Anda di halaman 1dari 9

Farmaka

Suplemen Volume 14 Nomor 2 41

REVIEW ARTIKEL
TERAPI UNTUK Bell’s Palsy BERDASARKAN TINGKAT KEPARAHAN
Chintami Nurkholbiah, Eli Halimah
Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran,
Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor 45363 Telp/Fax. (022) 779 6200
Chintami.nurkholbiah236@gmail.com

Abstrak

Bell’s palsy adalah kelumpuhan akut yang terjadi pada bagian saraf wajah yang tidak
diketahui penyebabnya. Tujuan dari penulisan review ini yaitu untuk mengetahui terapi pada
kasus Bell’s palsy berdasarkan Guideline dan tingkat keparahan. Metode yang digunakan
yaitu dengan mencari beberapa jurnal ilmiah dan artikel ilmiah yang berkaitan dengan topik
yang akan dibahas dalam tulisan ini. Berdasarkan beberapa hasil penelitian menunjukkan
bahwa terapi untuk Bell’s palsy dengan tingkat keparahan ringan, sedang, dan berati lebih
efektif ketika diberi terapi kombinasi yaitu obat kortikosteroid dengan obat antiviral
dibandingkan dengan terapi tunggal yaitu pemberian obat kortikosteroid atau obat antiviral.
Dan untuk terapi tunggal, pemberian obat kortikosteroid lebih baik dibandingkan dengan
terapi obat antiviral saja.

Kata kunci: Bell’s palsy, kortikosteroid, antiviral

Abstract

Bell's palsy is an acute paralysis that occurs in parts of the facial nerve that has no known
cause. The purpose of this review is to determine the therapy in cases of Bell's palsy is based
on guidelines and severity. The method used is to find some scientific journals and scientific
articles related to topics that will be discussed in this paper. Based on some research results
indicate that treatment for Bell's palsy with the severity of mild, moderate, and means more
effective when given the combination therapy is a corticosteroid drug with antiviral drugs
compared with single therapy is the administration of drugs corticosteroids or antiviral drugs.
And for a single therapy, drug delivery corticosteroid better than the antiviral drug therapy
alone. tekanan, inflamasi atau kelainan metabolik

Keywords: Bell's palsy, corticosteroids, antiviral yang menyerang saraf dibagian

PENDAHULUAN wajah,

Bell’s palsy adalah kelumpuhan akut


predisposisi genetik, dan reaksi autoimun.
yang terjadi pada bagian saraf wajah yang
Kelumpuhan saraf wajah ini bisa terjadi
tidak diketahui penyebabnya.
secara keseluruhan pada bagian wajah
Kelainan tersebut bisa terjadi akibat dari
ataupun hanya sebagian [1, 2].
kelainan traumatis, infeksi,
Farmaka
Suplemen Volume 14 Nomor 2 42

Bentuk penampilan wajah pada penderita meresepkan obat kortikosteroid sebagai

Bell’s palsy biasanya menjadi tidak simetris pilihan obat utama untuk

(asimetris), dan penderita tidak dapat menutup


mengurangi perdangan atau inflamasi yang
mata mereka dengan sempurna. Selain itu,
terjadi serta dikombinasikan dengan
penderita juga akan mengalami kehilangan
obatobat antivirus [4].
sensasi rasa atau mati rasa dibagian wajah dan
Penderita Bell’s palsy akan
lidah mereka. Serta penderita juga akan
kesulitan menutup matanya sacara
mengalami kesulitan ketika makan ataupun
sempurna sehingga mata penderita
minum karena kondisinya tersebut [1]
memungkinkan untuk terkena iritasi dan
Penyebab dari kelainan Bell’s palsy ini
ulserasi kornea, untuk mencegah hal
masih belum diketahui secara jelas, namun
tersebut terjadi, maka diperlukan pelumas
beberapa penulis menyebutkan bahwa
berupa air mata buatan, biasanya dokter
virus merupakan salah satu
akan meresepkan obat tetes mata untuh
penyebabnya, dan virus herpes disebutkan
mencegah hal tersebut terjadi [1].
sebagai agen infektif yang dapat menyebabkan
Tujuan dari penulisan
peradangan atau inflamasi pada saraf [3]. Bell’s
review artikel ini yaitu untuk mereview
palsy lebih sering terjadi pada orang dewasa
terapi yang paling efektif untuk penderita
dibandingkan pada anak-anak [1].
Bell’s palsy yang diambil dari beberapa
Pengobatan pada penderita Bell’s palsy
jurnal penelitian tentang Bell’s palsy.
bertujuan untuk mencegah sisa-sisa gejala yang
METODE
mungkin akan muncul kembali dan juga untuk
Metode yang digunakan dalam
mengobati peradangan atau inflamasi yang
mencari sumber acuan untuk artikel review
terjadi akibat dari infeksi
ini dilakukan dengan mencari beberapa
virus herpes yang didasarkan pada
jurnal ilmiah dan artikel ilmiah yang
patofisiologi infeksi virus herpes tersebut pada
berkaitan dengan topik yang akan dibahas
saraf wajah [3]. Kebanyakan dokter memilih
dalam tulisan ini. Melalui situs
Farmaka
Suplemen Volume 14 Nomor 2 43

http://www.sciencedirect.com dengan kata kunci steroid dengan antiviral, pemberian obat

terkait yang dicari menunjukkan beberapa jurnal tetes mata untuk melindungi mata

dan artikel ilmiah yang dapat digunakan dalam penderita, dilakukan elektrodiagnostik pada

pembuatan artikel review. Dengan pencarian kasus Bell’s palsy yang terjadi secara

berdasarkan keseluruhan [5].

kata kunci, Bell’s palsy, therapy for Bell’s Berdasarkan penelitian yang

palsy. dilakukan oleh Abdelghany (2013) dan

Kriteria artikel ilmiah dan jurnal ilmiah Numthavj (2011) menyebutkan bahwa

yang digunakan sebagai acuan yaitu artikel atau pilihan terapi pada penderita Bell’s palsy

jurnal ilmiah dengan naskah publikasi 10 tahun akut yaitu diberikan terapi dengan obat

terakhir. golongan kortikosteroid, obat antiviral, dan

HASIL terapi secara fisik. Obat kortikosteroid yang

Berdasarkan guideline dari The sering diberikan yaitu prednisolone.

American Academy of Otolaryngology- Sedangkan untuk obat antiviral yang biasa

Head and Neck Surgery Foundation (AAO- diberikan yaitu acyclovir, vancyclovir,

HNSF) untuk treatment Bell’s palsy yaitu valacyclovir [2, 4].

pertama melakukan pemeriksaan fisik, kemudian Menurut Abdelghany [2] terapi

melihat riwayat kesehatan dari pasien, bila perlu untuk Bell’s palsy dapat diberikan

dilakukan pemeriksaan laboratorium. Dilakukan berdasarkan tingkat keparahan

diagnostik imaging pada penderita Bell’s palsy dari penderita. Tingkat keparahan dari

yang baru terkena penyakit tersebut, pemberian Bell’s palsy yaitu dimulai dari ringan,

obat steroid pada penderita Bell’s palsy akut sedang dan berat. Hasil dari penelitian

yaitu Bell’s palsy yang terjadi dalam waktu tersebut dapat dilihat pada Tabel 1, 2, dan 3

kurang dari 72 jam, untuk terapi tunggal antiviral dibawah ini:

sebaiknya dihindari untuk penederita Bell’s

palsy pada stage awal, dan terapi kombinasi


Farmaka
Suplemen Volume 14 Nomor 2 44

Keparahan Selama
Selama 12
12
Pasien No % No %
Bulan
Bulan
Tabel 1. Efek dari
Ringan 32 prednisolone
29
36 18 ditambah
20
10 56 dengan plasebo
55,5
41,6 87
72
89 pada 12saat pemulihan
11
14 34,4 dan
33,3
48,3
synkinesis
Sedang 79
75
84 51
42
59 64,5
56
70,2 91
87
93 18
21
17 22,8
28
20,2
Berat 87
99
82 80
62
75 92
62,6
95 96
85 6
513 6,9
613
Total 198
203
202 Pemulihan
114
148 Pasien
74,7
56,2
73,3 Skor 35
48
34 17,7
23,6
16,8
Jumlah Synkinesis
Tingkat Dalam 12 Bulan Rata-Rata
Persentasi
Tabel 3. Efek dari
predni synkinesis solone ditambah dengan Acyclovir pada saat pemulihan dan

Tabel 2. Efek dari Acyclovir ditambah dengan plasebo pada saat pemulihan dan
synkinesis

Pemulihan Pasien Skor


Jumlah Synkinesis
Tingkat Dalam 12 Bulan Rata-Rata
Persentasi

Pemulihan Pasien Skor


Jumlah Synkinesis
Tingkat Dalam 12 Bulan Rata-Rata
Persentasi

Berdasarkan hasil terapi yang

tercantum pada Tabel 1 dan Tabel 2 yaitu

penderita Bell’s palsy dengan tingkat

keparahan ringan ketika diberikan steroid

atau antiviral saja hasilnya kurang baik


Farmaka
Suplemen Volume 14 Nomor 2 45

tetapi pemberian steroid lebih baik jebakan dari syaraf di kanal tulang yaitu

dibandingkan dengan pemberian antiviral. terutama di segmen labirin. Salah satu

Begitu juga untuk Bell’s palsy dengan tingkat factor penyebab Bell’s palsy yaitu

keparahan sedang pemberian terapi tunggal disebabkan oleh virus, banyak virus yang

steroid lebih baik dibandingkan dengan terpai dapat menginfeksi seperti virus hepatitis B,

tunggal dengan angiviral. Dan berdasarkan Tabel virus herpes. Tanda dan gejala untuk

3 hasil terapi yang baik untuk Bell’s palsy penyakit Bell’s palsy ini harus terus di

dengan tingkat keparahan yang berat yaitu terapi evaluasi karena masih belum ada tanda dan

kombinasi antara steroid dengan antiviral lebih gejala yang pasti untuk penyakit ini [1, 8].

baik dibandingkan dengan terapi tunggal antara Sebelum diberikan terapi dengan

steroid atau antiviral saja [2]. Beberapa obat-obatan dilakukan pemeriksaan fisik

penelitian menyebutkan bahwa pilihan terapi terlebih dahulu. Pemerikasaan fisik tersebut

yang baik untuk meliputi pemerikasaan saluran telinga,

Bell’s palsy yaitu mengkombinasikan antara obat membrane timpani, dan orofaring. Serta

steroid dengan antiviral, atau terapi dengan obat dilakukan evaluasi fungsi saraf perifer di

kortikosteroid tanpa antiviral juga dapat ekstremitas dan palpasi kelenjar parotis.

memberikan efek yang cukup baik, tetapi untuk Untuk pemeriksaan fisik ini harus

terapi Bell’s palsy hanya dengan memberikan mencakup evaluasi dari fungsi saraf

antiviral itu kranial, termasuk semua otot-otot wajah.

dirasa kurang efektif [2,4]. Selain pemerikasaan fisik, pemeriksaan

PEMBAHASAN laboratorium juga dilakukan, tetapi

Patogenesis dari Bell’s palsy pemeriksaan laboratorium hanya di

sendiri masih belum begitu jelas, dimana indikasikan pada pasien dengan faktor

inflamasi akut dan edema yang menyerang resiko tambahan. Seperti pasien tersebut

syaraf di bagian wajah menyebabkan mempunyai riwayat penyakit lain, ataupun


Farmaka
Suplemen Volume 14 Nomor 2 46

pasien tersebut memiliki riwayat keluarga Pemilihan terapi untuk Bell’s palsy

dengan faktor resiko tersebut [1, 7]. itu bervariasi, tetapi belum ada kesepakatan

Tujuan pengobatan pada Bell’s palsy yang ditetapkan untuk pemilihan terapi

yaitu untuk mempercepat pemulihan dan untuk yang terbaik. Namun, kebanyakan dokter

mencegah terjadinya komplikasi kornea. telah meresepkan kortikosteroid untuk

Perawatan pada mata harus dilakukan yaitu pengobatan pertama karena potensinya

dengan memberikan tetes mata yang harus untuk mengurangi inflamasi yang terjadi.

diberikan pada siang hari dan salep mata harus Sedangkan

digunakan pada malam hari. Strategi dari penambahan obat antiviral bertujuan untuk

pengobatan yaitu untuk mempercepat pemulihan menghilangkan infeksi yang disebabkan

termasuk terapi fisik, kortikosteroid dan dengan oleh virus, dan beberapa sumber

menyebutkan bahwa virus yang


antiviral [12].
menginfeksi terseut yaitu virus herpes [3].
Tujuan dari penggunaan
Menurut (Numthavj) terapi dengan
kortikosteroid sebagai agen terapi pada Bell’s
menggunakan antiviral, placebo, dan
palsy adalah untuk mengurangi peradangan dan
prednisoslon saja memberikan efek terapi
edema pada saraf wajah yang menyebabkan
yang ringan. Tetapi ketika terapi
Bell’s palsy dan kortikosteroid memiliki
dikombinasi yaitu dengan memberikan
merupakan antiinflamasi kuat yang dapat
antiviral dengan prednisolone memberikan
meminimalkan kerusakan saraf. Dan untuk
efek terapi yang cukup signifikan terhdap
penggunaan obat antiviral yaitu untuk mengobati
peningkatan pemulihan penyakit. Fungsi
peradangan yang terjadi yang mungkin
dari kortikosteroid yaitu untuk mengurangi
disebabkan oleh virus. Selain dengan
proses inflamasi pada kasus Bell’s palsy
kedua terapi tersebut, ada juga terapi fisik yaitu
dan juga untuk memfasilitasi remyelination
seperti olah raga, menggunakan laser,
dari saraf wajah. Berdasarkan penelitian
elektroterapi, pijat, dan termoterapi untuk
tersebut kombinasi antara antiviral dengan
mempercepat pemulihan [12].
Farmaka
Suplemen Volume 14 Nomor 2 47

kortikosteroid hasil terapinya memberikan efek SIMPULAN

yang sinergis dan cukup siginifikan dengan Berdasarkan tingkat keparahan pada pasien

kortikosteroid. Serta untuk terapi tunggal dengan Bell’s palsy maka dapat diberikan terapi

kortikosteroid memberikan efek yang lebih baik yang sesuai yaitu untuk penderita Bell’s

dibandingan dengan terapi tunggal dengan palsy tingkat keparahan ringan hingga

antiviral saja. Asiklovir merupakan analog sedang terapi tunggal dengan obat

nukleosida yang akan menghambat replikasi golongan steroid ataupun antiviral, dan

Herpes hasilnya lebih baik bila diberi obat steroid

Simplex Virus (HSV) melalui dibandingkan dengan antiviral. Dan terapi

penghambatan polimerase DNA virus. untuk tingkat keparahan yang berat yaitu
Obat tersebut akan di absorbs secara perlahan-
dengan memberikan obat kortikosteroid
lahan dari saluran pencernaan [4].
yang dikombinasikan dengan antiviral yang
Menurut sumber lain
akanmemberikan efek terapi yang lebih
juga menyebutkan bahwa pemberian terapi
baik dibandingkan dengan terapi
dengan obat steroid memberikan hasil yang
kortikosteroid saja ataupun antiviral saja.
cukup baik dalam mengatasi penyakit
UCAPAN TERIMA KASIH
Bell’s palsy. Dimana menurut (Adel)
Penulis mengucapkan terimakasih
menyebutkan bahwa setelah pemberian
kepada Dr. Eli Halimah, M.Si., Apt. yang
prednisolone 400 mg selama 7 hari dimulai sejak
telah membimbing penulis melalui
awal terjadinya kelumpuhan efek dari obat
diskusidiskusi terkait tema dan memberikan
tersebut dapat meningkatkan pemulihan hingga
pencerahan, serta kepada dosen
17%. Dan menurut penelitian tersebut
metodologi penelitian yang telah
menyebutkan bahwa pemberian steroid sebagai
memberikan ilmunya.
pilihan terapi untuk Bell’s palsy dapat
KONFLIK KEPENTINGAN
meningkatkan pemulihan antara 49-97%
Penulis menyatakan tidak terdapat
dibandingan terapi tanpa steroid tingkat
potensi konflik kepentingan
pemulihannya berkisar antara 23-64% [1].
Farmaka
Suplemen Volume 14 Nomor 2 48

dengan penelitian, kepenulisan (authorship), dan 5. Baugh R F, Basura G J, Ishii L E,

atau publikasi artikel ini. Schwartz S R, Drumheller C M,

DAFTAR PUSTAKA Burkholder R. Clinical Practice

1. Adel B, Kawthar S, Amine D, Guideline: Bell’s Palsy Executive

Souha B Y, Abdellatif B. Summary. Otolaryngology– Head

Idiopathic facial Paralysis (Bell’s palsy). and Neck Surgery. 2013: 149(5)

International Journal of 656–663


6. Vakharia K, Vakharia K. Bell’s Palsy.
Dental Sciences and Research.
Facial Plast Surg Clin N Am . 2016:
2014: 2(5A): 1-4
2. Abdelghany A M, Kamel S B. The effect of (24): 1–10

prednisolone and/or 7. McCaula J A, Cascarinib L, Goddenc

acyclovir in relation to severity of D, Coombesd D, Peter A.

Bell’s palsy at presentation. Egyptian Brennane, Cyrus J. Kerawalaf.


Journal of Ear, Nose, Throat and Allied Review Evidence based
Sciences. 2013: (14): 155–159 management of Bell’s palsy. British
3. Seta D D, Mancini P, Minni, A, Journal of Oral and
Prosperini L, Seta E D, Attanasio G, Maxillofacial Surgery. 2014
Covelli E, Carlo A D, Filipo R., et al. 8. Shu Yan Ng DC, Ming Him E, Chu

Bell’s Palsy: Symptoms Preceding and MChiro. Treatment of Bell's Palsy


Accompanying the Using Monochromatic Infrared
Facial Paresis. The Scientific World Energy: A Report of 2 Cases.
Journal. 2014: 6 Journal of Chiropractic Medicine 2014:
4. Numthavj P, Thakkinstian A, Dejthevaporn (13): 96–103
C, Attia J. 9. Eryilmaz A, Basal Y, Tosun A,
Corticosteroid and antiviral therapy for Omurlu I K, Basak S. The
Bell’s palsy: A network metaanalysis.

BMC Neurology 2011, 11:1


Farmaka
Suplemen Volume 14 Nomor 2 49

neutrophil to lymphocyte ratios of our

pediatric patients with Bell’s palsy.

International Journal of

Pediatric Otorhinolaryngology. 2015: (79):

2374–2377

10. Celika O, Eskiizmira G, Pabuscuc Y,

Ulkumena B, Toker G T. The role of facial

canal diameter in pathogenesis andgrade of

Bell’s palsy: a study by

high

resolutioncomputed tomography.

Brazilian Journal of

Otorhinolaryngology. 2016

11. Hafez K, FCFP and Khenizan A A,

CCFP. Prednisolone or acyclovir in

Bell’s palsy. Journal of Taibah University

Medical Sciences. 2013: 8(3): 178–179

12. Murthy J, Saxena AB. Bell's palsy:

Treatment guidelines. Ann Indian Acad

Neurol. 2011: 14, Suppl

S1:70-2

Anda mungkin juga menyukai