Anda di halaman 1dari 10

BAGIAN MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Uveitis
Muh Rafli R
11120192176
 
Pembimbing
dr. Hj. Muliana, Sp.M, M.Kes
 
Pendahuluan
• Uveitis adalah peradangan intraokular yang terutama melibatkan
saluran uveal.
• Uveitis menyebabkan 0,6% - 11% kebutaan dalam berbagai penelitian.
• Diagnosis uveitis dapat ditegakkan dengan pemeriksaan mata
menyeluruh dan pemeriksaan fisik.
DEFINISI

Uveitis merupakan proses peradangan uvea, meliputi iris, badan siliar,


dan koroid. Terminologi uvea berasal dari Bahasa Latin “uva” yang
mengandung arti “anggur”, berdasarkan gambaran struktur anatomi,
warna dan geometri iris, badan siliar, dan koroid. Uveitis merupakan
salah satu penyakit mata yang jarang, namun dapat menimbulkan
gangguan berat bahkan kebutaan
EPIDEMIOLOGI
Prevalensi uveitis diperkirakan 5,4 dari 1.000
penduduk di Amerika Serikat
Etiologi uveitis sangat heterogen, 30-45% merupakan
bagian dari penyakit sistemik (autoimun, infeksi,
keganasan), dapat pula akibat perluasan radang
kornea dan sklera, trauma, atau tidak diketahui
(idiopatik)
Insiden uveitis di negara berkembang sebanyak 714
per 100.000 populasi dan 25% diantaranya menjadi
penyebab kebutaan.
KLASIFIKASI

01 02
Uveitis anterior merupakan peradangan bagian depan Uveitis intermediet dikenal sebagai pars planitis
mata, sehingga sering dikenal dengan istilah iritis. atau cyclitis, merujuk pada peradangan jaringan di
daerah tepat di belakang iris dan lensa mata.

03
Uveitis posterior, juga dikenal sebagai koroiditis, merujuk pada peradangan
koroid yang terletak di bagian belakang uvea
ETIOLOGI

Menurut etiologinya, uveitis posterior dapat diklasifikasikan


berdasarkan penyebab infeksi dan non-infeksi. Penyebab infeksi
meliputi infeksi bakteri, jamur, parasit, dan virus.
DIAGNOSIS

Gejala uveitis anterior dapat berupa nyeri, fotofobia, penglihatan


kabur, injeksi siliar, dan hipopion. Uveitis posterior dapat menurunkan
tajam penglihatan namun tidak disertai nyeri, mata merah dan
fotofobia bahkan sering asimtomatik. Gejala optis intermediate
umumnya ringan mata tenang dan tidak nyeri namun dapat
menurunkan tajam penglihatan. Panuveitis merupakan peradangan
seluruh yang menimbulkan koroiditis vitritis, dan uveitis anterior.
Dalam menegakkan diagnosis, perlu diperhatikan apakah uveitis
terjadi di satu mata atau di kedua mata. Selain itu, perlu diperhatikan
usia, koma, durasi, tingkat keparahan gejala penyakit mata dan
penyakit sistemik sebelumnya
DIAGNOSIS

Slit-lamp : . Ditujukan untuk menilai kelainan di segmen posterior seperti vitritis,


retinitis, perdarahan retina, dan kelainan papil nervus optikus
Pemeriksaan laboratorium bermanfaat pada kelainan sistemik misalnya darah
perifer lengkap, laju endap darah, serologi, urinalisis dan antinuclear antibody.
Pemeriksaan serologi sifilis dibagi menjadi nontreponema dan treponema.
Optical coherence tomography (OCT) merupakan pemeriksaan non-invasif yang
dapat memperlihatkan edema makula membran retina dan sindrom traksi
vitreomacular
Fundus flourescent angiografi (FFA) adalah topografi fundus yang dilakukan
berurutan dengan cepat setelah injeksi zat warna natrium flourescent (FNa)
intrvena.
Penatalaksanaan
A
Farmakologi
Reaksi peradangan dapat dihambat dengan kortikosteroid topikal, antara lain prednisolon
0,5%, prednisolon asetat 1%, betametason 1%, deksametason 0,1%, dan fluorometolon
0,1%.
Jika radang tidak membaik dengan kortikosteroid, dapat dilanjutkan dengan agen
imunosupresan.
Nyeri dapat diatasi dengan pemberian golongan obat anti-inflamasi non-steroid (OAINS)
dan siklopegik untuk mencegah komplikasi sinekia posterior.

B
Non farmakologik
Pembedahan dapat dipertimbangkan pada kasus uveitis yang sudah teratasi,
untuk memperbaiki masalah fungsi penglihatan permanen yang
disebabkan oleh komplikasi, seperti katarak, glaukoma sekunder, dan
ablasio retina. Vitrektomi dapat memperbaiki tajam penglihatan apabila
kekeruhan vitreus pada uveitis posterior tetap terjadi meskipun dengan
pengobatan medikamentosa.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai