________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________
_____________________________________

E. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI :
1. Hari: Tgl :
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
__________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
________________________________________________________

F. E V A L U A S I:
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________

G. HASIL TERAPI TERAKHIR :


______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________

H. CATATAN PEMBIMBING PRAKTEK:


______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
___________________________________________________________

_________________20
PEMBIMBING

(_________________________________)
NIP/NIK.

I. CATATAN TAMBAHAN:
_______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
__________________________________________________________
LAMPIRAN CURICULUM VITAE

DATA PRIBADI
Nama : I Made Adi Sanjaya
Tempat/Tanggal lahir : Sempidi, 26 Mei 2001
NIM : 19170006
Prodi : D-3 Fisioterapi
Semester : VI (enam)
Status Perkawinan : Belum Menikah
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Lingkungan BR. Celuk, JL. Cemara No 9
Kapal, kecamatan Mengwi, Kabupaten
Badung, Bali
Email : adisanjayaimade939@gmail.com
RIWAYAT PENDIDIKAN
a. SD (Tahun 2006-2012) SD Negeri 5 Kapal
b. SMP (Tahun 2012-2015) SMP Negeri 1 Mengwi
c. SMA (Tahun 2015-2019) SMA Negeri 1 Mengwi
d. Kuliah ( Tahun 2019-2022) Universitas Respati Yogyakarta

RIWAYAT ORGANISASI
1. Tahun 2016-2019 Anggota Pramuka SMA Negeri 1 Mengwi
2. Tahun 2019-2020 Anggota Study Club Sportphysio Therapy
3. Tahun 2020-2022 Pengurus Study Club Sportphysio Therapy

PRESTASI
Tidak Ada Prestasi

RIWAYAT PREKLINIK
1. Klinik SIL Solo
2. RSUP Respira Bantul
3. RS Astrini Wonogiri
4. Jogja Orthopedic Sport Clinic
5. RSUD Bagas Waras Klaten

Anda mungkin juga menyukai