Anda di halaman 1dari 7

Rehabilitasi jantung Fase I

I. Tujuan Utama Fase I


A. Edukasi Pasien dan Keluarga : Edukasi pasien dan keluarga meliputi program
pengendalian faktor resiko. Program ini juga harus melibatkan perubahan pola hidup anak
pasien sebelum manifestasi penyakit berlanjut.

B. Mencegah Efek merugikan dari Bed rest yang terlalu lama : Hal ini melibatkan mobilisasi
pasien sedini mungkin setelah mereka dalam kondisi stabil. Hal ini bertujuan untuk antara
lain mencegah atrofi otot, terbentuknya thrombus, pneumonia dan letargi umum. Pasien
harus dipersiapkan untuk pulang ke rumah dengan tujuan segera kembali bekerja atau
beraktivitas seperti biasa.

C. Memulangkan Pasien dengan Aman : Fase I ditujukan untuk menganalisa kemampuan


pasien untuk dipulangkan dengan stamina fisik yang cukup untuk melakukan aktivitas
fisik sehari-hari dengan aman.

II. Indikasi Rehabilitasi Jantung


Rehabilitasi jantung diindikasikan kepada pasien-pasien berikut bila keadaannya sudah
stabil :
- Pasien dengan MI yang sudah stabil
- Pasien post CABG
- Pasien post angioplasty
- Pasien post operasi transplantasi jantung
- Pasien dengan penyakit jantung lain yang stabil
- Pasien dengan beberapa faktor resiko yang dirawat karena sebab lain

Rehabilitasi jantung tidak dianjurkan pada pasien-pasien berikut :


- Pasien dengan angina tidak stabil atau refrakter terhadap pengobatan
- Pasien dengan gagal jantung kongestif akut
- Pasien dengan aritmia yang tidak terkontrol
- Pasien dengan TD >180/90 mmHg
- Pasien dengan kelainan katup sedang hingga berat yang simtomatik
- Pasien dengan AV blok derajat 3
- Pasien dengan pericarditis akut
- Pasien yang sedang dalam terapi untuk acute embolic event
- Pasien dengan depresi segmen ST ≥2 mm saat istirahat
- Pasien dengan DM tidak terkontrol
- Pasien dengan kardiomiopati sedang hingga berat
- Pasien dengan gangguan ortopedik yang menghalangi mereka melakukan latihan

III Evaluasi
A. Review Status Medis Pasien
Pertanyaan-pertanyaan berikut perlu diajukan pada pasien sebelum rehabilitasi :
1. Apakah Diagnosa pasien ?
2. Apakah pasien pernah dilakukan defibrilasi? Sekitar 60% pasien yang sudah pernah
didefibrilasi akan mengalami episode fibrilasi ventrikel berikutnya
3. Apakah pasien pernah melakukan CABG atau angioplasty?
4. Apakah hasil EKG pasien?
5. Apakah pasien menerima Streptokinase atau Tissue Plasminogen Activator (TPA) ?
6. Bagaimana hasil enzim jantung pasien yang bersangkutan?
7. Bagaimana hasil laboratorium lainnya?
8. Bagaimana hasil ekokardiografi pasien? EF <40% umumnya berbahaya dan latihan harus
dilakukan dengan hati-hati. Latihan pada pasien dengan EF <18% umumnya tidak akan
memberikan hasil yang berarti.
9. Apakah pasien memiliki penyakit paru?
10. Obat-obatan apa yang didapatkan pasien?

B. Anamnesa pasien dan Keluarganya


1. Tanyakan mengenai gejala-gejala yang dialami oleh apsien termasuk angina dan sesak
nafas.
2. Telusuri faktor resiko dan predisposisi yang dimiliki pasien
3. Perlu juga dinilai faktor psikososial dari pasien.

C. Pemeriksaan Fisik Pasien


1. Apakah pasien memiliki ROM (range of motion) yang normal?
2. Apakah terdapat atrofi pada anggota gerak?
3. Bagaimana kekuatan otot pada tangan maupun kaki?
4. Apakah warna kulit normal?
5. Apakah pulsasi normal dan simetris?
6. Apakah terdapat nyeri tekan pada daerah dada ataupun nyeri saat inhalasi?
7. Bagaimana tekanan darah pasien? Apakah tekanan darah simetris?

D. Evaluasi Toleransi pasien Terhadap Latihan


Penilaian toleransi pasien terhadap latihan dimulai dengan kemampuan pasien melakukan
aktivitas dalam posisi berbaring, duduk di pinggir tempat tidur dan berdiri. Hal ini melibatkan
aktivitas-aktivitas seperti menggosok gigi, menyisir rambut, menyuci muka, bercukur,
memasang baju, kaos kaki dan sepatu. Jika pasien dapat melakukan semua aktivitas standard
tersebut tanpa mengalami pusing, kelelahan, sincope, angina ataupun peningkatan detak jantung,
tekanan darah atau aritmia, maka self-care evaluation telah berhasil.
Selanjutnya, pasien dapat memulai program berjalan yang dimonitor dengan ketat dan bertahap,
yaitu sebagai berikut :
1. Pasien dihubungkan dnegan telemetry sehingga detak jantung dan irama jantung dapat
dimonitor terus menerus
2. Tekanan darah pasien diukur setiap 3-4 menit
3. Pasien mulai berjalan perlahan-lahan setiap 25-50 kaki (7,5 – 15 meter), di mana
kemudian diberikan periode istirahat singkat di kursi
4. Jika tidak ditemukan perubahan bermakna detak jantung, tekanan darah ataupun EKG,
maka program jalan ini diulangi dan ditingkatkan bertahap sesuai dengan kondisi
subyektif pasien, detak jantung, tekanan darah dan respon EKG.
5. Aktivitas ditingkatkan selama pasien masih toleransi latihan.

Rekomendasi dari American College of Sport Medicine untuk rehabilitasi fase I adalah sebagai
berikut:

Presentation of the ACSM recommendations for the prescription of exercises in phase I of


cardiac rehabilitation

Intensity
TPE below 13 (scale 6-20)
Post AMI: HR below 120 bpm or resting HR + 20 bpm (Arbitrary lower limit)
Post-surgery: resting HR + 30 bpm (Arbitrary upper limit)
Up to tolerance if non-symptomatic
Duration
Intermittent sessions lasting from 3 to 5 min
Resting periods
As the patient wishes
Lasting from 1 to 2 min
Shorter than the time of the exercise sessions
Total duration of 20 min
Frequency
Early mobilization: 3 to 4 times per day (1st to 3rd days)
Subsequent mobilization: twice per day (As from the 4th day)
Progression
Initially increase the duration by up to 10 to 15 min of exercise time and then increase the
intensity

AMI: Acute myocardial infarction; TPE: Table of perceived effort; HR: Heart rate; ACSM:
American college of sports medicine
Table of Perceived Effort

Berikut adalah contoh program latihan yang dapat diberikan pada fase I :
1. Level 1 (Admission day – Complete bed rest)
Relaksasi
Latihan Pernafasan
Latihan Gerakan aktif sendi kaki, jari tangan dan pergelangan tangan (3 kali sehari dengan 5 kali
pengulangan setiap kali)

2. Level 2: (hari 1 dan 2 - Partial bed rest)


a. Duduk (1-2 jam/hari) dan makan sendiri
Relaksasi
Latihan Pernafasan
Latihan aktif pergerakan Pinggul dan lutut (3 kali sehari dengan 5 pengulangan)
Duduk – Peregangan lengan (3 kali sehari dengan 5 pengulangan)

b. Level 2 (a) – progress sitting time (3-4 jam/hari)


Independent toileting (bedside)
Alternate heel drags
Static quadriceps dan glutei (jangan menahan nafas)
Static + spinal extension (3 kali sehari dengan 5 pengulangan)

3. Level 3 (Hari 3-5)


a. STOP relaksasi
Level 2 (b) – lanjutkan latihan dengan 10 kali pengulangan
Berjalan di dalam ruangan (3 kali sehari)
Berdiri – fleksi tungkai atas (3 kali sehari dengan 5 pengulangan)

b. Level 3 (a)
Walk-standing – fleksi tungkai bawah (3 kali sehari dengan 5 pengulangan)
Stride-standing – fleksi lutut dan pinggul (3 kali sehari dengan 5 pengulangan)
Berjalan di luar ruangan (3 kali sehari)
c. Level 3 (b)
Bend standing – elbow circling
Trunk bending

Berjalan di luar ruangan dengan mengayunkan lengan


Berjalan menaiki 1 tangga

Pada akhir fase I, jika semua berjalan dengan baik, maka sebelum pasien dipulangkan, akan
dilakukan low level graded exercise stress test :
Stage Speed (mph) % grade Duration (min) Met Level
I 1.7 mph 0% 3 minutes 2.3 METs
II 1.7 mph 5% 3 minutes 3.5 METs
III 1.7 mph 10% 3 minutes 4.6 METs
IV 2.5 mph 12% 3 minutes 6.8 METs

Anda mungkin juga menyukai