Anda di halaman 1dari 18

CEPHALGIA

Identitas Pasien
Nama
: Ny.Romlah
Usia
: 50 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama
: Islam
Suku Bangsa : WNI
Alamat
: Rowo I/II Pakis , Banyuwangi
Anamnesa
Keluhan utama :
Riwayat penyakit :

kepala terasa sakit


Pasien datang ke bagian Poli Saraf RSUD Blambangan
mengeluhkan kepala terasa pusing cekot-cekot sejak 3
bulan lalu. Kepala sebelah kanan sampai leher terasa
kaku.

Pemeriksaan Fisik
Vital Sign
- Tekanan darah
- Nadi
- Respirasi

: 130/80 mmHg
: 64x/menit
: 19x/menit

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Foto Panoramik Gigi:

Impaksi distoangular molar ketiga rahang atas


Impaksi horizontal molar ketiga rahang bawah kanan
Impaksi buccoangular pada molar ketiga rahang bawah kiri

Gambar 1.1 Gigi molar ketiga rahang atas rahang bawah impaksi
DIAGNOSA : Cephalgia
TERAPI

: Ibuprofen 200mg 2x1


Natrium Diklofenak 2x1
Kutoin 100mg 2x1
Diazepam 2 mg 2x1

PEMBAHASAN
Cephalgia
1. Definisi
Cephalgia adalah rasa nyeri atau rasa tidak mengenakkan pada daerah atas
kepala memanjang dari orbital sampai ke daerah belakang kepala (area oksipital
dan sebagian daerah tengkuk). Nyeri kepala adalah nyeri yang berlokasi di atas
garis orbitomeatal. Pendapat lain mengatakan nyeri atau perasaan tidak enak
diantara daerah orbital dan oksipital yang muncul dari struktur nyeri yang sensitif.
2. Etiologi
Cephalgia atau nyeri kepala suatu gejala yang menjadi awal dari berbagai
macam penyakit. Cephalgia dapat disebabkan adanya kelainan organ-organ
dikepala, jaringan sistem persarafan dan pembuluh darah. Sakit kepala kronik
biasanya disebabkan oleh migraine, ketegangan, atau depresi, namun dapat juga
terkait dengan lesi intracranial, cedera kepala, dan spondilosis servikal, penyakit
gigi atau mata, disfungsi sendi temporomandibular, hipertensi, sinusitis, trauma,
perubahan lokasi (cuaca, tekanan) dan berbagai macam gangguan medis umum
lainnya.
3. Klasifikasi
Berdasarkan The International Classification of Headache Disorder edisi 2
tahun 2004 (ICHD-2), klasifikasi nyeri kepala dibagi atas nyeri kepala primer
dan nyeri kepala sekunder.
3.1 Nyeri Kepala Primer
a. Migraine
Merupakan gangguan nyeri kepala berulang, serangan berlangsung selama 4-27
jam dengan karakteristik khas : berlokasi unilateral, nyeri berdenyut, intensitas
sedang atau berat, diperberat oleh aktivitas fisik rutin, dan berhubungan dengan
mual dan/ atau fotofobia serta fonofobia. Pemicu serangan akut bersifat
multifaktorial meliputi :
- Faktor hormonal : menstruasi, ovulasi, kontrasepsi oral, penggantian
-

hormone.
Diet : alkohol, daging yang mengandung nitrat, cokelat, tidak makan,

puasa
Psikologis : stress, cemas, takut, depresi

Lingkungan fisik : cahaya menyilaukan,bau yang kuat,perubahan cuaca,

suara yng bising,ketinggian,mandi keramas.


Faktor yang berkaitan dengan tidur : kurang tidur, terlalu banyak tidur
Faktor yang berhubungan dengan obat-obatan : kafein, simetidin,

diklofenak, estrogen, histamine, ranitidine, indometasin.


Faktor lainnya : trauma kepala, latihan fisik, kelelahan
Serangan migren sering didahului oleh gejala peringatan (premonitory

symptoms) seperti : hiperosmia,menguap,perubahan mood, cemas, food craving,


sexual excitement, fatigue dan kelabilan emosi yang berlangsung dari beberapa
menit hingga berhari-hari. Serangan migren juga berhubungan dengan kehilangan
atau berkurangnya selera makan, mual, muntah, dan sensitivitas terhadap sinar
dan

suara

yang

makin

memberat,

seringkali

melibatkan

gangguan

mood,motorik,dan sensorik.
Pada migren tanpa aura, serangan sakit kepala berlangsung 4 hingga 72
jam, lokasi unilateral, berdenyut, intensitas nyeri sedang atau berat,setidakknya
disertai mual dan/ atau muntah, fonofobia dan fotofobia. Pada migren dengan
aura, aura dapat berbentuk gangguan penglihatan seperti melihat garis yang
bergelombang, cahaya terang, bintik gelap, atau tidak dapat melihat benda dengan
jelas. Gejala aura yang lain yaitu rasa kesemutan di tangan, sebagian penderita
merasa kebas di tangan, pundak, atau merasa bingung. Gejala ini tidak timbul
bersamaan melainkan bergantian,
Beberapa medikamentosa untuk mencegah migren diantaranya riboflavin
(vitamin B2) 400mg/hari, magnesium, obat-obat antiepilepsi (gabapentin,
topiramat), golongan serotonergik (metisergid) dan lain-lain. Terapi alternative
seperti akunpuntur dan biofeedback serta pelatihan relaksasi juga dapat dilakukan
untuk mengurangi insidensi migren.
b. Tension type headache (TTH) atau Nyeri kepala tipe tegang
Adalah nyeri kepala bilateral yang menekan (pressing/squeezing), mengikat,
tidak berdenyut, tidak dipengaruhi dan tidak diperburuk oleh aktivitas fisik,
bersifat ringan hingga sedang, tidak disertai (atau minimal) mual dan/ atau
muntah, serta disertai fotofobia atau fonofobia.
TTH dibedakan menjadi tiga subklasifikasi :
(1) TTH episodik yang jarang (infrequent episodic): 1 serangan per bulan atau
kurang dari 12 sakit kepala per tahun.

(2) TTH episodik yang sering (frequent episodic): 1-14 serangan per bulan atau
antara 12 dan 180 kali per tahun.
(3) TTH menahun (chronic): lebih dari 15 serangan

dalam sebulan atau

sekurangnya 180 hari pertahun. Penderita TTH kronis sangat sensitive terhadap
rangsang.
Faktor yang dapat menyebabkan timbulnya TTH antara lain, buruknya
upaya kesehatan diri sendiri (poor self-related health), tidak mampu relaks setelah
bekerja, perubahan pola tidur, stress dan konflik emosional, iskemi dan
meningkatnya kontraksi otot-otot di kepala dan leher.
Gejala klinis dapat berupa :
- Nyeri kepala di kedua sisi kepala degan intensitas bervariasi, juga
-

melibatkan leher
Nyeri terkadang dideskripsikan sebagai ikatan kuat di sekitar kepala,

kepala terasa kencang.


Kualitas nyeri yaitu menekan (pressing), mengikat (tightening), tidak

berdenyut,.
Rasa berat dan menekan di kedua sisi kepala (bilateral), juga leher, pelipis,

dahi. Leher dapat terasa kaku.


Dapat disertai anorexia, tanpa mual dan muntah, fotofobia (sensai tidak
nyaman di mata saat terpapar cahaya) atau fonofobia 9sensai tidak nyaman
karena rangsang suara).
Terapi TTH episodik pada anak: parasetamol,aspirin, dan kombinasi

analgesik. Parasetamol aman untuk anak.Pada dewasa,obat golongan anti-infl


amasi non steroid efektif untuk terapi TTH episodik17. Hindari obat analgesik
golongan opiat (misal:butorphanol). Pemakaian analgesik berulang tanpa
pengawasan dokter, terutama yang mengandung kafein atau butalbital, dapat
memicu rebound headaches. Beberapa obat yang terbukti efektif: ibuprofen (400
mg), parasetamol (1000 mg), ketoprofen (25 mg). Ibuprofen lebih efektif daripada
parasetamol. Kafein dapat meningkatkan efek analgesik. Analgesik sederhana,
nonsteroidal anti-infl ammatory drugs (NSAIDs), dan agen kombinasi adalah
yang paling umum direkomendasikan.
Untuk profilaksis TTH kronis, dapat diberikan golongan antidepresan,
misalnya: amitriptyline (30-75 mg, 1-2 jam sebelum tidur untuk meminimalkan
pening saat terbangun), mirtazipine 30mg, venlafaxine 150mg, atau clomipramine

75-150mg). Efek samping amitriptyline adalah: mulut kering dan penglihatan


kabur. Bila belum efektif,diberikan mirtazepine
Intervensi nonfarmakologis misalnya:
- latihan relaksasi
- modifikasi perilaku dan gaya hidup
Misalnya : istirahat di tempat tenang atau ruangan gelap. Peregangan leher dan
otot bahu 20-30 menit, idealnya setiap pagi hari, selama minimal seminggu.
Hindari terlalu lama bekerja didepan komputer, beristirahat 15 menit setiap 1 jam
bekerja, berselang-seling, iringi dengan instrumen musik alam/klasik. Saat tidur,
upayakan dengan posisi benar, hindai suhu dingin. Bekerja, membaca, menonton
TV dengan pencahayaan yang tepat.
c. Cluster Headache
Definisi
Nyeri kepala klaster (cluster headache) merupakan nyeri kepala vaskular yang
juga dikenal sebagai nyeri kepala Horton, sfenopalatina neuralgia, nyeri kepala
histamine, sindrom Bing, erythrosophalgia, neuralgiamigrenosa, atau migren
merah (red migraine) karena pada waktu seranganakan tampak merah pada sisi
wajah yang mengalami nyeri.
Epidemiologi
Cluster headache adalah penyakit yang langka. Dibandingkan dengan migren,
cluster headache 100 kali lebih lebih jarang ditemui. Di Perancis prevalensinya
tidak diketahui dengan pasti, diperkirakan sekitar 1/10.000 penduduk, berdasarkan
penelitian yang dilakukan di negara lainnya. Serangan pertama muncul antara usia
10 sampai 30 tahun pada 2/3 total seluruh pasien. Namun kisaran usia 1 sampai 73
tahun pernah dilaporkan. Cluster headache sering didapatkan terutama pada
dewasa muda, laki-laki, dengan rasio jenis kelamin laki-laki dan wanita 4:1.
Serangan terjadi pada waktu-waktu tertentu, biasanya dini hari menjelang pagi
yang akan membangunkan penderita dari tidurnya.
Etiologi cluster headache
Etiologi cluster headache adalah sebagai berikut:

Penekanan pada nervus trigeminal (nervus V) akibat dilatasi pembuluh

darah sekitar.
Pembengkakan dinding arteri carotis interna.

Pelepasan histamin
Letupan paroxysmal parasimpatis.
Abnormalitas hipotalamus.
Penurunan kadar oksigen.

Positron emision tomografi (PET) scanning dan Magnetic resonance imaging


(MRI) membantu untuk memperjelas penyebab cluster headache yang masih
kurang dipahami. Patofisiologi dasar dalam hipotalamus gray matter. Pada
beberapa keluarga, suatu gen autosom dominan mungkin terlibat, tipe alel-alel
sensitif aktivitas kalsium channel atau nitrit oksida masih belum teridentifikasi.
Vasodilatasi arteri karotis dan arteri oftalmika dan peningkatan sensitivitas
terhadap rangsangan vasodilator dapat dipicu oleh refleks parasimpatetik
trigeminus. Variasi abnormal denyut jantung dan peningkatan lipolisis nokturnal
selama serangan dan selama remisi memperkuat teori abnormalitas fungsi otonom
dengan peningkatan fungsi parasimpatis dan penurunan fungsi simpatis. Serangan
sering dimulai saat tidur, yang melibatkan gangguan irama sirkadian. Peningkatan
insidensi sleep apneu pada pasien- pasien dengan cluster headache menunjukan
periode oksigenasi pada jaringan vital berkurang yang dapat memicu suatu
serangan.
Patofisiologi
Patofisiologi cluster headache masih belum diketahui dengan jelas akan
tetapi teori yang masih banyak dianut sampai saat ini antara lain: Cluster
headache, timbul karena vasodilatasi pada salah satu cabang arteri karotis eksterna
yang diperantarai oleh histamine intrinsic (Teori Horton). Serangan cluster
headache merupakan suatu gangguan kondisi fisiologis otak dan struktur yang
berkaitan

dengannya,

yang

ditandai

oleh

disfungsi

hipotalamus

yang

menyebabkan kelainan kronobiologis dan fungsi otonom. Hal ini menimbulkan


defisiensi autoregulasi dari vasomotor dan gangguan respon kemoreseptor pada
korpus karotikus terhadap kadar oksigen yang turun. Pada kondisi ini, serangan
dapat dipicu oleh kadar oksigen yang terus menurun. Batang otak yang terlibat
adalah setinggi pons dan medulla oblongata serta nervus V, VII,IX, dan X.

Perubahan pembuluh darah diperantarai oleh beberapa macam neuropeptida


(substansi P, dll) terutama pada sinus kavernosus(teoriLee Kudrow)5
Diagnosis
Diagnosis nyeri kepala klaster menggunakan kriteria oleh International Headache
Society (IHS) adalah sebagai berikut:
a.Paling sedikit 5 kali serangan dengan kriteria seperti di bawah
b.Berat atau sangat berat unilateral orbital, supraorbital, dan atau nyeri temporal
selama 15-180 menit bila tidak di tatalaksana.
c.Sakit kepala disertai satu dari kriteria dibawah ini :
1.Injeksi konjungtiva ipsilateral dan atau lakriimasi
2.Kongesti nasal ipsilateral dan atau rhinorrhea
3.Edema kelopak mata ipsilateral
4.Berkeringat pada bagian dahi dan wajah ipsilateral
5.Miosis dan atau ptosis ipsilateral
6.Kesadaran gelisah atau agitasi
d.Serangan mempunyai frekuensi 1 kali hingga 8 kali perhari
e.Tidak berhubungan dengan kelainan yang lain.
Pada tahun 2004 American Headache Society menerbitkan kriteria baru untuk
mendiagnosa cluster headache. Untuk memenuhi kriteria diagnosis tersebut,
pasien setidaknya harus mengalami sekurang-kurangnya lima serangan nyeri
kepala yang terjadi setiap hari selama delapan hari, yang bukandisebabkan oleh
gangguan lainnya.
Selain itu, nyeri kepala yang terjadi parahatau sangat parah pada orbita
unilateral, supraorbital atau temporal, dan nyeri berlansung antara 18 sampai 150
menit jika tidak diobati, dan disertai satu atau lebih gejala-gejala berikut ini:
injeksi konjungtiva atau lakrimasi ipsilateral, hidung tersumbat atau rinore
ipsilateral, edema kelopak mata ipsilateral, wajah dan dahi berkeringat ipsilateral,
ptosis atau miosis ipsilateral, atau kesadaran gelisah atau agitasi.
Cluster headache episodik didefinisikan sebagai setidak-tidaknya terdapat dua
periode cluster yang berlangsung tujuh sampai 365 hari dan dipisahkan periode
remisi bebas nyeri selama satu bulan atau lebih.Sedangkan cluster headache
kronis adalah serangan yang kambuh lebih dari satu tahun periode remisi atau
dengan periode remisi yang berlangsung kurang dari satu bulan.6
Penatalaksanaan Cluster headache

Serangan cluster headache biasanya singkat, dari 30 sampai 180 menit sering
memberat secara cepat, sehingga membutuhkan pengobatan awal yang cepat.
Berikan oksigen inhalasi dengan kadar 100% sebanyak 10-12 liter/menit.
Triptan: Sumatriptan 20 mg intranasal efektif pada pengobatan akut cluster
headache. Dihidroergotamin 1 mg intarmuskular efektif pada pengobatan akut
cluster headache. Lidokain: tetes hidung topikal lidokain dapat digunakan untuk
mengobati serangan akut cluster headache. Pasien tidur telentang dengan kepala
dimiringkan ke belakang ke arah lantai 30 dan beralih ke sisi sakit kepala. Tetes
nasal dapat digunakan dan dosisnya 1 mllidokain 4% yang dapat diulang setekah
15 menit.
Pencegahan Cluster headache
Pilihan pengobatan pencegahan pada cluster headache ditentukan oleh
lamanya serangan, bukan oleh jenis episodik atau kronis. Preventif dianggap
jangka pendek, atau jangka panjang, berdasarkan pada seberapa cepat efeknya dan
berapa lama dapat digunakan dengan aman. Banyak ahli sekarang ini mengajukan
verapamil sebagai pilihan pengobatan lini pertama, walaupun pada beberapa
pasien dengan serangan yang singkat hanya perlu kortikosteroid oralatau injeksi
nervus oksipital mungkin lebih tepat.
Verapamil lebih efektif dibandingkan dengan placebo dan lebih baik
dibandingkan dengan lithium. Praktek klinis jelas mendukung penggunaan dosis
verapamil yang relatif lebih tinggi pada cluster headache.
Kortikosteroid dalam bentuk prednison 1 mg/kg sampai 60 mg selama empat hari
yang diturunkan bertahap selama tiga minggu diterima sebagai pendekatan
pengobatan perventif jangka pendek. Pengobatan ini sering menghentikan periode
cluster, dan digunakan tidak lebih dari sekali setahun.
Topiramat digunakan untuk mencegah serangan cluster headache. Dosis biasanya
adalah 100-200 mg perhari, dengan efek samping yang sama seperti
penggunaannya pada migraine.
Melatonin dapat membantu cluster headache sebagai preventif dan salah
satu penelitian terkontrol menunjukan lebih baik dibandingkan placebo. Dosis
biasa yang digunakan adalah 9 mg perhari.Obat-obat pencegahan lainnya
termasuk gabapentin (sampai 3600 perhari).

d. Nyeri Kepala Primer Lainnya


Nyeri kepala primer lainnya dapat dibagi menjadi
Primary Stabbing Headache
Merupakan sakit kepala seperti ditusuk-tusuk timbul spontan, sepintas,
terlokalisasi, tanpa didasari penyakit organic atau gangguan saraf otak. Terapi
pencegahan menggunakan indometasin 25-150 mg secara teratur, dan bila
intoleran terhadap indometasin dapat diberikan COX-2 inhibitor, melatonin,
gabapentin.
Primary Cough Headache
Merupakan nyeri kepala yang dicetuskan oleh batuk atau mengejan, tanpa
dijumpai gangguan intracranial. Terapi pencegahan menggunakan indometasin 25150 mg/hari, naproxen, propanolol.
Primary Exertional Headache
Merupakan nyeri kepala yang dicetuskan oleh aktifitas fisik. Terapi abortif
menggunakan indometasin atau aspirin, pencegahan ergotamine tartat, metisergin
atau propanolol yng dapat diminum sebelum aktifitas. Pemanasan sebelum
olahraga atau latihan bertahap dan progresif.
Nyeri kepala primer yang berhubungan dengan aktifitas sexual
Merupakan nyeri kepala yang dicetuskan oleh aktifitas sexual yang diawali
dengan nyeri tumpu bilateral saat terjadi peningkatan kenikmatan sexual dan
mendadak intensitas nyeri meningkat saat orgasme tanpa dijumpai gangguan
intracranial, dapat dibagi menjadi dua yaitu Nyeri kepala pre orgasmic dan Nyeri
kepala orgasmic.
Terapi dapat diberikan analgesic spesifik (ergotamine, triptan), NSAID
diminum sebelum melakukan aktifitas sexual, propanolol dan diltiazem juga
sangat baik diberikan karena dapat menurunkan hipertensi yang sering menjadi
komorbiditas. Atau nyeri kepala dapat diredakan dengan menghentikan aktifitas
sexual sebelum orgasme tercapai atau lebih pasif saat berhubungan sexual.
Hypnic Headache
Merupakan nyeri kepala yang bersifat tumpul dan selalu menyebabkan pasien
terbangun dari tidurnya
Terapi dapat diberikan kafein 50-60 mg sebelum tidur, litium karbonat 300-600
mg, alternative lain dapat diberikan indometasin, flunarizin, atenolol, verapamil,
prednisone, gabapentin.
Primary thunderclap headache

Merupakan nyeri kepala yang memiliki internsitas nyeri yang sangat hebat, timbul
mendadak dan menyerupai rupture aneurisma serebral. Terapi yang dapat
diberikan kortikosteroid , hindari vasokonstriktor seperti triptan , ergot, dan
kokain. Untuk preventif dapat nimodipin selama 2-3 bulan.
Hemikrania kontinua
Merupakan nyeri kepala unilateral yang selalu persisten dn responsive terhadap
indometasin.Nyeri kepala akan hilang jika diberikan indometasin 50-100 mg IM ,
reda dalam 2 jam. Dosis efektif 25-300 mg.
New daily persistent headache
Merupakan nyeri kepala yang dirasakan sepanjang hari tanpa mereda sejak awal
serangan (pada umumnya dalam 3 hari) . Nyerinya khas bersifat bilateral, seperti
ditekan atau ketat dengan intensitas nyeri derajat ringan sampai sedang. Dapat
dijumpai fotofobia, fonofobia, atau nausea ringan.Terapi dapat diberikan
analgetika minimal, dapat pula diberi pencegahan migren kronis , dan blok saraf
N.Oksipitalis magnus.
3.2 Nyeri Kepala (Cephalgia) Sekunder
Nyeri kepala sekunder merupakan sakit kepala yang disebabkan adanya suatu
penyakit tertentu (underlying disease). Pada sakit kepala kelompok ini, rasa nyeri
di kepala merupakan tanda dari berbagai penyakit.
a.

Nyeri kepala yang berkaitan dengan trauma kepala dan / atau leher.
Nyeri kepala pasca trauma dapat merupakan nyeri akut atau kronik. Nyeri

akut dapat terjadi setelah trauma yang menyebabkan trauma ringan atau berat.
Trauma berat dapat menyebabkan perdarahan otak, perdarahan subdural atau
epidural. Nyeri kepala setelah trauma biasanya merupakan bagian dari sindrom
pasca trauma yang meliputi dizziness, kesulitan konsentrasi, gelisah , perubahan
kepribadian , dan insomnia.
Pemeriksaan: Foto tulang tengkorak AP dan lateral,CT-Scan, EEG.

Penatalaksanaan sesuai jenis nyeri kepala yang muncul pada pasca trauma.
Analgesik sederhana

Asetosal
1000 1500 mg sehari
Parasetamol 1000 1500 mg sehari
NSAD : Naproksen sodium, dosis 275 550 mg, 2 3 kali sehari
Antidepresan

: Trisiklik antidepresant
Amitriptilin 25 50 mg sehari
Nortriptilin 25 75 mg sehari
Gol SSRI : Fluoxetin
Muscle relaksan : Eperison-HCl
Sedative / minor tranqulaizer
Diazepam
6 -15 mg / hari
Lorazepam
3 6 mg / hari
Klobazam
20 30 mg / hari
b. Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan vaskuler cranial atau
servikal
Nyeri kepala SAH (Subarachnoid Hemorhage)
Nyeri kepala terjadi mendadak , seluruh kepala, hebat, disertai muntah proyektil
dan kadangkadang kesadaran menurun dan pada pemeriksaan neurologis
didapatkan tandatanda rangsangan meningeal
Pemeriksaan MRI atau CT scan, jika hasilnya negatif dilakukan pungsi lumbal

Nyeri kepala pada tekanan darah tinggi ('hipertensi')

Tekanan darah tinggi dapat menimbulkan keluhan nyeri kepala. Semua penderita
nyeri kepala harus mengetahui tekanan darahnya. Minum obat sakit kepala tanpa
menurunkan tekanan darah dapat berbahaya, karena 'hipertensi' merupakan
ancaman bagi terjadinya kerusakan organ target hipertensi (ginjal, otak, jantung
dan pembuluh darah).

Penyakit yang
mendasari ex :
Hipertensi
Kerusakan endotel
pembuluh darah di otak

Agregasi
trombosit

Melepaskan serotonin
dan adrenergik yang
berlebih
Vasokontriksi
pembuluh darah
Terjadi pernurunan
aliran darah intrakranial

Stimulasi N.
Trigeminal (n.V)
Nausea
Chemorecept
or

Iskemik aura

vomiting

Mekanisme otoregulasi
Hypotalamus
Vasodilatasi serebral
dan menyebabkan
neurogenic inflamasi

Photopobia

Gambar 2.3 Patofisiologi Nyeri Kepala Sekunder Akibat Vaskuler

c. Nyeri

Kepala

Yang

Berkaitan

Dengan

Kelainan

Non

Vaskuler

Intrakranial.
Nyeri kepala karena peningkatan tekanan intrakranial dan atau
hidrosefalus yang disebabkan oleh tumor otak
Berdasarkan lokasinya, tumor otak dapat terjadi supratentorial atau

infratentorial. Supratentorial menunjukan gejala nyeri kepala, kelumpuhan ,


kejang , sedangkan tumor infratentorial sering menunjukan gejala saraf otak dan
gejala serebelum. Analisa terhadap 200 anak dengan tumor otak menunjukan
gejala sakit kepala (41%), muntah (12%) , ketidak-seimbangan (11%), gangguan
visual (10%), gangguan prilaku (10%), dan kejang (9%). Pada pemeriksaaan Fisik
ditemukan edema papil (38%), gangguan saraf kranial (49%),gangguan serebelum
(48%), dan penurunan kesadaran (12%).
Nyeri kepala karena tumor otak biasanya tidak berdenyut , bersifat progresif
yaitu makin lama makin sering dan makin berat. Seringkali disertai muntah.
Lokasinya sering menetap disuatu daerah. Nyeri sering terjadi pada saat bangun
tidur pagi hari , dan diperburuk oleh maneuver valsa berupa batuk, bersin atau
mengejan . nyeri juga diperburuk dengan aktivitas fisik.
Pemeriksaan CT-Scan atau MRI

Nyeri Kepala Berkaitan Dengan Perubahan Cairan Serebrospinal

(Low-CSF Pressure headache)


Penyebab diantaranya Dural tear and subsequent CSF leak caused by strenous
activity, heavy lifting, straining, , surgery or trauma kapitis, Produksi CSF
berkurang dan ortostatik headache oleh karena dehidrasi, infeksi berat, DM yg
tdk terkontrol baik, spontan atau idiopathic low-CSF headache pressure
i. Faktor yg mempengaruhi : Usia ( lebih sering pd usia muda ), jarum
punksi yang tajam dan lobang besar
ii. Gambaran klinis meliputi ; tekanan CSF < 30 mmH2O, distribusi nyeri :
frontal; temporal, holocephalic , karakteristik nyeri : berat, berdenyut,
sama seperti migrane atau TTH, pemicu nyeri : beberapa menit setelah
duduk dan berdiri, dan menetap selama berdiri, berkurang secara dramatis
pada saat tidur terlentang.Disertai gejala lain : mual, muntah, dizzines,
tinnitus, dan kaku leher.
iii. Pencegahan ialah dengan mempergunakan jarum pungsi lumbal yang
halus dan tajam (18G). Selain itu, setelah pungsi lumbal penderita disuruh
berbaring telungkup selama 4 jam dan kemudian beristirahat mutlak
ditempat tidur selama 24 jam.
iv. Penatalaksanaan:

o Istirahat total ditempat tidur selama 3 sampai 5 hari dan minum


sebanyak mungkin.
o Dapat diberikan analgetika.
o Mobilisasi diatur secara bertahap.
Idiopathic Intracranial Hypertension(Pseudotumor Cerebri)
i. Gejala:
Tekanan CSF > 250 mmH2O, lebih sering pada wanita, terutama obesitas,
sering di jumpai papil edema ,adanya suara ribut didalam kepala ,tinnitus,
diplopia , penglihatan kurang jelas dalam waktu singkat. Tidak ditemukan
tanda-tanda penyakit intracranial, tidak ada gangguan metabolisme, toksik,
hormon yg bisa menyebabkan hipertensi intrakranial
ii. Pemeriksaan CSF: protein dan sel normal
iii. Penatalaksanaan ; Penanganan kondisi medik yg menyertai , Obat-obatan
berupa Acetazolamid / Furosemid
d. Nyeri kepala yang berkaitan dengan substansi atau withdrawalnya.
Nyeri kepala juga bisa terjadi karena terlalu lama (lebih dari 15 hari) minum obat sakit
kepala, kemudian ketika 'putus obat' malah menimbulkan keluhan nyeri kepala.

e. Nyeri kepala yang berkaitan dengan infeksi.

Nyeri kepala karena infeksi susunan saraf pusat terutama meningitis

Pada meningitis bakterialis, nyeri kepala ditandai gejala infeksi, gejala


rangsang meningeal dan gejala serebral berupa kejang atau kelumpuhan.10
Meningitis tuberkulosa dapat menunjukkan gejala nyeri kepala berat
sebelum munculnya gejala serebral lain dan gejala rangsang meningeal. 11 Berbeda
dengan peninggian tekanan intrakranial lain, pada meningitis tuberkulosa sering
ditemukan atrofi papil N. II karena saraf otak ke II terkena langsung. 12 Gejala
abses otak mirip dengan tumor otak ditambah gejala infeksi.Dilakukan
pemeriksaan darah, dan pungsi lumbal
Penatalaksanaan
1.
2.
3.

Dengan segera dirawat di Rumah Sakit.


Dilakukan pungsi lumbal.
Pemberian antibiotika

4.

Pada

penderita

yang

mengalami

kejang

dapat

diberikan

antikonvulsan
Nyeri Kepala Pada Arthritis Servikal
Nyeri kepala disertai nyeri leher dan timbul dalam mengerakan kepala. Dilakukan
pemeriksaan rontgen Vertebra cervical AP dan lateral
Nyeri Kepala Pada Abses Otak
Nyeri baru dirasakan, hilang-timbul, bersifat ringan sampai berat, dirasakan di
satu titik atau di seluruh kepala Sebelumnya penderita mengalamiinfeksi telinga,
sinus atau paru-paru atau penyakit jantung rematik atau penyakit jantung bawaan.
Dilakukan pemeriksaan MRI atau CT scan
f. Nyeri kepala atau nyeri vaskuler berkaitan dengan kelainan kranium,
leher, mata, telinga, hidung, gigi,mulut, atau struktur facial atau kranial
lainnya.
Nyeri kepala karena sakit gigi
Keluhan sakit gigi (nyeri gigi) dapat disebabkan karena berbagai penyakit
pada gigi sehingga kelainan / penyakit pada gigi perlu dicari dan diatasi oleh
dokter gigi.
Nyeri kepala pada Hidung
i. Sinusitis
Nyeri kepala ringan hingga berat dirasakan di daerah muka, pipi atau dahi,
biasanya disertai juga dengan keluhan 'THT' (telinga, hidung dan
tenggorakan) yang lain, misalnya berdahak, hidung mampet, hidung meler
dan lain-lain.
ii. Rhinitis

Nyeri kepala dan gangguan hidung (hidung tersumbat, rinore, rasa sesak
atauterbakar) berulang, diakibatkan bendungan dan edema membran
mukosa hidung. Nyeri kepala terutama pada bagian anterior, ringan sampai
sedang dalam intensitasnya. Penyakit ini biasanya merupakan bagian dari
reaksi individu selama stress. Seringkalidisebutrinitis vasomotor .
Nyeri kepala pada kelainan mata
'Iritis', 'glaukoma' dan 'papilitis', dapat menimbulkan nyeri sedang hingga berat
pada mata dan sekitarnya. Mata tampak memerah disertai dengan gangguan
penglihatan.
g.

Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan psikiatrik.


Nyeri Kepala Karena Waham, Keadaan Konversi Atau hipokondria. Nyeri

kepala pada penyakit-penyakit ini dimana gangguan klinis umum berupa


suatu reaksi waham atau konversi dan tidak ditemukan suatu mekanisme
nyeri prefer. Yang juga erat kaitannya adalah reaksi hipokondri, dimana
gangguan perifer sehubungan dengan nyeri kepala adalah minimal.
Penyakit-penyakit ini disebut juga nyeri kepalapsikogenik

4. Terapi
a. Psikologis
- Konseling dan penanganan stress
- Terapi relaksasi
- Identifikasi pemicu cephalgia, misalnya impaksi molar 3 dirujuk ke dokter
gigi.
b. Farmakologis
- Terapi analgesik : ibuprofen, asam mefenamat
- Minor trankuilis : luminal, kutoin, eperison

CEPHALGIA
Laporan Kasus
Disusun untuk Melengkapi Tugas Kegiatan Praktek Kerja Lapangan Ilmu
Kedokteran Klinik di Instalasi Rawat Darurat RSUD Blambangan

Disusun oleh :
Nastiti Diwanti Putri
091611101010
Pembimbing :
dr. Andar Setyawan, Sp.S

ILMU KEDOKTERAN KLINIK


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS JEMBER
2015

Anda mungkin juga menyukai