DAN
ANGGARAN RUMAH TANGGA
MUKADDIMAH
Atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, bangsa Indonesia telah berhasil merebut
kemerdekaan dari kaum penjajah, maka setiap warga negara berkewajiban mengisi
kemerdekaan itu dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia menuju tercapainya
kehidupan rakyat yang sehat, adil dan makmur.
Dokter Indonesia sebagai warga bangsa yang ikut aktif dalam gerakan dan perjuangan
kemerdekaan, sadar akan hak dan kewajibannya serta peran dan tanggung jawabnya
kepada umat manusia dan bangsa, bertekad memberikan darma baktinya untuk
mewujudkan nilai-nilai Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945 dalam kehidupan
keprofesian.
Pada tahun 1982 didirikan Ikatan Dokter Ahli Rehabilitasi Medik Indonesia (IDARI).
Kemudian mendapat pengakuan oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDI) pada tahun 1990.
Nama IDARI mengalami perubahan menjadi Perhimpunan Dokter Spesialis Rehabilitasi
Medik Indonesia d e n g a n n a m a PERDOSRI tahun 1991. Pada tahun 2009
Perhimpunan Dokter Spesialis Rehabilitasi Medik Indonesia mengalami perubahan
kembali menjadi Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi
Indonesia (The Indonesian Association of Physical Medicine and Rehabilitation) dengan
nama tetap PERDOSRI.
Dokter spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi adalah dokter yang berperan dalam
pelayanan medis spesialistik dimulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang, untuk menegakkan diagnosis medis dan diagnosis fungsional, menentukan
tatalaksana kedokteran fisik dan rehabilitasi secara komprehensif berupa penatalaksanaan
farmakologi dan non farmakologi, melakukan evaluasi dan menentukan prognosis fungsi
dengan pendekatan bio-psiko-sosio-kultural.
BAB I
KETENTUAN UMUM
NAMA, WAKTU DAN TEMPAT KEDUDUKAN
Pasal 1
Nama
Organisasi ini bernama Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi
Indonesia disebut PERDOSRI (The Indonesian Association of Physical Medicine and
Rehabilitation).
PERDOSRI didirikan di Jakarta pada tanggal 19 Maret 1982 untuk jangka waktu yang
lamanya tidak ditentukan.
Pasal 3
Tempat Kedudukan
BAB II
DASAR, ASAS DAN SIFAT
Pasal 4
Dasar
Pasal 5
Asas
Pasal 6
Sifat
PERDOSRI adalah organisasi profesi Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi
Indonesia yang bersifat nasional, independen, dan nirlaba.
BAB III
TUJUAN DAN USAHA
Pasal 7
Tujuan
BAB IV
STATUS, FUNGSI DAN PERAN
Pasal 9
Status
Pasal 10
Fungsi
Pasal 11
Peran
Pasal 12
Anggota
BAB VI
STRUKTUR ORGANISASI
Pasal 13
Kekuasaan
Pasal 14
Struktur Kepemimpinan
1. Tingkat Pusat :
a. Terdiri dari Pengurus Pusat PERDOSRI; Kolegium Ilmu Kedokteran Fisik dan
Rehabilitasi Indonesia (IKFRI); dan Dewan Etik dan Disiplin, yang masing-masing
memiliki wewenang dan tanggung jawab sesuai tugasnya.
b. Dalam melaksanakan tugasnya, Ketua Umum Pengurus Pusat PERDOSRI
berkoordinasi secara terintegrasi dengan Ketua Kolegium Ilmu Kedokteran Fisik
dan Rehabilitasi Indonesia (IKFRI); dan Ketua Dewan Etik dan Disiplin.
c. Ketua Umum Pengurus Pusat PERDOSRI dibantu oleh Kolegium Ilmu Kedokteran
Fisik dan Rehabilitasi Indonesia (IKFRI); dan Dewan Etik dan Disiplin yang
masing-masing memiliki kewenangan secara internal organisasi dan bertanggung
jawab kepada Kongres Nasional.
d. Ketua Umum Pengurus Pusat adalah pimpinan Organisasi PERDOSRI di tingkat
Pusat, yang melaksanakan kegiatan eksekutif organisasi dan bertanggungjawab
untuk dan atas nama organisasi.
e. Kolegium adalah Lembaga di lingkungan PERDOSRI yang mengatur Pendidikan
Dokter Spesialis, Fellowship, dan Dokter Subspesialis di bidang Ilmu Kedokteran
Fisik dan Rehabilitasi serta menilai kompetensi anggota PERDOSRI.
f. Dewan Etik dan Disiplin adalah organ perhimpunan yang berperan dan
bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan kegiatan internal organisasi dalam
bidang etik dan disiplin kedokteran.
g. Dalam melaksanakan tugasnya, Pengurus Pusat PERDOSRI mendapatkan
pengawasan secara internal dari Dewan Pengawas.
h. Ketua Umum Pengurus Pusat PERDOSRI berkoordinasi secara terintegrasi dengan
Dewan Pengawas.
i. Dewan Pengawas adalah organ perhimpunan yang bertugas untuk melakukan
pengawasan terhadap Pengurus Pusat PERDOSRI dalam menjalankan roda dan
kebijakan organisasi.
Pasal 15
Badan-Badan
1. Badan adalah instansi organisasi yang bersifat taktis dan dibentuk untuk menunjang
program-program PERDOSRI yang terdiri dari Badan Kelengkapan dan Badan Khusus.
2. Badan Kelengkapan terdiri dari Komisi Hukum Pembinaan dan Pembelaan Anggota
(Komisi HP2A); dan Komisi Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan
(Komisi P2KB).
3. Badan Khusus merupakan badan atau lembaga milik PP PERDOSRI yang berbadan
hukum sendiri dan bertanggung jawab kepada PP PERDOSRI untuk melaksanakan
kegiatan khusus seperti penanggulangan bencana, lembaga riset, koperasi, yayasan,
dan badan hukum lainnya sesuai kebutuhan organisasi.
Pasal 16
Pengambilan Keputusan Organisasi
Pasal 17
Hirarki Pengambilan Keputusan dan Peraturan
4. Setiap peraturan organisasi yang dibuat tidak boleh bertentangan dengan peraturan
organisasi yang lebih tinggi.
Pasal 18
Kongres
Kongres Nasional PERDOSRI dilaksanakan setiap 3 (tiga) tahun sekali, kecuali apabila
dipandang perlu dapat dilaksanakan Kongres Luar Biasa.
BAB VII
LOGO DAN BENDERA
Pasal 19
Logo
1. Logo PERDOSRI terdiri dari tongkat ketiak berwarna hitam dengan ular melingkar
berwarna merah yang kepalanya menghadap ke kanan, pada bagian dasar terdapat
bunga teratai berwarna hijau berbentuk oval dengan tulisan PERDOSRI dibawahnya.
2. Tulisan Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Indonesia.
Pasal 20
Bendera
1. Bendera PERDOSRI yang juga disebut Pataka merupakan perangkat organisasi yang
digunakan pada kegiatan-kegiatan resmi PERDOSRI yang diletakkan di sebelah kiri dari
bendera Merah Putih.
2. Bendera/Pataka PERDOSRI berukuran 100 x 150 cm.
Pasal 21
Atribut
Pasal 22
Hymne dan MARS
Pasal 23
Kekayaan
Pasal 24
Sumber Keuangan dan Pengelolaan
BAB IX
HUBUNGAN DENGAN ORGANISASI DAN PERHIMPUNAN LAIN SERTA HUBUNGAN
KERJA INTERNAL
Pasal 25
BAB X
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR
Pasal 26
Perubahan Anggaran Dasar hanya dapat dilakukan dan diputuskan oleh Kongres Nasional.
BAB XI
PEMBUBARAN ORGANISASI
Pasal 27
Pasal 28
Hal-hal yang belum diatur di dalam Anggaran Dasar PERDOSRI dimuat dalam Anggaran
Rumah Tangga selama tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar ini.
BAB XIII
PENUTUP
Pasal 29
BAB I
DASAR PENYUSUNAN
Pasal 1
Anggaran Rumah Tangga yang selanjutnya disingkat ART disusun berdasarkan Anggaran
Dasar Pasal 28.
BAB II
KEANGGOTAAN
Pasal 2
Anggota
1. Anggota biasa ialah Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Warga
Negara Republik Indonesia yang memberikan pelayanan medis di bidang Kedokteran
Fisik dan Rehabilitasi.
2. Anggota muda ialah Dokter yang terdaftar sebagai anggota IDI dan sedang dalam
Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi yang diakui oleh
Kolegium Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Indonesia.
3. Anggota kehormatan ialah mereka yang berjasa terhadap Ilmu Kedokteran Fisik dan
Rehabilitasi serta PERDOSRI.
Pasal 3
Tata Cara Penerimaan Anggota
1. Anggota biasa diangkat oleh Pengurus Pusat atas dasar permintaan dari calon
anggota sendiri, langsung atau melalui cabang dengan menyertakan tanda bukti ijazah
Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi yang diakui oleh Kolegium IKFRI
dan menyatakan persetujuannya terhadap AD dan ART PERDOSRI.
2. Anggota muda diangkat oleh Pengurus Pusat atas usulan Kolegium IKFRI.
3. Anggota kehormatan diusulkan oleh sekurang-kurangnya 2 (dua) fungsionaris
organisasi (Pengurus Pusat atau Cabang), selanjutnya diproses oleh Pengurus Pusat
sesuai ketentuan yang berlaku dan disahkan oleh Kongres Nasional.
Pasal 4
Hak Anggota
Pasal 5
Kewajiban Anggota
1. Anggota biasa dan anggota muda berkewajiban menjunjung tinggi Kode Etik
Kedokteran Indonesia; dan Standar Etik Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan
Rehabilitasi Indonesia.
2. Anggota biasa dan anggota muda berkewajiban mematuhi Anggaran Dasar d an
Anggaran Rumah Tangga; mematuhi peraturan dan keputusan organisasi; serta
menjaga dan mempertahankan kehormatan PERDOSRI.
3. Anggota biasa berkewajiban membayar iuran anggota.
Pasal 6
Rangkap Anggota dan Rangkap Jabatan
Pasal 7
Kehilangan Keanggotaan
Pasal 8
Sanksi dan Pembelaan Anggota
Pasal 9
Kongres Nasional
1. Status :
a. Kongres Nasional merupakan kekuasaan tertinggi organisasi sebagai forum
pelaksanaan kedaulatan seluruh anggota Perhimpunan Dokter Spesialis
Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Indonesia.
b. Kongres Nasional adalah musyawarah nasional Dokter Spesialis Kedokteran Fisik
dan Rehabilitasi yang diberi nama “Kongres Nasional Perhimpunan Dokter
Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Indonesia (KONAS PERDOSRI)”.
c. Kongres Nasional diadakan sekali dalam 3 (tiga) tahun.
d. Peserta Kongres Nasional terdiri dari utusan cabang, peninjau, dan undangan.
e. Utusan cabang ditunjuk oleh Ketua PERDOSRI Cabang dan diberi mandat tertulis
resmi berdasarkan proses mekanisme rapat Pengurus Cabang.
f. Peninjau terdiri dari Pengurus Pusat; Kolegium Ilmu Kedokteran Fisik dan
Rehabilitasi Indonesia/Kolegium IKFRI; serta Dewan Etik dan Disiplin.
g. Undangan adalah yang diundang untuk kegiatan tertentu dalam KONAS.
h. Utusan cabang menampung aspirasi Dokter-Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan
Rehabilitasi serta aspirasi masyarakat yang berhubungan dengan bidang
kesehatan, untuk disampaikan pada KONAS PERDOSRI.
i. Dalam keadaan luar biasa Kongres Nasional dapat diselenggarakan sewaktu-
waktu atas inisiatif satu cabang dan mendapat persetujuan sekurang-kurangnya
dua pertiga dari jumlah cabang.
j. Kongres Nasional menyelenggarakan Sidang Organisasi dan Sidang Ilmiah.
k. Sidang Organisasi Kongres Nasional terdiri dari Sidang Pleno Pengesahan
Kongres Nasional, Sidang Pleno Kongres Nasional, Sidang Komisi, dan Sidang
Khusus.
l. Penjelasan sebagaimana dimaksud pada butir (k) diatas, lebih lanjut diatur
dalam Pedoman Tatalaksana Organisasi.
2. Wewenang :
Sidang Pleno Pengesahan Kongres
a. Menetapkan kuorum.
b. Menetapkan tata tertib Kongres Nasional sesuai ART.
c. Menetapkan Presidium Pimpinan Sidang Kongres Nasional
Sidang Komisi
a. Membahas materi-materi yang akan ditetapkan dalam Sidang Pleno.
b. Menyerahkan hasil Sidang Komisi kepada Sidang Pleno untuk disahkan sebagai
ketetapan Kongres Nasional.
Sidang Khusus
a. Memilih Ketua Kolegium Ilmu Kedokteran Fisik & Rehabilitasi Indonesia untuk
kemudian dikukuhkan sebagai ketua pada Sidang Pleno Kongres Nasional untuk
diteruskan dan dibuat pengesahannya oleh Ketua Umum Pengurus Pusat.
b. Menetapkan pedoman-pedoman pokok, kebijakan strategis dan program kerja
nasional masing- masing.
Pasal 10
Kriteria Ketua PERDOSRI
1. Calon Ketua Umum PP PERDOSRI, Ketua PERDOSRI Cabang ialah anggota biasa
yang dibuktikan dengan KTA PERDOSRI yang masih berlaku.
2. Menyatakan kesediaannya secara lisan dan terbuka, serta menyampaikan curriculum
vitae dan visi misinya.
3. Pernah menjadi Pengurus PERDOSRI, kecuali cabang yang baru dibentuk.
4. Tidak pernah dan sedang dalam permasalahan etika, disiplin dan hukum.
5. Sehat jasmani dan rohani.
6. Melewati proses seleksi yang dilakukan oleh Tim Seleksi PERDOSRI sesuai dengan
tingkatannya.
7. Calon Ketua Umum PP PERDOSRI didukung minimal oleh 3 Cabang.
8. Penjelasan sebagaimana dimaksud pada butir (7) diatas lebih lanjut diatur dalam
Pedoman Tatalaksana Organisasi.
Pasal 11
Kriteria Ketua Dewan Etik dan Disiplin
1. Calon Ketua Dewan Etik dan Disiplin ialah anggota biasa yang dibuktikan dengan
KTA PERDOSRI yang masih berlaku.
2. Menyatakan akan kesediaannya secara lisan dan terbuka, serta menyampaikan
curriculum vitae dan visi misinya.
3. Tidak pernah dan sedang dalam permasalahan etika, disiplin dan atau hukum.
4. Melewati proses penjaringan dan seleksi yang dilakukan oleh Tim Seleksi PP
PERDOSRI.
Pasal 12
Kriteria Ketua Kolegium IKFRI
1. Calon Ketua Kolegium IKFRI ialah anggota biasa PERDOSRI yang dibuktikan dengan
KTA PERDOSRI yang masih berlaku.
2. Menyatakan akan kesediaannya secara lisan dan terbuka, serta menyampaikan
curriculum vitae dan visi misinya.
3. Tidak pernah dan sedang dalam permasalahan etika, disiplin dan hukum.
1. Sidang Pleno
a. Pengurus Pusat adalah penanggung jawab penyelenggaraan Kongres Nasional.
b. Kongres Nasional dihadiri oleh utusan cabang, peninjau dan undangan.
c. Jumlah peninjau ditetapkan oleh Pengurus Pusat.
d. Utusan cabang memiliki hak bicara dan hak suara.
e. Peninjau hanya memiliki hak bicara.
f. Undangan tidak mempunyai hak bicara dan/atau hak suara.
g. Mekanisme pengambilan keputusan dalam Kongres Nasional dilaksanakan dalam
Sidang Pleno.
h. Peserta Kongres Nasional adalah utusan cabang dengan mandat resmi yang
mempunyai hak bicara dan hak suara sedangkan peninjau hanya mempunyai hak
bicara.
i. Ketentuan banyaknya suara utusan cabang dalam Kongres Nasional menggunakan
acuan sebagai berikut :
1) Sampai dengan 10 anggota biasa : 1 suara
2) Sampai dengan 20 anggota biasa: 2 suara
3) Sampai dengan 30 anggota biasa: 3 suara
4) Sampai dengan 40 anggota biasa: 4 suara
5) Sampai dengan 50 anggota biasa: 5 suara
6) dan seterusnya, setiap tambahan 30 anggota biasa akan memperoleh
tambahan 1 suara dengan jumlah maksimal sebanyak 15 suara.
j. Jumlah anggota biasa cabang ditentukan oleh Pengurus Pusat berdasarkan iuran
anggota yang dibayarkan oleh Pengurus Cabang.
k. Sidang pengesahan kuorum, pembahasan dan pengesahan agenda acara, tata tertib
sidang, dan pemilihan pimpinan Sidang Pleno Kongres Nasional dipimpin oleh
Panitia Pengarah Kongres Nasional.
l. Kongres Nasional dinyatakan sah bila dihadiri minimal 50 (lima puluh) % tambah
1(satu) dari jumlah cabang yang ada.
m. Apabila butir (l) sebagaimana dimaksud diatas tidak terpenuhi maka Kongres
Nasional ditunda dalam waktu 30 menit dan setelah itu Kongres Nasional dianggap
sah.
n. Sidang Pleno dipimpin oleh 3 (tiga) orang presidium yang dipilih oleh utusan
cabang.
o. Setelah selesai laporan pertanggungjawaban Pengurus Pusat, maka Pengurus
Pusat dinyatakan demisioner.
2. Sidang Komisi
a. Panitia Adhoc Kongres Nasional yang dibentuk PP PERDOSRI adalah penanggung
jawab masing-masing Sidang Komisi.
b. Sidang Komisi dihadiri oleh utusan cabang dan peninjau yang ditetapkan oleh
Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi.
c. Utusan cabang memiliki hak bicara dan hak suara.
d. Peninjau hanya memiliki hak bicara.
e. Hasil sidang Komisi diajukan dalam Sidang Pleno untuk ditetapkan.
f. Sidang Komisi dipimpin oleh 3 (tiga) orang pimpinan yang dipilih 2 dari utusan
cabang dan 1 Panitia Adhoc.
Pasal 14
Musyawarah Cabang
1. Status :
a. Musyawarah Cabang yang disingkat dengan Muscab merupakan pengambilan
keputusan tertinggi pada tingkat cabang.
b. Muscab adalah musyawarah para anggota Perhimpunan Dokter Spesialis
Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi dalam cabang tersebut.
c. Muscab dilaksanakan sekali dalam 3 (tiga) tahun dan dilaksanakan paling lambat 6
bulan setelah Kongres Nasional.
d. Diantara Muscab, Pengurus Cabang melaksanakan Rapat Kerja Cabang.
e. Dalam keadaan luar biasa Muscab dapat diadakan sewaktu-waktu atas usul atau
inisiatif tiga orang anggota dan mendapat persetujuan sekurang-kurangnya dua
pertiga jumlah anggota biasa yang ada.
2. Wewenang :
a. Menilai pertanggungjawaban Pengurus Cabang mengenai pelaksanaan amanat
Muscab.
b. Menetapkan program kerja cabang dengan tetap berpedoman kepada
kebijakan operasional yang telah ditetapkan dalam Kongres Nasional.
c. Memilih Ketua Pengurus Cabang untuk periode berikutnya.
3. Tata Tertib :
a. Pengurus Cabang adalah penanggung jawab penyelenggaraan Muscab.
b. Muscab dihadiri oleh anggota, peninjau, dan undangan.
c. Peninjau berasal dari unsur PP PERDOSRI.
d. Anggota adalah semua anggota biasa yang ada di cabang bersangkutan.
e. Jumlah peninjau dan undangan ditetapkan oleh Pengurus Cabang.
f. Anggota memiliki hak bicara dan hak suara.
g. Peninjau hanya memiliki hak bicara.
h. Undangan tidak mempunyai hak bicara dan hak suara.
i. Pengambilan keputusan dalam Muscab dilaksanakan dalam Sidang Pleno.
j. Banyaknya suara cabang dalam Muscab ditentukan jumlah anggota pada cabang
yang bersangkutan.
k. Sidang pengesahan kuorum, pembahasan dan pengesahan agenda acara, tata
tertib sidang, dan pemilihan pimpinan Sidang Pleno Muscab dipimpin oleh panitia
pengarah muscab.
l. Sidang muscab dipimpin oleh tiga orang presidium yang dipilih dari anggota dan
oleh anggota.
Pasal 15
Musyawarah Kerja Nasional
1. Status :
a. Musyawarah Kerja Nasional yang disingkat dengan Mukernas adalah rapat yang
dihadiri oleh segenap perangkat organisasi dari tingkat pusat dan tingkat cabang.
b. Menetapkan aturan tata tertib Kongres Nasional, aturan pemilihan Ketua Umum PP
PERDOSRI; dan aturan pemilihan Ketua Kolegium IKFRI; serta Ketua Dewan Etik
dan Disiplin.
c. Memutuskan beberapa kebijakan organisasi yang dirasakan mendesak dan tidak
bertentangan dengan peraturan perundangan.
d. Mukernas diadakan sekurang-kurangnya sekali dalam periode kepengurusan.
2. Wewenang :
a. Menilai pelaksanaan program kerja nasional Pengurus Pusat Perhimpunan
Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi, menyempurnakan dan
memperbaikinya untuk dilaksanakan pada sisa periode kepengurusan selanjutnya.
b. Mempersiapkan bahan-bahan Kongres Nasional yang akan datang.
c. Menyusun rancangan tata tertib Kongres Nasional, rancangan tata tertib Pemilihan
Ketua Pengurus Pusat PERDOSRI, rancangan tata tertib pemilihan Ketua Kolegium
IKFRI serta Ketua Dewan Etik dan Disiplin, dan memutuskan tata cara Tim Seleksi.
d. Memutuskan beberapa kebijakan organisasi yang dirasakan mendesak sepanjang
tidak bertentangan dengan peraturan organisasi dan peraturan perundang-
undangan lainnya.
3. Tata Tertib :
a. Pengurus Pusat adalah penanggung-jawab penyelenggaraan Mukernas.
b. Mukernas dihadiri oleh seluruh perangkat organisasi yang terdiri dari Pengurus
Pusat termasuk Kolegium IKFRI beserta unsur-unsurnya; Dewan Etik dan Disiplin
beserta unsur-unsurnya; Para Ketua Cabang PERDOSRI; dan undangan dari
Pengurus Pusat.
c. Sidang-sidang Mukernas terdiri dari Sidang Organisasi dan Sidang Ilmiah.
d. Sidang Organisasi terdiri dari Sidang Pleno dan Sidang Komisi.
e. Sidang Pleno dipimpin oleh Ketua Umum Pengurus Pusat.
Pasal 16
Pengurus Pusat
1. Status :
a. Pengurus Pusat adalah struktur kepemimpinan tertinggi organisasi yang
melaksanakan, dan mengurus kebijakan-kebijakan strategis dan operasional yang
bersifat nasional yang diputuskan dalam Kongres Nasional.
b. Ketua Umum Pengurus Pusat bertanggungjawab untuk dan atas nama organisasi
baik ke dalam maupun ke luar organisasi.
c. Dalam mengembangkan dan memformulasikan kebijakan, Pengurus Pusat dibantu
oleh Komite-komite tetap dan adhoc, yang dibentuk Pengurus Pusat untuk tujuan
tersebut.
d. Masa jabatan Pengurus Pusat adalah 3 (tiga) tahun.
e. Seorang anggota PERDOSRI hanya diperbolehkan menjadi Ketua Umum Pengurus
Pusat maksimal dua kali masa kepengurusan.
f. Apabila Ketua Umum Pengurus Pusat tidak dapat menjalankan tugas dan
berhalangan tetap, maka wakil ketua yang membawahi bidang organisasi dapat
menjabat sebagai Ketua Umum Pengurus Pusat melalui Rapat Pleno PP.
g. Penjelasan sebagaimana dimaksud pada butir (f) diatas lebih lanjut diatur
dalam Pedoman Tatalaksana Organisasi.
2. Personalia :
a. Personalia Pengurus Pusat PERDOSRI sekurang-kurangnya terdiri dari Ketua
Umum; Sekretaris Umum, Bendahara, dan beberapa koordinator bidang.
b. Yang dapat menjadi Pengurus Pusat adalah anggota biasa yang memiliki integritas
moral, etika, disiplin loyalitas, dedikasi tinggi dan memiliki komitmen terhadap
tujuan dan upaya PERDOSRI.
1. Status :
a. Cabang merupakan kesatuan organisasi yang dibentuk di Provinsi atau gabungan
provinsi.
b. Masa jabatan Pengurus Cabang adalah 3 (tiga) tahun.
c. Seorang anggota PERDOSRI hanya dibolehkan dipilih menjadi Ketua Cabang
maksimal 2 (dua) kali masa kepengurusan.
2. Personalia :
a. Personalia Pengurus Cabang sekurang-kurangnya terdiri dari Ketua, Sekretaris
dan Bendahara.
b. Yang dapat menjadi Pengurus Cabang adalah anggota biasa yang memiliki
integritas moral dan etika yang tinggi serta memiliki komitmen terhadap tujuan
dan usaha PERDOSRI.
c. Ketua Pengurus Cabang tidak dapat menjalankan tugas dan atau non aktif maka
dapat diangkat Pejabat Ketua Pengurus Cabang melalui Rapat Pleno Pengurus
Cabang dan selanjutnya ditetapkan dan disahkan menjadi Pejabat Ketua Pengurus
Cabang oleh Pengurus Pusat sampai dilaksanakannya Muscab berikutnya.
d. Tata cara Muscab Luar Biasa lebih lanjut diatur dalam Pedoman Tatalaksana
Organisasi.
Pasal 18
Dewan Etik Dan Disiplin
Pasal 19
Badan-Badan Khusus
Pasal 20
Kolegium Ilmu Kedokteran Fisik Dan Rehabilitasi Indonesia
1. Status
a. Kolegium IKFRI adalah lembaga di lingkungan PERDOSRI yang bertanggung jawab
dalam bidang Pendidikan Dokter Spesialis, Fellowship, dan Dokter Subspesialis KFR.
b. Kolegium IKFRI dibentuk pada tingkat pusat PERDOSRI.
c. Ketua kolegium IKFRI duduk sebagai anggota MKKI.
d. Masa kepengurusan kolegium IKFRI disesuaikan dengan periode kepengurusan PP
PERDOSRI.
2. Keanggotaan
a. Anggota Kolegium IKFRI adalah anggota IDI dan PERDOSRI, yang mampu dan
berdedikasi dalam Pendidikan Dokter Spesialis, Fellowship, dan Dokter Subspesialis
KFR
b. Anggota Kolegium IKFRI terdiri dari :
1) Para guru besar di bidang IKFR,
2) Para Ketua dan Sekretaris Program Studi IKFR sebagai anggota ex officio,
3) Para kepala bagian/departemen penyelenggara Pendidikan Dokter
Spesialis KFR sebagai anggota ex officio
Pasal 21
Dewan Pengawas
1. Status
a. Dewan Pengawas adalah organ perhimpunan yang bertugas untuk melakukan
pengawasan terhadap Pengurus Pusat PERDOSRI dalam menjalankan roda dan
kebijakan organisasi.
b. Dewan Pengawas diangkat oleh Kongres Nasional
c. Dewan Pengawas bekerja secara independen dan bertanggungjawab kepada
Kongres Nasional
d. Masa kepengurusan Dewan Pengawas disesuaikan dengan periode kepengurusan
PP PERDOSRI.
2. Keanggotaan
a. Anggota Dewan Pengawas adalah perseorangan yang merupakan anggota IDI dan
PERDOSRI, yang diangkat dan bertanggungjawab kepada Kongres Nasional
PERDOSRI.
b. Anggota Dewan Pengawas harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1) Mampu secara fisik dan mental untuk melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya.
2) Tidak pernah dihukum karena terlibat pelanggaran hukum, etik, dan disiplin
kedokteran.
3) Mempunyai independensi dan integritas yang tinggi dalam memajukan
PERDOSRI
4) Tidak berafiliasi terhadap kepentingan pribadi atau kelompok terutama
keterikatan secara personal dengan Pengurus Pusat
5) Pernah menjabat sebagai Pengurus Pusat PERDOSRI; atau Dewan Etik dan
Disiplin; atau Kolegium IKFRI.
BAB IV
PENGAMBILAN KEPUTUSAN ORGANISASI
Pasal 22
Pasal 23
Rapat Kerja
Pasal 24
Peserta Rapat Kerja
1. Peserta Rapat Kerja adalah seluruh Pengurus PERDOSRI termasuk Pengurus Kolegium
IKFRI; serta Dewan Etik dan Disiplin pada Rapat Kerja Pengurus Pusat.
2. Rapat Kerja dipimpin oleh Ketua Pengurus PERDOSRI sesuai tingkatannya.
Pasal 25
Tugas dan Wewenang
1. Rapat Kerja Pengurus Pusat memiliki tugas dan wewenang menjabarkan program
kerja nasional Pengurus Pusat dari hasil Kongres Nasional.
2. Rapat Kerja Cabang memiliki tugas dan wewenang menjabarkan program kerja
Pengurus Cabang dari hasil Musyawarah Cabang.
Pasal 27
Peserta Rapat Pleno
1. Peserta Rapat Pleno terdiri dari seluruh Pengurus PERDOSRI termasuk termasuk
Pengurus Kolegium IKFRI serta Dewan Etik dan Disiplin pada Rapat Pleno PP
PERDOSRI.
2. Rapat Pleno dipimpin oleh Ketua PERDOSRI, sesuai tingkatannya.
Pasal 28
Tugas dan Wewenang
BAB V
ATRIBUT DAN LOGO
Pasal 29
1. Atribut PERDOSRI berupa lambang, bendera, seragam, kartu anggota dan simbol-
simbol PERDOSRI lainnya harus mencantumkan logo PERDOSRI.
2. Logo PERDOSRI terdiri dari tongkat ketiak berwarna hitam dengan ular melingkar
berwarna merah yang kepalanya menghadap ke kanan, pada bagian dasar terdapat
bunga teratai berwarna hijau berbentuk oval dengan tulisan PERDOSRI dibawahnya.
Logo PERDOSRI dikelilingi oleh tulisan Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran
Fisik dan Rehabilitasi Indonesia.
3. Semua institusi, lembaga dan kepanitiaan yang berada di lingkungan PERDOSRI wajib
menggunakan atribut dan logo dalam setiap kegiatannya.
4. Ukuran atribut PERDOSRI berupa lambang, bendera, pataka, vandal, seragam, kartu
anggota dan simbol-simbol PERDOSRI lainnya serta cara penggunaannya diatur dalam
Pedoman Tatalaksana Organisasi.
5. Semua atribut PERDOSRI berupa lambang, bendera, seragam, kartu anggota dan
simbol-simbol PERDOSRI lainnya yang dipakai dalam kegiatan kepanitiaan maupun
kegiatan lain harus mencerminkan identitas PERDOSRI
6. Ketentuan selanjutnya mengenai logo, lambang, bendera, seragam, kartu anggota
dan simbol-simbol PERDOSRI lainnya akan diatur dalam Pedoman Tatalaksana
Organisasi.
Pasal 30
1. Keuangan
a. PERDOSRI menjalankan sistem keuangan yang desentralisasi.
b. Kegiatan-kegiatan yang dapat didesentralisasikan antara lain adalah kegiatan
dalam rangka penarikan iuran anggota.
c. Diperoleh dari iuran anggota, sumbangan yang sah dan tidak mengikat dan
usaha-usaha lain yang sah.
d. Pengurus Cabang diwajibkan menyerahkan 50 (lima puluh) ribu rupiah kepada
Pengurus Pusat dari uang iuran yang diterimanya.
e. Besaran iuran anggota ditetapkan oleh PP PERDOSRI, namun PERDOSRI Cabang
dapat menetapkan iuran tambahan berdasarkan keputusan Musyawarah Cabang.
f. Keuangan yang dimiliki organisasi tersebut, dimanfaatkan serta dipergunakan
untuk kepentingan kegiatan organisasi.
2. Kekayaan
a. Kekayaan PERDOSRI adalah aset dan harta milik organisasi.
b. Harta milik organisasi adalah harta yang dimiliki PERDOSRI berupa uang,
harta baik yang bergerak maupun tidak bergerak di semua tingkatan.
c. Pengelolaan keuangan dan kekayaan organisasi menjadi tanggung jawab
Pengurus PERDOSRI sesuai tingkatan.
d. Kepemilikan keuangan dan kekayaan organisasi sebagaimana tersebut diatas, atas
nama Badan Hukum PERDOSRI.
4. Pengelolaan keuangan dan kekayaan PP PERDOSRI akan diperiksa auditor internal dan
eksternal secara berkala.
BAB VII
ADMINISTRASI
Pasal 31
Pasal 32
1. Perubahan Anggaran Rumah Tangga hanya dapat dilakukan oleh Kongres Nasional
atau Kongres luar biasa.
2. Rencana perubahan tersebut diajukan oleh Pengurus Pusat atau Pengurus Cabang .
3. Rencana perubahan telah disampaikan kepada Pengurus Pusat selambat-lambatnya 3
bulan sebelum Kongres Nasional atau Kongres Luar Biasa dan tembusannya
disampaikan kepada semua unsur organisasi PERDOSRI lainnya.
BAB IX
PEMBUBARAN ORGANISASI
Pasal 33
1. Pembubaran organisasi hanya dapat dilakukan oleh Kongres Nasional yang diadakan
khusus untuk itu .
2. Keputusan pembubaran organisasi atas usulan dari sekurang–kurangnya dua pertiga
jumlah cabang .
3. Sesudah pembubaran, maka segala hak milik PERDOSRI diserahkan kepada badan-
badan sosial atau perkumpulan yang ditetapkan oleh Kongres Nasional.
4. Tata cara pelaksanaan Kongres Nasional khusus akan diatur dalam Kompendium
Organisasi PERDOSRI.
BAB X
ATURAN TAMBAHAN
Pasal 34
1. Setiap anggota PERDOSRI dianggap telah mengetahui Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga PERDOSRI
2. Setiap anggota PERDOSRI harus mentaati Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga ini dan bagi yang melanggarnya akan dikenakan sanksi sebagaimana yang
diatur dalam Pedoman Tatalaksana Organisasi PERDOSRI.
3. Dalam hal terjadi perbedaan penafsiran Anggaran Rumah Tangga, maka penafsiran
tersebut diserahkan ke Pengurus Pusat.
4. Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Rumah Tangga ini dimuat dalam
peraturan tersendiri, dan tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga PERDOSRI.
BAB XI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 35
1. Dengan disyahkannya Anggaran Rumah Tangga ini, maka Anggaran Rumah Tangga
sebelumnya dinyatakan tidak berlaku.
***