Anda di halaman 1dari 22

Laporan Kasus

Colic Abdomen e.c Peritonitis e.c Perforasi Gaster + AKI


+ Syok Hipovolemik

Disusun Oleh :
Yone Fetrik Lestari, S.Ked

Preseptor :
dr. Juspeni Kartika, Sp.PD

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM


RUMAH SAKIT PERTAMINA BINTANG AMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2018
LEMBAR PENGESAHAN

Telah dipresentasikan tugas laporan kasus yang berjudul:

Colic Abdomen e.c Peritonitis e.c Perforasi Gaster + AKI


+ Syok Hipovolemik
Dipresentasikan pada hari Jumat , tanggal 17 Agustus 2018

Bandar Lampung, 17 Agustus 2018

Pembimbing Penyaji

dr. Juspeni Kartika, Sp.PD Yone Fetrik Lestari, S.Ked


BAB I

PENDAHULUAN

Evaluasi pasien dengan nyeri abdomen merupakan salah satu aspek yang

menarik di bidang gawat darurat. Nyeri abdomen merupakan keluhan yang cukup

sering ditemukan sebanyak 10 % pada pasien-pasien di ruang gawat darurat.

Penegakan diagnosis kemungkinan dari kondisi yang cukup mengancam jiwa

(ruptur aneurisma arteri abdomen), hilang sendiri (dinding abdomen yang

menegang), dan dari yang umum (gastroenteritis), hingga yang jarang (gigitan

laba-laba hitam). Walaupun etiologi dari nyeri pada awalnya belum dapat

ditentukan kurang lebih sebesar 30–40% pasien, namun mengenali kasus-kasus

yang memerlukan operasi atau yang mengancam jiwa adalah hal yang lebih

penting dari penegakan diagnosis itu sendiri (Mahadevan, 2005).

Mual dan muntah merupakan gejala dan tanda yang sering menyertai

gangguan gastrointestinal, demikian dengan penyakit-penyakit lain. Muntah

diaggap penting karena dapat menjadi indikator berbagai keadaan, seprti obstruksi

usus, infeksi, penyakit metabolik, kehamilan, penyakit labirin dan vestibular,

substansi emetik eksogen seperti racun, uremia atau gagal ginjal, penyakit radiasi,

kondisi psikologis, migren, infrark miokard dan sinkop sirkulatorik. Mual dan

muntah yang berlangsung beberapa minggu dapat menunjukkan adanya penyebab

obstruktif, karsinogenik atau psikogenik (Price dan Wilson, 2012).


BAB II

LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Pasien

Nama : Tn. J
Tanggal Lahir : 14 Juni 1961
Usia : 57 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Way Kanan
Pekerjaan : Wiraswasta
Suku Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
No.RM : 11.31.38
Masuk RSPBA : 09/08/2018 pukul 20.30

2.2 Anamnesis

Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dan alloanamnesis.

A. Keluhan Utama

Nyeri perut hebat sejak 1 hari SMRS.

B. Keluhan Tambahan

Muntah terus-menerus >10 x sejak 1 hari SMRS.

C. Riwayat Perjalanan Penyakit

Sejak  3 tahun yang lalu, Os mengeluh sering nyeri ulu hati

hilang timbul. Os merasa nyeri tersebut akibat dari tinginya asam

lambung sehingga hanya meminum obat warung dan jamu-jamuan.

Sekitar 2 bulan yang lalu, Os merasakan seperti ada sesuatu

seperti gas/udara di perut bagian bawah sebelah kiri yang dirasakan


berjalan dari bawah kiri lalu ketengah dan ketas menuju ulu hati. Saat

udara tersebut berhenti di ulu hati, Os merasa ada tekanan ke dadanya

dan terasa sesak. Os juga merasa sering mual dan masih bisa BAB.

 2 minggu yang lalu, Os merasakan perutnya semakin lama

semakin membesar, teraba sedikit keras dan sakit ketika disentuh. Mual

(+), muntah sesekali, setiap buang angin Os mengeluarkan sedikit

kotoran, dan tidak bisa BAB. Os berobat jalan ke RS DKT dikatakan

menderita sakit liver. Namun keadaan Os tidak membaik setelah

berobat.

6 hari yang lalu, keluhan Os tidak berkurang, perut membesar dan

keras, kembung, nyeri tekan (+), nyeri ulu hati, mual, muntah setiap

kali makan dan minum, demam, sakit kepala hilang timbul, tidak bisa

BAB, sehingga Os kembali ke RS yang sama dan dirawat inap karena

menderita penyakit liver dan asam lambung. 2 hari dirawat inap di RS,

keluarga Os merasa tidak ada perbaikan dan akhirnya meminta pulang

atas permintaan sendiri.

± 1 hari sebelum masuk rumah sakit, Os merasakan nyeri yang

hebat pada perut. Selain itu Os juga muntah yang semakin sering >10x

sehari, terutama setelah makan dan minum. Keluhan perut membesar ±

2 minggu yang lalu, rabaan keras, kembung, bagian dada terasa sesak,

mual, lemas, BAK sedikit dan tidak bisa BAB.

Oleh dokter jaga IGD, Os di sarankan untuk rawat inap agar

mendapatkan terapi lebih lanjut.


D. Riwayat Penyakit Dahulu

 Malaria

 Arthritis Gout (jamu-jamuan)

 Gastritis (promaag)

E. Riwayat Penyakit Keluarga

Keadaan Penyebab
Hubungan Diagnosa
Kesehatan Meninggal

Kakek – – –

Nenek – – –

Ayah – – –

Ibu – – –

Saudara – – –

Anak-anak – – –

F. Anamnesis Sistem

Kepala – Tidak ada keluhan


Mata – Tidak ada keluhan
Telinga – Tidak ada keluhan
Hidung – Tidak ada keluhan

Mulut ✓ Bibir kering

Tenggorok – Tidak ada keluhan


Leher – Tidak ada keluhan
Jantung ✓ Terasa sesak
Paru-Paru – Tidak ada keluhan

✓ Nafsu makan menurun


Gastrointestinal
✓ Mual
✓ Muntah

✓ Kembung

✓ Nyeri perut

✓ Perut membesar

✓ Perut terasa keras

✓ Tidak BAB
Saluran Kemih ✓ BAK berkurang
Alat Kelamin – Tidak ada keluhan
Neurologis – Tidak ada keluhan
Psikologis – Tidak ada keluhan
Kulit – Tidak ada keluhan
Endokrin – Tidak ada keluhan
Muskuloskeletal – Tidak ada keluhan

G. Riwayat Kebiasaan

 Sering konsumsi jamu untuk asam urat.

 Merokok.

 Makan tidak teratur.

H. Riwayat Makanan & Minuman

Frekuensi/hari : 3 x/ hari

Jumlah/hari : Setengah porsi

Variasi/hari : Bervariasi

Nafsu makan : Menurun

2.3 Pemeriksaan Fisik

A. Pemeriksaan Umum

Keadaan umum : Tampak sakit sedang


Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 90/60 mmHg
Nadi : 98 x/menit, regular
Suhu : 36,5 ⁰C
Pernapasan : 24 x/menit, kussmaul
Sianosis : Tidak sianosis
Berat Badan : 49 kg
Tinggi badan (cm) : 162 cm
IMT : BB/TB(m)2= 49/2,62 = 18,7

B. Aspek Kejiwaan

Tingkah laku : Wajar/Gelisah/Tenang/Hipoaktif/Hiperaktif

Alam perasaan : Biasa/Sedih/Gembira/Cemas/Takut/Marah

Proses pikir : Wajar/Cepat/Gangguan Waham/Fobia/Obsesi

C. Status Generalisata

 Kulit

Warna : Sawo matang Efloresensi : Tidak ada

Jaringan parut : Tidak ada Pigmentasi : Tidak ada

Pertumbuhan rambut : Normal Pembuluh darah : Normal

Suhu raba : Normal Lembab/kering : Kering

Keringat, umum : Normal Turgor : Menurun

 Kepala

Ekspresi wajah : Normal Simetris muka : Simetris

Rambut : Normal

 Mata

Eksolftalmus : Tidak ada Endoftalmus : Tidak ada


Kelopak : Cekung Lensa : Normal

Konjungtiva : Normal Visus : Normal

Sklera : Normal Gerakan mata : Normal

Lap.penglihatan : Normal Tek. bola mata : Normal

Deviatio konjungtiva : Tidak ada Nistagmus : Tidak ada

 Telinga

Tuli : Tidak tuli Selaput pendengaran : Tidak diperiksa

Lubang : Normal Penyumbatan : Tidak ada

Serumen : Tidak diperiksa Perdarahan : Tidak ada

 Hidung

Trauma : Tidak ada Nyeri : Tidak ada

Sekret : Tidak ada Pernafasan cuping hidung : Tidak ada

 Mulut

Bibir : Kering Tonsil : Normal

Langit-langit : Hiperemis Bau nafas : Tidak berbau

Trismus : Normal Lidah : Normal

Faring : Normal

 Leher

Tekanan vena jugularis : JVP 5+2 cm H2O

Kelenjar tiroid : Tidak ada pembesaran

Kelenjar limfe : Tidak teraba

 Kelenjar getah bening

Submandibula : Tidak teraba Leher : Tidak teraba


Supraklavikula : Tidak teraba Ketiak : Tidak teraba

Lipat paha : Tidak teraba

 Thorak

Bentuk : Simetris kiri = kanan

Sela iga : Normal

 Paru Depan Belakang

Inspeksi : Bentuk normal, statis, dinamis dan simetris

Palpasi : Vokal fremitus kanan dan kiri menurun , massa (-),


krepitasi (-)

Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru

Auskultasi : Kanan : vesikuler melemah


Kiri : vesikuler melemah

 Jantung

Inspeksi : Iktus cordis tidak tampak

Palpasi : Iktus cordis teraba

Perkusi : Batas jantung atas : ICS III linea parasternalis sinistra


Batas jantung kiri : ICS VII linea midclavicula sinistra
Batas jantung kanan : ICS VI linea parasternalis dextra

Auskultasi : Bunyi jantung S1 dan S2 normal; Murmur (-); Gallop (-)


 Abdomen

Inspeksi : Bentuk cembung, caput medusa (-), ikterik (-)

Palpasi : Defence muscular (+); Rabaan seperti papan (+);


Hati dan limpa tidak teraba; Shifting dullness (-);
Nyeri ketok CVA (-) Kiri/Kanan; Ballotement ginjal (-)
Perkusi : Hipertimpani (+).
Auskultasi : Bising usus menurun (3x/menit)

 Ekstremitas

 Ekstremitas superior dextra dan sinistra :


Oedem (-), deformitas (-), sianosis (-), nyeri sendi (-), ptekie (-),
eritem palmar (-), akral dingin (-), krepitasi (-)

 Ekstremitas inferior dextra dan sinistra :


Oedem (-), deformitas (-), sianosis (-), nyeri sendi (-), ptekie (-),
eritem palmar (-), akral dingin (-), krepitasi (-)

2.4 Pemeriksaan Penunjang

A. Laboratorium Patologi Klinik


HEMATOLOGI (10 Agustus 2018)
No. Pemeriksaan Hasil Normal Satuan
1. Hemoglobin 13,4 LK 14–18 Wn 12–16 gr/dl
2. Leukosit 20.300 4.500–10.700 ul
3. Hit. Jenis Leukosit Basofil 0 0–1 %
4. Hit. Jenis Leukosit Eosinofil 0 0–3 %
5. Hit. Jenis Leukosit Batang 1 2–6 %
6. Hit. Jenis Leukosit Segmen 81 50–70 %
7. Hit. Jenis Leukosit Limfosit 15 20–40 %
8. Hit. Jenis Leukosit Monosit 3 2–8 %
9. Eritrosit 4,3 Lk 4,6–6,2 Wn 4,2–6,4 ul
10. Hematokrit 36 Lk 40–54 Wn 38–47 %
11. Trombosit 394.000 159.000–400.000 ul
12. MCV 84 80–96 fl
13. MCH 31 27–31 pg
14. MCHC 36 32–36 gr/dl

IMUNOLOGI
No. Pemeriksaan Hasil Normal Satuan
1. HBsAg Non Reaktif (–)
KIMIA DARAH
No. Pemeriksaan Hasil Normal Satuan
1. SGOT 58 Lk <37 Wn <31 U/L
2. SGPT 57 Lk <42 Wn <32 U/L
3. Urea 120 10 – 50 mg/dl
4. Creatinin 1,8 Lk 0,6–1,1 Wn 0,5–0,9 mg/dl

B. Pemeriksaan Rontgen

Kesan: Free air (+)


2.5 Resume

Os datang ke IGD Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin dengan

keluhan nyeri perut hebat, muntah >10x yang terus-menerus terutama

setelah makan dan minum, sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Os juga

mengeluhkan perut yang membesar ± 2 minggu yang lalu, rabaan keras,

kembung, mual, lemas, BAK sedikit dan tidak bisa BAB.

Pada pemeriksaan fisik ditemukan kelopak mata tampak cekung, bibir

kering, turgor kulit menurun, tekanan darah 90/60 mmHg, peningkatan JVP

5+2 cm H2O , pada thoraks vokal fremitus kanan dan kiri menurun ,

hipersonor pada kedua lapang paru, vesikuler melemah (+/+). Pada

abdomen tampak cembung, defence muscular (+), rabaan seperti papan (+),

hipertimpani (+).

2.6 Daftar Malasah

Anamnesis : – Nyeri perut hebat


– Muntah
– Perut membesar
– Mual
– Kembung
– BAK sedikit
– Tidak dapat BAB
 Pemeriksaan fisik
- Tekanan Darah : 90/60 mmHg
- Mata : kelopak cekung
- Mulut : bibir kering
- Leher : JVP 5+2 cm H2O
- Kulit : Turgor kulit menurun
- Paru-paru
Palpasi : Vokal fremitus kanan dan kiri menurun
Perkusi : Hipersonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : Vesikuler melemah (+/+)
- Abdomen
Inspeksi : Bentuk cembung
Palpasi : Defence muscular (+); Rabaan seperti papan (+); Hati
dan limpa tidak teraba.
Perkusi : Hipertimpani (+).
Auskultasi : Bising usus menurun (3x/menit)
 Pemeriksaan penunjang : – Creatinin 1,8 mg/dl
– Urea 120 mg/dl
– Leukositosis 20.300 ul
– Rontgen thoraks : free air (+)
2.7 Diagnosis Kerja

Colic abdomen e.c peritonitis e.c perforasi gaster + AKI + syok hipovolemik

2.8 Diagnosis Differensial

Colic abdomen e.c ileus obstruktif + AKI + syok hipovolemik

Colic abdomen e.c ileus paralitik + AKI + syok hipovolemik

2.9 Penatalaksanaan

A. Non Farmakologi

1. Okseigenasi O2 2 – 6 L/menit
2. Tirah baring
3. NGT
4. Kateter urine

B. Farmakologi

 IVFD NaCl/RL 980cc / 2 jam = 163 gtt/menit makro  18 gtt/menit


 Ceftriaxone 2x1gr IV
 Metronidazole IV
 Ondancentron 3x1 IV
 Omeprazole 2x1 IV
 Ketorolac 3x1 IV

C. Pembedahan

Laparotomi Explorasi

2.10 RENCANA PEMERIKSAAN

A. EKG

B. Ultrasonografi

C. CT scan

D. Analisa Gas Darah (pH, Pa CO2, CO2)

E. Pemeriksaan Gastrointestinal (serum amilase)

2.11 Prognosis

Quo ad vitam : malam

Quo ad functionam : malam

Quo ad sanationam : malam


FOLLOW UP

10 Agustus 2018
S Perut membesar, nyeri tekan (+), rabaan keras, BAK sedikit, BAB (-), dada
terasa sesak.
O Tanda-Tanda Vital
KU : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
Tekanan darah : 90/60 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Suhu : 36,4 o C
Pernapasan : 24 x/menit
Kepala:
Konjungtiva tidak anemis, sklera ikterik (-/-), pupil isokor, reflek cahaya
(+/+)
Leher:
JVP 5+4 cm H2O
Paru:
I : Bentuk normal, pergerakan dada simetris
P : Vokal fremitus kanan dan kiri menurun
P : hipersonor
A : vesikuler melemah (+/+)
Jantung:
I : Ictus cordis tidak terlihat
P : Ictus cordis teraba
P : –batas jantung atas ICS III linea parasternalis sinistra
–batas jantung kiri ICS VII linea midclavicula sinistra
–batas jantung kanan ICS VI linea parasternalis dextra
A : bunyi jantung S1 dan S2 normal
Abdomen:
I : Dinding perut cembung
P : defence muscular, rabaan seperti papan
P : Hipertimpani
A : Bising usus menurun
Extremitas:
Tidak ada kelainan
A Colic abdomen e.c peritonitis + AKI + syok hipovolemik
P  RL 18 tpm
 Omeprazol 2x1 amp
 Ondancentron 3x1 amp
 Ketorolac 2x1 amp
 Cefrtiaxone 2x1gr IV
 Cito laparotomi explorasi pukul 18.30 WIB
11 Agustus 2018
S Nyeri perut post operasi, rabaan perut tidak terlalu keras, BAK sedikit, BAB (-),
dada terasa sesak
O Tanda-Tanda Vital
KU : tampak sakit ringan
Kesadaran : compos mentis
Tekanan darah : 130/90 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36,4 o C
Pernapasan : 32 x/menit
Kepala:
Konjungtiva tidak anemis, sklera ikterik (-/-), pupil isokor, reflek cahaya
(+/+)
Leher:
JVP 5+4 cm H2O
Paru:
I : Bentuk normal, pergerakan dada simetris
P : Vokal fremitus kanan dan kiri menurun
P : hipersonor
A : vesikuler melemah (+/+)
Jantung:
I : Ictus cordis tidak terlihat
P : Ictus cordis teraba
P : –batas jantung atas ICS III linea parasternalis sinistra
–batas jantung kiri ICS VII linea midclavicula sinistra
–batas jantung kanan ICS VI linea parasternalis dextra
A : bunyi jantung S1 dan S2 normal
Abdomen:
I : Dinding perut datar
P : Nyeri tekan berkurang, rabaan seperti papan
P : Hipertimpani
A : Bising usus menurun
Extremitas:
Tidak ada kelainan
A Peritonitis e.c perforasi gaster + AKI + syok hipovolemik
P  RL xx tpm
 Omeprazol 2x1 amp
 Ondancentron 3x1 amp
 Ketorolac 2x1 amp
 Cefrtiaxone 2x1gr IV
 Kateter urine
 NGT
 Drainase
BAB III

ANALISIS KASUS

1. Diagnosis Colic abdomen e.c peritonitis e.c perforasi gaster

Peradangan peritoneum (membran serosa yang melapisi rongga

abdomen dan menutupi visera bdomen) dapat terjadi secara akut maupun

kronik. Keadaan ini biasanya akibat penyebaran infeksi dari organ abdomen,

perforasi saluran cerna atau luka tembus abdomen. Bila infeksi tersebar luas

pada permukaan peritoneum akan menyebabkan peritonitis generalisata,

aktivitas peristaltik berkurang sampai timbul ileus paralitik, usus kemudian

menjadi atoni dan menegang. Cairan dan elektrolit hilang dalam lumen

usus, menyebabkan dehidrasi, gangguan sirkulasi, oliguria, dan

kemunngkinan syok (Price dan Wilson, 2012).

Gejala dan tanda yang terjadi bervariasi tergantung dari luas

peritonitis, beratnya peritonotis dan jenis organisme peritonitis. Gejala yang

terjadi biasanya demam, leukositosis, nyeri abdomen (biasanya terus

menerus), muntah, abdomen tegang, kaku, nyeri tekan lepas, dan tanpa

bunyi. Demam dan leukositosis merupakan gejala khas penyekit ini (Price

dan Wilson, 2012).

Sebagian besar pasien yang mengalami perforasi gaster berobat dalam

keadaan dramatis. Timbul nyeri mendadak pada abdomen bagian atas yang

menyiksa. Dalam beberapa menit timbul peritonitis kimia akibat keluarnya

asam lambung, pepsin dan makanan yang menyebabkan nyeri hebat.

Diagnosis dipastikan melalui adanya udara bebas dalam rongga peritoneal,


dinyatakan seperti gambaran bulan sabit translusen antara bayangan hati dan

diafragma. Uadar masuk ke rongga peritoneum melalui ulkus yang

mengalami perforasi (Price dan Wilson, 2012).

Prinsip umum pengobatan dengan pemberian antibiotik, dekompresi

saluran gastrointestinal dan penyedotan intestinal atau nasogastrik,

penggantian cairan dan elektrolit yang hilang secara intravena, tirah baring

dalam posisi Fowler, pembuangan fokus septik atau penyebab inflamasi

lainnya dan tindakan untuk menghilangkan nyeri (Price dan Wilson, 2012).

Pada kasus ini sesuai dengan teori diatas dari hasil anamnesa

didapatkan muntah, mual, perut membesar, nyeri perut hebat, kembung,

BAK sedikit dan tidak BAB. Dari pemeriksaan fisik ditemukan distensi

abdomen, defence muscular (+), rabaan seperti papan, hipertimpani, dan

bising usus melemah. Pada pemeriksaan penunjang didapati leukositosis

23.000 ul, pada foto rontgen toraks adanya gambaran free air pada sisi

kanan diatas liver yang menandakan adanya perforasi dalam abdomen.

Penatalaksanaan pada kasus ini diberikan antibiotik ceftriaxone 2x1gr IV.

2. Diagnosis Acute Kidney Injury

Penurunan mendadak faal ginjal dalam 48 jam yaitu berupa kenaikan

kadar kreatinin serum ≥ 0,3 mg/dl (≥ 26.4 µmol/l), presentasi kenaikan

kreatinin serum ≥ 50% (1.5 x kenaikan dari niali dasar), atau pengurangan

produksi urin (≤ 0.5 ml/kgBB/jam dalam waktu lebih dari 6 jam). Acute

kidney injury dapat dibagi dalam 3 bagian besar (Srtiati, S, 2015) :

1) AKI pre-renal
Penyebab karena hipoperfusi ginjal akibat hipovolemia atau

menurunnya volume sirkulasi yang efektif. Belum terjadi kerusakan

sturktural ginjal. Proses ini lebih mudah terjadi pada hiponatremi,

penggunaan diuretik, sirosis hati dan gagal jantung.

2) AKI renal

Disebabkan karena kelainan vaskuler seperti vaskulitis, hipertensi

maligna, glomerulus nefritis akut. Kelainan mendadak parenkim ginjal,

faktor iskemik, dsb.

3) AKI post-renal

Disebabkan oleh obstruksi intra-renal dan ekstra renal.

Penatalaksaan pada AKI mencegah terjadinya kerusakan ginjal,

mempertahankan homeostasis, melakukan resusitasi, mecegh komplikasi

metabolik dan infeksi serta mempertahankan pasien tetap hidup sampai faal

ginjal sembuh secara spontan. Adapun prioritas tatalaksana pasien dengan

AKI :

a. Cari dan perbaiki faktor pre dan oasca renal

b. Evaluasi obat-obatan yang telah diberikan.

c. Optimalkan curah jantung dan aliran darah ke ginjal.

d. Perbaiki dan atau tingkatkan aliran urin.

e. Monitor asupan cairan dan pengeluaran cairan, timbang badan tiap hari.

f. Cari dan obati komplikasi akut.

g. Asupan nutrisi adekuat sejak dini.


h. Cari fokus infeksi dan atasi infeksi secara agresif.

i. Perawatan menyeluruh yang baik (kateter, kulit, psikologis).

j. Segera mulai terapi dialisis sebelum mulai komplikasi.

k. Berikan obat dengan dosis tepat sesuai kapasitas bersihan ginjal.

Pada kasus ini diagnosis AKI berdasarkan gejala pada Os yaitu terjadi

kenaikan kreatinin serum 1,8 mg/ dl ( ≥ 0,3 mg//dl) dan oliguria (<0,5

ml/kgBB/jam selama 6 jam). Penatalaksanaan yang dilakukan yaitu terapi

cairan NaCl 18 tpm dan pemasangan kateter urin.

DAFTAR PUSTAKA

Burnside, J. W & McGlynn, T. J. 1995. Adams Diagnosis Fisik. Edisi Ke-17.


EGC, Jakarta

Mahadevan, SV. 2005. An Introduction to Clinical Emergency Medicine.


Cambridge Universitu Press.

Price, S. A. & Wilson, L. M., 2013. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses- Proses
Penyakit. Edisi keenam. Vol. 2. EGC, Jakarta

Setiati, S, dkk. 2014. Buku Aja rIlmu Penyakit Dalam. Edisi keenam. Interna
Publishing, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai